waktu setelah mereka menghentikan kebiasaan minum minuman kola. Kenapa kola dan bukan kopi dikarenakan tidak ada satupun di antara peserta penelitian yang minum kopi,
tapi mereka umumnya mengkonsumsi paling sedikit 1,5 liter minuman kola per hari atau rata-rata 11 liter per minggu dan itu setara dengan 34 gelas besar kopi seminggu
Info sehat.com, 2007. Nyeri kepala atau cephalgia dapat primer atau sekunder, Primer berupa migren,
nyeri kepala klaster, nyeri kepala tegang otot. Sedangkan sekunder berupa nyeri kepala pascatrauma, nyeri kepala organik sebagai bagian penyakit lesi desak ruang tumor
otak, abses, hematoma subdural, dll, perdarahan subaraknoid, neuralgia trigeminus pascaherpetik, penyakit sistemik anemia, polisitemia, hipertensi atau hipotensi, dll,
sesudah pungsi lumbal, infeksi untrakranialsistemik, penyakit hidung dan sinus paranasal, akibat bahan toksik dan penyakit mata Arif Mansjoer,2000.
Dari beberapa pernyataan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa seorang pasien yang sedang dirawat di Rumah sakit khususnya pada penderita cephalgia tidak
dapat dipisahkan dari masalh kebutuhan kenyamanan yaitu nyeri. Nyeri disebabkan karena terdapat rasa sakit di dalam kepala: kadang sakit di belakang leher atau
punggung bagian atas, disebut juga sebagai sakit kepala.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk memenuhi kebutuhan dasar kenyamanan nyeri pada Tn. E.
C. Manfaat 1. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah dasar
kenyamanan yang dapt digunakan sebagai acuan bagi praktik mahasiswa kepearawatan.
2. Bagi Praktik Keperawatan
Dapat digunakan sebagai bahan masukan kepada perawat untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah dengan kebutuhan
dasar kenyamanan nyeri.
Universitas Sumatera Utara
3. Bagi Kebutuhan Klien
Dapat digunakan untuk mengetahui cara memenuhi kebutuhan klien khususnya kebutuhan dasar kenyamanan nyeri.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman Nyeri
Konsep kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama dengan nyeri. Setiap individu memiliki karakteristik fisiologis, social, spiritual, psikologis dan kebudayaan
yang mempengaruhi cara mereka menginterprestasikan dan merasakan nyeri. Kolcaba 1992, mendefenisikan kenyamanan sebagai suatu keadaan telah terpenuhi kebutuhan
dasar manusia. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan ketentraman suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari, kelegaan kebutuhan telah terpenuhi, dan
transenden keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah atau nyeri Potter Perry, 2005.
Suatu cara pandang yang holistik tentang kenyamanan membantu dalam upaya mengidentifikasi empat konteks Potter Perry, 2006, antara lain:
1. Fisik: berhubungan dengan sensasi tubuh.
2. Sosial: berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga dan sosial.
3. Psikospiritual: berhungan dengan kewaspadaan internal dalam diri, seksualitas
dan makna kehidupan. 4.
Lingkungan: berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia: cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur - unsur alamiah
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat individual. Dikatakan bersifat individual karena respons individu terhadap sensasi nyeri berbeda
dan tidak bisa disamakan satu dengan lainnya. Hal tersebut menjadi dasar bagi perawat dalam mengatasi nyeri pada klien Asmadi, 2008.
Nyeri adalah suatu mekanisme proteksi bagi tubuh, timbul bila mana jaringan sedang dirusakkan dan menyebab individu tersebut beraksi untuk menghilangkan atau
mengurangi rasa nyeri Depkes RI, 1997 Faktor yang mempengaruhi rekasi nyeri antara lain: makna nyeri bagi individu,
tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan social, kesehatan fisik dan mental, sikap orang tua terhadap nyeri, lokasi nyeri, perasaan takutcemas,
upaya untuk mengurangi respon terhadap stessor, dan usia Priharjo, 1992. Secara umum, bentuk nyeri terbagi atas nyeri akut dan nyeri kronis.
