Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kerangka Pemikiran Hipotesis Jenis Penelitian Lokasi Penelitian Subjek Penelitian

commit to user 4 lengkuas Alpinia galanga, pada efek antifunginya terhadap pertumbuhan Candida albicans.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah ada perbedaan efek antifungi antara minyak atsiri kulit batang kayu manis Cinnamomum burmannii dan rimpang lengkuas Alpinia galanga jika dibandingkan dengan efek antifungi kombinasinya terhadap Candida albicans secara In vitro?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perbedaan efek antifungi minyak atsiri kayu manis Cinnamomum burmannii dan lengkuas Alpinia galanga dengan kombinasinya terhadap Candida albicans secara In vitro.

D. Manfaat Penelitian 1.

Manfaat Teoritik : a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah yang lebih mendalam mengenai efek antifungi minyak atsiri kayu manis Cinnamomum burmannii dan lengkuas Alpinia galanga, terhadap Candida albicans secara In vitro, serta memberikan informasi commit to user 5 mengenai perbedaan efek antifunginya jika diberikan sendiri-sendiri atau dalam bentuk kombinasi. b. Penelitian ini memperkaya pengetahuan tentang tanaman obat tradisional dan penggunaannya dalam bidang pengobatan.

2. Manfaat Aplikatif :

Penelitian ini diharapkan dapat membuka kemungkinan penelitian lanjutan mengenai efek antifungi dari bahan-bahan tersebut secara In vivo. commit to user 6 6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kayu Manis

a. Taksonomi Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Magnoliidae Ordo : Laurales Famili : Lauraceae Genus : Cinnamomum Spesies : Cinnamomum burmannii Integrated Taxonomic Information System, 2010 b. Deskripsi Nama daerahnya yaitu : holim, holim manis, modang siak-siak Batak; kanigar, kayu manis Melayu; madang kulit manih Minangkabau; huru mentek, kiamis Sunda, kanyengar Kangean; commit to user 7 kesingar Nusa Tenggara; kecingar, cingar Bali; onte Sasak; kaninggu Sumba; puu ndinga Flores Noveni, 2007. Tanaman kayu manis berupa pohon yang tumbuh tegak, masa hidup tahunan dengan tinggi dapat mencapai 15 m. Batang berkayu, bercabang, warna hijau kecoklatan. Daun tunggal, berbentuk lanset, ujung dan pangkalnya meruncing dengan tepi rata. Saat masih muda berwarna merah tua atau hijau ungu, daun tuanya berwarna hijau. Bunga majemuk malai, muncul dari ketiak daun, berambut halus dan mahkotanya berwarna kuning. Buah buni, berwarna hijau waktu muda, dan hitam setelah tua. Biji kecil-kecil, bentuk bulat telur. Kulit batang mengandung damar, lendir dan minyak atsiri yang mudah larut dalam air Rismunandar dan Paimin, 2001. c. Kandungan Kimia Kandungan ekstrak kulit batang kayu manis antara lain tanin, berupa cinnamtanin dan minyak atsiri 4 yang terdiri atas sinamat aldehida atau trans-cinnam-aldehyde 60-75, benzaldehida, cuminaldehida dan salisil-aldehida; fenol 4-10 termasuk eugenol dan metil-eugenol; senyawa hidrokarbon yaitu pinen, phellandrene, cymene dan coryophyllene; senyawa ester berupa eugenol asetat, cinamil asetat, fenil-propilasetat dan benzil benzoat; diterpen dalam bentuk cinncassiol; serta 1-linalool yang termasuk golongan alkohol Williamson, Driver, Baxter, 2009; Barnes, Anderson, Philipson, 2007. commit to user 8 Minyak kayu manis memiliki efek antifungi, antivirus, bakterisida, dan larvasida. Ekstrak karbon dioksida kulit batang kayu manis 0,1 menekan pertumbuhan berbagai organisme termasuk Escerischia coli, Staphyllococcus aureus, dan Candida albicans. Juga telah diketahui bahwa tanin memiliki efek astringen Barnes, Anderson, Philipson, 2007. Eugenol dan metil-eugenol dilaporkan terbukti memiliki aktivitas antifungi dengan cara mengganggu biosintesis ergosterol Ahmad, Khan, Mantoor, 2010. Ergosterol merupakan salah satu komponen penting dalam membran sel fungi. Diterpen juga menyatakan bahwa diterpen memiliki aktivitas antifungi Sundari dan Winarno, 2001. Menurut Sukandar 1999, minyak atsiri memiliki efek antifungi optimal dengan KHM sebesar 1. d. Manfaat Selain digunakan sebagai bumbu masakan dan pembalsaman murni, minyak atsiri kayu manis dimanfaatkan sebagai antiseptik dan pengobatan disentri, singkir angin, reumatik, diare, pilek, sakit usus, jantung, pinggang, darah tinggi dan masalah kesuburan wanita. Juga digunakan dalam obat kumur, pasta, deterjen, lotion, parfum, krim, pewangi atau peningkat cita rasa Rismunandar dan Paimin, 2001. commit to user 9 e. Distribusi dan Habitat Ekologi dan penyebaran yang asli tumbuh secara liar di hutan Malaysia, Cina dan Indonesia pada ketinggian 1000 m sampai 1500 m di atas permukaan laut dengan suhu 18ºC sampai 23ºC. Tanaman dapat tumbuh pada ketinggian 0 m sampai 2000 m di atas permukaan laut, tetapi yang terbaik dan banyak diusahakan dengan produksi yang memuaskan, adalah pada ketinggian 500 m sampai 1500 m di atas permukaan laut Noveni, 2007.

