Uji Klasifikasi Tanah 1. Tanah

15 Bila tanah dalam keadaan jenuh air, maka S=1. Derajat kejenuhan dan kondisi tanah dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut: Tabel 2.2 Derajat Kejenuhan dan Kondisi Tanah Sumber: Mekanika Tanah Jilid I, Hardiyatmo, 2002

2.1.3. Uji Klasifikasi Tanah

Ada beberapa pengujian yang dapat kita lakukan untuk mengklasifikasikan tanah.Diantaranya adalah uji batas-batas atterberg, analisa ukuran butir, dan analisis hidrometer.

2.1.3.1. Batas-Batas Atterberg

Batas-batas Atterberg digunakan untukmengklasifikasikan jenis tanahuntuk mengetahuiengineering propertiesdanengineeringbehaviortanahberbutirhalus.Pada tanahberbutir halushalyang palingpenting adalahsifatplastisitasnya.Plastisitas disebabkanolehadanyapartikelminerallempungdalam tanahyangdapatdidefinisikan sebagaikemampuantanahdalammenyesuaikanperubahanbentuk padavolumeyang Keadaan Tanah Derajat Kejenuhan Tanah kering Tanah agak lembab 0 – 0,25 Tanah lembab 0,26 – 0,50 Tanah sangat lembab 0,51 – 0,75 Tanah basah 0,76 – 0,99 Tanah jenuh 1 Universitas Sumatera Utara 16 konstan tanpa adanya retak ataupunremuk. Plastisitas suatu tanah bergantung padakadar airsehingga tanahmemungkinkan menjadi berbentukcair, plastis, semi padat atau padat. Konsistensi suatu tanah bergantung pada gaya tarik antara partikel mineral lempungnya. Atterberg 1911 memberikan carauntuk menggambarkan batas-batas konsistensi dari tanah berbutir halus dengan mempertimbangkan kandungan kadar airnya. Batas-batastersebut adalah batas cair, batasplastis dan batas susut. Batas- batas Atterberg dapatdigambarkan seperti dalamGambar 2.2 . Gambar 2.2 Batas-Batas Atterberg 1. Batas cair Liquid Limit Batascairliquidlimit merupakankadarairtanahpadabatasantarakeadaan cairdankeadaanplastisyaknibatasatasdaridaerahplastis. Batascairditentukan dari pengujian Cassagrande 1948, yakni dengan menggunakan cawan yang telah dibentuk sedemikian rupa yang telah berisisampeltanah yang telah dibelah olehgroovingtooldandilakukandenganpemukulansampeldenganjumlahdua sampel dengan pukulan diatas 25 pukulan dan dua sampel dengan pukulan dibawah 25 pukulan sampai tanah yang telah dibelah tersebut menyatu. Hal ini dimaksudkan Universitas Sumatera Utara 17 agar mendapatkan persamaan sehingga didapatkan nilaikadarairpada25kalipukulan.Batascairmemilikibatasnilaiantara0– 1000,akantetapikebanyakantanahmemilikinilaibatascairkurangdari100 Holtz danKovacs, 1981. Alat pengujian untuk batas cair dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut: Gambar 2.3 Cawan Casagrande dan Grooving Tool Das, 2002 Universitas Sumatera Utara 18 2. Batas Plastis Plastic Limit Batasplastisplasticlimitmerupakankadarairtanah padakedudukanantara daerahplastisdansemipadat,yaitupersentasekadarairdi manatanahdengandiametersilinder3,2 mmmulaimengalamiretak-retakketika digulung. 3. Batas Susut Shrinkage Limit Batas susut shrinkage limit merupakan kadar air tanah pada kedudukan antara daerah semi padat dan padat, yaitu persentase kadar air di mana pengurangan kadar air selanjutnya mengakibatkan perubahan volume tanahnya. Percobaan batas susut dilaksanakan dalam laboratorium dengan cawan porselin diameter 44,4 mm dengan tinggi 12,7 mm. Bagian dalam cawan dilapisi oleh pelumas dan diisi dengan tanah jenuh sempurna yang kemudian dikeringkan dalam oven. Volume ditentukan dengan mencelupkannya dalam air raksa. Batas susut dapat dinyatakan dalam berikut: SL = � m 1 −m 2 m 2 − v 1 −v 2 γ w m 2 � x 100 2.11 Dimana: m 1 = berat tanah basah dalam cawan percobaan gr m 2 = berat tanah kering oven gr v 1 = volume tanah basah dalam cawan cm 3 v 2 = volume tanah kering oven cm 3 γ w = berat jenis air grcm 3 Universitas Sumatera Utara 19 4. Indeks Plastisitas Plasticity Index Indeks Plastisitasplasticityindex adalahselisih batas cairdan batas plastis.Adapunrumusandalammenghitung besarannilaiindeksplastisitasadalah sesuai dengan persamaan2.12 , sepertiyangditunjukkan pada rumusan dibawah. PI=LL -PL 2.12 Dimana: PI = indeks plastisitas LL = batas cair PL = batas plastis Indeksplastisitasmerupakanintervalkadarair dimanatanahmasih bersifat plastis. Karenaitu, indeks plastisitas menunjukkan sifat keplastisitasan tanahtersebut.Jikatanahmempunyaiintervalkadarairdaerahplastisyang kecil, maka keadaaninidisebutdengantanahkurus,kebalikannya jikatanah mempunyai interval kadar air daerah plastisyang besar disebuttanahgemuk. Klasifikasi jenis tanah berdasarkan indeks plastisitasnya dilihat pada Tabel 2.3 Universitas Sumatera Utara 20 Tabel 2.3 Indeks Plastisitas Tanah Sumber: Mekanika Tanah Jilid I, Hardiyatmo, 2002

