Pengaruh Manajemen Laba (Earnings Management) Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Properti dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH MANAJEMEN LABA (EARNINGS MANAGEMENT) TERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN

PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

KHAIRINA MIRZA 090522129

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

PENGARUH MANAJEMEN LABA (EARNINGS MANAGEMENT) TERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN

PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara manajemen laba terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan. manajemen laba dilakukan dengan berbagai macam alasan yang dibuat oleh pihak manajemen perusahaan, seperti untuk mempertahankan kinerja perusahaan dan persaingan di dunia bisnis, manajemen laba juga dapat terjadi karena kurangnya informasi yang disediakan oleh pihak manajemen perusahaan. Dalam penelitian ini manajemen laba diproksi dengan discretionary accrual dengan menggunakan model jones yang telah dimodifikasi, sedangkan untuk tingkat pengungkapan laporan keuangannya dihitung dengan menggunakan disclosure index dengan Wallace indeks.

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 24 perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di bursa efek indonesia untuk periode 2009-2011. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, sedangkan untuk uji hipotesisnya digunakan uji F dan uji t. Dalam penelitian ini manajemen laba dipengaruhi oleh kinerja perusahaan masa kini (CRP), ukuran perusahaan yang diproksi dengan total asset (TA) dan debt to equity ratio (DER), sedangkan untuk tingkat pengungkapan laporan keuangan dipengaruhi oleh ukuran perusahaan (TA), debt to equity ratio (DER), net profit margin (NPM), dan return on asset (ROA).

Dari hasil pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa manajemen laba memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan.

Kata Kunci : Manajemen laba, Tingkat pengungkapan laporan keuangan

i


(3)

ABSTRACT

EARNINGS MANAGEMENT EFFECT OF DISCLOSURE LEVEL OF FINANCIAL STATEMENTS ON PROPERTY AND REAL ESTATE

COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

This study aimed to examine the effect of earnings management on the disclosure level of financial statements. Earnings management is done by varieties of reasons that are made by the management company, such as to maintain the performance and competition in the business world, Earnings management can also because of the lack of information provided by the management company. In this study earnings management proxy by discretionary accruals using the modified Jones models, while the level of disclosure of financial statements is calculated using disclosure index with the Wallace index.

The sample in this study amounted to 24 property and real estate company is listed on the Indonesia Stock Exchange for the period 2009-2011. This hypothesis was tested using multiple linear regression analysis, while the hypothesis used to F test and t test. In this research, earnings management is affected by the present company performance ( CRP ), company size proxy by total assets ( TA ) and debt to equity ratio ( DER ), while for financial statement disclosure level is influenced by the size of the company ( TA ), debt to equity ratio ( DER ), net profit margin ( NPM ), and return on assets ( ROA ).

The results is concluded that the hypothesis of earnings management has a positive effect and no significant effect on the level of disclosure of financial statements


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Manajemen Laba (Earnings Management) Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Properti dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih terutama dan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac, Ak, CPA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Chairul Nazwar, SE., MSi selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih atas semua waktu dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

5. Dosen penilai yang telah bersedia memberikan saran dan kritik kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

iii


(5)

6. Seluruh staf pengajar fakultas ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama melaksanakan perkuliahan.

7. Secara khusus penulis persembahkan kepada kedua orang tua dan keluarga yang sangat penulis sayangi, Ayahanda Azhelmi dan ibunda Yarmi Fitriza serta abangda Yazri Hafiz yang tak henti_hentinya mendaoakan dan menyemangati penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga selalu bisa memberikan yang terbaik bagi mereka.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan ke depan. Penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Januari 2014 Penulis,

Khairina Mirza NIM : 090522129


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang 1

1.2 Perumusan masalah 4

1.3 Tujuan penelitian 4

1.4 Manfaat penelitian 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran umum industri properti dan real estate 6

2.2 Manajemen laba 7

2.2.1 Pengertian manajemen laba 7

2.2.2 Alasan dilakukannya manajemen laba 8

2.2.3 Teknik manajemen laba 9

2.2.4 Model manajemen laba 11

2.2.5 Teori manajemen laba 12

2.2.6 Discreactionary accruals 14

2.3 Pengungkapan laporan keuangan 14

2.3.1 Laporan keuangan 14

2.3.2 Konsep pengungkapan 17

2.3.3 Jenis pengungkapan 18

2.3.4 Tujuan pengungkapan 20

2.4 Hubungan manajemen laba dan pengungkapan laporan

keuangan 21

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan waktu penelitian 22

3.2 Definisi operasional 22

3.2.1 Variabel independen 22

3.2.2 Variabel dependen 24

3.3 Populasi dan sampel 26

3.4 Jenis data 27

3.5 Metode pengumpulan data 28

3.6 Teknik analisis data 28

3.6.1 Analisis regresi berganda 28

v


(7)

