Pengungkapan Akuntansi dan Karakteristik Perusahaan

informasi dan pada akhirnya akan mengurangi biaya modal perusahaan cost of capital. Ada beberapa cara berbeda yang digunakan oleh perusahaan untuk mengungkapkan informasi, diantaranya melalui laporan keuangan tahunan annual report yang menjadi sumber informasi resmi perusahaan yang terpenting. Pengungkapan informasi dalam annual report dapat dibagi dalam dua kategori yaitu pengungkapan yang bersifat wajib dan pengungkapan yang bersifat sukarela. Pengungkapan wajib adalah pengungkapan informasi dalam rangka memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan, standar profesional dan regulasi yang telah diatur bagi perusahaan yang telah mencatatkan diri di pasar modal. Pengungkapan sukarela adalah informasi tambahan disamping informasi yang dipersyaratkan oleh pengungkapan yang bersifat wajib. Persoalan yang muncul selanjutnya adalah bagaimana mengukur kualitas pengungkapan informasi yang disajikan sementara pengungkapan adalah konsep teoretis yang sulit untuk diukur secara langsung Marston dan Shrives, 1991.

2.1.2. Pengungkapan Akuntansi dan Karakteristik Perusahaan

Beberapa penelitian telah menguji secara empiris hubungan antara pengungkapan akuntansi dengan faktor-faktor lain yang secara efektif dipercaya dapat menjelaskan kualitas pengungkapan dengan menggunakan pendekatan metode, variabel dan asumsi yang berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan Cerf Susanto, 1993 menguji apakah sejumlah karakteristik perusahaan berhubungan dengan luasnya pengungkapan. Setelah mengukur nilai indeks pengungkapan, Cerf kemudian menghubungkan hasil nilai indeks terhadap 3 karakteristik perusahaan yaitu : ukuran asset, jumlah pemegang saham dan status listing. Dengan menggunakan analisis rata-rata kelas, Cerf menemukan bahwa ketiga karakteristik perusahaan tersebut secara positif berhubungan dengan nilai indeks. Satu kelemahan utama studi tersebut adalah bahwa tingkat signifikansi hubungan tidak diuji secara statistik Buzby, 1975. Analisis dengan menggunakan rata-rata kelas diterapkan dalam studi tersebut dengan menghindari pengujian statistik disebabkan masing-masing kelas tidak memiliki jumlah pengamatan yang sama dan rata-rata kelas dipengaruhi nilai- nilai ekstrim Singhvi dan Desai, 1971. Copeland dan Fredericks 1968 mengembangkan suatu model pengukuran mengenai luasnya pengungkapan dan mengaitkannya dengan tingkat materialitas. Sampel sejumlah 200 perusahaan pada NYSE dipilih dalam penelitian tersebut. Sejumlah kriteria untuk mengukur kecukupan pengungkapan dikembangkan berdasarkan pada annual report perusahaan yang dimasukkan sebagai sampel. Setiap annual report dipelajari secara detail untuk menentukan apakah kriteria pengungkapan telah terpenuhi. Pengujian dengan Korelasi Spearman digunakan untuk melihat hubungan antara tingkat materialitas dan pengungkapan. Hasil koefisien korelasi antara rangking pengungkapan dengan tingkat materialitas cenderung mendukung hipotesis bahwa terdapat hubungan positif antara materialitas dan pengungkapan meskipun angka yang diperoleh tidak signifikan. Singhvi dan Desai 1971 menerapkan uji Chi_Square dan analisis regressi berganda stepwise untuk menguji karakteristik perusahaan yang berhubungan dengan kualitas pengungkapan. Sejumlah sampel yang terdiri dari 100 perusahaan yang listing dan 55 perusahaan yang tidak listing untuk tahun fiskal yang berakhir 1 April 1965 dan 31 Maret 1966 digunakan dalam penelitian tersebut. Annual report perusahaan yang listing dipilih secara acak dari 500 perusahaan industri terbesar di Amerika tahun 1965 versi majalah Fortune. Annual report perusahaan yang tidak listing dipilih dengan prosedur sampling sistematis terhadap 800 perusahaan yang laporannya diterbitkan di harian New York Times. Indeks pengungkapan dikembangkan berdasarkan 34 item informasi yang dianggap relevan dengan proses pengambilan keputusan. Hasil analisis Chi-Square memperlihatkan hubungan yang signifikan antara 4 variabel independen dengan kualitas pengungkapan. Keempat variabel tersebut adalah ukuran asset, jumlah pemegang saham, tingkat pengembalian rate of return dan margin laba earnings margin. Dengan menerapkan analisis regressi berganda dan memasukkan status listing dan ukuran kantor akuntan publik sebagai variabel independen diperoleh koefisien determinasi sebesar 0.43442 yang menunjukkan keenam variabel adalah signifikan dimana status listing adalah karakteristik paling penting untuk menjelaskan variabilitas dalam kualitas pengungkapan. Studi yang dilakukan oleh Chow dan Wong-Boren 1987 menguji praktik pengungkapan sukarela perusahaan di Mexico dengan menghubungkan antara luasnya pengungkapan dengan ukuran perusahaan, rasio utang, dan proporsi asset. Dengan menggunakan model pengujian regressi cross-sectional diperoleh