2. Lengkuas

a. Taksonomi Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Subkelas : Zingiberidae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus : Alpinia Spesies : Alpinia galanga L. ITIS, 2010 commit to user 10 b. Deskripsi Lengkuas memiliki nama daerah yang beragam, yaitu: lengkueueh Aceh; lengkues Gayo; kelawas, halawes Batak; lakuwe Nias; lengkuas Melayu; laos Jawa; laja Sunda; loos Madura; isen Bali; ringkuwas Minahasa. Merupakan tanaman berumur panjang, tinggi sekitar 1 sampai 2 meter, bahkan dapat mencapai 3,5 meter. Biasanya tumbuh dalam rumpun yang rapat. Batangnya tegak, tersusun oleh pelepah-pelepah daun yang bersatu membentuk batang semu, berwarna hijau agak keputih- putihan. Batang muda keluar sebagai tunas dari pangkal batang tua Sinaga, 2008. Daun tunggal, berwarna hijau, bertangkai pendek, tersusun berseling. Daun di sebelah bawah dan atas biasanya lebih kecil dari pada yang di tengah. Bentuk daun lanset memanjang, ujung runcing, pangkal tumpul, dengan tepi daun rata. Pertulangan daun menyirip. Panjang daun sekitar 20 - 60 cm, dan lebarnya 4 - 15 cm. Pelepah daun lebih kurang 15 - 30 cm, beralur, warnanya hijau. Pelepah daun ini saling menutup membentuk batang semu berwarna hijau Sinaga, 2008. Bunga lengkuas merupakan bunga majemuk berbentuk lonceng, berbau harum, berwarna putih kehijauan atau putih kekuningan, terdapat dalam tandan bergagang panjang dan ramping, yang terletak tegak di ujung batang. commit to user 11 Rimpang besar dan tebal, berdaging, berbentuk silindris, diameter sekitar 2-4 cm, dan bercabang-cabang. Bagian luar berwarna coklat agak kemerahan atau kuning kehijauan pucat, mempunyai sisik- sisik berwarna putih atau kemerahan, keras mengkilap, sedangkan bagian dalamnya berwarna putih. Daging rimpang yang sudah tua berserat kasar Sinaga, 2008. c. Kandungan Kimia Lengkuas memiliki kandungan kimia minyak atsiri berwarna kuning kehijauan, di mana komponen utama adalah 0,5-1 seskuiterpene hydrocarbon dan seskuiterpene alcohol. Di samping itu, terdapat 1,8-cineol 5,6, metil-sinamat 2,6, guaiol, galangin, d- pinen, kamfer dan eugenol dalam jumlah kecil. Eugenol telah terbukti memiliki aktivitas antifungi. Rasa pedas disebabkan oleh kandungan galangol diaryl heptanoid, fenchyl acetate dan bornyln acetate. Selain minyak atsiri juga terdapat flavonoid dan glikosida sterol Ahmad, Khan, Mantoor, 2010; Jirovetz et al., 2003; Soedarsono et al., 1996. Seskuiterpen juga memiliki aktivitas antifungi, seskuiterpen memiliki sifat antifungi dengan cara mengacaukan membran sel jamur karena kemampuannya untuk berfungsi sebagai surfaktan non ionik Kubo, Fujita, Lee, 2001; Sundari dan Winarno, 2001. Penelitian yang lebih intensif menemukan bahwa rimpang lengkuas mengandung zat-zat yang dapat menghambat enzim xanthin commit to user 12 oksidase sehingga bersifat sebagai antitumor. Lengkuas mengandung asetoksi kavikol asetat dan asetoksi eugenol asetat yang bersifat antiradang dan antitumor Jirovetz et al., 2003. Kadar hambat krim minyak atsiri rimpang lengkuas diketahui sebesar 8 Soeratri, 2005. d. Manfaat Umumnya, masyarakat mengggunakan rimpang lengkuas sebagai bumbu masak. Fungsi lengkuas sebagai tanaman obat yaitu sebagai obat untuk penyakit eksim, koreng, masuk angin, kurang nafsu makan, gangguan pernafasan pada anak dan sebagai antijamur Soedarsono et al., 1996. e. Distribusi dan Habitat Lengkuas tumbuh di tempat terbuka, yang mendapat sinar matahari penuh atau yang sedikit terlindung. Lengkuas menyukai tanah yang lembab dan gembur, tetapi tidak suka tanah yang becek. Tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut. Di Indonesia banyak ditemukan tumbuh liar di hutan jati atau di dalam semak belukar Sinaga, 2008. Tumbuhan ini berasal dari Asia tropika, tetapi tidak begitu jelas dari daerah mana. Ada yang menduga berasal dari Cina, ada juga yang berpendapat berasal dari Bengali. Tetapi sudah seiak lama digunakan secara luas di Cina dan Indonesia terutama di pulau Jawa. Sekarang commit to user 13 tersebar luas di berbagai daerah di Asia tropis, antara lain Indonesia, Malaysia, Filipina, Cina bagian selatan, Hongkong, India, Bangladesh, dan Suriname. Di Indonesia, mula-mula banyak ditemukan tumbuh di daerah Jawa Tengah, tetapi sekarang sudah di budi-dayakan di berbagai daerah. Di Malaya, selain yang tumbuh liar juga banyak yang ditanam oleh penduduk di kebun atau pekarangan rumah Sinaga, 2008.