3.6.2 Pengujian asumsi klasik 29 3.6.3 Koefisisen determinasi (R2) 32

3.6.4 Pengujian hipotesis 32

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran umum objek penelitian 35

4.2 Pengumpulan data 35

4.3 Analisis regresi berganda 38

4.4 Uji asumsi klasik 42

4.4.1 Uji normalitas 42

4.4.2 Uji multikolinieritas 44

4.4.3 Uji autokorelasi 46

4.4.4 Uji heterokedasitas 48

4.5 Koefisien determinasi 50

4.6 Uji hipotesis 51

4.6.1 Uji F 51

4.6.2 Uji t 53

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 54

5.2 Saran 56

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

4.31 Hasil regresi linier berganda persamaan (1) 39 4.32 Hasil regresi linier berganda persamaan (2) 40 4.33 Hasil regresi linier berganda persamaan (3) 42 4.4.11 Hasil uji normalitas Kolmogorov - Smirnov persamaan (1) 43 4.4.12 Hasil uji normalitas Kolmogorov - Smirnov persamaan (2) 43 4.4.13 Hasil uji normalitas Kolmogorov - Smirnov persamaan (3) 44 4.4.21 Hasil uji multikolienaritas persamaan (1) 45 4.4.22 Hasil uji multikolienaritas persamaan (2) 45 4.4.31 Hasil uji autokorelasi persamaan (1) 46 4.4.32 Hasil uji autokorelasi persamaan (2) 47 4.4.33 Hasil uji autokorelasi persamaan (3) 47 4.5.1 Koefisien determinasi persamaan (1) 50 4.5.2 Koefisien determinasi persamaan (2) 50 4.5.1 Koefisien determinasi persamaan (3) 51

4.5.11 Hasil uji F untuk persamaan (1) 52

4.5.12 Hasil uji F untuk persamaan (2) 52

4.5.21 Hasil uji t untuk persamaan (3) 53

vii


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

4.4.41 Hasil uji heterokedasitas persamaan (1) 48 4.4.42 Hasil uji heterokedasitas persamaan (2) 49 4.4.43 Hasil uji heterokedasitas persamaan (3) 49


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman 1 Daftar perusahaan properti dan real estate yang

menjadi sampel 59

2 Tabel hasil perhitungan tahun 2009 60

3 Tabel hasil perhitungan tahun 2010 61

4 Tabel hasil perhitungan tahun 2011 62

5 Tabel hasil perhitungan tahun 2009 s/d 2011 63

ix


(11)

ABSTRAK

PENGARUH MANAJEMEN LABA (EARNINGS MANAGEMENT) TERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN

PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara manajemen laba terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan. manajemen laba dilakukan dengan berbagai macam alasan yang dibuat oleh pihak manajemen perusahaan, seperti untuk mempertahankan kinerja perusahaan dan persaingan di dunia bisnis, manajemen laba juga dapat terjadi karena kurangnya informasi yang disediakan oleh pihak manajemen perusahaan. Dalam penelitian ini manajemen laba diproksi dengan discretionary accrual dengan menggunakan model jones yang telah dimodifikasi, sedangkan untuk tingkat pengungkapan laporan keuangannya dihitung dengan menggunakan disclosure index dengan Wallace indeks.

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 24 perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di bursa efek indonesia untuk periode 2009-2011. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, sedangkan untuk uji hipotesisnya digunakan uji F dan uji t. Dalam penelitian ini manajemen laba dipengaruhi oleh kinerja perusahaan masa kini (CRP), ukuran perusahaan yang diproksi dengan total asset (TA) dan debt to equity ratio (DER), sedangkan untuk tingkat pengungkapan laporan keuangan dipengaruhi oleh ukuran perusahaan (TA), debt to equity ratio (DER), net profit margin (NPM), dan return on asset (ROA).

Dari hasil pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa manajemen laba memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan.


(12)

ABSTRACT

EARNINGS MANAGEMENT EFFECT OF DISCLOSURE LEVEL OF FINANCIAL STATEMENTS ON PROPERTY AND REAL ESTATE

COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

This study aimed to examine the effect of earnings management on the disclosure level of financial statements. Earnings management is done by varieties of reasons that are made by the management company, such as to maintain the performance and competition in the business world, Earnings management can also because of the lack of information provided by the management company. In this study earnings management proxy by discretionary accruals using the modified Jones models, while the level of disclosure of financial statements is calculated using disclosure index with the Wallace index.

The sample in this study amounted to 24 property and real estate company is listed on the Indonesia Stock Exchange for the period 2009-2011. This hypothesis was tested using multiple linear regression analysis, while the hypothesis used to F test and t test. In this research, earnings management is affected by the present company performance ( CRP ), company size proxy by total assets ( TA ) and debt to equity ratio ( DER ), while for financial statement disclosure level is influenced by the size of the company ( TA ), debt to equity ratio ( DER ), net profit margin ( NPM ), and return on assets ( ROA ).

