Pertanggungjawaban Pidana Anak Terhadap Penyalahgunaan Internet Sebagai Media Bullying Menurut Undang Undang No 11 Tahun 2008

(1)

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK TERHADAP PENYALAHGUNAAN INTERNET SEBAGAI MEDIA BULLYING

MENURUT UNDANG UNDANG NO 11 TAHUN 2008

S K R I P S I

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Guna Memenuhi Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

HERMAN F HUTABARAT NIM: 110200368

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK TERHADAP PENYALAHGUNAAN INTERNET SEBAGAI MEDIA BULLYING

MENURUT UNDANG UNDANG NO 11 TAHUN 2008

S K R I P S I

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Guna Memenuhi Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

HERMAN F HUTABARAT NIM: 110200368

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

Disetujui Oleh:

KETUA DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

(Dr. M. Hamdan, S.H., M.H) NIP. 195703261986011001

DOSEN PEMBIMBING I DOSEN PEMBIMBING II

( Syafruddin, S.H., M.H., D.F.M. ) ( Dr. Marlina, S.H., M.Hum. ) NIP. 197110051998011001 NIP. 197407252002122002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan berkat dan rahmat-Nya lah penulis memiliki kesehatan, kekuatan dan kemampuan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sudah menjadi kewajiban dari setiap mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk dapat menyelesaikan suatu karya ilmiah sebagai syarat dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berjudul “Pertanggungjawaban Pidana Anak Terhadap Penyalahgunaan Internet Sebagai Media Bullying Menurut Undang-Undang No 11 Tahun 2008”. Pada penyajiannya, penulis menyadari terdapat berbagai kekurangan dan kesalahan, yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan ilmiah yang dimiliki oleh penulis, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan dari karya ilmiah ini.

Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M. Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara beserta seluruh Staf-stafnya.

2. Bapak Dr. M. Hamdan SH. M. H. selaku Ketua Departemen Hukum Pidana dan Ibu Liza Erwina SH. M. Hum selaku Sekretaris Departemen Hukum Pidana, yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk membuat skripsi ini.


(4)

3. Bapak Syafruddin Sulung, SH. M. H. D.F.M selaku Pembimbing ke I, yang telah menyediakan dan meluangkan waktunya untuk memberikan segala bimbingan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Ibu Dr. Marlina SH. M. Hum selaku Pembimbing ke II, yang telah

menyediakan dan meluangkan waktunya untuk memberikan segala bimbingan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Mohammad Ekaputra, SH. M. Hum selaku Dosen Penguji yang telah menyediakan dan meluangkan waktunya.

6. Ibu Rafiqoh Lubis, SH. M. Hum selaku Dosen penguji yang telah menyediakan dan meluangkan waktunya.

7. Bapak Muslim Harahap SH. MH. atas wawancara terhadap KPAID SUMUT, yang telah menyediakan dan meluangkan waktunya sehingga dapat diwawancarai terkait dengan penulisan skripsi ini

8. Bapak Jumanto SH. Selaku KANIT 3 SUBDIT 2 CYBERCRIME DIRRESKRIMSUS POLDA SUMUT, yang telah menyediakan dan meluangkan waktunya sehingga dapat diwawancarai terkait dengan penulisan skripsi ini.

9. Seluruh staf pengajar pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan serta mengajarkan segala ilmu pengetahuan kepada penulis selama penulis menyelesaikan studinya.

10. Khusus kepada Ayah, Ibu, Kakak, Kakek, Nenek, dan seluruh keluarga, terimakasih yang sebesar-besarnya karena telah memberikan dukungannya baik moril maupun materil.


(5)

11. Kepada Kak Yohana yang telah memberikan support dan dukungan yang sangat besar selama proses penulisan skripsi.

12. Kepada teman-temanku THE BROTHERS semasa SMU, 8 CENTIMETER semasa kuliah, dan kepada seluruh teman-temanku yang telah memberikan motifasi dan support yang luar biasa.

Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang tidak dapat diucapkan satu per satu. Semoga kiranya kebaikan semua memperoleh balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi setiap pihak yang membacanya. Amin.

Medan, Mei 2015

Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAKSI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Keaslian Penelitian ... 9

E. Tinjauan Kepustakaan ... 9

1. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana ... 9

2. Pengertian Penyalahgunaan Internet ... 14

3. Pengertian Bullying .... 15

4. Pengertian Anak ... 21

F. Metode Penelitian ... 22

G. Sistematika Penulisan ... 25

BAB II PENGATURAN TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK TERHADAP PENYALAHGUNAAN INTERNET SEBAGAI MEDIA BULLYING A. Pertanggungjawaban Pidana ... 27

B. Penyalahgunaan Internet ... 36

C. Aturan Pertanggungjawaban Pidana Anak Yang Melakukan Penyalahgunaan Internet Sebagai Media Bullying ... 47


(7)

BAB III AlASAN ANAK DIJADIKAN SEBAGAI PELAKU DAN HAMBATAN YANG DIHADAPI UNTUK MENARIK ANAK SEBAGAI PELAKU PENYALAHGUNAAN INTERNET SEBAGAI MEDIA BULLYING

A. Anak Sebagai Pelaku Berdasarkan Undang Undang Nomor 11 Tahun 2012 dan Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008 ... 74 B. Studi Kasus Anak Sebagai Pelaku Penyalahgunaan Internet

Sebagai Media Bullying ... 80 C. Hambatan Yang Dihadapi Untuk Menarik Anak Sebagai

Pelaku Penyalahgunaan Internet Sebagai Media bullying

... 88

BAB IV UPAYA YANG DILAKUKAN UNTUK MENCEGAH ANAK MELAKUKAN PENYALAHGUNAAN INTERNET SEBAGAI MEDIA BULLYING

A. Menurut Peraturan Perundang-undangan... 97 B. Menurut Para Ahli ... 100 C. Menurut Penegak Hukum ... 104

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 106 B. Saran ... 108


(8)

ABSTRAKSI Herman F. Hutabarat1 Syafruddin, S.H., M.H., D.F.M.**

Dr. Marlina, SH., M.Hum.***

Kehadiran internet dapat memudahkan anak untuk mengakses informasi dari dunia luar dan melakukan hal bermanfaat, namun sangat disayangkan saat ini internet jug digunakan sebagai media melakukan perbuatan jahat. Salah satu perbuatan jahat yang dapat dilakukan anak melalui internet adalah bullying

melalui media internet. Bulllying yang dilakukan anak melalui media internet dapat menimbulkan berbagai macam akibat seperti, tekanan mental, hilangnya rasa percaya diri, minum minuman keras, menggunakan narkoba dan berbagai perbuatan lainnya yang dapat menghambat atau merusak kehidupan si korban, sehingga dirasa perlu untuk segera ditangani.

Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi dan penelitian ini adalah dengan cara Normatif, yaitu dengan cara melihat pengaturan terhadap anak yang menyalahgunakan internet sebagai media bullying, dan dibantu dengan penelitian Empiris yakni dengan mewawancarai ahli melalui KPAI dan kepolisian untuk mempertanyakan apa saja yang menjadi dasar pertimbangan anak ditarik sebagai pelaku penyalahgunaan internet sebagai media bullying.

Pasal 27, 28 dan 29 Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik dapat dijatuhkan terhadap anak pelaku penyalahgunaan internet sebagai media

bullying dengan tetap meninjau kepada Undang-Undang No 11 Tahun 2012 tentang Sitem Peradilan Pidana Anak.

Anak yang terbukti melakukan kesalahan dapat dijadikan sebagai pelaku dan dijatuhi hukuman sesuai dengan undang-undang undang yang berlaku dengan tujuan memenuhi rasa keadilan yang sesuai dengan kesadaran hukum serta memberi kesempatan kepada anak memperoleh jati dirinya untuk menjadi manusia yang mandiri dan bertanggungjawab, namun dalam menarik anak sebagai pelaku terdapat hambatan-hambatan dalam menarik anak sebagai pelaku.

Upaya yang dapat dilakukan agar anak tidak melakukan perbuatan

bullying melalui internet kembali, yang mana terhadap pelaku akan diberikan sanksi yang tegas dengan adanya undang-undang yang berlaku di Indonesia, memperhatikan kegiatan anak sehari hari yang melibatkan peran keluarga, masyarakat, pemerintah daerah dan pemerintah pusat serta memberikan penyuluhan yang dapat memberikan nilai moral.

* Mahasiswa Departemen Hukum Pidana

** Staf Pengajar Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara *** Staf Pengajar Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa anak adalah amanah dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang didalamnya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya, Anak juga merupakan tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita cita yang perjuangan bangsa yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Tanggung jawab besar tersebut perlu diberikan kesempatan luas dan terbuka lebar yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, sehingga juga dirasa perlu untuk melakukan upaya perlindungan yang dapat mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta mendapatkan perlakuan tanpa adanya diskriminasi. Guna mewujudkan perlindungan dan kesejahteraan bagi anak tersebut diperlukan ada dukungan dari keluarga, masyarakat, negara serta lembaga dan perundang undangan yang dapat menjamin pelaksanaan perlindingan terhadap anak tersebut.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga masyarakat, dan negara. Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan.


(10)

Salah satu pengaturan tentang hak anak diatur dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 yang berisikan “ Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan”

Kehadiran internet memudahkan generasi muda dalam mengakses informasi dari dunia luar. Bersosialisasi dan mengetahui kondisi luar negri tentu lebih mungkin dilakukan dengan memanfaatkan internet.2

Internet merupakan suatu perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang menghasilkan suatu space atau ruangan yang tercipta dari penyatuan antara manusia dengan teknologi berdasarkan ilmu pengetahuan, oleh karena itu terciptalah suatu ruang yang didalamnya teradapat aktivitas yang nyata meskipun dalam bentuk virtual, ruangan virtual tersebut saat ini sering dikunjungi oleh manusia sebagai sarana yang beragam, tanpa harus memerlukan tubuh secara fisik untuk masuk dan berkunjung kedalamnya, serta dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang orang didalam ruangan virtual tersebut tanpa mengenal batasan jarak, sehingga dapat menghemat waktu dan juga biaya. Ruangan virtual atau yang sering disebut sebagai dunia siber atau cyberspace tersebut pada saat ini akhirnya telah berhasil membuat dunia baru yang dihuni oleh para pengguna internet yang berasal dari berbagai belahan dunia dengan berbagai umur, status,

2

www.kpai.go.id/berita/kpai-ribuan-anak-indonesia-jadi-korban-pornografi-internet-2/.


(11)

suku, budaya dan agama yang berbeda beda membentuk suatu lingkungan yang baru.3

Login ke internet sekarang, akan dapat menemukan puluhan atau mungkin ratusan tulisan yang berasal dari berbagai sumber, yang isinya sebenarnya telah dapat dikategorikan ke dalam penghinaan, namun tidak ada 1 (satu) pihak pun yang menjadikan hal ini “urusan”-nya, baik itu dari pihak provider internet

ataupun pihak penegak hukum, kemudian pihak yang menjadi korban penghinaan ataupun pelecehan ataupun penghujatan “tidak dapat” berbuat apa-apa, selain (kalau mungkin) membuat balasan dalam bentuk tulisan yang serupa.