1. Nyeri akut adalah nyeri yang suatu pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat actual
Universitas Sumatera Utara
maupun potensial, dengan waktu yang tiba-tiba, intensitas ringan sampai berat, dapat di prediksi untuk berakhir dan durasi kurang dari enam bulan NANDA,
2001. 2.
Nyeri kronis adalah suatu pengalaman emosional yang tidak menyenangkan sebagai akibat kerusakan jaringan yang bersifat aktual maupun potensial, dengan
waktu yang tiba-tiba, intensitas ringan sampai berat, dapat di prediksi untuk berakhir dan durasi lebih dari enam bulan NANDA, 2001.
Tabel 2.1 Perbedaan antara Nyeri Akut dan Nyeri Kronis Karakteristik
Nyeri Akut Nyeri Kronis
Tujuan Memperingatkan klien terhadap
adanya cederamasalah Memberikan alasan pada klien
untuk mencari informasi berkaitan dengan perawatn
dirinya Awitan
Mendadak Terus menerusintermittent
Durasi Durasi singkat dari beberapa
detik sampai 6 bulan. Durasi lama, 6 bulan atau
lebih Intensitas
Ringan sampai berat Ringan sampai berat
Respon otonom - Frekuensi jantung meningkat
- Tekanan darah meningkat
- Dilatasi pupil meningkat
- Tegangan otot meningkat
- Tidak terdapat respon
otonom -
Vital sign dalam batas normal
Respon psikologis
Ansitas -
Depresi -
Keputasaan -
Mudah tersinggungmarah -
Menarik diri Respon
fisikperilaku -
Menangis mengerang -
Waspada -
Mengerutkan dahi -
Mengeluh sakit -
Keterbatasan gerak -
Kelesuan -
Kelelahankelemahan -
Mengeluh sakit hanya ketika dikajidi Tanya
Contoh -
Nyeri bedah -
Trauma -
nyeri kanker -
arthritris -
euralgia terminal
Universitas Sumatera Utara
1. Pengkajian
Pengkajian nyeri yang faktual terkini, lengkap dan akurat akan memudahkan perawat didalam menetapkan data dasar, dalam menegakkan diagnose keperawatan
yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang diberikan Sigit, 2010.
Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya penatalaksanaan nyeri yang efektif. Karena nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan secar
berbeda pada masing-masing individu, maka perawat perlu mengkaji semua faktor yang mempengaruhi nyeri, seperti faktor fisiologis, psikologis, perilaku, emosional, dan
sosiokultural Mubarak, 2007. Tindakan perawat yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama nyeri
akut adalah Sigit, 2010: 1.
Mengkaji perasaan klien respon psikologis yang muncul. 2.
Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri. 3.
Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri. Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klien
dalam keadaan waspada perhatian penuh pada nyeri, sebaiknya perawat berusaha untuk mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu sebelum mencoba mengkaji
kuantitas persepsi klien terhadap nyeri Sigit, 2010. Untuk klien yang mengalami nyeri kronis maka pengkajian yang lebih baik
adalah dengan memfokuskan pengkajian pada dimensi prilaku, afektif, kognitif NIH, 1986; McGuire, 1992 dalam Sigit, 2010.
Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang perawat didalam memulai mengkaji respon nyeri yang dialami oleh klien. Donova Girton 1984,
mengidentifikasi komponen-komponen tersebut diantaranya:
a. Penentuan Ada Tidaknya Nyeri
Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai ketika klien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi perawat tidak
menemukan adanya cedera atau luka. Setiap nyeri yang dilaporkan oleh klien adalah nyata. Sebaliknya, ada beberapa pasien yang terkadang justru
menyembunyikan rasa nyerinya untuk menghindari pengobatan Sigit, 2010.
Universitas Sumatera Utara
b. Karakteristik Nyeri Metode P,Q,R,S,T
1
Faktor pencetus P: Provocate
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian-bagian yang
mengalami cidera. Apabila perawat mencurigai adanya nyeri psikogenik maka perawat harus dapat mengeksplore perasaan klien dan menanyakan
perasaan-perasaan apa yang dapat mencetuskan nyeri Sigit, 2010.