The results is concluded that the hypothesis of earnings management has a positive effect and no significant effect on the level of disclosure of financial statements

Keywords: Earnings Management, Disclosure Level of Financial Statements

ii


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan pada dasarnya merupakan sumber informasi bagi pihak-pihak di luar perusahaan sebagai salah satu dasar pertimbangan untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana mereka. Menurut Syafri (2006 : 105) laporan keuangan adalah “Laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu”. Laporan keuangan itu sendiri terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan

Prilaku investor dan kualitas keputusannya di pengaruhi oleh kualitas informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan. Tingkat pengungkapan yang mendekati pengungkapan penuh (full disclosure) akan mengurangi asimetri informasi yang terjadi antara manajemen dan investor. Asimetri informasi adalah suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan penelitian Richardson (1998) menunjukkan adanya hubungan yang positif antara asimetri informasi dengan manajemen laba, ketika asimetri informasi tinggi maka stakeholder tidak memiliki kemampuan dan akses yang cukup terhadap informasi untuk memonitoring kegiatan manajemen, hal ini memberikan kesempatan atas praktek manajemen laba.


(14)

Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa ada beberapa karakteristik perusahaan yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan, seperti rasio laverage (debt to equity ratio), semakin tinggi DER maka perusahaan harus menyediakan informasi secara lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan kreditur jangka panjang, begitu juga dengan rasio profitabilitasnya (return on assets), ROA yang tinggi akan mendorong manajer mengungkapan laporan keuangannya secara lebih terperinci untuk menyakinkan para investor. Variabel ukuran perusahan mempengaruhi kelengkapan pengungkapan, semakin besar size perusahaan maka semakin tinggi pengungkapannya, dan untuk variabel net profit margin, NPM yang tinggi akan mendorong manajer untuk memberikan informasi yang lebih terperinci.

Manajemen laba (earning management), dilakukan dengan berbagai macam alasan yang dibuat oleh manajemen, salah satunya jika terjadi penurunan total aset perusahaan atau ukuran perusahaan, dan suatu kondisi dimana kinerja perusahaan masa kini (current relative performance) di bandingkan dengan yang sebelumnya apabila tidak berhasil mencapai target laba yang ditentukan, maka manajemen dapat memanfaatkan fleksibilitas yang diperbolehkan oleh standar akuntansi dalam menyusun laporan keuangan untuk memodifikasi laba yang akan dilaporkan.

Pada dasarnya semakin banyak pengungkapan yang dilakukan manajemen maka semakin kecil kemungkinan manajemen melakukan praktik manajemen laba. Manajemen laba mempunyai hubungan yang negatif dengan tingkat pengungkapan laporan keuangan. Manajemen yang melakukan manajemen laba cenderung meyajikan sedikit informasi dalam laporan keuangannya agar tindakan mereka tidak mudah terdeteksi, sedangkan manajer yang sedikit melakukan manajemen laba akan 2


(15)

lebih berani untuk mengungkapkan informasi yang lebih banyak, namun terdapat kemungkinan sebaliknya, jika manajemen laba dilakukan untuk tujuan mengkomunikasikan informasi dan meningkatkan nilai perusahaan, maka seharusnya hubungan yang terjadi adalah positif.

Dalam menganalisis pengaruh manajemen laba terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan, peneliti memproksikan manajemen laba menggunakan discretionary accrual dan untuk tingkat pengungkapan diproksikan dengan disclosure index. Peneliti juga meneliti variabel-variabel lain yang diidentifikasi berpengaruh pada manajemen laba, diantaranya kinerja masa kini (current relative performance), debt to equity ratio, dan ukuran perusahaan (size), serta variabel-variabel yang diduga berpengaruh pada tingkat pengungkapan seperti ukuran perusahaan (size), debt to equity ratio, return on asset, dan net profit margin.

Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang manajemen laba dan tingkat pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan go publik yang terdaftar di bursa efek indonesia, maka dipilihlah judul: “Pengaruh Manajemen Laba (Earnings Management) Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Properti dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.


(16)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat penulis dapat merumuskan beberapa hipotesis yaitu sebagai berikut :

1 : Bagaimana pengaruh kinerja perusahaan masa kini (CRP), ukuran perusahaan (size), dan debt to equity ratio (DER) terhadap manajemen laba pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di bursa efek Indonesia?

2 : Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan (size), tingkat debt to equity ratio (DER), net profit margin (NPM) dan return on assets (ROA) terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di bursa efek Indonesia?

3 : Serta bagaimana hubungan antara manajemen laba terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan setelah keduanya dipengaruhi oleh variabel-variabel tersebut di atas pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di bursa efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh kinerja perusahaan masa kini, ukuran perusahaan (size), dan debt to equity ratio (DER) terhadap manajemen laba 2. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, tingkat debt to equity

ratio (DER), net profit margin (NPM) dan return on assets (ROA) terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan.