3. Flukonazol

a. Gambaran Flukonazol merupakan obat antifungi golongan triazol. Obat ini digunakan untuk melawan infeksi sistemik jamur Candida sp. misalnya pada candidemia, koksidioidomikosis, dan sebagai terapi lanjutan untuk meningitis kriptokokus Johnson et al., 2002. Dapat diberikan secara oral dan bersifat tidak begitu toksik Brooks, Butel Morse, 2001. Flukonazol tersedia untuk pemakaian per oral dalam kapsul yang mengandung 50 mg dan 150 mg. Dosis yang disarankan 100-400 mg per hari. Kandidiasis vaginal dapat diobati dengan dosis tunggal 150 mg Bahry dan Setiabudi, 1995. Salah satu merk dagang flukonazol di pasaran adalah diflucan. Definisi diameter zona hambatan pertumbuhan jamur oleh flukonazol kadar 25 µg pada sumuran cawan petri yaitu: jamur sensitif, commit to user 14 jika diameter ≥19 mm, intermediet jika diameter 15-18 mm dan resisten jika diameter ≤ 14 mm Barry dan brown, 1996 b. Farmakokinetik Obat ini diserap sempurna melalui saluran cerna tanpa dipengaruhi makanan ataupun keasaman lambung. Kadar plasma setelah pemberian oral sama dengan kadar plasma setelah pemberian IV Bahry dan Setiabudi, 1995. Flukonazol tersebar rata ke dalam cairan tubuh juga dalam sputum dan saliva. Kadarnya dalam cairan serebrospinal 50-90 kadar plasma. Kadar puncak 4-8 µg dicapai setelah beberapa kali pemberian 100 mg. Waktu paruh eliminasi 25 jam, sedangkan ekskresi melalui ginjal melebihi 90 Bahry dan Setiabudi, 1995. c. Farmakodinamik Flukonazol merupakan inhibitor enzim lanosterol 14-demetilase tergantung sitokrom P-450 jamur yang sangat selektif. Enzim ini berfungsi untuk mengubah lanosterol menjadi ergosterol. Penurunan kadar sterol normal berkorelasi dengan akumulasi kadar 14-metil sterol dalam sel fungi yang memberikan efek fungistatik Pfizer, 2008. commit to user 15 d. Efek Samping dan Interaksi Obat Efek flukonazol yang merugikan terutama berhubungan dengan kemampuannya untuk menghambat enzim P450 mammalia, tetapi pada dosis terapi tidak dihasilkan efek yang bermakna akibat penghambatan itu Brooks, Butel Morse, 2001. Gangguan saluran cerna merupakan efek samping yang paling banyak ditemukan. Reaksi alergi pada kulit, eosinofil, sindrom Stevens- Johnson, gangguan faal hati sementara dan trombositopenia dijumpai pada penderita AIDS. Kadar plasma fenitoin dan sulfonilurea dapat meningkat pada pemakaian bersama flukonazol. Dalam derajat yang lebih ringan, fenomena ini juga dapat dijumpai bila warfarin dan siklosporin diberikan bersama flukonazol Bahry dan Setiabudi, 1995. e. Indikasi dan Kontraindikasi Flukonazol menjanjikan penetrasi yang baik ke susunan saraf pusat sehingga dipakai sebagai terapi pemeliharaan untuk meningitis cryptococcus dan coccidioidal. Kandidiasis vagina dan rongga mulut merupakan indikasi untuk pemberian flukonazol. Candidasis orofaring pada penderita AIDS juga merupakan indikasi bagi flukonazol Brooks, Butel Morse, 2001; Bahry dan Setiabudi, 1995. commit to user 16