Internet tersebut dalam kesehariannya dapat digunakan sebagai media untuk melakukan hal hal yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan manusia, namun sangat disayangkan pada saat ini internet bukan hanya di gunakan sebagai media untuk melakukan hal hal yang baik, akan tetapi internet juga telah digunakan sebagai media untuk melakukan perbuatan jahat.

4

Peristiwa yang sering terjadi dan sering kita temui saat menggunakan teknologi internet atau sering dijumpai di dunia siber (cyberspace) adalah

bullying. Bullying merupakan istilah asing yang sering di gunakan didunia siber, jika merujuk melalui kamus Oxford maka pengertian bully merupakan “a person who uses strength or influence to harm or intimidate those who are weaker” yang di artikan kedalam bahasa indonesia sebagai “seseorang yang menggunakan

3

Josua Sitompul, Cyberspace Cybercrimes Cyberlaw, PT.Tatanusa, jakarta, 2012, halaman 33-34.

4

Asril Sitompul, Hukum Internet, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, halaman 74-75.


(12)

kekuatan atau pengaruh yang dimilikinya untuk menyakiti atau mengintimidasi pihak lain yang lebih lemah”.

Menurut psikolog Andrew Mellor, bullying adalah pengalaman yang terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain dan ia takut apabila perilaku buruk tersebut akan terjadi lagi sedangkan korban merasa tidak berdaya untuk mencegahnya. Bullying tidak lepas dari adanya kesenjangan power

atau kekuatan antara korban dan pelaku serta diikuti pola repetisi (pengulangan perilaku). Andrew Mellor menjelaskan ada beberaapa jenis bullying yakni :5

1) Bullying fisik, merupakan jenis bullying yang melibatkan kontak fisik antara pelaku bullying dengan korban bullying. Perilaku yang merupakan

bullying fisik, antara lain seperti: memukul, menendang, meludahi, mencekik, melukai menggunakan benda, memaksa korban melakukan aktivitas fisik tertentu, menjambak, merusak benda milik korban, dan lain-lain. Bullying fisik adalah jenis bullying yang paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi dibandingkan dengan bullying jenis lainnya.

2) Bullying verbal, merupakan jenis bullying yang melibatkan bahasa verbal yang bertujuan menyakiti hati korban. Perilaku yang merupakan bullying

verbal, antara lain seperti: mengejek, memberi nama julukan yang tidak pantas, memfitnah, pernyataan seksual yang melecehkan, meneror, dan lain lain. Kasus bullying verbal termasuk jenis bullying yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari namun seringkali perlakuan bullying verbal ini tidak disadari.

5

www.kpai.go.id/berita/kpai-kasus-bullying-dan-pendidikan-karakter/. Diakses pada pukul 14.00 WIB, Tanggal 13 Maret 2015


(13)

3) Bullying relasi sosial, merupakan jenis bullying yang bertujuan untuk menolak dan memutus relasi sosial korban dengan orang lain. Perilaku yang merupakan bullying relasi sosial antara lain seperti: pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Contoh bullying relasi sosial antara lain: menyebarkan rumor, mempermalukan seseorang didepan umum, menghasut untuk menjauhi seseorang, menertawakan, menghancurkan reputasi seseorang, menggunakan bahasa tubuh yang merendahkan, mengakhiri hubungan tanpa alasan, dan lain-lain.

4) Bullying elektronik, merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan melalui media elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, chatting room, e-mail,SMS, dan lain-lain. Perilaku yang termasuk bullying

elektronik antara lain seperti: menggunakan tulisan, gambar dan video yang bertujuan mengintimidasi menakuti, menyakiti korban. Contoh

bullying melalui media internet atau yang dikenal dengan istilah

cyberbullying.

Bentuk dan metode tindakan cyberbullying atau bullying melalui media internet ada berbagai jenis, beberapa contoh kasus yang sering terjadi diantaranya:6

1) Pesan berisi ancaman melalui e-mail ataupun layanan media sosial atau obrolan online dan sejenisnya

6

Cyberbullying126e27.blogspot.com. Diakses pada pukul 13.00 WIB, Tanggal 27 Februari 2015


(14)

2) Melakukan komunikasi melalui media internet baik itu berupa pesan tertulis, pesan bergambar atau pesan video yang berbau menghina atau mengandung unsur SARA

3) Mempermalukan korban dengan cara menyebar fitnah kepada orang lain melalui internet

4) Membuat akun palsu dengan memasukan identitas korban kedalam akun palsu tersebut, yang membuat seolah olah akun tersebut merupakan akun asli dari milik sikorban, kemudian pelaku melakukan perbuatan perbuatan yang dapat mencemarkan nama baik si korban dengan menggunakan akun palsu tersebut

5) Membagikan ataupun menyebarkan gambar pribadi dari sikorban tanpa ijin dari sikorban

6) Membagikan ataupun menyebarkan informasi pribadi si korban melalui internet tanpa ijin

7) Membuat suatu halaman internet yang dapat diakses siapa saja yang berisikan pesan untuk membuat orang lain ikut membenci sikorban ataupun ikut membully si korban

8) Membagikan video yang memalukan atau dapat memojokkan korban sehingga dapat diakses/ditonton semua orang

9) Dan lain sebagainya.

Terdapat beberapa motif dari pelaku cyberbullying atau bullying melalui internet yang tidak mengetahui bahwa perbuatannya itu salah, ada yang merasa hal itu hanya sekedar iseng belaka, ada yang merasa hal itu menyenangkan dan asik untuk dilakukan, ada yang karena dendam, ada yang karena kebencian yang


(15)

dilakukan didunia nyata, ada yang merasa dia lebih hebat atau berkuasa dari korbannya dan masih banyak lagi motif lain yang dapat memicu anak pelaku

cyberbullying ini melakukan perbuatan jahat tersebut.7

Akibat dari perlakuan bullying melalui internetini berbagai macam seperti tekanan mental, hilangnya rasa percaya diri, depresi , stress, rasa takut dan terancam, merasa terisolasi, perselisihan , hilangnya konsentrasi , marah, bahkan pada kasus tertentu dapat menyerang mental pihak yang menjadi korban tersebut sehingga di dunia nyata orang dewasa maupun anak yang menjadi korban tersebut tidak mau sekolah, kabur dari rumah, terlibat perkelahian fisik, membolos, mencontek, minum minuman keras, merokok , menggunakan narkoba, bunuh diri dan berbagai perbuatan lainnya yang berakibat menghambat serta merusak kehidupan dari orang dewasa maupun anak yang menjadi korban.8

B. Perumusan Masalah

Hal inilah yang menjadi latar belakang dari penulisan skripsi yang diberi judul: “PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA ANAK TERHADAP

PENYALAHGUNAAN INTERNET SEBAGAI MEDIA BULLYING

MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008”.

Berdasarkan dari apa yang telah dipaparkan dalam bagian yang pendahuluan pada penulisan skripsi ini, dan juga untuk memberikan pembatasan dari ruang lingkup pembahasan yang kemudian akan diangkat sebagai bahan

7

Kompasiana.com/post/read/528200/3/stop-cyberbylly-dimulai-dari-diri-kita-sendiri.html. Diakses pada pukul 14.00 WIB, Tanggal 27 Februari 2015

8

Inet.detik.com/read/2013/02/21/070522/2175639/398/2/bahaya-cyberbullying-dendam-kesumat-hingga-bunuh-diri. Diakses pada pukul 15.00 WIB, Tanggal 27 February 2015


(16)

materi dalam skripsi ini, maka dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan yang akan diangkat, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaturan tentang pertanggung jawaban pidana anak terhadap penyalahgunaan internet sebagai media bullying ?

2. Apakah alasan anak dijadikan sebagai pelaku dan hambatan yang dihadapi untuk menarik anak sebagai pelaku penyalahgunaan internet sebagai media

bullying ?

3. Apakah upaya yang dilakukan untuk mencegah anak melakukan penyalahgunaan internet sebagai media bullying ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Pada dasarnya tujuan adalah merupakan suatu alasan penting bagi kita dalam melakukan suatu pekerjaan, oleh sebab itulah perlu dirumuskan apakah yang menjadi tujuan dari penulisan dalam skripsi ini adalah:

a. Untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana anak terhadap penyalahgunaan internet sebagai media bullying.

b. Untuk mengetahui alasan anak dijadikan sebagai pelaku dan hambatan yang dihadapi ketika menarik anak sebagai pelaku penyalahgunaan internet sebagai media bullying.

c. Untuk mengetahui upaya upaya yang dapat diberlakukan untuk mencegah anak menyalahgunakan internet sebagai media bullying .

2. Manfaat Penelitian

Hasil dari pelaksanaan penelitian sudah selayaknya akan dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis saja, tetapi juga dapat bermanfaat pula bagi


(17)

semua pihak yang terkain dalam penelitian skripsi ini, untuk itu saya memaparkan tentang hal-hal yang menurut saya akan memberikan manfaat dari hasil penelitian dan penulisan skripsi ini, yaitu antara lain:

a. Manfaat Teoritis

Diharapkan agar kiranya hasil dari penelitian ini dapat menyumbangkan pemikiran di bidang hukum, khususnya dalam disiplin hukum pidana mengenai penyalahgunaan internet sebagai media bullying.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi seluruh pengambil kebijakan dan para pelaksana hukum di bidang hukum pidana, khususnya mengenai penyalahgunaan internet sebagai media bullying dengan mengetahui aturan aturan yang dapat diberlakukan, hambatan serta upaya yang dapat diberlakukan untuk mencegah perbuatan penyalahgunaan internet sebagai media bullying.

D. Keaslian Penelitian

Proses penulisan skripsi yang berjudul “Pertanggungjawaban Pidana Anak Terhadap Penyalahgunaan Internet Sebagai Media Bullying” Menurut Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008” sejauh pengamatan dan pengetahuan penulis tentang materi yang diangkat pada skripsi ini, belum ada penulis lain yang mengemukakannya, sehingga penulis tertarik untuk mengangkat judul tersebut di atas serta pokok permasalahannya sebagai judul dan pembahasan yang akan


(18)

diangkat dan dikembangkan dalam skripsi ini. Apabila dikemudian hari ada judul yang sama sebelum penulisan ini, maka segala akibat hukum menjadi tanggung jawab penulis.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana

Defenisi mengenai pertanggungjawaban pidana dikemukakan oleh Simons sebagai suatu keadaan psikis, sehingga penerapan suatu ketentuan pidana dari sudut pandang umum dan pribadi dianggap patut (De toerekeningsvatbaarheid kan worden opgevat als eene zoodanige psychische gesteldheid, waarbij detoepassing van een strafmaatregel van algemeen en individueel standpunt gerechtvaarding is). Menurut Simons, “Als grondslag voor de strafrechtelijke toerekening bestaat zij in de psychische gestedheid van de dader en hare betreking tot de ter beoordeling staande handeling en wel in dien zin, dat op ground van die gestledheid aan de dader van zijn handelen een verwijt mag worden gemaakt (Dasar adanya tanggungjawab dalam hukum pidana adalah keadaan psikis tertentu pada orang yang melakukan perbuatan pidana dan adanya hubungan antara keadaan tersebut dengan perbuatan yang dilakukan yang sedemikian rupa sehingga orang itu dapat dicela karena melakukan perbuatan tadi). Pertanggungjawaban pidana, berikut dasar adanya tanggung jawab dalam hukum pidana yang dikemukakan oleh Simons, dapat ditarik kesimpulan bahwa inti pertanggungjawaban dalam hukum pidana adalah:9

9

Eddy O.S.Hiariej, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, 2014, halaman 122.


