41
kondisi geologis tanah tidak stabil dan kemungkinan banyak terdapat rekahan alami natural fissures yang bisa sampai ke permukaan. Karena tidak dapat
melanjutkan perjalanannya terus ke atas melalui lubang sumur disebabkan BOP sudah ditutup, maka fluida formasi bertekanan tadi akan berusaha
mencari jalan lain yang lebih mudah yaitu melewati rekahan alami tadi dan berhasil keluar. Hal ini yang menjadi dugaan kenapa surface blowout terjadi di
berbagai tempat di sekitar area sumur, bukan di sumur itu sendiri. Gambar 5. Hipotesa Mekanisme Semburan Lumpur Panas Lapindo
2
Sumber :
Rubi Rubiandini R. S., Pembelajaran dari Erupsi Lumpur di Sekitar Lokasi Sumur Banjar Panji-1, IAGI, Jakarta 27 September 2006. Diakses tanggal 09 Maret 2015
3. Dampak Lingkungan Luapan Lumpur
Dampak atau efek dari semburan lumpur panas dari pengeboran pada Sumur Banjar Panji-1 secara umum dapat dilihat dari dua hal yaitu adanya
tumpahan atau luberan material cair berupa lumpur dalam volume yang sangat
2
Yunus Daud, Standar Baku Pengeboran dan Masalah Human Error : Antisipasi Teknologi, Diskusi Publik Tragedi Lumpur Panas Sidoarjo. Diskusi Publik Tragedi Lumpur Panas
Sidoarjo, 2006. Diakses tanggal 21 Desember 2014
42
besar maupun adanya dugaan kandungan yang terdapat dalam material cair tersebut.
a. Dampak Terhadap Tanah
Uji lebih lanjut terhadap tanah yang terkena dampak dari luberan lumpur menunjukkan hasil yang berbeda dari uji laboratorium yang telah
dilakukan. Hal ini diduga dalam perjalanan di atas permukaan tanah atau di dalam udara terbuka lumpur mengalami perubahan efek menjadi zat yang
toxic setelah mengalami kontaminasi atau bersenyawa dengan media lain yang berada di sekitar wilayah bencana tersebut. Tanah bekas terkena
lumpur bisa ditanami akan tetapi jika tanaman tersebut akan dikonsumsi oleh manusia akan berisiko bagi kesehatan.
3
b. Dampak Sosial Ekonomi
Semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat sekitar maupun bagi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.
Lumpur panas Lapindo selain mengakibatkan kerusakan lingkungan, juga bisa mengakibatkan rusaknya lingkungan fisik masyarakat yang tinggal di
sekitar semburan lumpur.
4
B. Posisi Lumpur Lapindo dalam Hukum Positif
Seiring dengan sering terjadinya kasus kerusakan lingkungan sebagai akibat dari proses pembangunan, studi tentang ekologi pembangunan semakin
3
Lily Pudjiastuti., Tanah Bekas Lumpur Lapindo Tak Bisa Ditanami, Hasil Riset ITS, Kamis 2772006, diakses pada tanggal 21 Desember 2014
4
Richard J. Davies, Birth of a Mud Volcano : East Java, 29 May 2007. Dalam http:hotmudflow.wordpress.com diakses tanggal 21 Desember 2014
43
berkembang pesat. Pembangunan adalah upaya-upaya yang diarahkan untuk memperoleh taraf hidup yang lebih baik. Upaya-upaya untuk kesejahteraan atau
taraf hidup yang lebih baik merupakan hak semua orang dimana pun berada. Khususnya di negara-negara berkembang, pembangunan merupakan pilihan
penting dilakukan guna terciptanya kesejahteraan penduduknya. Dengan demikian pembangunan merupakan sarana bagi pencapaian taraf kesejahteraan manusia.
Dan pembangunan ini yang kemudian tidak terlepas dari adanya dampak yang merugikan, terutama kepada lingkungan.
Menurut Prof .Moeljatno,
5
sebuah tindak pidana ada setelah adanya perbuatan dan sebuah keadaan yang menyertai perbuatan tersebut. Dalam kita
melihat kejadian di Kec. Porong Sidoarjo ini, yang melakukan sebuah perbuatan adalah Lapindo Brantas, dimana perbuatan tersebut adalah melakukan kegiatan
eksploitasi dan eksplorasi migas yang berada di Blok Brantas, meskipun berdasarkan fakta yang ada proses pengeboran drilling tersebut kemudian di sub
kontrakan oleh Lapindo Brantas Inc kepada PT. Medici Citra Nusa, namun Lapindo Brantas dalam hal ini tidak dapat melepaskan pengawasannya terhadap
proses tersebut mengingat Lapindo Brantas adalah sebagai pemegang hak terhadap eksploitasi dan eksplorasi di blok tersebut. Unsur diatas merupakan
pembuktian telah terpenuhinya terjadinya sebuah tindak pidana oleh manusia. Namun menurut Sutan Remy Sjahdeini,
6
adanya keharusan terpenuhinya unsur terdapatnya perbuatan dan unsur terdapatnya kesalahan tidak mesti dari satu
orang, hal ini berarti orang yang melakukan perbuatan tidak harus memiliki
5
Moeljatno., Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 1993, h. 185.
6
Sutan Remy Sjahdeini, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Jakarta: Grafiti Pers, , 2006, h. 74.
44
kesalahan yang menjadi dasar perbuatan itu, asalkan dalam melakukan perbuatan yang dimaksud tersebut adalah menjalankan perintah atau suruhan orang lain yang
memiliki kalbu yang menghendaki kesalahan tersebut oleh orang yang disuruh. Dengan adanya gabungan tersebut antara perbuatan yang dilakukan oleh pelaku
yang tidak memiliki kesalahan tidak memiliki sikap kalbu yang salah dan kesalahan yang dimiliki oleh orang yang memerintahkan atau menyuruh
perbuatan itu dilakukan, maka secara gabungan terpenuhilah unsur-unsur perbuatan dan kesalahan yang diperlukan bagi pembebanan pertanggungjawaban
pidana oleh korporasi. Dalam hal ini, Lapindo Brantas sebagai sebuah korporasi yang tidak
memiliki kesalahan dapat juga dijatuhi pembebanan pertanggungjawaban pidana setelah adanya penggabungan ini, karena faktor kesalahan tersebut dapat diambil
dari manusia sebagai yang menjalankan operasional korporasi tersebut. Jadi, baik Lapindo
Brantas serta
pengurusnya dapat
dijatuhi pembebanan
pertanggunjawaban pidana seperti yang termuat dalam setiap pasal yang terdapat dalam Bab IX UUPLH No. 23 Tahun 1997.
Seharusnya pihak Lapindo Brantas menghiraukan pendapat para ahli geologi ini, mengingat bukan hanya sekali ini saja, masyarakat Jawa Timur
mengalami perusakan dan pencemaran lingkungan oleh korporasi, ada terdapat beberapa kasus lainnya seperti :
7
1. Pada tahun 2000 terjadi kebocoran petrokimia.
7
Informasi dari WALHI Jawa Timur, 2006 dalam Kumpulan Analisis Bencana Lumpur Lapindo, h. 12.