Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Landasan Teori

perkembangannya disebabkan adopsi masayarakat yang kurang terhadap teknologi tersebut. Berdasarkan uraian diatas hal ini perlu dikaji secara ilmiah untuk mendapatkan solusi permasalahannya dan berikut ini merupakan identifikasi masalah dari Strategi Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari MKRPL.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Berapakah curahan dana dari pemerintah dalam pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari MKRPL ? 2. Faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari MKRPL ? 3. Bagaimana strategi pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari MKRPL di daerah penelitian ? Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui besaran curahan dana dari pemerintah dalam mengembangkan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari MKRPL di daerah penelitian. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal dalam mengembangkan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari MKRPL di daerah penelitian. 3. Untuk mengetahui strategi pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari MKRPL di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kota Medan dan instansi lain yang terkait dalam mengembangkan program MKRPL. 2. Sebagai referensi peneliti selanjutnya dan pihak-pihak lain yang membutuhkan. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjaun Pustaka 2.1.1 Pekarangan Pekarangan adalah sebidang tanah di sekitar rumah yang mudah diusahakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan menu keluarga. Pekarangan sering disebut sebagai lumbung hidup, warung hidup atau apotik hidup Sastrapradja,1979. Karakteristik lahan pekarangan dengan ditandai beberapa indikator penting, antara lain sebagai berikut : 1 Meliputi areal yang sempit atau terbatas. 2 Berisi aneka tanaman. 3 Letaknya dekat dengan rumah. 4 Hasilnya yang diperoleh digunakan untuk keperluan sehari-hari. 5 Pada umumnya tidak memerlukan modal besar Rukmana, 2008. Sesuai dengan keadaan perekonomian terdapat pekarangan dalam beberapa tingkat : a Di tempat-tempat yang masih terasing dari perniagaan teratur, pak tani harus mengusahakan sendiri apa yang diperlukan untuk keluarganya. b Bila perekonomian lebih lancar dan peredaran uang menjadi lebih baik, maka jenis-jenis tanaman yang laku dijual dan diusahakan khusus dan timbullah yang dinamakan pekarangan perdagangan; sebagian hasilnya Universitas Sumatera Utara dipakai sendiri dan sebagian lagi dijual untuk memperoleh uang untuk membeli bahan-bahan penghidupan yang tak tersedia. c Di sekitar kota-kota besar atau di daerah dimana perhubungan dengan pusat-pusat konsumsi lancar, orang mengutamakan penanaman 2-3 jenis tanaman dalam susunan pekarangan. Tingkat ini adalah tingkat pekarangan tertinggi, peralihan kepada yang disebut kebun khusus, dimana satu jenis tanaman diusahakan untuk dijual. Menurut Dinas Perkebunan Rakyat dahulu, fungsi pekarangan adalah : 1. Penghasil makanan tambahan, yaitu tambahan pada makanan pokok beras, jagung, ubi kayu. Makanan tambahan ini terdiri atas sayur- sayuran, sebagian juga dari umbi-umbi dan buah-buahan. Zat protein yang dihasilkan oleh pekarangan tidak banyak, namun sangat berharga, karena macam-macam protein daun sangat berharga sebagai penambah protein dari makanan pokok. 2. Berbeda dengan sawah dan tegal yang memberi hasil pada waktu tertentu, pekarangan memberi hasil setiap hari, sehingga dapat menjadi sumber bahan makanan tetap atau sumber penghasilan uang. 3. Pekarangan menghasilkan rempah-rempah, obat-obatan, keperluan rumah tangga dan bunga-bungaan. 4. Pekarangan menghasilkan bahan-bahan bangunan, terutama bambu yang banyak ditanam di pingir-pinggir pekarangan. 5. Pekarangan menghasilkan kayu bakar, baik dari pohon buah-buahan maupun dari kayu-kayuan yang ditanam sebagai kayu bakar. Universitas Sumatera Utara 6. Pekarangan menghasilkan bahan-bahan dasar untuk berbagai kerajinan tangan. 7. Di beberapa daerah pekarangan menghasilkan pula ternak dan itik Satiadiredja, 1978.

