BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketahanan pangan bagi suatu negara merupakan hal yang sangat penting, terutama bagi negara yang mempunyai jumlah penduduk sangat banyak seperti
Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 220 juta jiwa pada tahun 2020 dan diproyeksikan 270 juta pada tahun 2025. Pengalaman sejarah
pembangunan Indonesia menunjukkan bahwa masalah ketahanan pangan sangat erat kaitannya dengan stabilitas ekonomi khususnya inflasi, biaya produksi
ekonomi agregat biaya hidup, dan stabilitas politik nasional. Oleh karena itu, ketahanan pangan menjadi syarat mutlak bagi penyelenggaraan pembangunan
nasional Hanafie, 2010. Program pembangunan ketahanan pangan dan gizi pada tingkat
kabupatenkota perlu lebih diarahkan pada dukungan fasilitasi peningkatan produksi dan ketersediaan pangan, distribusi dan aksesibilitas pangan dan
perbaikan konsumsi pangan antara lain 1 pemanfaatan potensi dan keragaman sumberdaya lokal secara efisien dengan memanfaatkan teknologi spesifik lokasi;
2 pengembangan sarana prasarana yang mendukung produksi pangan; 3 peningkatan pelayanan penyuluhan dan pendampingan ketahanan pangan
masyarakat 4 pengembangan perdagangan pangan regional dan antar daerah; 5 pengembangan lumbung pangan dan cadangan pangan 6 peningkatan kualitas
konsumsi pangan melalui upaya diversifikasi konsumsi pangan 7 revitalisasi kewaspadaan pangan dan gizi sebagai sistem pemantauan secara dini
Universitas Sumatera Utara
rawanpangan serta 8 serta fasilitasi terhadap permasalahan lain yang terkait dengan penangan kelompok rawan pangan diatas Anonymous, 2011.
Menyikapi hal tersebut pemerintah mencanangkan program MKRPL. Program ini merupakan program dari Kementerian Pertanian yang dilaksanakan
pada tahun 2010 dengan bertujuan mengoptimalkan lahan untuk meningkatkan produksi tanaman pangan. Kabupaten yang pertama dipilih oleh Kementerian
Pertanian dalam pelaksanaan MKRPL adalah Kabupaten Pacitan Provinsi Jawa Tengah.
Pengembangan MKRPL merupakan pemanfaatan pekarangan dalam mewujudkan kemandirian pangan pada suatu kawasan. Pelaksanaan MKRPL
dilakukan pada satu dusun kampung atau Rukun Tetangga RT yang telah menerapkan prinsip Rumah Pangan Lestari RPL dengan menambahkan
intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya sekolah, rumah ibadah, dan lainnya, lahan hijau terbuka, serta mengembangkan
pengolahan dan pemasaran hasil Kementerian Pertanian, 2011. Tujuan lain dari pengembangan MKRPL adalah untuk menekan biaya
pengeluaran rumah tangga dengan cara memenuhi kebutuhannya sehari-hari dengan memanfaatkan sumberdaya yang mereka miliki, serta agar mampu
menghindar dari dampak anomali iklim ekstrim. MKRPL akan menjadi tumpuan untuk mengantisipasi perubahan alih fungsi lahan pertanian dengan keadaan
dalam pemanfaatan pekarangan. Untuk modelnya sendiri, MKRPL dibedakan menjadi 2 yaitu untuk lahan
pekarangan perkotaan dan pedesaan. Lahan perkotaan dibagi menjadi 6 kelompok lahan, yaitu : rumah tipe 21 luas tanah 36
�
2
, rumah tipe 36 luas tanah 72 �
2
,
Universitas Sumatera Utara
rumah tipe 45 luas tanah 90 �
2
, rumah tipe 54 luas tanah 120 �
2
, lahan terbuka hijau dan kebun bibit. Sedangkan lahan pedesaan dibagi menjadi 4
kelompok lahan, yaitu : pekarangan sangat sempit, pekarangan sempit luas tanah 120
�
2
, rumah tipe 54 luas tanah 120 �
2
dan pekarangan luas luas tanah 400
�
2
. Sedangkan untuk Sumatera Utara, MKRPL pertama kali dilaksanakan
pada tahun 2011 di satu lokasi berdasarkan instruksi Presiden melalui Badan Litbang Pertanian sebagai tindak lanjut dari keberhasilan MKRPL Pacitan. BPTP
Sumatera Utara menentukan lokasi pelaksanaan tersebut di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. Pada tahun 2012 MKRPL
dikembangkan di 17 KabupatenKota yang mewakili berbagai ekosistem baik dataran rendah maupun dataran tinggi, antara lain Kota Medan, Kota Binjai, Kota
Tebing Tinggi, Kota Pematang Siantar, Kota Tanjung Balai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Batubara,
Kabupaten Asahan, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Dairi, Kabupaten Pakpak Barat, Kabupaten Tobasa dan Kabupaten
Nias masing-masing satu lokasi BPTP Sumut, 2012. Namun, dalam perkembangannya teknologi ini masih belum banyak
diterapkan bahkan di daerah penelitian sendiri hanya satu kelompok tani saja yang menerapkan sejak tahun 2011. Hasil pra survei ditemukan bahwa model yang
diterapkan oleh kelompok tersebut sudah tidak sesuai lagi dikarenakan kebun bibit yang sudah tidak ada lagi. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi terapan ini yaitu
MKRPL tidak berkembang atau malah semakin menurun tingkat
Universitas Sumatera Utara
perkembangannya disebabkan adopsi masayarakat yang kurang terhadap teknologi tersebut.
Berdasarkan uraian diatas hal ini perlu dikaji secara ilmiah untuk mendapatkan solusi permasalahannya dan berikut ini merupakan identifikasi
masalah dari Strategi Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari MKRPL.
1.2 Identifikasi Masalah