4. Candida albicans

a. Taksonomi Kingdom : Fungi Divisi : Eumycophyta Kelas : Deuteromycetes Ordo : Melaneoniales Famili : Moniliaceae Genus : Candida Spesies : Candida albicans Ariani, Susanti, Susilowati, 2004 b. Morfologi dan Identifikasi Dalam biakan atau jaringan, spesies candida tumbuh sebagai sel-sel ragi bertunas dan oval berukuran 3-6 µm. Mereka juga membentuk pseudohifa ketika tunas-tunas terus tumbuh tetapi gagal melepaskan diri, menghasilkan rantai sel-sel yang memanjang yang terjepit atau tertarik pada septasi-septasi di antara sel-sel Brooks, Butel Morse, 2001. Candida albicans bersifat dimorfik; selain ragi-ragi dan pseudohifa, Candida albicans juga bisa menghasilkan hifa sejati. Dalam media agar atau dalam 24 jam pada suhu 37 o C atau pada suhu ruangan, spesies candida menghasilkan koloni halus, berwarna krem commit to user 17 dengan aroma ragi. Pseudohifa jelas sebagai pertumbuhan yang terbenam di bawah permukaan agar Brooks, Butel Morse, 2001. Pemeriksaan isolasi dan identifikasi jamur dilakukan melalui perbenihan jamur pada SDA yang dieramkan pada suhu kamar selama 24 jam, dari hasil perbenihan ini didapat koloni berwarna putih sampai krem, permukaan bulat agak cembung dengan bau khas ragi Mulyati et al., 2002. Uji germ tube yang dipakai untuk identifikasi Candida albicans adalah dengan menggunakan bahan yang mengandung faktor protein, seperti putih telur, serum dan plasma. Bahan tersebut kemudian diinokulasikan dengan isolat Candida albicans yang berumur 48-72 jam. Jika dalam 2-3 jam pada suhu 37 o C ditemukan sel yang berkecambah seperti raket, maka isolat tersebut merupakan Candida albicans Mulyati et al., 2002. c. Habitat Di alam bebas, jamur ini dapat ditemukan di tanah, buah- buahan, kotoran binatang dan air Gandahusada, Illahude, Pribadi, 1998. Jamur ini ditemukan lebih banyak pada daerah tropis dengan kelembapan udara yang tinggi dan saat musim hujan. Dapat menyerang segala umur, baik laki-laki maupun perempuan Siregar, 2005. commit to user 18 d. Kandidiasis Kandidiasis merupakan penyakit jamur yang mengenai kulit, kuku, selaput lendir dan alat-alat dalam dan disebabkan oleh banyak spesies Candida, terutama Candida albicans Gandahusada, Illahude, Pribadi, 1998. Kandidiasis dapat digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu kandidiasis mukokutan dan kandidiasis sistemik. Kulit. Jamur ini sering ditemukan sebagai kelainan di sela jari kaki atau tangan dan dikenal sebagai “kutu