2.1.2 Model Kawasan Rumah Pangan Lestari

Potensi lahan pekarangan di Indonesia mencapai 10,3 juta hektar, 14 persen dari luas lahan pertanian. Potensi yang besar ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber penyedia bahan pangan yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Sampai saat ini, sebagian besar lahan pekarangan masih belum dimanfaatkan sebagai areal pertanaman aneka komoditas pertanian, khususnya komoditi pangan. Kementerian Pertanian melihat potensi ini sebagai salah satu pilar yang dapat diupayakan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, baik rumah tangga di perdesaan maupun di perkotaan melalui pengembangan konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari KRPL. Rumah pangan lestari merupakan tempat tinggal keluarga atau rumah tangga yang memanfaatkan pekarangannya secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal secara bijaksana sehingga menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya. Penataan pekarangan ditujukan untuk memperoleh manfaat yang sebesar- besarnya melalui pengelolaan lahan pekarangan secara intensif dengan tata letak sesuai dengan pemilihan komoditas. Pengelompokkan lahan pekarangan dibedakan atas pekarangan perkotaan dan perdesaan, masing-masing memiliki spesifikasi baik dalam menetapkan Universitas Sumatera Utara komoditas yang akan ditanam, besarnya skala usaha pekarangan, maupun cara menata tanaman, ternak, dan ikan. Pemilihan komoditas ditentukan dengan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumber pangan lokal, pelestarian sumber pangan lokal, serta kemungkinan pengembangannya secara komersial berbasis kawasan. Komoditas yang dapat dikembangkan antara lain : sayuran, tanaman rempah dan obat, buah pepaya, belimbing, jambu biji, srikaya, sirsak, labu dan lainnya yang disesuaikan dengan lokasi setempat, serta berbagai sumber pangan lokal ubi jalar, ubi kayu, ganyong, garut, talas, suweg, ubi kelapa, gembili. Pada pekarangan yang lebih luas dapat ditambahkan budidaya ikan dalam kolam dan ternak Balai Besar dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2011. Prinsip dasar KRPL adalah : i pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk ketahanan dan kemandirian pangan, ii diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, iii konservasi sumberdaya genetik pangan tanaman, ternak, ikan dan iv menjaga kelestariannya melalui kebun bibit desa menuju v peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Untuk menjaga keberlanjutan dan mendapatkan nilai ekonomi dari KRPL, pemanfaatan pekarangan diintegrasikan dengan unit pengolahan dan pemasaran produk. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya penyelamatan hasil yang melimpah dan peningkatan nilai tambah produk. Universitas Sumatera Utara Dampak yang diharapkan dari pengembangan KRPL antara lain : 1. Terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara lestari. 2. Meningkatnya kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan pekarangan di perkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah ,sayuran dan tanaman obat keluarga TOGA, ternak dan ikan, serta pengolahan hasil dan limbah rumah tangga menjadi kompos. 3. Terjaganya kelestarian dan keberagaman sumber pangan lokal. 4. Berkembangnya usaha ekonomi produktif keluarga untuk menopang kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan lestari dan sehat Kementerian Pertanian, 2012. Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari KRPL dilakukan melalui tahapan yaitu 1 pembentukan kelompok, 2 identifikasi kebutuhan, 3 penyusunan rencana kegiatan, 4 pelatihan, 5 pembuatan kebun bibit dan 6 penataan lingkungan kawasan. 