4


(17)

3. Serta untuk mengetahui hubungan antara manajemen laba terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan setelah di pengaruhi oleh variabel-variabel tersebut diatas.

1.4 Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat :

1. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan penulis tentang manajemen laba dan pengungkapan laporan keuangan, hubungan antara keduanya dan variabel-variabel yang mempengaruhinya.

2. Bagi stakeholder, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai perusahaan serta untuk menilai kinerja perusahaan 3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan masukan dan refrensi untuk

membuat penelitian yang sejenis dengan menggunakan variabel lain sehingga hasilnya akan menjadi lebih baik.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Industri Properti dan Real Estate

Aktivitas pengembangan subsektor industri properti dan real estate menurut BAPPEPAM adalah kegiatan perolehan tanah untuk kemudian dibangun perumahan atau bangunan komersial dan atau bangunan industri. Bangunan tersebut dimaksudkan untuk dijual atau disewakan kembali, sebagai satu kesatuan atau secara eceran (retail). Aktivitas pengembangan ini juga mencakup perolehan kapling tanah untuk dijual tanpa bangunan.

Secara spesifik perbedaan antara aktivitas dari subsektor properti dan real estate adalah sebagai berikut, aktivitas subsektor industri real estate lebih mengarah pada kegiatan pengembangan perumahan konvensional disertai dengan sarana pendukung berupa fasilitas umum dan fasilitas sosial lainnya. Di sisi lain, aktivitas subsektor industri properti lebih mengarah kepada kegiatan pengembangan bangunan hunian vertikal (antara lain apartemen, kondominium, rumah susun), bangunan komersial (antara lain perkantoran, pusat perbelanjaan) dan bangunan industri.

Dari segi pengelolaannya, subsektor industri real estate lebih membebaskan pemindahan hak kepemilikan dari pengembang kepada pemilik bangunan baru (penghuni pemukiman) sehingga pemeliharaan dan pengelolaan bangunan diserahkan sepenuhnya kepada pemilik yang bersangkutan, sedangkan subsektor industri properti lebih memiliki ketergantungan dalam hal pemeliharaan dan pengelolaan bangunan miliknya.

6


(19)

Dari segi pendapatan, pendapatan subsektor industri real estate diperoleh dari penjualan dan peningkatan harga tanah, sedangkan pendapatan subsektor industri properti berasal dari penjualan, penyewaan, pengenaan service charge, dan lain-lain.

2.2 Manajemen Laba

2.2.1 Pengertian manajemen laba

Manajemen laba merupakan kegiatan yang dilakukan manajemen dalam memilih metode akuntansi yang berlaku untuk memaksimalkan laba atau pendapatan perusahaan. Manajemen laba dalam praktik legalnya berarti usaha untuk mempengaruhi angka laba yang tidak bertentangan dengan aturan pelaporan keuangan yang berlaku dalam prinsip-prinsip akuntansi berterima umum (PABU), di jaman sekarang ini sudah menjadi hal umum yang dilakukan oleh para manajer, adapun pengertian dari manajemen laba menurut beberapa peneliti tergantung dari sudut pandang masing-masing, adalah:

Scott (1997) mendefinisikan manajemen laba sebagai berikut “Given that managers can choose accounting policies from a set (for example, GAAP), it is natural to expect that they will choose policies so as to maximize their own utility and/or the market value of the firm”. Dari definisi tersebut manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan.

Scott (1997) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku opportunistik manajer untuk


(20)

memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontak utang, dan political costs (opportunistic earnings management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari prespektif efficient contracting (efficient earnings management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.

Dari sudut pandang etika, Schipper (1998) dalam Sutrisno (2002) menyatakan bahwa manajemen laba adalah suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi (sebagai lawan untuk memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut).

Fischer dan Rosenzweig (1995) mendefinisikan manajemen laba sebagai tindakan seorang manajer dengan menyajikan laporan yang menaikan (menurunkan) laba periode berjalan dari unit usaha yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa menimbulkan kenaikan (penurunan) profitabilitas ekonomi unit.

2.2.2 Alasan dilakukannya manajemen laba

Dalam mengukur prestasi kerja manajemen secara khusus dan perusahaan secara umum maka manajemen melakukan manajemen laba sedemikian rupa agar prestasi kerja mereka terlihat baik.

Scott (2000) mengemukakan beberapa motivasi lain terjadinya manajemen laba, yaitu

:

8


(21)

1. Bonus purposes

Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara oportunistik untuk melakukan manajemen labadengan memaksimalkan laba saat ini.

2. Political motivation

Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkanpada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi labayang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.

3. Taxation motivation

Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yangpaling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuanuntuk penghematan pajak pendapatan.