(19)

1) Keadaan psikis atau jiwa seseorang

2) Hubungan antara keadaan psikis dengan perbuatan yang dilakukan.

Terwujudnya suatu tindak pidana tidak selalu dijatuhkan pidana terhadap pembuatnya. Undang undang telah memberikan dasar-dasar yang meniadakan pidana. Adanya aturan ini membuktikan bahwa undang undang memisahkan antara tindak pidana dengan si pembuatnya.

Dilihat dari sudut sumbernya, dasar-dasar yang meniadakan pidana ada dua macam, yakni:

1) Berasal dari undang-undang 2) Berasal dari luar undang-undang

Dasar peniadaan pidana yang bersumber dalam undang undang, dibedakan antara:10

a) Berlaku untuk semua jenis dan macam tindak pidana, disebut dasar peniadaan pidana umum

b) Berlaku terbatas pada tindak pidana khusus tertentu, yang dicantumkan dalam rumusan tindak pidana yang bersangkutan, disebut dengan dasar peniadaan khusus.

Masalah pertanggung jawaban dan khususnya pertanggungjawaban pidana mempunyai kaitan yang erat dengan beberapa yang cukup luas. Dapat dipermasalahkan antara lain:11

10

Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, PT RajaGrafindo Persada, jakarta, 2011, halaman 15.

11

Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, PT RajaGrafindo Persada, jakarta, 2014, halaman 83, 85, 92.


(20)

1) Ada atau tidaknya kebebasan manusia untuk menentukan kehendak? Antara lain ditentukan oleh indeterminisme dan determinisme

2) Tingkat kemampuan bertanggung jawab; mampu, kurang mampu, atau tidak mampu

3) Batas umur untuk dianggap mampu atau tidak mampu bertanggung jawab. Seseorang yang telah melakukan tindak pidana akan dapat dihukum apabila pelaku sanggup mempertanggungjawabkan perbuatan yang telah diperbuatnya. Masalah pertanggungjawaban erat kaintannya dengan kesalahan, oleh karena adanya asas pertanggungjawaban yang menyatakan dengan tegas

Geen Straft Zonder Schuld (tidak dipidana tanpa ada kesalahan) untuk menentukan apakah seorang pelaku tindak pidana dapat dimintai pertanggungjawaban dalam hukum pidana, akan dilihat apakah orang tersebut pada saat melakukan tindak pidana mempunyai kesalahan.

Pertanggungjawaban pidana menjurus kepada pemidanaan pelaku, jika telah melakukan suatu tindak pidana dan memenuhi unsur-unsur yang telah ditentukan oleh undang-undang. Dilihat dari segi terjadinya perbuatan yang terlarang, ia akan diminta pertanggungjawaban apabila perbuatan tersebut melanggar hukum. Dilihat dari sudut kemampuan bertanggungjawab maka hanya orang yang mampu yang bertanggung jawab yang dapat dimintai pertanggungjawaban.12

a. Keadaan jiwanya

Pada umumnya seseorang dikatakan mampu bertanggungjawab dapat dilihat dari beberapa hal yaitu:

12

http://ilmukomputer2.blogspot.com/2009/10/pengertian-pertanggungjawaban.html. Diakses pada pukul 18.00 WIB, Tanggal 27 Februari 2015


(21)

b. Kemampuan jiwanya

Hal tersebut terdapat dalam Pasal 44 KUHP, yang mana disebutkan bahwa menurut pasal ini orang yang tidak dapat dihukum adalah orang yang tidak dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya karena:13

a. Kurang sempurna akalnya b. Sakit berubah akalnya.

Apabila ternyata perbuatan itu memang tidak dapat di pertanggungjawabkan kepada pelaku disebabkan oleh kurang sempurna akalnya atau sakit berubah akal maka dapatlah hakim memerintahkan dia untuk dimasukkan kerumah sakit jiwa.

Pada saat KUHP dinyatakan berlaku di Indonesia, KUHP belum memiliki hukum pidana yang khusus untuk anak-anak atau orang yang belum dewasa. Hanya terdapat Pasal 45, 46, dan 47 KUHP yang mengatur tentang pemidanaan terhadap mereka yang belum berumur 16 tahun.

Pasal 45 tidak bersangkut-paut dengan hal apakah seorang yang masih muda atau anak-anak dianggap pertumbuhan jiwanya sempurna atau belum, tetapi hanya mengatur tentang apa yang dapat dilakukan oleh hakim dalam mengambil keputusan terhadap orang yang belum berumur 16 tahun jika ia melakukan tindak pidana. Dikatakan didalamnya bahwa dalam hal demikian hakim dapat memerintahkan agar:14

a) Anak yang bersalah dikembalikan kepada orang tua/walinya tanpa dipidana

13

R. Sugandhi, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dengan penjelasannya, Usaha Nasional, Surabaya, 1980, halaman 59.

14


(22)

b) Anak yang bersalah diserahkan kepada pemerintah tanpa dipidana untuk kejahatan atau pelanggaran tertentu; selanjutnya diserahkan kepada orang atau lembaga pendidikan sampai berumur 18 tahun (pasal 46 KUHP). c) Menjatuhkan pidana, dengan ancaman maksimumnya dikurangi dengan

sepertiga dari ancaman pidana biasa, atau 15 tahun penjara untuk tindak pidana yang diancam dengan pidana mati; juga ada dalam hal diputuskan pidana tambahan hanya dapat dijatuhkkan pidana tambahan perampasan barang barang tertentu.

Saat ini sudah ada undang undang yang khusus mengatur tentang anak yang diatur didalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

2. Pengertian Penyalahgunaan Internet

Perang dunia II telah merangsang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan pesat. Kebutuhan militer yang harus dipenuhi- antara lain dalam bidang persenjataan serta komunikasi dan intelijen – telah memicu kerjasama antara militer dengan para akademisi seperti universitas dan lembaga penelitian untuk mengembangkan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sifatnya spesifik. Setelah perang dunia mendekati akhir, teknologi dan pengetahuan tersebut “dilepaskan kepada publik” sehingga mendorong perubahan radikal dalam bidang-bidang lain seperti politik, ekonomi, sosial dan budaya.

Secara khusus, perkembangan teknologi komputer dan internet memberikan implikasi-implikasi yang signifikan terhadap pengaturan atau


(23)

pembentukan regulasi dalam ruang siber dan hukum siber serta terhadap perkembangan kejahatan dalam cyberspace, (cybercrimes).15

Cyberspace merupakan dunia virtual yang terbentuk dari hasil penyatuan antara manusia dan teknologi, yaitu dari perkembagan teknologi, yaitu dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dunia ini bersifat borderless

dan ubiquitous. Setiap orang dari mana saja dan kapan saja dapat memasuki dan dapat saling berkomunikasi di dunia ini tanpa perlu berada didalamnya secara fisik. Sama seperti di dunia konvensional yang penuh dengan permasalahan hukum, cybersurfers juga semakin melihat adanya masalah-masalah hukum dalam dunia siber. Hal yang lebih buruk dari masalah ialah timbulnya kejahatan seperti yang terjadi dalam dunia fisik. Para penjahat melihat karakteristik internet sebagai kesempatan atau sarana bagi mereka untuk melaksanakan niat jahat melalui berbagai perbuatan yang dikenal dengan cybercrimes.16

Perbuatan melawan hukum di Cyberspace merupakan fenomena yang sangat mengkhawatirkan, kenyataan itu demikian sangat kontras dengan ketiadaan regulasi yang mengatur pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di berbagai sektor dimaksud. Pemerintah berkewajiban melakukan regulasi terhadap berbagai aktivitas terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi tersebut, untuk menjamin kepastian hukum. Undang-undang RI Nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik adalah wujud dari tanggung jawab yang harus diemban oleh negara, untuk memberikan perlindungan maksimal pada seluruh aktivitas pemanfaatan teknologi informasi

15

Josua Sitompul, Op.cit, halaman 25-26

16


(24)

dan komunikasi didalam negeri agar terlindungi dengan baik dari potensi kejahatan dan penyalahgunaan teknologi.17

3. Pengertian Bullying

Menurut Tattum dan Tattum , bullying is the willful, conscius desire to hurt another and put him/her under stress. Bila di artikan kedalam bahasa indonesia maka Tattum dan Tattum menyatakan bahwa bullying adalah sesuatu yang disengaja, dengan keinginan sadar untuk menyakiti orang lain dan menempatkannya dibawah tekanan. Sullivan menyatakan bahwa bullying terbagi menjadi 2 bentuk yaitu secara fisik maupun non-fisik. Bullying secara fisik contohnya seperti memukul, menendang, meninju, menggigit, menarik, menjambak rambut, mencakar meludahi maupun merusak barang-barang milik korban. Bullying bullying secara fisik ini sangat mudah di identifikasi. Bahkan jika saja bullying jenis ini dilakukan oleh pelaku secara membabi buta, maka tidak akan ada bedanya dengan seorang penjahat atau pembunuh.18

Bullying secara non-fisik terbagi menjadi dua yakni secara verbal maupun non-verbal. Bullying secara verbal contohnya adalah mengancam, memeras, berkata kata keji, dengan sebutan meledek, berkata kata menekan, menggosip ataupun menyebarluaskan aib si korban, sedangkan bullying non-verbal contohnya cukup banyak, baik yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Terhadap bullying non verbal secara langsung contohnya hampir sama

17

Siswanto Sunarso, Hukum Informasi Transaksi Elektronik, PT Rineka Cipta, Bandung, 2009, halaman 40

18

Paresma Elvigro, Secangkir Kopi Bully,PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2014, halaman 3


(25)

dengan bullying secara fisik tapi lebih kepada tindakan mengancam dengan tatapan mata, menunjuk nunjuk atau menghantam benda-benda agar si korban merasa takut. Bullying secara non-verbal yang tidak langsung dapat berupa mengucilkan seseorang dari pergaulan, mengirimkan pesan menghasut, berlaku curang atau melakukan tindakan manipulasi secara sembunyi-sembunyi mengenai hal yang berkaitan dengan diri si korban.19

Selain itu O’moore dan Minton menambahkan ada bullying jenis lain yang melibatkan agresi secara tidak langsung dan melalui media elektronik yaitu cyber bullying. Bullying jenis ini memanfaatkan perkembangan teknologi seperti fasilitas internet dan teknologi seperti fasilitas internet dan elektronik (kamera, komputer, perekam video/audio, ponsel). Dari alat-alat tersebut, pelaku dapat mengirimkan pesan teks, gambar atau video yang sifatnya mengancam, menyebarkan rumor dan teror. Hal ini bukan hanya menyakiti korban, tapi juga dapat mempermalukannya karena apa yang telah di unggah ke Internet biasanya akan tersebar sangat luas sehingga sulit untuk dihapus.20

Kemajuan teknologi bisa menghasilkan kejahatan model baru,

cyberbullying alias intimidasi yang dilakukan terhadap seseorang melalui media jaringan elektronik. Cyberbullying tidak hanya dilakukan melalui internet melainkan juga jaringan telefon, jaringan telefon selular bahkan software game

yang terhubung dengan internet. 21

19

Ibid, halaman 4

20

Ibid, halaman 5

21

Diskominfo.jabarprov.go.id/fenomena-cyberbullying-dan-solusinya/#.VO_V84L-JPF. Diakses pada pukul 13.00 WIB, Tanggal 28 Februari 2015


(26)

Istilah cyberbullying dikenalkan oleh Bill Belsey dari Kanada, dan istilah ini berkembang begitu cepat. Istilah Cyberbullying atau bullying yang menggunakan media elektronik memiliki defenisi yang berbeda beda.