1. Pembentukan Kelompok Pengembangan KRPL sebaiknya dilakukan oleh kelompok sebagai kumpulan individu yang mempunyai maksud yang sama dalam mencapai tujuan, baik kelompok yang baru dibentuk maupun kelompok yang telah terbentuk di wilayah tersebut, mengingat KRPL merupakan suatu kawasan. Kawasan tersebut dapat diwujudkan dalam satu Rukun Tetangga atau Rukun Warga atau dalam satu Desa atau Kelurahan. Kelompok pelaksana pengembangan KPRL idealnya adalah 1 memiliki anggota yang berpengalaman di bidang budidaya tanaman, pengolahan dan Universitas Sumatera Utara pemasaran hasil, 2 memiliki lahan yang dapat digunakan untuk membangun Kebun Bibit, 3 anggota dengan kriteria lahan pekarangan sesuai strata yang ditetapkan yang dapat digunakan untuk pengembangan KRPL, 4 memiliki organisasi yang berfungsi dengan baik, 5 partisipasi dan semangat anggota tinggi terhadap kegiatan pengembangan KPRL. KPRL dikelola oleh kelompok dengan organisasi dan struktur organisasi yang jelas serta memiliki pengurus minimal ketua, sekretaris, bendahara serta seksi pengelola kebun bibit dan pemasaran hasil dan memiliki jadwal yang rutin untuk pertemuan atau aktifitas kelompok. 2. Identifikasi Kebutuhan Identifikasi kebutuhan yang perlu diketahui antara lain adalah kebutuhan sarana dan prasarana, teknologi, komoditas tanaman dan air. Identifikasi kebutuhan ini dapat diperoleh melalui diskusi dalam suatu pertemuan kelompok atau pendalaman kepada beberapa anggota kelompok pada pertemuan terbatas. 3. Penyusunan Rencana Kegiatan Penyusunan rencana kegiatan dilakukan secara partisipatif dan melibatkan seluruh pengurus dan angota kelompok yang dilakukan dengan cara mengisi formulir blangko secara bersama-sama dengan bimbingan dari petugas lapang atau penyuluh dan pengarahan dari kelurahan setempat. Rencana kegiatan yang disusun meliputi 1 desain Kebun Bibit dan manajemen pengelolaannya, 2 mewujudkan terbentuknya Rumah Pangan Lestari bagi anggota dengan memanfaatkan lahan pekarangan untuk tanaman sayuran dan pangan non beras, 3 penataan lingkungan kawasan dan implementasinya, 4 kegiatan promosi Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkan peluang pasar dan pengembangan pemasaran produk dan 5 evaluasi pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui pencapaian target hasil. 4. Pelatihan Materi utama pelatihan adalah budidaya tanaman sayuran, tanaman pangan dan bidang peternakan, dan ditentukan berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan. 5. Pembuatan Kebun Bibit Melalui pengelolaan yang baik, kebun bibit dapat memberikan kesinambungan usaha budidaya tanaman bagi anggota dan keuntungan ekonomi bagi kelompok melalui usaha penjualan bibit dan tanaman. 6. Penataan Lingkungan Kawasan Salah satu tujuan kebun bibit adalah menata lingkungan kawasan agar menjadi sejuk, hijau dan dapat digunakan sebagai media promosi kepada masyarakat kawasan atau orang lain. Desain untuk penataan tanaman pada lingkungan kawasan disusun secara bersama-sama seluruh warga masyarakat dalam kawasan dengan memperhatikan estetika dan kepentingan warga BPTP Yogyakarta, 2012. Dalam penerapannya, MKRPL dibagi dalam 2 kelompok pekarangan yaitu kelompok pekarangan lahan perkotaan dan kelompok pekarangan lahan pedesaan. Basis komoditas dan contoh model budidaya MKRPL dapat dilihat dalam tabel 1 dan 2. Universitas Sumatera Utara Tabel 1. Basis Komoditas dan Contoh Model Budidaya Rumah Pangan Lestari RPL Menurut Kelompok Pekarangan Lahan Perkotaan No. Kelompok Lahan Model Budidaya Basis Komoditas 1 Rumah tipe 21 luas tanah sekitar 36 m2, tanpa halaman Vertikultur model gantung, tempel, tegak, rak • Potpolibag • Benihbibit • Sayuran : Sawi, Kucai, Pakcoi, Kangkung, Bayam, Kemangi, Caisim, Seledri, Selada, Bokor, Bawang Daun. • Toga : Kencur, Antanan, Gempur Batu, Daun Jinten, Sambiloto, Jahe merah, Binahong, Sirih. • Sayuran : Cabai, Terong, Tomat, Buncis tegak. • Toga : Jahe, Kencur, Kunyit, Temulawak, Kumis kucing. 