bukti bahwa luasnya pengungkapan secara signifikan berhubungan dengan ukuran perusahaan namun tidak berhubungan secara signifikan dengan rasio utang maupun proporsi asset. Studi Raffournier 1995 menguji hubungan antara luasnya pengungkapan terhadap faktor-faktor yang memperlihatkan adanya biaya keagenan dan biaya politik. Dalam studi ini, indeks pengungkapan diukur menggunakan pedoman pasar modal Uni Eropa EU: European Union nomor 4 dan 7 dengan sampel sebanyak 161 annual report perusahaan tahun 1991 yang tercatat di Swiss Stock Exchange. Adapun variabel independen yang digunakan antara lain: ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran kantor akuntan publik, penyebaran kepemilikan, rasio hutang, proporsi asset, jenis industri dan afiliasi internasional. Pengujian dengan menggunakan analisis univariate dan analisis regressi diperoleh kesimpulan bahwa ukuran dan afiliasi internasional kantor akuntan memiliki peran penting dalam kebijakan pengungkapan perusahaan sementara itu perusahaan yang besar dan berafiliasi kepemilikan internasional cenderung mengungkapkan informasi lebih banyak dari perusahaan kecil domestik. Cooke 1992 dalam penelitiannya mencoba menguji 3 karakteristik perusahaan yaitu : ukuran perusahaan, status listing dan jenis industri yang diduga dapat menjelaskan variasi dalam pengungkapan-pengungkapan perusahaan. Dengan menggunakan prosedur penarikan sampel acak sederhana dan Japan Company Handbook, 100 annual report perusahaan di Jepang diambil sebagai sampel. Model regressi linier berganda digunakan dalam analisis data. Hasil analisis tersebut memperlihatkan adanya hubungan positif antara ukuran perusahaan dan status listing dengan kecukupan pengungkapan yang diukur dengan skor pengungkapan relatif. Meek et al. 1995 menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan sukarela perusahaan multinasional di Amerika, Inggris dan wilayah Kontinental Eropa. Studi ini menghasilkan satu kesimpulan bahwa ukuran perusahaan, wilayahnegara, status listing dan jenis industri adalah faktor-faktor yang terpenting yang dapat menjelaskan pengungkapan sukarela. Penelitian Bradbury 1992 memfokuskan pada pengungkapan sukarela data segmen yang mencari hubungan antara luasnya pengungkapan data segmen usaha yang dikuantifisir dengan karakteristik perusahaan. Studi Bradbury menemukan bahwa perluasan pengungkapan segmen secara signifikan berhubungan dengan ukuran perusahaan dan rasio hutang leverage tetapi tidak berhubungan dengan proporsi asset maupun informasi laba yang berubah-ubah. Studi Alsaeed 2006 menguji hubungan antara sejumlah karakteristik perusahaan dengan 20 item pengungkapan sukarela dalam annual report 40 perusahaan go publik di Saudi Arabia tahun 2003. Karakteristik perusahaan yang diuji adalah ukuran perusahaan, rasio hutang, penyebaran kepemilikan, umur perusahaan, marjin laba, ROE, likuiditas, jenis industri dan ukuran kantor akuntan publik. Dengan menggunakan analisis regresi linier berganda ditemukan bahwa variabel ukuran perusahaan secara signifikan berhubungan dengan luasnya pengungkapan sementara variabel lainnya tidak berhubungan secara signifikan. Berdasarkan uraian di atas, karakteristik perusahaan yang mempengaruhi pengungkapan informasi sukarela dapat bervariasi diantara perusahaan. Ukuran sejauh mana pentingnya masing-masing item informasi yang diungkapkan umumnya diperoleh melalui interview ataupun questionnaire. Beberapa peneliti menerapkan metode pembobotan weighted kepada setiap item informasi sesuai dengan survey yang dilakukan terhadap para analis keuangan. Akan tetapi sebagian yang lain tidak menerapkan pembobotan terhadap masing-masing item informasi.

2.1.3. Pengukuran Indeks Pengungkapan Akuntansi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate Dan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 102 103

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia(2009-2011)

0 49 87

Pengaruh Manajemen Laba (Earnings Management) Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Properti dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 115 76

Analisis Pengaruh Kinerja Perusahaan Dan Kinerja Pasar Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate Dan Property Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 35 89

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate Dan Property Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 50 111

Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan

0 25 149

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate Dan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2008-2011

0 43 88

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 95

Pengaruh Manajemen Laba (Earnings Management) Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Properti dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 22