1) Menurut Parson istilah cyberbullying atau bullying melalui media elektronikmerupakan intimidasi dalam dunia maya, meliputi bentuk agresi dalam hubungan dan segala bentuk-bentuk ancaman elektronik, dan ini terjadi di mana-mana .22

2) Menurut kamus Merriam-Webster cyberbullying merupakan bentuk “ancaman” atau “serangan” yang dilakukan seseorang terhadap orang lain yang disampaikan melalui pesan elektronik lewat media.23 3) Menurut Bhat cyberbullying is the use of technology to intimidate,

vitimize or bully anindividual or group,(cyberbullying adalah penggunaan teknologi untuk mengintimidasi, menjadikan korban, atau mengganggu individu atau sekelompok orang).24

4) Menurut Mason cyberbullying is an individual or a group willfully using information and communication involving electronic technologies to facilitate deliberate and repeated harassment or threat to another individual or group by sending or posting cruel text and/or graphics technological means”.25

22

https://silmya.wordpress.com/2011/12/29/cyberbullying-are-u/. Diakses pada pukul 13.30 WIB, Tanggal 28 Februari 2015

23

https://astrisept.wordpress.com/2014/05/22/cyberbullying/. Diakses pada pukul 14.30 WIB, Tanggal 28 Februari 2015

24

Memetajjalif.blogspot.com. Diakses pada pukul 15.00 WIB Tanggal 28 Februari 2015

25


(27)

5) Menurut “defenitions.uslegal.com” cyberbullying adalah:26

a. Aktivitas menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara sengaja, berulang, mengandung permusuhan yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan tuhuan melukai orang lain (kelompok atau individu)

b. Penggunaan teknologi komunikasi untuk tujuan merugikan orang lain

c. Penggunaan layanan internet dan teknologi mobile seperti halaman web, grup diskusi serta instant messaging atau sms (atau e-mail) dengan maksud merugikan orang lain.

6) Menurut “ The National Crime Prevention council” cyberbullying

adalah proses menggunakan internet, ponsel atau perangkat lain untuk mengirim atau mengirim teks atau gambar yang dimaksudkan untuk menyakiti atau mempermalukan orang lain.27

7) Menurut Bryan Piotrowski dalam buku “Information For Educators

cyberbullying merupakan segala bentuk kekerasan yang dialami anak atau remaja dan dilakukan teman sepantaran melalui media cyber

atau internet.28

8) Menurut Komnas Perlindungan Anak, bullying adalah kekerasan fisik dan psikologis berjangka panjang yang dilakukan seseorang atu

26

Kompasiana.com/post/read/522828/1/cyberbullying-dan-cyberstalking-dalam-pemahaman-sederhana-.html. Diakses pada pukul 16.00 WIB, Tanggal 28 Februari 2015.

27

ibid

28

https://erlineriska.wordpress.com/2013/02/02/cyberbullying-tren-negatif-yang-harus-dihindari/. Diakses pada pukul 16.30 WIB, Tanggal 28 Februari 2015


(28)

sekelompok terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan diri dalam situasi dimana ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang atau membuat orang tertekan, trauma/depresi dan tidak berdaya .29

Willard menyebutkan jenis jenis cyberbullying:30

1. Flaming (terbakar) yaitu mengirimkan pesan teks yang isinya merupakan kata-kata tang penuh amarah dan frontal. Istilah “flame” ini merujuk pada kata-kata di pesan yang berapi-api

2. Harassment (gangguan) yaitu pesan-pesan yang berisi gangguan pada e-mail, SMS, maupun pesan teks di jejaring sosial yang dilakukan secara terus menerus

3. Denigration (pencemaran nama baik) yaitu proses mengumbar keburukan seseorang di internet dengan maksud merusak reputasi dan nama baik orang tersebut

4. Impersonation (peniruan) yaitu berpura-pura menjadi orang lain dan mengirimkan pesan-pesan atau status yang tidak baik

5. Outing yaitu menyebarkan rahasia orang lain, atau foto foto pribadi orang lain

6. Trickery (tipu daya) yaitu membujuk seseorang denggan tipu daya agar mendapatkan rahasia atau foto pribadi orang tersebut

7. Exclusion (pengeluaran) yaitu secara sengaja dan kejam mengeluarkan seseorang dari grup online

29

Ibid

30


(29)

8. Cyberstalking yaitu mengganggu dan mencemarkan nama baik seseorang secara intens sehingga membuat ketakutan besar pada orang tersebut

Menurut survei global yang diadakan oleh Latitude News, Indonesia merupakan negara dengan kasus bullying tertinggi kedua di dunia setelah Jepang. Kasus bullying di Indonesia lebih banyak dilakukan di jejaring sosial. Badan Pusat Statistik mencatat pada tahun 2006, angka cyberbullying yang terjadi mencapai angka 25 juta kasus dimulai dengan kasus dengan skala ringan sampai dengan skala berat.31

Menurut Linda Amalia Sari Gumelar selaku mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak, menyatakan bahwa banyak manfaat dari internet untuk berhubungan dengan orang-orang muda di seluruh dunia, belajar hal baru, terutama tentang budaya dan hal-hal positif lainnya, sementara banyak juga resiko yang ditimbulkan internet. Gati Gayatari, kepala penelitian dan pengembangan di Kementrian Komunikasi dan Teknologi Informasi menyoroti bahwa hanya 42 persen responden yang mengetahui tentang

cyberbullying. Namun 13 persen dari mereka memiliki pengalaman pelecehan online, yang artinya ribuan anak. “Anak-anak ini perlu diberi pengetahuan, sebelum mereka dapat menggunakan internet dengan aman.

32

4. Pengertian Anak

31

Indonesiaunicef.blogspot.com/2014/02/indonesia-meluncurkan-studi-keamanan.html#more. Diakses pada pukul 18.00 WIB, Tanggal 28 Februari 2015

32


(30)

Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak menyatakan anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia seutuhnya. Anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan.

Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tentang Perlindungan Anak, “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”.

Anak dalam pemaknaan yang umum mendapat perhatian tidak saja dalam bidang ilmu pengetahuan (the body of knowledge) tetapi dapat ditelaah dari sisi pandang sentralistis kehidupan.33

Anak wajib melaksanakan etika dan akhlak mulia sebagai wujud kesalihan sosial yang membuat hubungan antar anak dengan anak, antar anak dengan orang tua dapat teratur dan menunjukkan sikap beradab. Akhlak ialah institusi yang berasa dari hati, tempat munculnya tindakan-tindakan sukarela, tindakan yang benar atau salah. Melalui pembelajaran dan kewajiban beretika dan berakhlak Anak adalah generasi penerus yang akan datang. Baik buruknya masa depan bangsa tergantung pula pada baik buruknya kondisi anak saat ini. Berkaitan hal tersebut, maka perlakuan terhadap anak dengan cara yang baik adalah kewajiban kita bersama, agar ia bisa tumbuh berkembang dengan baik dan dapat menjadi pengemban risalah peradaban bangsa ini.

33

Maulana Hassan Wadong, Pengantar Advokasi Dan Hukum Perlindungan Anak, Grasindo, Jakarta, 2000, halaman 1


(31)

mulia, diharapkan akan diperoleh anak yang cerdas, lagi bertanggung jawab yang memiliki tingkat kesopanan dan kepekaan tinggi terhadap sesama orang indonesia. Dengan demikian diharapkan anak menjadi pribadi yang positif akan berguna bagi perbaikan bangsa dan negara.34

F. Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif. Penelitian normatif terdiri dari :

a. Penelitian terhadap asas-asas hukum.

Penelitian terhadap asas-asas hukum ini seperti misalnya penelitian terhadap hukum positif yang tertulis atau penelitian terhadap kaidah-kaidah hukum yang hidup di dalam masyarakat.

b. Penelitian terhadap sistem hukum.

Penelitian terhadap sistem hukum dapat dilakukan pada undang undang tertentu ataupun hukum tercatat. Tujuan pokoknya adalah untuk mengadakan identifikasi terhadap pengertian-pengertian pokok/dasar dalam hukum, yakni masyarakat hukum, subyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukuk dan obyek hukum. Penelitian ini sangat penting oleh karena masing-masing pengertian pokok atau dasar mempunyai arti tertentu dalam kehidupan hukum.

c. Penelitian terhadap sinkronisasi hukum.

34

M.Nasir djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, halaman 23, 24


(32)

Penelitian terhadap taraf sinkronisasi baik vertikal maupun horizontal, maka yang diteliti adalah sampai sejauh manakah hukum positif tertulis yang ada serasi. Hal ini dapat ditinjau secara vertikal, yakni apakah peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi suatu bidang kehidupan tertentu tidak saling bertentangan, apabila dilihat dari sudut hirarki perundang-undangan tersebut, sedang apabila dilakukan penelitian taraf sinkronisasi secara horisontal, maka yang ditinjau adalah perundang-undangan yang sederajat yang mengatur bidang yang sama.

d. Penelitian terhadap sejarah hukum.

Penelitian terhadap sejarah hukum merupakan penelitian yang lebih dititik beratkan pada perkembangan-perkembangan hukum. Biasanya dalam perkembangan demikian, pada setiap analiusa yang dilakukan akan mempergunakan perbandingan-perbandingan terhadap satu atau beberapa sistem hukum.

e. Penelitian perbandingan hukum.

Penelitian perbandingan hukum merupakan penelitian yang menekankan dan mencari adanya perbedaan-perbedaan yang ada serta persamaan pada berbagai sistem hukum. Perbandingan hukum adalah suatu metode studi hukum, yang mempelajari perbedaan hukum antara Negara yang satu dengan Negara yang lain, atau membanding-bandingkan sistem hukum positif dari bangsa yang satu dengan bangsa yang lain.