air” atau “rangen”. Gejala yang ditimbulkan adalah rasa gatal dan timbul rasa sakit bila terjadi maserasi atau infeksi sekunder oleh kuman. Daerah lain yang sering terkena adalah daerah inguinal, pada daerah yang tertutup popok pada bayi, ketiak dan sekitar dubur pada anak Gandahusada, Illahude, Pribadi, 1998. Kuku. Jamur Candida dapat tertimbun pada kuku sebagai akibat garukan pada kulit yang terinfeksi jamur atau tercemar sewaktu membersihkan diri setelah defekasi. Keadaan ini sering tidak memberikan gejala kecuali bila terjadi paronikia yang menimbulkan rasa sakit. Kuku yang terkena kadang-kadang berubah warna, seperti susu atau warna lain dan rapuh. Kadang-kadang permukaan kuku menimbul dan tidak rata Brooks, Butel Morse, 2001. Selaput Lendir. Candida sering ditemukan pada bayi sebagai bercak putih seperti susu di bibir, lidah atau selaput lendir mulut. Keadaan ini juga ditemukan pada orang dewasa dengan faktor commit to user 19 predisposisi. Kejadian ini sering disertai kandidasis intestinal dengan gejala perut sering kembung dengan atau tanpa disertai diare Brooks, Butel Morse, 2001. Pada wanita, Candida sering menimbulkan vaginitis dengan gejala utama fluor albus yang sering disertai rasa gatal. Pada selaput lendir traktus respiratorius, Candida dapat menimbulkan kelainan setempat yang memberi gejala batuk atau dapat mengadakan infiltrasi ke dalam parenkim paru dan memberi gejala seperti tumor paru atau mirip penyakit infeksi lain. Candida dapat menyebar secara hematogen menuju jantung atau ginjal. Infeksi vesica urinaria oleh Candida juga ditemukan, terutama pada wanita dan penderita yang menggunakan kateter. Gejala yang ditimbulkan berupa rasa sakit di daerah vesica urinaria, rasa sakit dan panas waktu BAK dan urin keruh. Keadaan ini dapat disertai peningkatan suhu badan Gandahusada, Illahude, Pribadi, 1998. Kandidemia bisa disebabkan oleh kateter menetap, pembedahan, penyalahgunaan obat-obatan intravena, aspirasi, atau kerusakan pada kulit atau saluran pencernaan Brooks, Butel Morse, 2001. Penatalaksanaan untuk kandidiasis mukokutan, diobati dengan pemberian nystatin topikal, gentian violet, Ketoconazol atau Fluconazol. Kandidiasis sistemik diobati dengan Amphotericin B, kadang-kadang dibarengi dengan Flucytosine oral. Penyembuhan lesi kulit dipercepat dengan menyingkirkan faktor-faktor yang commit to user 20 mempengaruhi seperti kelembaban yang berlebihan, dan obat-obat antibakteri Brooks, Butel Morse, 2001.