2. Rumah tipe 36 luas tanah sekitar 72 m2, halaman sempit Vertikultur model gantung, tempel, tegak, rak • Potpolibag • Benihbibit • Sayuran : Sawi, Kucai, Pakcoi, Kangkung, Bayam, Kemangi, Caisim, Seledri, Selada, Bokor, Bawang Daun. • Toga : Kencur, Antanan, Gempur Batu, Daun Jinten, Sambiloto, Jahe merah, Binahong, Sirih. • Sayuran : Cabai, Terong, Tomat, Kecipir, Kacang panjang, Mentimun, Kenikir, Bayam, Kangkung. • Toga : Jahe, Kencur, Kunyit, Sirih hijaumerah, Pegagan, Lidah buaya. • Buah : Jeruk, Mangga, Jambu, Belimbing. 3. Rumah tipe 45 luas tanah sekitar 90 m2, halaman sedang Vertikultur model gantung, tempel, tegak, rak • Potpolibagt anam langsung • Benihbibit • Kolam mini • Sayuran : Sawi, Kucai, Pakcoi, Kangkung, Bayam, Kemangi, Caisim, Seledri, Selada, Bokor, Bawang Daun. • Toga : Kencur, Antanan, Gempur Batu, Daun Jinten, Sambiloto, Jahe merah, Binahong, Sirih. • Sayuran : Cabai, Terong, Tomat, Kecipir, Kacang panjang, Mentimun, Kenikir, Bayam, Kangkung. Katuk, Kelor, Labu kuning. • Toga : Jahe, Kencur, Kunyit, Kumis kucing, Sirih hijaumerah, Pegagan, Lidah buaya, Sambiloto, Temulawak, Gempur batu. • Buah : Pepaya, Jambu biji, Srikaya, Sirsak, Belimbing, Jeruk nipisLimau. • Pangan : Talas, Ubi jalar, Ubi kelapa, Garut, Ganyong atau tanaman pangan lokal lainnya. • Pemeliharaan ikan : LelelNilaGurame 4. Rumah tipe 54 luas tanah sekitar 120 m2, halaman luas Vertikultur model gantung, tempel, tegak, rak • Potpolibagt anam langsung • Benihbibit • Kolam mini • Ternak unggas dalam kandang • Sayuran : Sawi, Kucai, Pakcoi, Kangkung, Bayam, Kemangi, Caisim, Seledri, Selada, Bokor. • Toga : Kencur, Antana Gempur Batu, Daun jinten, Sambiloto, Jahe merah, Binahong, Sirih. • Sayuran : Cabai, Terong, Tomat, Kecipir, Kacang panjang, Mentimun, Kenikir, Buncis tegak dan Bncis rambat katuk, Kelor, Labu kuning. • Toga : Jahe, Kencur, Kunyit, Temulawak, Sirih hijaumerah, Pegagan, Lidah buaya, Sambiloto, Kumis kucing. • Buah : Pepaya, Jambu biji, Srikaya, Sirsak, Belimbing, Jeruk NipisLimau, Mangga, Pisang. • Pangan : Talas, Ubi jalar, Ubi Kayu, Ubi kelapa, Garut, Ganyong, Jagung atau tanaman pangan lokal lainnya. • Pemeliharaan ikan : LeleNilaGurame • Ternak : Ayam buras 5. Lahan terbuka hijau • Tanaman buah • Intensifikasi pagar • Pelestarian tanaman pangan • Buah ; Mangga, Rambutan, Pohon salam, Belimbing sayur, Tanaman khas daerahtanaman langka. • Katuk, Kelor, Labu kuning, Daun Mangkokan, Beluntas, Daun pandan, Sereh. • Pangan : aneka unbi, aneka talas, aneka jenis jagung dan serealia. 6. Kebun bibit Pot, rak, bedengan • Sayuran • Tanaman pangan Sumber : Kementerian Pertanian, 2012. Universitas Sumatera Utara Tabel 2. Basis Komoditas dan Contoh Model Budidaya Rumah Pangan Lestari RPL Menurut Kelompok Pekarangan Lahan Pedesaan No. Kelompok Lahan Model Budidaya Basis Komoditas 1 Pekarangan sangat sempit tanpa halaman Vertikultur model gantung, tempel, tegak, rak • Potpolibag • Benihbibit • Sayuran : Sawi, Kucai, Pakcoi, Kangkung, Bayam, Kemangi, Caisim, Seledri, Selada, Bokor, Bawang Daun. • Toga : Kencur, Antanan, Gempur Batu, Daun Jinten, Sambiloto, Jahe merah, Binahong, Sirih. • Sayuran : Cabai, Terong, Tomat, Buncis tegak. • Toga : Jahe, Kencur, Kunyit, Temulawak, Kumis