2
Kualitas Q: Quality
Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan klien, seringkali klie mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat tajam, tumpul,
berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertintih, perih, tertusuk dan lain-lain, di mana tiap-tiap klien mungkin berbedda-beda dalam melaporkan kualitas
nyeri yang dirasakan Sigit, 2010.
3
Lokasi R: Region
Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk menunjukkan semua bagiandaerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien.
Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini
akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus menyebar Sigit,
2010.
Dalam mendokumentasikan hasil pengkajian tentang nyeri, perawat menggunakan bahasa anatami atra istilah yang deskriptif. Sebagai contoh
pernyataan “nyeri terdapat di kuadran abdomen kanan atas” adalah penyataan yang lebih spesisik dibandingkan “klien mengatakan bahwa nyeri
terasa pada abdomen” Sigit, 2010.
4
Keparahan S: Severe
Tingkat keparahan klien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien di minta untuk menggambarkan nyeri
yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau berat. Namun kesulitannya adalah makna dari istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dank
lien serta tidak adanya batasan-batasan khusus yang membedakan antara nyeri ringan, sedang dan berat. Hal ini juga bisa disebabkan karena
pengalaman nyeri pada masing-masing individu berbeda-beda Sigit, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Skala numerik Numerical Rating Scale, NRS digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini klien menilai nyeri dengan skala 0 – 10.
Angka 0 dikatakan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka 10 mengindikasikan nyeri paling berat yang dirasakan klien. Skala ini efektif
untuk mengkaji intentitas contoh: pada hari pertama post operasi klien mengatakan skala nyeri yang ia rasakan pada angka 8, kemudian hari kedua
post operasi saat dilakukan pengkajian klien melaporkan adanya penurunan
nyeri yang ia rasakan pada angka 4 Sigit, 2010.
Gambar. Skala nyeri numerik 5
Durasi Time Perawat menanyakan pada klien untuk menentukan durasi dan rangkaian
nyeri. Perawat dapt menanyakan: “kapan nyeri mulai dirasakan?”, “sudah berapa lama nyeri dirasakan?”, “apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada
waktu yang sama setiap hari?”, “seberapa sering nyeri kambuh?” atau dengan kata-kata lain yang semakna Sigit, 2010.
6 Faktor yang memperberat memperingan nyeri
Perawat perlu mengkaji faktor-faktor yang dapat memperberat nyeri klien, misalnya peningkatan aktivitas, perubahan suhu, stress dan yang lainnya,
sehingga dengan demikian perawat dapat memberikan tindakan yang tepat untuk menghidari peningkatan respon nyeri pada klien Sigit, 2010.
c. Respon Fisiologis
Pada saat implus nyeri naik ke medulla spinalis menuju ke batang otak dan thalamus, system saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon
stress. Stimulus pada cabang simpatis pada system saraf otonom menghasilkan
respon fisiologis Sigit, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Respon Fisiologis Terhadap Nyeri Respon fisiologis terhadap nyeri
Respon simpatik Peningkatan frequensi pernafasan
Dilatasi saluran bronkiolus Peningkatan frequensi denyut jantung
Vasokontriksi perifer pucat,peningkatan tekanan darah
Diaphoresis Peningkatan tegangan otot
Dilatasi pupil Penurunan motilitas saluran cerna
Respon parasimpatik Pucat
Ketegangan otot Penurunan denyut jantung atau tekanan darah
Pernafasan cepat dan tidak teratur Mual dan muntah
Kelemahan atau kelelahan
d. Respon Perilaku
Perawat perlu belajar dan mengenal berbagai respon perilaku tersebut untuk memudahkan dan membantu dalam mengidentifikasi masalah nyeri yang di
rasakan klien. Respon perilaku yang biasa di tunjukkan adalah merubah posisi tubuh, mengusap bagian yang sakit, menggeretakkan gigi, menunjukkan
ekspresi wajah meringis, mengerang, mengaduh, menjerit, meraung Sigit,
2010. e. Respon Afektif
Respon afektif juga perlu di perhatikan oleh seorang perawat di dalam melakukan pengkajian terhadap klien dengan gangguan rasa nyeri. Ansietas
kecemasan perlu di gali dengan menanyakan pada klien seperti: “Apakah anda saat ini merasakan cemas?”. Selain itu juga ada depresi, ketidak tertarikan
terhadap aktivitas fisik dan perilaku menarik diri dari lingkungan perlu di perhatikan Sigit, 2010.