4. Pergantian CEO

CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.

5. Initial public offering ( IPO)

Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan manajemen laba dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan.

2.2.3 Teknik-teknik manajemen laba

Menurut Sulistyanto (2008), ada banyak cara yang dilakukan manajer dalam mempengaruhi laporan keuangan, yang secara singkat dikategorikan sebagai berikut:

1. Memilih metode dan standar akuntansi

Kebijakan ini relatif lebih mudah diketahui oleh pemakai laporan keuangan, karena prosedur yang digunakan manajer dalam menyusun laporan keuangan harus diungkapkan dengan jelas dalam catatan laporan keuangan bersangkutan, termasuk jika terjadi perubahan metode dan prosedur akuntansi yang digunakan.


(22)

2. Mengendalikan berbagai akrual

Kebijakan ini relatif lebih sulit terdeteksi oleh pemakai laporan keuangan, sehingga manajer lebih cenderung memilih kebijakan rekayasa dengan mengendalikan berbagai akrual. Manajemen laba dilakukan dengan mempermainkan komponen-komponen akrual dalam laporan keuangan, sebab akrual merupakan komponen yang mudah untuk dipermainkan sesuai dengan keinginan orang yang melakukan pencatatan transaksi dan melakukan penyusunan laporan keuangan. Alasannya, komponen akrual merupakan komponen yang tidak memerlukan bukti kas secara fisik sehingga upaya mempermainkan besar kecilnya komponen akrual tidak harus disertai dengan kas yang diterima atau dikeluarkan perusahaan. Basis akuntansi ini merupakan dasar pencatatan akuntansi yang mewajibkan perusahaan mengakui hak dan kewajiban tanpa memperhatikan kapan kas akan diterima atau dikeluarkan. Sebagai contoh, untuk memperkecil laba, perusahaan dapat menunda mengakui pendapatan periode berjalan menjadi periode berikutnya, contoh rekayasa periode biaya atau pendapatan yaitu : mempercepat pengakuan biaya riset pada periode sekarang atau menunda pengakuan biaya riset dan pengembangan sampai dengan periode akuntansi selanjutnya.

Selain itu dapat dilakukan dengan pemilihan metode pencatatan, menggunakan pendekatan pendapatan atau pendekatan beban, sebagai contoh : “Pendapatan diterima di muka” misalnya pada tanggal 1 Oktober 2012, perusahaan menyewakan bangunan untuk masa satu tahun sebesar 24 10


(23)

juta. Apabila perusahaan menggunakan pendekatan pendapatan maka pada tanggal 1 Oktober perusahaan mencatat kas pada sewa diterima dimuka sebesar Rp. 24.000.000,-. Sedangkan apabila perusahaan menggunakan pendekatan beban maka perusahaan akan mencatat kas pada pendapatan sewa sebesar Rp. 24.000.000,-.

Maka dari pencatatan dengan menggunakan pendekatan pertama diperoleh kas di neraca sebesar Rp. 24.000.000,- , dan sewa diterima di muka juga dicatat di neraca sebesar Rp. 24.000.000,-. Sedangkan untuk pendekatan beban, perusahaan mencatat kas di neraca sebesar Rp. 24.000.000,- dan pendapatan sewa di laba rugi sebesar Rp. 24.000.000,-. Pada metode pertama hutang bertambah sebesar Rp. 24.000.000 sedangkan untuk metode kedua diakui sebagai pendapatan sebesar Rp. 24.000.000,-

2.2.4 Model-model manajemen laba

Scott (2000) menyatakanan beberapa bentuk atau model-model dari manajemen laba :

1. Taking a bath

Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar untuk meningkatkan laba di masa yang akan datang.

2. Income minimization (menurunkan laba)

Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.


(24)

3. Income maximization (meningkatkan laba)

Dilakukan pada saat laba mengalami penurunan. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk bonus yang lebih besar dan untuk mendapatkan reaksi yang positif dari pasar.

4. Income smoothing (perataan laba)

Income smoothing dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

2.2.5 Teori manajemen laba

Perilaku manajemen laba dapat dijelaskan melalui positive accounting theory (PAT) dan agency theory.

1. Positive accounting theory (PAT)

Tiga hipotesis PAT yang dapat dijadikan dasar pemahaman tindakan manajemen laba yang dirumuskan oleh Watts and Zimmerman (1986) adalah :

a. The bonus plan hypothesis

Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke masa kini sehingga dapat menaikkan laba saat ini. Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini.

12


(25)

b. The debt to equity hypothesis (debt covenant hypothesis)

Pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi, manajer perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba. Perusahaan dengan rasio debt to equity yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditor bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian utang.

c. The political cost hypothesis (size hypothesis)

Pada perusahaan besar yang memiliki biaya politik tinggi, manajer akan lebih memilih metode akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode sekarang ke periode masa mendatang sehingga dapat memperkecil laba yang dilaporkan. Biaya politik muncul dikarenakan profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen.