(33)

Sesuai dengan judul dari skripsi ini, maka penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif dengan menggunakan pendekatan peraturan perundang-undangan. Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan pendekatan tersebut, peneliti akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek. Pendekatan-pendekatan yang digunakan di dalam penelitian hukum adalah pendekatan undang-undang, pendekatan kasus, pendekatan historis dan pendekatan konseptual.35 2. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi dan penelitian ini adalah dengan cara normatif, yaitu dengan cara melihat apa saja yang menjadi aturan hukum pertanggungjawaban pidana anak terhadap penyalahgunaan internet sebagai media bullying.

3. Metode Pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dengan mempelajari aturan hukum pertanggungjawaban pidana anak terhadap penyalahgunaan internet sebagai media bullying.

4. Analisis Data

Pada penulisan skripsi ini, analisis data yang digunakan adalah dengan cara kualitatif. Dari penelitian tersebut diatas, kemudian dapat memenuhi pembahasan skripsi ini secara deduktif, yaitu menarik kesimpulan dari fakta yang bersifat representatif (sesungguhnya, nyata, sesuai keadaan).

G. Sistematika Penulisan

35

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2013, Halaman 133.


(34)

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu sebagai berikut:

BAB I :

Merupakan bab pendahuluan yang berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan yang terdiri dari Pengertian Pertanggungjawaban Pidana, Pengertian Penyalahgunaan Internet, Pengertian Bullying, Pengertian Anak, metode penelitian dan sitematika Penulisan

BAB II :

Merupakan bab yang membahas pengaturan tentang pertanggungjawaban pidana anak terhadap penyalahgunaan internet sebagai media bullying yang terdiri dari Pertanggung Jawaban Pidana, Penyalahgunaan Internet dan Aturan Pertanggungjawaban Pidana Anak Yang Melakukan Penyalahgunaan Internet Sebagai Media Bullying.

BAB III :

Merupakan bab yang membahas alasan anak dijadikan sebagai pelaku dan hambatan yang dihadapi untuk menarik anak sebagai pelaku penyalahgunaan internet sebagai media bullying yang terdiri dari Anak Sebagai Pelaku Berdasarkan Undang Undang Nomor 11 Tahun 2012 dan Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008, Studi Kasus Anak Sebagai Pelaku Penyalahgunaan Internet Sebagai Media Bullying dan Hambatan Yang Dihadapi Untuk Menarik Anak Sebagai Pelaku Penyalahgunaan Internet Sebagai Media Bullying.


(35)

Merupakan bab yang membahas upaya yang dilakukan untuk mencegah anak melakukan penyalahgunaan internet sebagai media

bullying Menurut Peraturan Per-Undang Undangan, Menurut Para Ahli dan Menurut Penegak Hukum.

BAB V :

merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dan saran


(36)

PENGATURAN TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK TERHADAP PENYALAHGUNAAN INTERNET SEBAGAI MEDIA

BULLYING

A. PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA

Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar dasar dan aturan-aturan untuk:36

1) Menentukan perbuatan perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa melanggar larangan tersebut.

2) Menentukan kapan dan dalam hal hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan.

3) Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.

Hukum pidana bukanlah suatu hukum yang mengandung norma-norma yang baru, melainkan hanya mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap norma-norma hukum yang mengenai kepentingan umum. Hukum pidana mengadakan suatu jaminan yang istimewa, yaitu dengan memberikan suatu hukuman berupa siksaan untuk menjaga kepentingan umum tersebut. Pidana adalah berupa siksaan atau penderitaan berupa hukuman yang merupakan keistimewaan dan unsur terpenting dalam hukum pidana.37

Simons mendefenisikan pidana sebagai suatu penderitaan menurut undang-undang pidana yang berkaitan dengan pelanggaran norma berdasarkan putusan hakim yang dijatuhkan terhadap orang yang bersalah. Van Hammel

36

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, Halaman 1

37

Kansil, Pengantar Imu Hukum Dan Tata Hukum Indonesi, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, Halaman 257-259


(37)

menyatakan bahwa pidana adalah suatu penderitaan yang bersifat khusus yang dijatuhkan oleh kekuasaan yang berwenang sebagai penanggung jawab ketertiban hukum umum terhadap seorang pelanggar karena telah melanggar peraturan hukum yang harus ditegakkan oleh negara. Sudarto menyatakan bahwa pidana adalah penderitaan yang sengaja dibebankan kepada orang yang melakukan perbuatan dan memenuhi syarat tertentu. Terhadap pengertian-pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan : Pertama, pidana adalah penderitaan yang sengaja diberikan oleh negara kepada seseorang. Kedua, pidana diberikan sebagai reaksi atas perbuatan seseorang yang melanggar hukum pidana. Ketiga, sanksi pidana diberikan oleh negara diatur dan ditetapkan secara rinci.38

Reformation (reformasi) berarti memperbaiki atau merehabilitasi penjahat menjadi orang baik dan berguna bagi masyarakat. Masyarakat akan memperoleh keuntungan dan tiada seorang pun yang akan memperoleh keuntungan dan tiada seorang pun yang merugi jika penjahat menjadi baik. Restraint maksudnya mengasingkan pelanggar dari masyarakat. Masyarakat akan menjadi lebih aman dengan tersingkirnya pelanggar hukum dari masyarakat. Retribution adalah pembalasan terhadap pelanggar karena telah melakukan kejahatan. Sistem ini dianggap sebagai sistem yang bersifat barbar dan tidak sesuai dengan masyarakat yang beradab. Deterrence berarti menjera atau mencegah sehingga baik terdakwa

Pada literatur berbahasa inggris tujuan pidana biasa disingkat dengan tiga R dan satu D. Tiga R itu adalah Reformation, Restraint, dan Restribution,

sedangkan satu D adalah Deterrence yang terdiri atas individual deterrence dan

general deterence (pencegahan khusus dan pencegahan umum).

38


(38)

sebagai individual maupun orang lain yang berpotensial menjadi penjahat akan jera atau takut untuk melakukan kejahatan, melihat pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa.39

Berkaitan dengan tujuan pidana munculah teori-teori mengenai tujuan pidana secara garis besar yang terbagi menjadi tiga yakni:40

1. Teori imbalan (absolute/vergeldingstheorie). Menurut teori ini, dasar hukum harus dicari dari kejahatan itu sendiri karena kejahatan telah menimbulkan penderitaan bagi orang lain sebagai imbalannya (vergeliding), pelaku juga harus diberi penderitaan.

2. Teori maksud atau tujuan (relative/doeltheorie). Berdasarkan teori ini, hukuman dijatuhkan berdasarkan maksud dan tujuan dari hukuman, yaitu memperbaiki ketidakpuasan masyarakat sebagai akibat dari kejahatan itu. Tujuan hukuman harus dipandang secara ideal. Selain itu tujuan hukuman adalah mencegah (prevensi) kejahatan. Ada perbedaan pendapat dalam hal prevensi, ada yang berpendapat bahwa prevensi ditujukan kepada umum yang disebut prevensi umum (algamene preventie). Hal ini dapat dilakukan dengan ancaman hukuman dan pelaksanaan (eksekusi) hukuman . ada pula yang berpendapat bahwa prevensi ditujukan kepada orang yang melakukan kejahatan itu (speciale preventie).

3. Teori gabungan (verenigingstheorie). Pada dasarnya, teori ini merupakan gabungan dari teori imbalan dan teori tujuan. Teori ini

39

Andi Hamzah, Asas Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, Halaman 28-29.

40

Juhaya S. Praja, Teori Hukum Dan Aplikasinya, Pustaka Setia, Bandung, 2011, halaman 192-193.


(39)

mengajarkan bahwa hukuman bertujuan mempertaruhkan tata tertib hukum dalam masyarakat dan meperbaiki pribadi si penjahat.

Ketiga hal tersebut menjadi dasar diadakannya sanksi pidana kepada pelaku tindak pidana.

Suatu perbuatan dapat dipersalahkan pada pelaku tindak pidana, jika ia melakukan perbuatan pidana tersebut, menghendaki akibat yang disebabkannya atau setidak tidaknya akibat itu dapat diketahuinya terlebih dahulu.41

Perbuatan pidana menunjuk kepada dilarang dan diancamnya perbuatan dengan suatu pidana. Apakah orang yang melakukan perbuatan kemudian juga dijatuhi pidana, sebagaimana telah diancamkan, ini tergantung dari soal apakah dalam melakukan perbuatan ini dia mempunyai kesalahan. Sebab asas dalam pertanggungjawaban dalam hukum pidana ialah “Tidak dipidana jika tidak ada kesalahan (Geen straf zonder schuld; Actus non facit reum nisi mens sist rea)”. Asas ini tidak tedapat dalam hukum tertulis tapi terdapat dalam hukum tidak tertulis yang berlaku di Indonesia.42

Asas geen straf zonder schuld mempunyai sejarah yang dimulai dari aliran klasik dalam hukum pidana bahwa hukum pidana hanya melihat pada perbuatan dan akibatnya saja atau yang disebut dengan tatstrafrecht. Dalam perkembangannya, hukum pidana aliran modern mulai menitik beratkan pada orangnya atau pelaku yang dikenal dengan istilah taterstrafrecht namun tidak meninggalkan tatstrafrecht. Pada saat ini (aliran neo-klasik), hukum pidana

41

Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, 2009, halaman 329.

42


(40)

berorientasi pada perbuatan, akibat dan orang atau pelakunya, yang dikenal dengan istilah tat-tatersrafrecht atau daad-daderstrafrecht.

Pertanggungjawabaan pidana dalam pembahasannya berbicara mengenai orang yang melakukan perbuatan pidana. Hukum pidana memisahkan antara karakteristik perbuatan yang dijadikan tindak pidana dan karakteristik orang yang melakukan. George P.Fletcher secara lengkap menyatakan “we distinguish between characteristics of the act (wrongful, criminal) and characteristics of the actor (insane, infant). Indeed, the model Penal Code builds on this distinction by defining insanity as a state on non responbility involving, in part, the abssence of susbtantial capacity to apprecieate the wrongfulness of the criminal act. This defenition would not be coherent unless the issue of responbility were separable from the issues of wrongfulness; if non-responsible acts were not wrongful, it would make sense to say that insane actor did not appreciate the wrongfulness of his act”. Orang yang melakukan perbuatan pidana belum tentu dijatuhi pidana, tergantung apakah orang tersebut dapat dimintakan pertanggungjawaban pidana atau tidak, sebaliknya, seseorang yang dijatuhi pidana, sudah pasti telah melakukan perbuatan pidana dan dapat dipertanggungjawabkan. Elemen terpenting dari pertanggung jawaban pidana adalah kesalahan.43

1) Adanya kemampuan bertanggung jawab pada si pelaku dalam arti jiwa si pelaku dalam keadaan sehat dan normal;

Berkaitan dengan kesalahan, Teguh Prasetyo dalam buku Hukum Pidana, menyatakan bahwa kesalahan memiliki beberapa unsur:

43


(41)

2) Adanya hubungan batin antara si pelaku dengan perbuatannya baik yang disengaja (dolus) maupun karena kealpaan (culpa);

3) Tidak adanya alasan pemaaf yang dapat menghapus kesalahan. Unsur pertama mengenai kemampuan bertanggungjawab sebagaimana yang disebut dalam Pasal 44 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, bahwa orang yang tidak dapat dihukum adalah orang yang tidak dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya karena kurang sempurna akalnya, sakit berubah akalnya, dan orang yang terganggu pikirannya.44

Pasal 44 kitab Undang-Undang Hukum Pidana tidak menjelaskan mengenai kapan keadaan seseorang mampu bertanggung jawab. Berpikir sebaliknya dari ketentuan Pasal 44 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, dapat disimpulkan bahwa orang mampu bertanggung jawab atas perbuatannya ialah bila dalam berbuat itu, tidak terdapat dua keadaan sebagaimana diterangkan dalam Pasal 44 Ayat (1) tersebut. Alasan Undang Undang merumuskan tentang keadaan jiwa yang tidak mampu bertanggungjawab dan bukan mengenai bertanggung jawab, tidak lepas dari sikap pembentuk Undang Undang yang menganggap “bahwa setiap orang itu mampu bertanggung jawab .