Universitas Sumatera Utara
f. Pengaruh Nyeri Terhadap Kehidupan Kita
Klien yang merasakan nyeri setiap hari pasti akan mengalami gangguan dalam kegitan sehari-harinya. Pengkajian pada perubahan aktivitas ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan klien dalam berpartisipasi terhadap kegiatan sehari-hari, sehingga perawat juga mengetahui sejauh mana dia dapat
membantu dalam program aktivitas pasien Sigit, 2010. g. Persepsi Klien Tentang Nyeri
Dalam hal ini perawat perlu mengkaji persepsi klien terhadap nyeri, bagaimana klien menghubungkan antara nyeri yang di alami dengan proses penyakit atau
hal lain dalam diri dan lingkungan di sekitar nya Sigit, 2010. h. Mekanisme Adaptasi Klien Terhadap
Nyeri
Terkadang individu memiliki cara masing-masing dalam beradaptasi terhadap nyeri. Perawat dalam hal ini perlu mengkaji cara-cara apa saja yang biasa klien
gunakan untuk menurunkan nyeri yang ia alami, mengkaji keefektifan cara tersebut dan apakah bisa di gunakan saat klien menjalani perawatan di rumah
sakit. Apabila cara tersebut dapat di gunakan, perawat dapat memasukkannya
dalam rencana tindakan Sigit,2010.
2. Analisa Masalah
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang di lakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan keperawatan dan
kesehatan lainnya. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, di dapat data dasar tentang masalah-
masalah yang di hadapin klien. Selanjutnya data dasar itu di gunakan untuk menentukan diagnosis kerawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan
kerawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien. Pengumpulan data di mulai sejak klien masuk rumah sakit, selama klien di rawat secara terus menerus, serta pengkajian
ulang untuk menambahmelengkapi data Sigit,2010.
a. Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan
klien, kemampuan klian mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.
b. Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap
kesehatan dan masalah kesehatannya erta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien Sigit,2010.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Pengumpulan Data
a.
Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien.
b.
Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien.
c.
Untuk menilai keadaan kesehatan klien.
d. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah
berikutnya: Tipe data:
a. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa di tentukan oleh perawat, mencakup
persepsi, perasaan, misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan,
kecemasan, mual, perasaan malu Sigit,2010. b. Data Objektif
Adalah data yang dapat di observasi dan di ukur, dapat di peroleh menggunakan panca indera lihat,dengar,cium,sentuhraba selama pemeriksaan fisik. Misalnya
frequensi nadi, pernafasan, tekanan darah, berat badan, tingkat kesadaran
Sigit,2010. Karakteristik Data
a. Lengkap Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien
yang adekuat. Misalnya klien tidak mau makan selama 3 hari. Perawat harus mengkaji lebih dalam mengenai masalah klien tersebut dengan menanyakan hal-
hal sebagai berikut: apakah tidak mau makan karena tidak ada nafsumakan atau disengaja?, apakah karena adanya perubahan pola makan atau hal-hal yang
patologis?, bagaimana respon klien mengapa tidak mau makan Sigit, 2010.
b. Akurat dan Nyata
Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berfikir akurat dan nyata untuk membuktikan benar tidaknya apa yang di dengar, di lihat, di amati dan di
ukur melalui pemeriksaan. Apabila perawat masih kurang jelas atau kurang mengerti terhadap data yang telah di kumpulkan, maka perawat harus
berkonsultasi dengan perawat yang lebih mengerti.
c. Relevan
Pencatatan data yang komprehensif biasanya menyebabkan banyak sekali data yang di kumpulkan, sehingga menyita waktu dalam mengidentifikasi. Kondisi
Universitas Sumatera Utara
seperti ini bisa di antisipasi dengan membuat data komprehensif tapi singkat dan jelas. Dengan mencatat data relevan sesuai dengan masalah klien, yang
merupakan data fokus terhadap masalah klien dan sesuai dengan situasi khusus Sigit, 2010.