2. Agency theory

Teori agen memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan diri sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Manajer memiliki dorongan untuk memilih dan menerapkan metode akuntansi yang dapat memperlihatkan kinerjanya yang baik untuk tujuan mendapatkan bonus dari principal.


(26)

2.2.6 Discretionary accruals

Manajemen laba dihitung dengan menggunakan discretionary accrual (DA). Menurut Sulistyanto (2008), akuntansi akrual terbagi menjadi dua komponen yaitu discretionary accruals dan nondiscretionary accruals. Discretionary accruals merupakan komponen akrual hasil rekayasa manajerial dengan memanfaatkan kebebasan dan keleluasaan dalam estimasi dan pemakaian standar akuntansi. Nondiscretionary accruals merupakan komponen akrual yang diperoleh secara alamiah dari dasar pencatatan akrual dengan mengikuti standar akuntansi yang diterima umum. Contoh dari nondiscretionary accruals adalah metode depresiasi dan penentuan persediaan yang dipilih harus mengikuti metode yang diakui dalam prinsip akuntansi. Sedangkan dalam discretionary accruals lebih diberi kebebasan, sehingga lebih mudah untuk dipermainkan dengan kebijakan manajerial.

Discretionary accruals yang dihitung dengan cara menselisihkan total accruals (TA) dan nondiscretionary accruals (NDA). Model Modified Jones yang merupakan perkembangan dari model Jones yang dapat mendeteksi manajemen laba lebih baik dibandingkan dengan model-model lainnya.

2.3 Pengungkapan Laporan Keuangan 2.3.1 Laporan keuangan

Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk menyampaikan informasi dari data-data keuangan perusahaan untuk pihak-pihak tertentu di luar perusahaan yang membutuhkan,

14


(27)

Menurut Syafri (105), laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu dan dan jangka waktu tertentu. Pada umumnya laporan keuangan yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia, meliputi: neraca (balance sheets), laporan laba rugi (income statement), laporan arus kas (cash flows statements), laporan perubahan ekuitas (statements of changes in equity) dan catatan atas laporan keuangan (notes to financial statements).

Menurut “Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan” (IAI, 2002:4), tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship). Adapun para pengguna laporan keuangan dapat berasal dari dalam perusahaan (internal) maupun dari luar perusahaan (eksternal).

Laporan keuangan yang dibuat harus memenuhi kriteria persyaratan laporan akuntansi keuangan. PAI dan APB statement No.4 memiliki persepsi yang sama tentang karakteristik kualitatif laporan keuangan yaitu:

1. Relevan

Informasi dalam laporan keuangan harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan yaitu harus dapat membantu mereka mengevaluasi peristiwa-peristiwa masa lalu, masa kini,


(28)

atau masa depan. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya.

2. Dapat dipahami

Kualitas informasi yang ditampung dalam laporan keuangan haruslah dapat dipahami oleh pemakai. Informasi keuangan yang dapat dipahami adalah informasi yang disajikan dalam bentuk dan bahasa teknis yang sesuai dengan tingkat pengertian pengguna.

3. Andal

Informasi dalam laporan keuangan memiliki kualitas yang andal (reliable) dan dapat diuji kebenarannya yaitu bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang jujur (faithful representation).

4. Netral

Laporan keuangan yang disajikan haruslah netral dan tidak berpihak dan tidak ditujukan untuk suatu kalangan tertentu saja, laporan keuangan harus dapat digunakan oleh semua kalangan/pemakai. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak.

5. Tepat waktu

Informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut.

6. Dapat dibandingkan

16


(29)

Informasi akuntansi harus dapat diperbandingkan dengan informasi akuntansi periode sebelumnya pada perusahaan yang sama, atau dengan perusahaan sejenis lainnya pada periode waktu yang sama.

2.3.2 Konsep pengungkapan

Kata disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha (Chairi dan Ghozali, 2003:235).

Wolk et al., (2008: 281-282) mendefiniskan tingkat pengungkapan sebagai berikut:

Disclosure is concerned with information in both the financial statements and supplementary communications including footnote, post statement events, managements discussion and analysis of operations for the forth coming year, financial and operating forecasts, the summary of significant accounting policies and additional financial statements covering segmental disclosure and extensions beyond historical costs”.

Atas dasar definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa tingkat pengungkapan laporan keuangan merupakan informasi yang ada di dalam laporan keuangan maupun komunikasi pelengkap yang mencakup catatan-catatan kaki, peristiwa setelah pelaporan, analisis manajemen tentang operasi yang akan datang, peramalan keuangan dan operasi, serta laporan keuangan tambahan.

Menurut Hendriksen (2002:432) ada tiga konsep pengungkapan yang umumnya diusulkan, yaitu : pengungkapan cukup (adequate disclosure),


(30)

pengungkapan wajar (fair disclosure), dan pengungkapan penuh (full disclosure).

