Hakikat Belajar dan Pembelajaran

13

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI

2.1.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran

2.1.1.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan kegiatan sebagai usaha yang dilakukan oleh individu dalam memperbaiki diri menjadi individu yang lebih baik dari hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Menurut Muhibbin Syah 2015: 68, belajar dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Senada dengan Slameto 2013: 2 bahwa, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Thursan Hakim dalam Hamdani, 2011: 21 mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku, seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain. Belajar menurut teori behavioristik diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut disebabkan oleh seringnya interaksi antara stimulus dan respons. Inti belajar adalah kemampuan seseorang melakukan respon terhadap stimulus yang datang kepada dirinya. Menurut teori kognitif diartikan proses untuk membangun persepsi seseorang dari sebuah obyek yang dilihat. Belajar menurut teori ini lebih mementingkan proses dari pada hasil. Sedangkan teori konstruktivisme mengartikan belajar adalah upaya membangun pemahaman atau persepsi atas dasar pengalaman yang dialami siswa, sehingga belajar merupakan proses untuk memberi pengalaman nyata bagi siswa Aqib, 2014: 66. Definisi belajar dari Gagne dalam Daryanto, 2010: 12 ada dua yaitu: 1 suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku; 2 Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi. Beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar dapat disimpulkan bahwa, belajar merupakan suatu proses usaha dalam perubahan tingkah laku, kepribadian, dan persepsi yang tampak dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, pemahaman, kecakapan, sikap, dan kebiasaan, sebagai hasil dari pengalaman sendiri, motivasi, instruksi, dan interaksi dengan lingkungan. Proses belajar perlu memperhatikan prinsip belajar agar dapat dikatakan efektif. Menurut Hamdani 2011: 22 prinsip belajar dalam pembelajaran adalah kesiapan belajar, perhatian, motivasi, keaktifan siswa, mengalami sendiri, pengulangan, materi pelajaran yang menantang, balikan dan penguatan, perbedaan individual. Beberapa prinsip yang dikembangkan oleh Gagne dalam Rifa’i, dan Anni, 2012: 79 yaitu: keterdekatan contiguity bahwa situasi stimulus yang hendak direspon harus disampaikan sedekat mungkin waktunya dengan respon yang diinginkan; Pengulangan repetition bahwa situasi stimulus dan responnya perlu diulang-ulang agar belajar dapat diperbaiki dan meningkatkan retensi belajar; Penguatan reinforcement bahwa belajar sesuatu yang baru akan diperkuat dengan perolehan hasil yang menyenangkan atau dapat meningkatkan motivasi belajar. Selain ketiga prinsip tersebut yang dipandang sebagai kondisi eksternal, juga ada prinsip sebagai kondisi internal, yaitu: informasi faktual factual information, kemahiran intelektual intelectual skill, dan strategi strategy. Daryanto 2010: 24 juga menyusun prinsip-prinsip belajar antara lain: 1 Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional; 2 Bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana sehingga siswa mudah menangkap pengertian; 3 Harus dapat menimbulkan motivasi yang kuat pada siswa; 4 Proses kontinu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya; 5 Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan discovery; 6 Harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan pembelajaran; 7 Memerlukan sarana yang cukup sehingga dapat belajar dengan tenang; 8 Perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya; 9 Proses hubungan antara pengertian yang satu dengan yang lain, sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan; 10 Repetisi, perlu ulangan berkali-kali agar pengertian dan keterampilan atau sikap dapat mendalam pada siswa. Usaha meningkatkan prestasi belajar juga harus memperhatikan faktor- faktor yang mempengaruhi belajar. Dalam upaya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, seharusnya guru memperhatikan kondisi internal dan eksternal siswa. Kondisi internal adalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemampuan, dan sebagainya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi siswa, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasarana belajar yang memadai, dan sebagainya Hamdani, 2011: 22. Slameto 2010: 54-72 mengungkapkan aktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua, faktor intern dan ekstern. Faktor intern ada 3 faktor, yaitu: 1 Faktor Jasmaniah, a faktor kesehatan, proses belajar akan teganggu jika kesehatan terganggu karena jika badan tidak sehat maka badan akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, dan ngantuk sehingga tidak bisa fokus dengan pelajaran; b cacat tubuh, dapat berupa buta, tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dapat mengganggu proses belajar. Anak dengan cacat tubuh dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatanya dengan alat bantu dan lembaga pendidikan khusus. 2 Faktor Psikologis, a inteligensi adalah kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui konsep abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan memelajari dengan cepat. Siswa dengan intelegensi tinggi akan lebih berhasil; b perhatian adalah keaktifan jiwa yang semata-mata tertuju pada suatu atau sekumpulan objek. Siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajari, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka akan timbul kebosanan, sehingga siswa tidak lagi suka belajar; c minat adalah kecenderungan untuk tetap memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati, diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang. Bahan belajar yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar; d bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi menjadi kecakapan setelah belajar atau berlatih; e motif, dalam proses belajar harus diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau menunjang beajar; f kematangan adalah fase dalam pertumbuhan, dimana alat tubuh sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru; g kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. 3 Faktor Kelelahan, ada dua macam kelelahan yaitu kelelahan jasmani, terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk beristirahat, dan kelelahan rohani, dapat dilihat dengan kelesuan, dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Faktor ekstern ada 3 faktor, yaitu: 1 Keluarga: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, perhatian orang tua, latar belakang kebudayaan. 2 Sekolah: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pembelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah. 3 Masyarakat: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat. 2.1.1.2 Hakikat Pembelajaran Pembelajaran adalah peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sehingga peserta didik memperoleh kemudahan. Pendidik harus mampu menarik perhatian peserta didik agar mencurahkan seluruh energinya sehingga melakukan aktivitas belajar secara optimal dan memperoleh hasil belajar sesuia yang diharapkan Rifa’i dan Anni, 2012: 157. Teori belajar mendeskripsikan pembelajaran sebagai usaha pendidik membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan yang baik, cara pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berfikir agar memahami apa yang dipelajari, memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya. Ada sembilan langkah prosedur pembelajaran yaitu, menarik perhatian, memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa, merangsang ingatan sebagai prasyarat pembelajaran, menyajikan bahan pembelajaran, mendorong unjuk kerja, memberikan balikan informatif, menilai unjuk kerja, meningkatkan retensi dan alih belajar Bektiarso, 2015: 85. Mengajar terdiri atas sejumlah kejadian dengan bagian dan urutan sebagai berikut: 1 Membangkitkan dan memelihara perhatian; 2 Menjelaskan kepada murid hasil apa yang diharapkan setelah belajar; 3 Merangsang murid untuk mengingat kembali konsep, aturan, dan keterampilan prasyarat agar memahami pelajaran yang akan diberikan; 4 Menyajikan stimuli yang berkenaan dengan bahan pelajaran; 5 Memberikan bimbingan kepada siswa proses belajar; 6 Memberikaan balikan atau feedback dengan memberitahukan kepada murid apakah hasi belajarnya benar atau tidak; 7 Menilai hasil belajar dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk mengetahui apakah ia telah menguasai bahan pelajaran itu dengan memberikan beberapa soal; 8 Mengusahakan transfer dengan memberikan contoh-contoh tambahan untuk menggeneralisasi apa yang telah dipelajari itu, sehingga ia dapat mengguna- kannya dalam situasi yang lain; 9 Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihan-latihan untuk menerapkan apa yang telah dipelajari.

2.1.2 Matematika