3. Rumusan Masalah
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada gangguan rasa nyaman nyeri NANDA dalam Potter Perry, 2006:
a. Nyeri berhubungan dengan cedera fisiktrauma.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri kronis, pirah baringimobolitas.
c. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
4. Perencanaan Tabel 2.3. Perencanaan Keparawatan
No. Dx
Perencanaan Keperawatan
1.
Tujuan dan Kriteria Hasil:
− Pasien akan menunjukkan tehnik relaksasi secara individual yang aktif untuk mencapai kenyamanan.
− Pasien akan mempertahankan nyeri pada 4 atau kurang. − Pasien akan mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan
untuk mecegah nyeri. Rencana tindakan
Rasional
Pengkajian:
− Lakukan pengkajian nyeri meliputi lokasi, karakteristik, durasi atau
faktor presipitasinya
Observasimonitoring:
− Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien
terhadap ketidaknyamanan − Membantu dalam
mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan dan kebutuhan
untuk keefektifan analgesik. − Menurunkan reaksi terhadap
stimulus dari luar dan meningkatkan istirahat atau
relaksasi
Universitas Sumatera Utara
− Pantau tanda-tanda vital
Mandiri:
− Bantu klien dalam menentukan posisi yang nyaman
− Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum menjadi berat
− Bantu klien untuk mengidentifikasi tindakan memenuhi kebutuhan rasa
nyaman telah berhasil dilakukan seperti
relaksasi atau kompres hangatdingin.
Kolaborasi:
− Perawat kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti nyeri
Pendidikan kesehatan:
- Berikan informasi tentang nyeri,
seperti penyebab nyeri, seberapa lama akan berlangsung dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur − Nyeri yang berkelanjut akan
berdampak pada peningkatan tanda-tanda vital.
Merupakan indikatorderajat nyeri tidak
langsung yang dialami. − Membantu menurunkan
ketidaknyamanan lebih lanjut − Jika kondisi nyeri, keluhan nyeri
masih menunjukkan tahap awal, baiknya berikan langsung terapi
awal pengendalian nyeri misalnya: nafas dalam
− Akan mempermudah proses perawatan selanjutnya
− Mungkin diperlukan pemberian analgesik untuk mendukung
proses penurunan nyeri − Pasien mendapat penjelasan
tentang nyeri akan lebih sedikit mengalami stress dibandingkan
dengan pasien yang tidak mendapat penjelasan.
2.
Tujuan dan Kriteria hasil:
− Pasien akan mengidentifikasi aktivitas dan situasi yang menimbulkan kecemasan berkontribusi pada intoleransi aktivitas
− Pasien akan menampilkan aktivitas kehidupan sehari – hari dengan berbagai bantuan
Universitas Sumatera Utara
− Pasien akan berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan yang memadai, tanda – tanda vital dalam batas
normal Rencana tindakan
Rasional
Pengkajian:
− Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhadap aktivitas
− Evaluasi dan motivasi keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
MonitoringObservasi:
− Tentukan penyebab keletihan
− Pantau pola istirahat klien dan lamanya waktu tidur
− Pantau asupan nutrisi
Mandiri:
− Bantu dengan aktivitas teratur sesuai kebutuhan misalnya
berubah posisi. − Batasi rangsangan lingkungan
seperti: cahaya dan kebisingan
kolaborasi:
− Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas.
Pendidikan Kesehatan:
− Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik menejemen
waktu − Membantu dalam
mengidentifikasi derajat kemampuan
pasien terhadap
aktivitas − Mampu memberi semangat pada
klien agar bisa melakukan aktivitas seperti dahulu
− Mampu mempermudah proses perawatan selanjutnya
− Mengidentifikasi penyebab terjadinya intoleransi aktivitas.
− Untuk memastikan keadekuatan sumber-sumber energi.
− Akan mempermudah pasien dalam beraktivitas.
− Untuk memfasilitasi relaksasi
− Pemberian anti nyeri akan mempermudah aktivitas klien.