2.1.3.2. Gradasi Ukuran Butir

Sifat-sifat jenis tanah tertentu banyak tergantung pada ukurannya. Besarnya butiran juga merupakan dasar untuk klasifikasi atau pemberian nama pada macam tanah. Besar butiran tanah biasanya digambarkan dalam grafik yaitu merupakan grafik lengkung Grading Curve atau grafik lengkung pembagi butir Partial Size Distribution Cueve . Suatu tanah yang mempunyai kurva distribusi ukuran butir yang hampir vertikal semua partikel dengan ukuran yang hampir sama disebut tanah yang uniform Uniformly Graded. Apabila kurva membentang pada daerah yang agak besar, tanah disebut bergradasi baik.Berikut ini adalah gambar alat yang digunakan untuk pengujian analisa saringan Sieve Analysis. PI Tingkat Plastisitas Jenis Tanah Kohesi Non – Plastis Pasir Non – Kohesif 7 Plastisitas Rendah Lanau Kohesif Sebagian 7 – 17 Plastisitas Sedang Lempung Berlanau Kohesif 17 Plastisitas Tinggi Lempung Kohesif Universitas Sumatera Utara 21 Gambar 2.4 Ayakan Untuk Pengujian Sieve Analysis Das, 1998

2.1.3.3. Analisa Hidrometer

Analisa hidrometer didasarkan pada prinsip sedimentasi pengendapan butir- butir tanah dalam air. Bila suatu contoh tanah dilarutkan dalam air, partikel-partikel tanah akan mengendap dengan kecepatan yang berbeda-beda tergantung pada bentuk, ukuran, dan beratnya Das, 1998. Analisa hidrometer juga digunakan untuk memperpanjang kurva distribusi analisa saringan dan untuk memperkirakan ukuran- ukuran yang butirannya lebih kecil dari ayakan No.200.Analisa hidrometer tidak secara langsung digunakan dalam system klasifikasi tanah. Detail dari uji ini dapat ditemukan di ASTM D422 Bowles, 1984. Berikut ini adalah gambar alat yang digunakan untuk pengujian analisa hidrometer Hydrometer Analysis Universitas Sumatera Utara 22 Gambar 2.5 Alat Hidrometer Jenis ASTM 152H Das, 1998 2.1.4. Sistem Klasifikasi Tanah 2.1.4.1. Klarifikasi Berdasarkan Tekstur Ukuran Butir Tanah

Dokumen yang terkait

Pengujian Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test) pada Stabilitas Tanah Lempung dengan Campuran Semen dan Abu Sekam Padi

16 160 88

Pengujian Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test) Pada Stabilitas Tanah Lempung Dengan Campuran Semen Dan Abu Cangkang Sawit

14 117 79

Kajian Efektifitas Penggunaan Abu Vulkanik dan Abu Sekam Padi Terhadap Stabilitas Tanah Lempung Ditinjau dari Nilai CBR dan Penggunaan Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test)

1 11 108

Kajian Efektifitas Penggunaan Semen dan Limbah Karbit Terhadap Stabilitas Tanah Lempung Dengan Pengujian Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test)

0 0 17

Kajian Efektifitas Penggunaan Semen dan Limbah Karbit Terhadap Stabilitas Tanah Lempung Dengan Pengujian Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test)

0 1 1

Kajian Efektifitas Penggunaan Semen dan Limbah Karbit Terhadap Stabilitas Tanah Lempung Dengan Pengujian Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test)

0 0 7

Kajian Efektifitas Penggunaan Semen dan Limbah Karbit Terhadap Stabilitas Tanah Lempung Dengan Pengujian Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test)

0 0 43

Kajian Efektifitas Penggunaan Semen dan Limbah Karbit Terhadap Stabilitas Tanah Lempung Dengan Pengujian Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test)

0 0 2

Kajian Efektifitas Penggunaan Abu Vulkanik dan Abu Sekam Padi Terhadap Stabilitas Tanah Lempung Ditinjau dari Nilai CBR dan Penggunaan Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test)

0 0 16

TUGAS AKHIR PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS (UNCONFINED COMPRESSION TEST) PADA STABILITAS TANAH LEMPUNG DENGAN CAMPURAN SEMEN DAN ABU SEKAM PADI

0 1 14