B. Kerangka Pemikiran

: mengandung, berefek : dicampur : menghambat : lebih menghambat Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Minyak Atsiri Kulit Batang Kayu Manis Minyak Atsiri Rimpang Lengkuas Phellandrene, linalool, cinncassiol eugenol Menghambat biosintesis ergosterol Pertumbuhan Candida albicans pada cawan I Eugenol, metil eugenol Mekanisme belum diketahui Seskuiterpene Mendenaturasi protein membran Mengacaukan membran sel jamur Mengacaukan membran sel jamur Menghambat biosintesis ergosterol Pertumbuhan Candida albicans pada cawan II Pertumbuhan Candida albicans pada cawan III Minyak atsiri kombinasi commit to user 21

C. Hipotesis

Efek antifungi minyak atsiri kombinasi kayu manis Cinnamomum burmannii dan lengkuas Alpinia galanga terhadap Candida albicans lebih besar daripada jika diberikan secara tunggal. commit to user 22

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratorium.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Parasitologi dan Mikologi Universitas Sebelas Maret.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan adalah suspensi Candida albicans yang telah disetarakan dengan standar 0,5 Mc Farland dari biakan murni koloni jamur tersebut dalam media Sabboraud Dextrose Agar. Biakan diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas Setia Budi Surakarta.

D. Teknik Sampling

Dokumen yang terkait

Efek Antifungal Dan pH Kombinasi Minyak Atsiri Kayu Manis Dengan Kalsium Hidroksida Terhadap Candida albicans

2 71 78

EFEK EKSTRAK ETANOL BIJI KAKAO (Theobroma cacao) SEBAGAI ANTIFUNGI TERHADAP Candida albicans SECARA IN VITRO

0 3 17

PERBEDAAN EFEK ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI DAUN SIRIH HIJAU, MINYAK ATSIRI DAUN SIRIH MERAH DAN RESIK V SABUN SIRIH TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans SECARA IN VITRO

0 7 55

UJI DAYA ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum) Uji Daya Antifungi Minyak Atsiri Bawang Merah (Allium ascalonicum) Terhadap Candida albicans ATCC 10231 Secara In Vitro.

0 1 16

DAFTAR PUSTAKA Uji Daya Antifungi Minyak Atsiri Bawang Merah (Allium ascalonicum) Terhadap Candida albicans ATCC 10231 Secara In Vitro.

0 2 5

UJI DAYA ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI BAWANG MERAH Uji Daya Antifungi Minyak Atsiri Bawang Merah (Allium ascalonicum) Terhadap Candida albicans ATCC 10231 Secara In Vitro.

0 4 18

EFEK ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI RIMPANG TEMU MANGGA (Curcuma mangga val.) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans IN VITRO.

3 3 12

Efek Antifungi Ekstrak Daun Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) terhadap Pertumbuhan Candida albicans secara in vitro.

2 11 4

POTENSI ANTIFUNGI EKSTRAK KAYU MANIS (Cinnamomum burmanii) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans SECARA in Vitro SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 54

Efek antifungi decocta rimpang jahe merah (zingiber officinale) terhadap pertumbuhan candida albicans secara in vitro

1 1 44