kucing, Sirih hijaumerah, Pegagan, Lidah buaya, Sambiloto 2. Pekarangan sempit 120 m2 Vertikultur model gantung, tempel, tegak, rak • Potpolibag • Benihbibit • Pelestarian tanaman pangan • Kandang • Kolam terpal • Sayuran : Sawi, Kucai, Pakcoi, Kangkung, Bayam, Kemangi, Caisim, Seledri, Selada, Bokor. • Toga : Kencur, Antanan, Gempur Batu, Daun Jinten, Sambiloto, Jahe merah, Binahong, Sirih. • Sayuran : Cabai, Terong, Tomat, Kecipir, Kacang panjang, Mentimun, Kenikir, Bayam, Kangkung, Buncis tegak, Buncis rambat, Katuk, Kelor, Labu kuning • Toga : Jahe, Kencur, Kunyit, Temulawak,Kumis kucing, Sirih hijaumerah, Pegagan, Lidah buaya, Sambiloto. • Buah : Jeruk nipis, Pepaya, Jambu. • Tanaman pangan : Talas, Ubi jalar, Ubi kayu, Ubi kelapa, Garut, Ganyong, Jagung, atau tanaman pangan lokal lainnya. • Ternak ayam buras. • Pemeliharaan ikan. 3. Rumah tipe 54 luas tanah sekitar 120 m2, halaman luas Potpolibagtanam langsung Kandang Kolam Multisrata • Sayuran : Sawi, Cabai, Kenikir, Katuk, Kelor, Labu Kuning, Terong, Bayam, Kangkung, Kacang panjang, Kecipir, Tomat. • Toga : Kencur, Lengkuas, Kunyit, Temulawak, Sirih, Jahe • Ternak kambing, domba dan atau ayam buras. • Pemeliharaan ikan lelenilagurame • Intensifikasi pekarangan : sayuranbuahumbikacang-kacangan. • Intensifikasi pagar : Kaliandra, Dadap, Gliriside, Rumput, Garut, Talas, Pisang, Nenas, Melinjo, Katuk, Kelor, Labu kuning, Ganyong, Garut. 4. Pekarangan luas 400 m2 Bedengan, Potpolibag Kandang Kolam Multisrata • Sayuran : Sawi, Cabai, Kenikir, Katuk, Kelor, Labu Kuning, Terong, Bayam, Kangkung, Kacang panjang, Kecipir, Tomat, Buncis tegak dan rambat. • Toga : Kencur, Lengkuas, Kunyit, Temulawak, Sirih, Jahe, Lidah buaya. • Ternak kambing, domba dan atau ayam buras. • Pemeliharaan ikan lelenilagurame • Intensifikasi pekarangan : sayuranbuahumbikacang-kacangan. Sumber : Kementerian Pertanian, 2012. Universitas Sumatera Utara

2.2 Landasan Teori

Richard vancil dari Harvard University merumuskan konsep strategi sebagai berikut : “... Strategi sebuah organisasi, atau sub unit sebuah organisasi lebih besar yaitu sebuah konseptualisasi yang dinyatakan atau yang dimplikasi oleh pemimpin organisasi yang bersangkutan, berupa : 1. Sasaran-sasaran jangka panjang atau tujuan-tujuan organisasi tersebut. 2. Kendala-kendala luas dan kebijakan-kebijakan, yang atau ditetapkan sendiri oleh sang pemimpin, atau yang diterimanya dari pihak atasannya, yang membatasi skope aktivitas-aktivitas organisasi yang bersangkutan dan 3. Kelompok rencana-rencana dan tujuan-tujuan jangka pendek yang telah diterapkan dengan ekspektasi akan diberikannya sumbangsih mereka dalam hal mencapai sasaran-sasaran organisasi tersebut. Tujuan sesuatu strategi adalah untuk mempertahankan atau mencapai suatu posisi keunggulan dibandingkan dengan pihak pesaing. Organisasi yang bersangkutan masih meraih suatu keunggulan apabila ia dapat memanfaatkan peluang-peluang di dalam lingkungan, yang memungkinkannya menarik keuntungan-keuntungan dari bidang-bidang kekuatannya Nisjar dan Winardi, 1997. Strategi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan. Alat analisis yang cocok untuk merumuskan strategi tersebut adalah analisis SWOT. Menurut Rangkuti 2009, analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis SWOT Universitas Sumatera Utara membandingkan anatara faktor eksternal peluang Opportunities dan ancaman Threats dengan faktor internal kekuatan Strengths dan kelemahan Weakness. Sebelum melakukan analisis, maka diperlukan tahap pengumpulan data yang terdiri atas tiga model, yaitu :

a. Matrik Faktor Strategi Internal