1. Pengungkapan cukup (adequate disclosure)

Konsep yang sering digunakan adalah pengungkapan yang cukup atau sepantasnya, yaitu pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku, dimana angka-angka yang disajikan dapat diinterpretasikan dengan benar oleh investor.

2. Pengungkapan wajar (fair disclosure)

Pengungkapan wajar atau seperlunya secara tidak langsung menyiratkan suatu tujuan etis, yaitu memberikan perlakuan yang sama kepada semua pemakai laporan keuangan dengan menyajikan informasi yang layak terhadap pembaca potensial

3. Pengungkapan penuh (full disclosure)

Pengungkapan penuh menyangkut penyajian informasi yang relevan. Bagi sebagian orang pengungkapan penuh berarti penyajian informasi secara berlimpah sehingga tidak tepat. Menurut mereka, terlalu banyak informasi akan membahayakan. Karena penyajian rinci dan yang tidak penting justru akan mengaburkan informasi yang signifikan membuat laporan keuangan sulit ditafsir

2.3.3 Jenis pengungkapan

Ada dua jenis pengungkapan laporan keuangan, yaitu: pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).

18


(31)

1. Pengungkapan wajib (mandatory disclosure)

Pengungkapan wajib (mandatory disclosure) adalah pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Luas pengungkapan wajib tidak sama antara negara yang satu dengan negara yang lain. Negara maju dengan regulasi yang lebih baik akan mensyaratkan pengungkapan minimum atau lebih banyak butir dibandingkan dengan yang disyaratkan negara berkembang.

2. Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)

Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) adalah pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Salah satu cara meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui pengungkapan sukarela secara lebih luas

informasi yang didapat tergantung pada tingkat pengungkapan dari laporan keuangan yang bersangkutan. Definisi tingkat disclosure adalah tingkat pengungkapan atas informasi yang diberikan sebagai lampiran pada laporan keuangan dalam bentuk catatan kaki atau tambahan. Informasi ini menyediakan penjelasan yang lebih lengkap mengenai posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Informasi penjelasan mengenai kesehatan keuangan dapat juga diberikan dalam laporan pemeriksaan. Semua materi harus diungkapkan termasuk infomasi kuantitatif dan kualitatif yang akan sangat membantu pengguna laporan keuangan.


(32)

Wolk (1991) dalam Bambang Subroto (2003) mengemukakan bahwa pengungkapan merupakan informasi yang ada di dalam laporan keuangan maupun komunikasi pelengkap yang mencakup catatan kaki, peristiwa setelah pelaporan, analisis manajemen tentang operasi yang akan datang, peramalan keuangan dan operasi dan laporan keuangan tambahan. Laporan keuangan dan komunikasi pelengkap itu disebut dengan pelaporan keuangan (financial reporting).

Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku, dalam hal ini adalah peraturan yang ditetapkan oleh lembaga yang berwenang. Sedangkan pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang melebihi dari yang diwajibkan. Perlu disadari bahwa laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.

2.3.4 Tujuan pengungkapan

Menurut Belkaouli (2000:219) tujuan dari pengungkapan antara lain: a. untuk menjelaskan item-item yang diakui dan item-item yang belum

diakui serta menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut, b. untuk menyediakan informasi dan item-item yang potensial untuk diakui

dan yang belum diakui bagi investor dan kreditor dalam menentukan risiko, dan returnnya.

20


(33)

c. untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar di masa mendatang.

2.4 Hubungan Manajemen Laba dan Pengungkapan Laporan Keuangan Asimetri informasi yang terjadi antara manajer dengan pemegang saham sebagai pengguna laporan keuangan menyebabkan pemegang saham tidak dapat mengamati seluruh kinerja dan prospek perusahaan secara sempurna. Adanya asimetri informasi akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer. Dalam situasi dimana pemegang saham memiliki informasi yang lebih sedikit dari manajer, manajer dapat memanfaatkan fleksibilitas yang dimilikinya dan yang disediakan untuk melakukan manajemen laba.

Tingkat pengungkapan dalam laporan keuangan akan membantu pemegang saham memahami isi dan angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Glosten and Milgrom (1985) dalam Lobo and Zhou (2001) mengatakan bahwa peningkatan informasi dalam pengungkapan laporan keuangan akan menurunkan asimetri informasi. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat pengungkapan menyebabkan fleksibilitas manajer untuk melakukan manajemen laba akan berkurang karena berkurangnya asimetri informasi antara manajemen dengan pemegang saham, begitu pula sebaliknya sebaliknya semakin rendah tingkat pengungkapan maka akan menyebabkan fleksibilitas manajer melakukan manajemen laba semakin tinggi karena asimetri informasi antara manajer dan pengguna laporan keuangan semakin bertambah.