− Untuk mencegah terjadinya kelelaha, diperlukan
manajemen waktu dan pengaruh aktivitas
Universitas Sumatera Utara
3. Tujuan dan Kriteria Hasil:
− Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien Menunjukkan kenyamanan psikologis.
− Klien akan menerima keterbatasan dan mencari bantuan sesuai kebutuhan.
− Klien akan mengekspresikan perasaan yang positif tentang hubungan yang penting bagi klien.
Rencana Tindakan Rasional
Pengkajian:
− Kaji dukungan orang yang penting bagi pasien
− Tentukan sumber ansietas.
MonitoringObservasi:
− Pantau tanda dan gejala ansietas
Mandiri:
− Berikan kenyamanan fisik dan keamanan.
− Membina hubungan saling percaya antara perawat dan pasien
Pendidikan Kesehatan:
− Memberikan informasi tentang prosedur yang dilakukan
− Dengan mendapat dukungan dari orang yang penting bagi pasien
akan mampu mengurangi tingkat kecemasan.
− Membantu dalam mengidentifikasi derajat
kecemasan pasien − Membantu dalam
mengidentifikasi derajat kecemasan pasien
− Akan mampu mengurangi tingkat kecemasan klien.
− Meningkatkan rasa percaya pasien pada perawat
− Mengurangi kecemasan pasien
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.E
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 63 tahun
Status perkawinan : sudah menikah
Agama : Protestan
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Jalan. Dorowati Lorong Gereja no 28
Kecamatan Medan Perjuangan. Tanggal masuk
: 28 Mei 2014 No. Register
: 00-55-93-55 Ruangankamar
: Dahlia 1 kamar 12 Golongan Darah
: O Tanggal Pengkajian
: 02 juni 2014 Tanggal Operasi
: - Diagnosa Medis
: Chephalgia
II. KELUHAN UTAMA
Tn.E mengatakan nyeri di daerah kepala seperti tertusuk – tusuk dan nyeri bertambah jika melakukan banyak aktivitas, skala nyeri 6.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocativepalliative
1. Apa penyebabnya
Pasien mengatakan penyakitnya disebabkan, klien terjatuh saat tidur.
Universitas Sumatera Utara
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Pasien biasanya tidur untuk mengurangi rasa nyeri, pengaturan posisi yang nyaman yaitu semi fowler.
B. Quantityquality
1. Bagaimana dirasakan
Nyeri datang mendadak dan berdurasi 5 – 10 menit nyeri akut seperti tertusuk – tusuk, skala nyeri 6.
2. Bagaimana dilihat
Pasien meringis kesakitan, wajah terlihat pucat jika diberikan terapi oleh petugas kesehatan.
C. Region
1. Dimana lokasinya
Pasien mengatakan lokasi nyerinya pada kepala dan leher. 2.
Apakah menyebar Pasien mengatakan nyeri menyebar dari kepala hingga leher.
D. Severity
Pasien mengatakan bahwa keaadaan ini menganggu aktivitasnya
E. Time
Pasien mengatakan nyeri yang dialaminya timbul jika melakukan banyak aktivitas
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit sebelumnya.
B. Pengobatantindakan yang dilakukan
Pasien mengatakan belum pernah mendapat tindakan medis sebelumnya.
C. Pernah dirawatoperasi
Pasien mengatakan belum pernah dirawat maupun operasi sebelumnya
D. Lama dirawat
Pasien tidak mendaptkan perawatan sebelumnya, sebab klien belum pernah di rawat di rumah sakit.
E. Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi.
Universitas Sumatera Utara
V. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan saat ini sangat mengganggu aktivitasnya dan selalu takut jika diberikan terapi pengobatan.
B. Konsep diri
a Gambaran diri
Pasien mengatakan kepalanya susah digerakkan dan takut tidak bisa kembali seperti semula lagi.
b Ideal diri
Pasien mengatakan aktivitasnya menjadi terbatas c
Harga diri Pasien merasa bahwa dirinya tidak maksimal menjalani
aktivitasnya d
Peran diri Setelah sakit pasien mengatakan ia merasa terganggu dengan
perannya sebagai kepala keluarga. e
Identitas Pasien berperan sebagai seorang suami dan seorang ayah.
C. Keadan Emosi