Latar Belakang Masalah PERBEDAAN EFEK ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI KAYU MANIS , LENGKUAS DAN KOMBINASINYA TERHADAP Candida albicans SECARA IN VITRO

commit to user 1 1 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit yang disebabkan oleh fungi disebut mikosis. Mikosis dikelompokkan sebagai: 1 mikosis superfisial, yang disebabkan oleh kapang dan penyebarannya terjadi pada permukaan tubuh; 2 mikosis sistemik, disebabkan oleh fungi patogen yang menghasilkan mikrokonidia atau oleh khamir dan penyebarannya melalui peredaran darah ke jaringan dalam tubuh; 3 mikosis dalam deep mycosis, juga disebabkan oleh fungi yang membentuk mikrokonidia dan oleh khamir, serta tumbuh di bagian jaringan yang akan membengkak Gandjar, 2006. Mikosis dengan insiden tertinggi, yaitu Kandidiasis dan dermatofitosis, disebabkan oleh jamur yang merupakan bagian dari mikroba flora normal atau yang beradaptasi untuk hidup dalam inang manusia. Kandidiasis adalah mikosis sistemik paling sering Brooks, Butel dan Morse, 2001. Kandidiasis merupakan mikosis yang disebabkan oleh beberapa spesies dari genus candida Brooks, Butel dan Morse, 2001. Candida merupakan anggota flora normal tubuh yang komensalis pada kulit, membran mukosa, saluran pernafasan, saluran pencernaan dan vagina Brooks, Butel dan Morse, 2001; Levinson Jawetz, 2003. Candida albicans merupakan jamur yang oportunistik yaitu jamur yang pada mulanya tidak patogen namun commit to user 2 bila ada faktor predisposisi jamur itu menjadi patogen Budimulja, Sunoto Tjokronegoro, 1983. Candida albicans merupakan salah satu flora alami yang sering menyebabkan infeksi oportunistik. Penyebab utama dan tersering dari kandidiasis adalah Candida albicans Siregar, 1993. Sekitar 10 dari mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial berasal dari spesies Candida Guntur, 2007. Obat-obat antifungi baru terbukti berhasil dalam mencegah dan mengobati infeksi jamur yang disebabkan oleh Candida albicans dan spesies lainnya. Namun, penggunaan obat-obatan tersebut secara luas mengakibatkan munculnya galur yang resisten terhadap obat-obatan tersebut. Powderly, 2000. Pemilihan obat komplementer antifungi dari herbal ini karena beberapa alasan. Pertama, obat-obat alamiah ini lebih aman dan diyakini kurang memberikan efek samping jika dibanding obat-obat farmasetik, kalaupun ada efek samping munculnya lambat Herman, 2001. Juga untuk mengatasi jamur yang telah resisten terhadap beberapa obat farmasetik. Pemanfaatan bahan tumbuh-tumbuhan untuk tujuan pengobatan penyakit kulit akibat jamur dikenal juga oleh nenek moyang, umumnya pemakaiannya berdasarkan pengalaman; karena itu, penilaian dan pengkajian khasiatnya secara ilmiah perlu dilakukan baik secara In vitro maupun In vivo Sundari dan Winarno, 2001. commit to user 3 Sejumlah penelitian telah mengkonfirmasi efek antifungi yang dimiliki zat-zat yang dikandung oleh beberapa tumbuhan. Penelitian oleh Sukandar 1999 menyatakan bahwa minyak atsiri kulit kayu manis Cinnamomum burmannii memiliki aktivitas antifungi optimal terhadap Candida albicans dengan konsentrasi hambat minimum KHM 1. Sedangkan penelitian oleh Handajani dan Purwoko 2008 menyatakan bahwa ekstrak rimpang lengkuas Alpinia galanga memiliki aktivitas antifungi terhadap jamur filamentus, meskipun tidak kuat. Selain itu Soeratri 2005 menyatakan bahwa konsentrasi hambat minimum krim minyak atsiri rimpang lengkuas terhadap pertumbuhan Candida albicans mulai didapatkan pada konsentrasi 8. Kombinasi berbagai ekstrak tumbuhan dapat memiliki daya antifungi yang lebih besar daripada ekstrak tunggalnya. Seperti yang ditunjukkan oleh Soemiati dan Elya 2002 pada penelitian mereka mengenai efek antifungi kombinasi infusa daun sirih Piper betle L. dan kulit buah delima Punica granatum L. terhadap jamur Candida albicans. Dengan konsentrasi 1000 mgdL, pada infusa daun sirih, kulit buah delima, dan kombinasi keduanya didapatkan diameter zona hambat masing-masing 17,07 mm, 16,33 mm dan 18,29 mm. Berdasar latar belakang tersebut di atas, peneliti terpanggil untuk melakukan penelitian untuk melihat pengaruh kombinasi zat herbal, dalam penelitian ini yaitu antara kayu manis Cinnamomum burmannii dan commit to user 4 lengkuas Alpinia galanga, pada efek antifunginya terhadap pertumbuhan Candida albicans.

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Efek Antifungal Dan pH Kombinasi Minyak Atsiri Kayu Manis Dengan Kalsium Hidroksida Terhadap Candida albicans

2 71 78

EFEK EKSTRAK ETANOL BIJI KAKAO (Theobroma cacao) SEBAGAI ANTIFUNGI TERHADAP Candida albicans SECARA IN VITRO

0 3 17

PERBEDAAN EFEK ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI DAUN SIRIH HIJAU, MINYAK ATSIRI DAUN SIRIH MERAH DAN RESIK V SABUN SIRIH TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans SECARA IN VITRO

0 7 55

UJI DAYA ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum) Uji Daya Antifungi Minyak Atsiri Bawang Merah (Allium ascalonicum) Terhadap Candida albicans ATCC 10231 Secara In Vitro.

0 1 16

DAFTAR PUSTAKA Uji Daya Antifungi Minyak Atsiri Bawang Merah (Allium ascalonicum) Terhadap Candida albicans ATCC 10231 Secara In Vitro.

0 2 5

UJI DAYA ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI BAWANG MERAH Uji Daya Antifungi Minyak Atsiri Bawang Merah (Allium ascalonicum) Terhadap Candida albicans ATCC 10231 Secara In Vitro.

0 4 18

EFEK ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI RIMPANG TEMU MANGGA (Curcuma mangga val.) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans IN VITRO.

3 3 12

Efek Antifungi Ekstrak Daun Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) terhadap Pertumbuhan Candida albicans secara in vitro.

2 11 4

POTENSI ANTIFUNGI EKSTRAK KAYU MANIS (Cinnamomum burmanii) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans SECARA in Vitro SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 54

Efek antifungi decocta rimpang jahe merah (zingiber officinale) terhadap pertumbuhan candida albicans secara in vitro

1 1 44