Cerita Pendek Cerpen Acuan Teori Fokus Penelitian

12

BAB II KAJIAN TEORI

2.1. Acuan Teori Fokus Penelitian

2.1.1. Cerita Pendek Cerpen

Nurgiyantoro 2010: 13 cerita pendek cerpen adalah bagian dari sastra yang memiliki nilai estetik yang mengandung unsur-unsur kehidupan masyarakat.Bersama unsur intrinsik dan ekstrinsiknya yang membentuk kesatuan, sastra cerpen memancarkan estetikanya sehingga dapat dinikmati penikmatnya.Kelebihan cerpen atau cerita pendek adalah kemampuan mengemukakan lebih banyak secara implisit dari sekadar yang diceritakan.Memahami sebuah cerita pendek adalah bagian dari kegiatan menikmati karya sastra secara lebih mendalam dan lebih serius.Karena bentuknya yang pendek, cerpen memiliki karakteristik pemadatan dan pemusatan terhadap sesuatu yang dikisahkan.Cerita tidak dikisahkan secara panjang lebar sampai mendetail, tetapi dipadatkan dan difokuskan pada satu permasalahan.Dengan demikian cerita pendek adalah dunia fiksi yang digambarkan pengarang seolah-olah menyerupai dunia sesungguhnya.Sehingga cerita yang mengalir dan terjalin itu seolah panggung kehidupan.Adanya cerita seperti layaknya kehidupan nyata itu tidak dipungkiri bahwa segala yang terjadi dalam dunia nyata dapat tercakup dalam karya sastra. 13 Nurgiyantoro 2010: 433 Karya sastra adalah respon-respon interaksi sosial.Adanya unsur moral dalam karya sastra sering dikaitkan dengan fungsi sastra bagi pembentukan karakter pembaca terutama pembaca anak dalam konteks pembelajaran sastra.Cerita pendek dengan segala variasinya memberi sumbangasih pemikiran bagi pembaca sehingga dapat lebih bijak dalam mengarungi kehidupan.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 2008: 263 Cerita pendek merupakan frase yang terdiri dari cerita yang artinya karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, penderitaan orang, kejadian baik yang sungguh-sungguh terjadi maupun yang hanya rekaan belaka, dan pendek yang berarti sesuatu yang tidak panjang atau singkat ringkas. Secara umum, cerpen harus berupa cerita atau narasi bukan analisis argumentatif yang fiktif tidak benar-benar terjadi, tapi bisa terjadi kapan saja dan di mana saja serta relatif pendek. Sebuah cerpen biasanya menggunakan bahasa sehari- hari, tidak bahasa baku agar tidak kaku. Bahasa daerah, bahasa asing dan bahasa pergaulan pun dapat digunakan untuk menghidupkan suasana. Penulis cerpen harus pandai memilih kata-kata agar cerita yang biasa saja menjadi sebuah cerita yang menarik dan menggugah pembacanya.Dalam hal ini, penulis harus menggunakan otak kiri logika dan kanan emosional secara simultan untuk dapat menghidupkan ataupun mendeskripsikan tokoh dalam cerpen. Pada otak kiri terdapat perencanaan, outline, tata bahasa, penyuntingan, penulisan kembali, penelitian dan tanda baca. Sedangkan otak kanan meliputi 14 semangat, spontanitas, emosi, warna, imajinasi, gairah, unsur baru dan kegembiraan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa cerita pendek yang sarat dengan permasalahan perlu diinterpretasikan.Cerpen dengan segala kreasinya tersebut merupakan ide cemerlang pengarang sebagai kepedulian terhadap keadaan sosial. Hal inilah yang menjadi alasan cerpen sebagai karya sastra dapat digunakan sebagai mediapembentukan budi luhur siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam pembentukan atau penanaman karakter.

2.1.2. Karakter