45

Unsur kedua terdapat kesengajaan dan kealpaan. Kesengajaan tidak didefenisikan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Defenisi kesengajaan terdapat dalam dua teori, yaitu teori kehendak dan teori pengetahuan. Menurut Von Hippel “sengaja adalah akibat yang telah dikehendaki sebagaimana dibayangkan sebagai tujuan”, sedangkan menurut Frank “sengaja dilihat dari

44

Muladi dan Dwidja Priyatno, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010, Halaman 43

45


(42)

akibat yang telah diketahui dan kelakuan mengikuti pengetahuan tersebut”. Menurut Moeljatno tidak ada perbedaan perinsip antara kedua teori tersebut terkait kesengajaan terhadap unsur-unsur delik. Teori pengetahuan mempunyai gambaran dari apa yang ada dalam kenyataan, sedangkan teori kehendak menyatakan kehendak untuk mewujudkan unsur-unsur delik.46

Kesengajaan pada umumnya terbagi menjadi tiga jenis, dalam beberapa literatur tiga jenis kesengajaan ini dikenal dengan isitilah tiga corak kesengajaan. Tiga corak kesengajaan tersebut yaitu:47

1. Kesengajaan sebagai maksud (opzet als oogmerk)

Kesengajaan sebagai maksud adalah kesengajaan untuk mencapai suatu tujuan, dimana antara motivasi seseorang melakukan perbuatan, tindakan dan akibatnya benar-benar terwujud (affectio tua nomen imponit operi tuo).

2. Kesengajaan sebagai kepastian (opzet bij noodzakelijkheids of zekerheidsbewustzijn)

Kesengajaan sebagai kepastian adalah kesengajaan yang menimbulkan dua akibat. Akibat pertama dikehendaki oleh pelaku, sedangkan akibat kedua tidak dikehendaki , namun pasti atau harus terjadi.

3. Kesengajaan sebagai kemungkinakan (opzet bij mogelijkheidsbewustzijn)

46

Eddy O.S. Hiariej, Op.cit, halaman132-133

47


(43)

Kesengajaan sebagai kemungkinan adalah suatu kesengajaan yang menimbulkan akibat yang tidak pasti terjadi, namun kesengajaan tersebut merupakan kesengajaan dengan kesadaraan akan besarnya suatu kemungkinan.

Kealpaan juga merupakan bagian dari kesalahan. Imperetia culpae annumeratur, yang berarti kealpaan adalah kesalahan. Akibat ini timbul karena seseorang alpa, semberono, teledor, lalai berbuat, kurang hati-hati atau kurang penduga-duga. Perbedaannya dengan kesengajaan ialah bahwa ancaman pidana pada delik-delik kesengajaan lebih berat bila dibandingkan dengan delik-delik

culpa. Kealpaan merupakan bentuk kesalahan yang lebih ringan daripada kesengajaan, tetapi tidak berarti bahwa kealpaan adalah kesengajaan yang ringan. Penghukuman terhadap kealpaan lebih ringan dari pada kesengajaan: imperetia est maxima mechanicorum poena (kealpaan memiliki mekanisme pidana terbaik, meskipun dapat membuat seseorang dituntut pertanggungjawabannya).48

Van Hammel membagi culpa atau kealapaan menjadi dua jenis yaitu: pertama kurang melihat kedepan yang perlu, kedua kurang hati-hati yang perlu. Vos mengkritik pembagian Van Hammel dengan mengatakan bahwa tidak ada batas tegas antara kedua pembagian tersebut, oleh karena itu Vos juga membuat pembagiannya sendiri terhadap kealpaan. Pertama Vos mengatakan bahwa terdakwa dapat melihat ke depan yang akan terjadi, kedua ketidakhati-hatian atas perbuatan yang dilakukan.49

48

Ibid, halaman 149

49


(44)

Unsur ketiga dari kesalahan adalah tiada alasan pemaaf. Alasan pemaaf merupakan bagian dari alasan penghapus pidana. Pembentuk undang undang menentukan pengecualian dengan batasan tertentu bagi suatu perbuatan tidak dapat diterapkan peraturan hukum pidana sehingga terdapat alasan penghapus pidana. Alasan penghapus pidana terbagi menjadi alasan pembenar alasan pemaaf dan alasan penghapus penuntutan.50

Alasan pembenar adalah merupakan suatu alasan yang dapat menghapuskan sifat melawan hukum, sehingga apa yang dilakukan oleh terdakwa lalu menjadi perbuatan yang patut dan benar. Alasan ini menghapuskan suatu peristiwa pidana yaitu kelakuan seseorang bukan suatu peristiwa pidana walaupun sesuai dengan ketentuan yang dilarang didalam Undang-undang.51

1. Perbuatan yang merupakan pembelaan darurat (Pasal 49 ayat 1 KUHP)

Alasan pembenar dapat kita jumpai didalam:

2. Perbuatan untuk melaksanakan perintah undang-undang (Pasal 50 KUHP)

3. Perbuatan yang melaksanakan perintah jabatan dari penguasa yang sah (Pasal 51 ayat 1 KUHP)52

Alasan pemaaf atau penghapus kesalahan adalah alasan yang menghapuskan kesalahan terdakwa, menghilangkan pertanggungjawaban pembuat atas peristiwa yang dilakukannya. Perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa tetap

50

Alviprofdr.blogspot.com/2010/11/alasan-penghapusan-pidana.html. Diakses pada pukul 07.05 WIB, Tanggal 21 Maret 2015.

51

Ibid

52


(45)

bersifat melawan hukum, tetapi tidak dapat dipidana karena tidak ada kesalahan. Kelakuan seseorang tetap merupakan suatu peristiwa pidana tetapi tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada pembuat. Alasan penghapus penuntutan bukan mempersoalkan ada alasan pembenar maupun alasan pemaaf, tetapi pemerintah menganggap bahwa atas dasar kemanfaatannya kepada masyarakat, sebaiknya tidak diadakan penuntutan.53

B. PENYALAHGUNAAN INTERNET

Teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi bagian dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Perkembangan teknologi mempengaruhi penurunan biaya komputansi dan pengolahan informasi yang dibarengi dengan peningkatan kemampuan dan keberagaman layanan. Saat ini komputer bukan hanya sekedar alat hitung, tetapi media yang juga dapat menyebarkan informasi dan layanan multiguna, begitu juga dengan telepon genggam yang memiliki berbagai fitur, bukan hanya sekedar alat telekomunikasi tetapi juga sarana mengekspresikan diri dan mencari informasi. Teknologi informasi dan komunikasi juga memudahkan setiap orang untuk berkomunikasi dan berinteraksi melalui internet.54

Internet merupakan suatu media siber dan dipandang sebagai cara berkomunikasi yang baru. Apabila selama ini pola komunikasi terdiri dari one-to-many atau dari satu sumber ke banyak audiences (seperti buku, radio dan TV), dan pola dari satu sumber ke satu audience atau one-to-one ( seperti telepon dan

53

Alviprofdr.blogspot.com/2010/11/alasan-penghapusan-pidana.html. Diakses pada pukul 07.05 WIB, Tanggal 21 Maret 2015

54


(46)

surat), maka pola yang ada di media siber bisa menjadi many-to-many dan few-to-few.55

Berikut beberapa jenis-jenis media siber:

56

1. Situs (Web Site)

Situs adalah halaman yang merupakan suatu alamat domain yang berisi informasi, data, visual, audio, memuat aplikasi, hingga berisi tautan dari halaman web lainnya.

2. E-mail

E-mail atau surat elektronik ini merupakan bentuk media siber yang paling populer setelah situs. Cara kerja surat elektronik ini sama seperti surat konvensional dimana selalu ada tujuan penerima dan isi surat. Keberadaan e-mail juga digunakan untuk penanda sekaligus prasyarat identitas bagi pengguna jenis media siber lain, disamping kegunaannya untuk berinteraksi melalui internet

3. Forum di internet (Bulletin Boards)

Fasilitas Mail List atau disebut juga dengan istilah “milis” merupakan salah satu jenis media siber yang digunakan untuk berkomunikasi. Milis bekerja pada komunitas yang memiliki kesukaan atau minat yang sama atau berasal dari suatu tempat. Milis memiliki sifat keanggotaan yang lebih spesifik atau memiliki minat

55

Rulli Nasrullah, Teori Dan Riset Media Siber (Cybermedia), Kencana, Jakarta, 2014, Halaman 23

56


(47)

yang sama, milis bekerja dengan dua cara, yakni tertutup dan terbuka. Dari segi keanggotaan milis bisa dimasuki oleh siapa saja, namun sebaliknya milis juga bisa sangat ketat untuk menerima anggota tergantung dari persetujuan (approve) dari moderator (admin) grup itu.

4. Blog

Istilah bog berasal dari kata Web-blog, yang pertama kali dikenalkan oleh Jorn Berger pada 1997. Pada awalnya blog merupakan suatu bentuk situs pribadi yang berisi kumpulan tautan kesitus lain yang dianggap menarik dan diperbarui setiap harinya, perkembangan selanjutnya blog banyak memuat jurnal (tulisan keseharian pribadi) si pemilik dan terdapat kolom komentar yang bisa diisi oleh pengunjung.

5. Wiki

Wiki merupakan situs yang mengumpulkan artikel maupun berita sesuai dengan suatu kata kunci. Mirip dengan kamus, wiki menghadirkan kepada pengguna pengertian, sejarah, hingga rujukan buku atau tautan tentang satu kata.

6. Aplikasi Pesan

Teknologi telepon genggam berkembang tidak hanya sebagai perangkat untuk berkomunikasi seperti telepon atau SMS semata, sebuah telepon genggam kini telah dilengkapi oleh perangkat yang memungkinkan warga bisa terkoneksi dengan internet (smartphone), contoh nya seperti Blcakberry Messenger (BBM), KakaoTalk,


(48)

Whatsapp, Line yang tidak hanya menampilkan pesan teks, tetapi juga data pesan yang beragam dari audio, visual, dan sebagainya. 7. Internet “Broadcasting”

Internet tidak hanya menampilkan liputan berupa teks atau lampiran (attach) file video dan audio semata. Internet juga mampu menjadi menyiarkan secara langsung siaran televisi maupun radio, hal ini berimplikasi kepada pengguna internet untuk memproduksi serta mendistribusikan informasi dengan biaya yang jauh lebih murah. 8. Peer-to-peer

Seperti halnya cara kerja SMS, peer-to-peer (P2P) merupakan media untuk berkomunikasi antar pengguna di internet, seperti untuk percakapan atau berbagi file. Biaya P2P relatif murah dan mampu menyelesaikan masalah penyimpanan file dalam suatu server. Apabila selama ini pengguna dikenakan biaya untuk menyimpan dan mengakses file itu, kini P2P menghubungkan pengguna ke berbagai tempat dari penyimpanan yang bisa didapat secara gratis, atau yang disebut dengan istilah cloud.

9. The RSS

Content-syndication format atau dikenal dengan sebutan RSS atau sindikasi konten sebagai revolusi dalam pernagkat lunak internet. Perangkat lunak ini bekerja untuk mengambil dan mengumpulkan konten berita sesusai dengan keinginan pengguna. Sebagai contoh, apabila pengguna menginginkan berita dari situs tertentu atau kanal


(49)

dari situs itu, maka RSS akan mendeteksi seluruh kata kuncu yang terkait dengan konten dimaksud.

10. MUDs

Menurut istilah MUDs berasal dari Multi-User Dungeons atau bisa juga Multi-User Dimensions. Secara terminologi MUDs diartikan sebaggai suatu program komputer yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat diakses oleh beragam user dalam satu waktu bersamaan. Saat melakukan aktivitasnya pengguna dapat membangun jaringan, membuat pertemanan, dan pada akhirnya mengekspresikan perasaannya secara virtual dalam proses komunikasi.

11. Media Sosial (Social Media)

Kehadiran situs jejaring sosial (social networking site) atau sering disebut dengan media sosial (social media) seperti Facebook, Twitter, dan Skype merupakan media yang digunakan untuk mempublikasikan konten seperti profil, aktivitas, atau bahkan pendapat pengguna juga sebagai media yang memberikan ruang bagi komunikasi dan interaksi dalam jejaring sosial di ruang siber atau

cyberspace.

Internet sebagai media siber telah berkembang dan mendapatkan kedudukan yang penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Internet memegang peran penting, baik dimasa kini maupun dimasa mendatang. Internet atau teknologi informasi diyakini membawa keuntungan dan kepentingan yang besar bagi negara negara di dunia. Internet atau teknologi informasi telah berhasil merubah tatanan


(50)

kehidupan masyarakat dibidang sosial dan ekonomi yang sebelumnya bertransaksi ataupun bersosialisasi secara konvensional menuju transaksi ataupun sosialisasi secara elektronik. Hal ini dianggap lebih efektif dan efisien.57

Internet lama kelamaan dengan sendirinya telah mengubah perilaku masyarakat dan peradaban manusia secara global. Perkembangan internet telah melahirkan dunia tanpa batas (borderless) dan menyebabkan perubahan sosial secara signifikan. Bagai pedang bermata dua internet dapat berkontribusi sebagai peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban manusia sekaligus menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum (cybercrime).

58

Penggunaan internet pada kehidupan sehari-hari dapat menghemat waktu dan biaya, meningkatkan kesejahteraan, kemajuan dan peradaban manusia. Penggunaan internet juga dapat mengurangi tempat penyimpanan fisik yang cukup besar yaitu dengan cara menyimpan dalam bentuk dokumen elektronik, selain itu internet juga saat ini digunakan sebagai salah satu sumber informasi yang cukup lengkap. Internet dapat mengirimkan data secara instan kemanapun, juga dapat membantu melakukan transaksi dan komunikasi menjadi lebih mudah. Kemudahan yang diberikan oleh internet juga dapat disalahgunakan untuk melakukan perbuatan melawan hukum. Penggunaan internet, selain memberikan kemudahan bagi manusia, juga dapat memudahkan manusia dalam melakukan kejahatan. Kejahatan yang dilakukan melalui internet (cybercrime) merupakan suatu perbuatan penyalahgunaan internet. Internet dapat digunakan untuk

57

Budi Suhariyanto, Tindak Pidana Teknologi Informasi (cybercrime), PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013, Halaman 1

58


(51)

mendukung manusia melakukan kegiatan-kegiatan yang positif (baik) dan internet seharusnya tidak disalahgunakan untuk melakukan kejahatan. (cybercrime). 59

Kejahatan internet atau cybercrime dalam praktiknya memiliki beberapa karakteristik umum, yaitu:60

1. Perbuatan yang dilakukan secara ilegal, tanpa hak atau tidak etis yang terjadi dalam ruang atau wilayah siber (cyberspace), sehingga sulit memastikan yurisdiksi negara bagian mana yang dapat berlaku terhadapnya.

2. Perbuatan tersebut dilakukan dengan menggunakan perangkat atau alat yang terhubung dengan internet.

3. Perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian materil maupun immateril (waktu, nilai, jasa, uang, barang, harga diri, martabat, kerahasiaan informasi) yang cenderung lebih besar dibandingakn dengan kejahatan konvensional.

4. Pelaku perbuatan jahat tersebut merupakan orang yang menguasai penggunaan internet beserta aplikasinya.

5. Perbuatan tersebut dapat dilakukan secara transnasional atau melintasi batas negara (borderless).

Terkait mengenai kejahatan di media siber (cybercrime) ada beberapa kategori yangdapat dikatakan sebagai kejahatan siber, antara lain:61

59

Josua Sitompul, Op.cit, Halaman 27-29

60

Abdul Wahid Dan M.Labib, Kejahatan Mayantara, Refika Aditama, Bandung 2005, Halaman 76

61


(52)

1. Akses tidak sah (illegal access)

Perbuatan memasuki sistem komputer seperti data penyimpanan rahasia perusahaan atau individu yang sudah dilengkapi oleh sistem keamanan tanpa izin pemilik. Pada jenis ini juga bisa dimasukkan adanya upaya menggunakan akses komputer untuk melakukan perbuatan melanggar hukum. Beberapa jenis kejahatan ini misalnya: a. Penyadapan tidak sah (intercepting)

b. Penipuan melalui bank (banking fraud) c. Pencucian uang (money laundring)

d. Penggunaan jaringan milik pihak lain (phreaking) 2. Konten ilegal (illegal content)

Perbuatan kejahatan dengan memasukkan data atau informasi ke internet yang tidak benar, tidak etis, melanggar hukum, dan melanggar ketertiban hukum. Kejahatan ini juga bisa berupa penggunaan data milik orang lain untuk kepentingan pribadi atau perusahaan serta bisa juga disebarkan kepada orang atau perusahaan lain. Beberapa jenis kejahatan ini adalah:

a. Pornografi

b. Pelanggaran hak cipta c. Terorisme virtual 3. Data illegal (illegal data)

Beberapa jenis kejahatan ini misalnya: a. Pemalsuan kartu kredit (carding) b. Penjiplakan situs (typosquatting)


(53)

4. Cyber sabotage

Perbuatan kejahatan yang secara tidak sah mensabotase sehingga menyebabkan gangguan, kerusakan bahkan penghancuran suatu data. Beberapa jenis kejahatan ini misalnya:

a. Perusakan data (defacing/cracking) b. Penyebaran virus (worm)

c. Perusakan sistem komputer (denialofservice [Dos] attack) Kemunculan kasus cybercrime di Indonesia telah menjadi ancaman stabilitas Keamanan dan ketertiban masyarakat dengan dengan eskalatif yang cukup tinggi. Pemerintah dengan perangkat hukumnya belum mampu mengimbangi teknik kejahatan yang dilakukan dengan teknologi komputer khususnya berhubungan dengan internet atau Media siber (internetwork). Perbuata melawan hukum di dunia cyber tidak mudah diatasi jika hanya mengandalkan hukum positif konvensional.62

Hukum merupakan instrumen penting dalam mencegah dan menanggulangi kejahatan, akan tetapi tidak mudah untuk membuat suatu ketentuan hukum terhadap bidang hukum yang berubah sangat cepat seperti teknologi informasi. Kekosongan hukum tidak akan terjadi jika dalam persoalan

cybercrime digunakan metode penafsiran yang dikenal dalam ilmu hukum. Sayangnya dalam persoalan mengenai penafsiran ini, para hakim belum sepakat mengenai kategori beberapa perbuatan, untuk itu dirasa perlu pengembangan tentang suatu pemahaman kepada para hakim dan juga para penegak hukum

62


(54)

mengenai teknologi informasi agar penafsiran mengenai bentuk cybercrime

kedalam pasal KUHP atau Undang-Undang lain tidak membingungkan.63

Penyalahgunaan teknologi informasi dan komunikasi, atau kejahatan penyalahgunaan transaksi elektronik telah memberikan alasan kepada pemerintah untuk melahirkan Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik atau yang sering diebut dengan UU ITE. Hukum sebagai alat pembaharuan sosial (a tool of social engineering) harus dapat digunakan untuk memberikan jalan terhadap perkembangan yang terjadi di masyarakat, terutama terhadap perkembangan perkembangan dibidang teknologi, Untuk itu pengaturan alih teknologi harus dapat diatur secara hukum tersendiri.64

Dalam penerapannya Undang Undang ITE Menganut asas Ekstrateritorial, melihat kenyataan bahwa dunia siber memiliki sifat borderless dan ubiquitous

yaitu tidak mengenal batas lintas negara. Perwujudan daripada asas Ekstrateritorial ini dapat kita lihat pada Pasal 2 UU ITE yang menegaskan bahwa ketentuan-ketentuan dalam UU ITE berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum baik yang berada di wilayah hukum Indonesia maupun di luar Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi elektronik (UU ITE) merupakan undang-undang pertama di Indonesia yang secara khusus mengatur tindak pidana siber. Undang Undang ITE disahkan pada tanggal 21 April 2008, Undang Undang ITE terdiri dari 13 Bab dan 54 Pasal.

63

Ibid, Halaman 3

64


(55)

wilayah hukum indonesia, yang memiliki akibat hukum di wilayah hukum indonesia, dan/atau diluar wilayah hukum Indonesia.65

Tindak-tindak pidana yang diatur dalam UU ITE diatur dalam Bab VII tentang perbuatan yang dilarang, Perbuatan perbuatan tersebut dapat dikategorikan menjadi beberapa kelompok yaitu66

i.Tindak pidana yang berhubungan dengan aktivitas Illegal, yaitu:

a. Distribusi atau penyebaran, transmisi, dapat diakses nya konten ilegal, yang terdiri dari:

a) Kesusilaan (Pasal 27 ayat [1] UU ITE) b) Perjudian (Pasal 27 ayat [2] UU ITE)

c) Penghinaan atau pencemaran nama baik (Pasal 27 ayat [3] UU ITE)

d) Pemerasan atau pengancaman (Pasal 27 ayat [4] UU ITE) e) Berita bohong yang menyesatkan dan merugikan konsumen

(Pasal 28 ayat [1] UU ITE)

f) Menimbulkan rasa kebencian berdasarkan SARA (Pasal 28 ayat [2] UU ITE)

g) Mengirimkan informasi berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi (Pasal 29 UU ITE)

b. Dengan cara apapun melakukan akses illegal (Pasal 30 UU ITE)

65

Josua sitompul Op.cit, Halaman 136-138

66


(56)

c. Intersepsi illegal terhadap Informasi atau dokumen elektronik dan sistem elektronik (Pasal 31 UU ITE)

ii.Tindak pidana yang berhubungan dengan gangguan (interferensi), yaitu: a. Gangguan terhadap informasi atau dokumen elektronik atau

data interference (Pasal 32 UU ITE)

b. Ganguan terhadap sistem elektronik atau system interference

(Pasal 33 UU ITE)

iii.Tindak pidana memfasilitasi perbuatan yang dilarang (Pasal 34 UU ITE) iv.Tindak Pidana pemalsuan informasi atau dokumen elektronik (Pasal 35

UU ITE)

v.Tindak pidana tambahan atau accessoir (Pasal 36 UU ITE)

vi.Perberatan-Perberatan terhadap ancaman pidana (Pasal 52 UU ITE)

C. ATURAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK YANG

MELAKUKAN PENYALAHGUNAAN INTERNET SEBAGAI MEDIA BULLYING

Berdasasrkan kamus besar bahasa indonesia (KBBI), anak adalah keturunan kedua. Dalam konsideran Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dikatakan bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Lebih lanjut dikatakan anak adalah Tunas, Potensi, dan generasi muda penerus cita-cita bangsa.67

67


(57)

Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak didalam Pasal 10 dikatakan:

“Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai nilai kesusilaan dan kepatutan”.

Pada Pasal 10 dikatakan bahwa anak memiliki hak untuk menerima dan mencari informasi untuk pengembangan dirinya. Didalam mencari informasi anak saat ini sering menggunakan media teknologi informasi yaitu internet.

Berdasarkan perkembangannya sehari hari media teknolgi informasi telah melahirkan dunia siberr (cyberspace). Didalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 50/PUU-VI/2008, Mahkamah konstitusi menyatakan bahwa duni cyber

(siber) adalah sebuah konstruksi maya yang diciptakan oleh komputer yang berisi data-data abstrak sebuah konstruksi maya yang diciptakan oleh komputer yang berisi data-data abstrak yang berfungsi sebagai aktualisasi diri, wadah bertukar gagasan, dan sarana penggugatan prinsip demokrasi. Aktivitas pada dunia siber mempunyai karakter, yaitu mudah, penyebarannya sangat cepat dan meluas yang dapat diakses oleh siapapun dan dimanapun, dan dapat bersifat destruktif dari pemuatan materi penghinaan dan/atau pencemaran nama baik dengan menggunakan media elektronik yang sangat luar biasa karena memiliki corak viktimasasi yang tidak terbatas. Melalui pemahaman hakekat dunia siber beserta karakternya, maka diperlukan pengaturan tersendiri untuk mengakomodasi perkembangan dan konvergensi teknologi informasi, yang dapat digunakan sebagai sarana kejahatan.


(58)

Pengaruh penggunaan sarana teknologi informasi telah mengubah pola hidup manusia dan anak didalam tatanan kehidupan baru dan mendorong terjadinya perubahan sosial, ekonomi, budaya, pertahanan, kemanaan, dan penegakan hukum. Internet tidak lagi digunakan sebagi media yang positif tetapi internet juga digunakan sebagai media melakukan kejahatan baru (cybercrime).68

Perkembangan kejahatan siber (cybercrime) saat ini lebih bervariasi, tindak pidana cyber yang saat ini antara lain penipuan, hacking, cracking,deface, pencemaran nama baik, prostitusi, pornografi, perjudian, dan lain lain. Tindak pidana tersebut dapat dilakukan melalui jejaring sosial di internet sperti facebook, twitter dan sebagainya ataupun melalui media siber lain yang berhubungan dengan internet.69

Pada saat ini terdapat kasus kejahatan baru dan sering dilakukan oleh anak melalui media internet, yaitu adalah bullying. Bullying merupakan peristilahan atau suatu terminologi, konon istilah bullying ini terkait dengan bull, sapi jantan yang suka mendengus (untuk mengancam, menakut-nakuti, atau memberi tanda). Kamus Marriem Webster menjelaskan bahwa bully itu adalah to treat abusively

(memperlakukan secara tidak sopan) atau to affect by means of force orcoercion

(mempengaruhi denggan paksaan dan kekuatan ). Dan Olweus, seorang pakar yang berkonsentrasi menangani praktek bullying, menyimpulkan, bullying

mencakup penjelasan antara lain :70

68

Siswanto Sunarso Op.cit, Halaman 39

69

Sigid Suseno, Yurisdiksi Tindak Pidana Siber, Refika Aditama, Bandung , 2012, halaman 137

70


(1)

Nasrullah, Rulli, 2014, Teori Dan Riset Media Siber (Cybermedia), Kencana, Jakarta.

Praja, Juhaya S, 2011, Teori Hukum Dan Aplikasinya, Pustaka Setia, Bandung.

Prasetyo, Teguh,2014, Hukum Pidana, PT RajaGrafindo Persada, jakarta.

R. Sugandhi, 1980, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dengan penjelasannya, Usaha Nasional, Surabaya.

R.Soesilo,1986, KUHP Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia, Bogor.

Sambas, Nandang, 2010, Pembaruan Sistem Pemidanaan Anak Di Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta

Santosa, Elizabeth T, 2015, Raising Children In Digital Era, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sitompul, Asril, 2001, Hukum Internet, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.


(2)

Soetodjo, Wagiati, 2010, Hukum Pidana Anak, Refika Aditama, Bandung.

Suhariyanto, Budi, 2013, Tindak Pidana Teknologi Informasi (cybercrime), PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Sunarso, Siswanto, 2009, Hukum Informasi Transaksi Elektronik, PT Rineka Cipta, Bandung.

Suseno, Sigid, 2012, Yurisdiksi Tindak Pidana Siber, Refika Aditama, Bandung.

Van Apeldoorn, 2009, Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta.

Wadong, Maulana Hassan, 2000, Pengantar Advokasi Dan Hukum Perlindungan Anak, Grasindo, Jakarta.

B. STUDI LAPANGAN

Wawancara terhadap Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Sumatera Utara (KPAID SUMUT) melalui Bapak Muslim Harahap. Pada tanggal 29 April 2015 di kantor KPAID SUMUT.

Wawancara terhadap DIRRESKRIMSUS POLDA SUMUT melalui Bapak Jumanto selaku KANIT 3 SUBDIT 2 CYBERCRIME DIRRESKRIMSUS POLDA SUMUT. Pada tanggal 28 April 2015 di kantor RESKRIMSUS POLDA SUMUT.


(3)

C. PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan transaksi Elektronik.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Putusan Mahkamah Agung Nomor 50/PPU-VI/2008

D. WEBSITE

www.kpai.go.id/berita/kpai-ribuan-anak-indonesia-jadi-korban-pornografi-internet-2/. Diakses pada pukul 13.00 WIB, Tanggal 12 Maret 2015

www.kpai.go.id/berita/kpai-kasus-bullying-dan-pendidikan-karakter/. Diakses pada pukul 14.00 WIB, Tanggal 13 Maret 2015

Cyberbullying126e27.blogspot.com. Diakses pada pukul 13.00 WIB, Tanggal 27 Februari 2015

Kompasiana.com/post/read/528200/3/stop-cyberbylly-dimulai-dari-diri-kita-sendiri.html. Diakses pada pukul 14.00 WIB, Tanggal 27 Februari 2015


(4)

Inet.detik.com/read/2013/02/21/070522/2175639/398/2/bahaya-cyberbullying-dendam-kesumat-hingga-bunuh-diri. Diakses pada pukul 15.00 WIB, Tanggal 27 February 2015

http://ilmukomputer2.blogspot.com/2009/10/pengertian-pertanggungjawaban.html. Diakses pada pukul 18.00 WIB, Tanggal 27 Februari 2015

Diskominfo.jabarprov.go.id/fenomena-cyberbullying-dan-solusinya/#.VO_V84L-JPF. Diakses pada pukul 13.00 WIB, Tanggal 28 Februari 2015

https://silmya.wordpress.com/2011/12/29/cyberbullying-are-u/. Diakses pada pukul 13.30 WIB, Tanggal 28 Februari 2015

https://astrisept.wordpress.com/2014/05/22/cyberbullying/. Diakses pada pukul 14.30 WIB, Tanggal 28 Februari 2015

Memetajjalif.blogspot.com. Diakses pada pukul 15.00 WIB Tanggal 28 Februari 2015

Kompasiana.com/post/read/522828/1/cyberbullying-dan-cyberstalking-dalam-pemahaman-sederhana-.html. Diakses pada pukul 16.00 WIB, Tanggal 28 Februari 2015


(5)

https://erlineriska.wordpress.com/2013/02/02/cyberbullying-tren-negatif-yang-harus-dihindari/. Diakses pada pukul 16.30 WIB, Tanggal 28 Februari 2015

Diskominfo.jabarprov.go.id. Diakses pada pukul 17.00 WIB, Tanggal 28 Februari 2015

Indonesiaunicef.blogspot.com/2014/02/indonesia-meluncurkan-studi-keamanan.html#more. Diakses pada pukul 18.00 WIB, Tanggal 28 Februari 2015

Alviprofdr.blogspot.com/2010/11/alasan-penghapusan-pidana.html. Diakses pada pukul 07.05 WIB, Tanggal 21 Maret 2015.

Slide Dampak Teknologi Informasi Terhadap Perilaku Kekerasan Di Kalangan Generasi Muda (Materi penyuluhan/penerangan hukum), diunduh melalui www.kejaksaan.go.id/infohukum.php?hal=2, diakses pada pukul 18.34 WIB, Pada tanggal 24 Maret 2015

M.kompasiana.com/post/read/527409/3/aspek-hukum-dan-pencegahan-cyber-bullying.html, diakses pada pukul 07.00 WIB, pada tanggal 24 Maret 2015

m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20140910112008-255-2906/ketika-bullying-berujung-maut/, Diakses pada pukul 22.00 WIB, Tanggal 20 April 2015.


(6)

Teknologi.news.viva.co.id/news/read/360260-kisah-gadis-gantung-diri—tak-tahan-di-bully-di-internet, Diakses pada pukul 22.00 WIB, Tanggal 20 April 2015.

News.detik.com/read/2011/11/14/114008/1766853/10/1/video-kekerasan-antar-pelajar-putri-beredar-di-palu, Diakses pada pukul 00.30 WIB, 21 April 2015.