(34)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada industri properti dan real estate yang sudah tercatat dalam bursa efek indonesia (BEI). Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan telah dipublikasikan secara umum kepada masyarakat. Data sekunder berupa laporan keuangan industri properti dan real estate yang tercatat di bursa efek Indonesia priode tahun 2009-2011.

3.2 Definisi Operasional

3.2.1 Variabel independen

Variabel independen atau sering juga disebut variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang positif atau negatif bagi variabel dependen. Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah :

1. Kinerja perusahaan masa kini

Current relative performance (CRP) untuk menilai kinerja perusahaan pada suatu masa, sehingga dapat membandingkan kinerja perusahaan tahun (t) dan tahun sebelumnya (t-1) apakah mengalami penurunan atau peningkatan, kinerja perusahaan masa kini dihitung dengan :

22


(35)

2. Ukuran perusahaan (Size)

Size perusahaan didasarkan pada total aset, dan dapat diukur dengan nilai logaritma natural dari total aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Semakin banyak aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka semakin besar perusahaan tersebut, semakin besar suatu perusahaan maka akan semakin tinggi tingkat pengungkapannya.

Size = Ln (Total Aktiva)

3. Debt to equity ratio (DER)

Rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat memenuhi segala kewajiban atau hutang-hutangnya. Semakin kecil rasio ini maka akan semakin baik.

DER = Total Kewajiban

Total Ekuitas x 100 %

4. Net profit margin (NPM)

Rasio ini menunjukkan seberapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan, semakin besar rasio ini maka semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan menghasilkan laba semakin tinggi.

NPM = Laba Bersih Penjualan

Laba Bersih Tahun t

Total Aktiva Tahun (t-1)


(36)

5. Return on assets (ROA)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan aktiva yang tersedia dalam perusahaan.

ROA = Laba Bersih Setelah Pajak

Total Aktiva x 100 %

3.2.2 Variabel dependen

Variabel ini sering disebut juga variabel terikat atau variabel tidak bebas, variabel ini dijelaskan oleh variabel independen, terdapat dua variabel dependen dalam penelitian ini, yaitu manajemen laba, dan tingkat pengungkapan laporan keuangan.

1. Manajemen laba

Manajemen laba dihitung dengan menggunakan discretionary accrual (DA). Akrual diskresioner adalah akrual-akrual yang terjadi karena pemilihan kebijakan oleh manajer perusahaan. Ada beberapa model yang telah digunakan untuk mengukur terjadinya manajemen laba. Model terbaik untuk menentukan besarnya akrual diskresioner adalah cross-sectional modified Jones model. Model perhitungannya sebagai berikut :

TAC�� = Net income – Cash flow from operation TAC it

TA it-1 = α1 1

TA it-1 + α2

∆REV it- ∆REC it

TA it-1 + α3 PPE it

TA it-1+ e

24


(37)

Dari persamaan regresi di atas, NDA dapat dihitung dengan memasukkan kembali koefisien-koefisien α

NDA it = α1 1 TA it-1

+ α2

∆REV it- ∆REC it TA it-1

+ α3

PPE it TA it-1

Maka discretionary accruals dapat dicari dengan menggunakan rumus:

DA it =

TAC it

TA it-1

- NDA it

Ket : TAC�� = Total accrual perusahaan i pada priode t

NDA �� = Nondiscretionary accruals perusahaan i pada priode t TA it1 = Total asset perusahaan i pada periode t-1

∆REV it = Perubahan pendapatan perusahaan i pada priode t

∆REC it = Perubahan piutang bersih perusahaan i pada priode t PPE it = Nilai aktiva tetap (gross) perusahaan i pada priode t

1, 2, 3 = Koefisien regresi

DA it = Discretionary accruals perusahaan I pada priode t Maka dapat diindikasi bahwa perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba apabila total akrualnya sama dengan nondiscretionary accrual (TA it = NDA it ), atau bisa disebut besarnya DA it = 0. Jika

DA it bernilai positif berarti terdapat indikasi perusahaan tersebut melakukan manajemen laba dengan pola kenaikkan laba, dan bila DA it


(38)

bernilai negatif maka perusahaan tersebut terindikasi melakukan manajemen laba dengan pola penurunan laba.

2. Tingkat pengungkapan laporan keuangan

Tingkat pengungkapan laporan keuangan dapat dihitung dengan menggunakan index of disclosure methodology, yaitu index Wallace. Disclosure index yaitu ukuran penilaian terhadap pengungkapan atau penjelasan, pemberian informasi oleh perusahaan, baik yang positif maupun negatif, yang mungkin berpengaruh atas suatu keputusan investasi,

DI = �

x 100 %

Ket : n = Jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan k = Jumlah item yang seharusnya diungkapkan

3.3 Populasi dan Sampel

Menurut Sugiono (2006:55) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di bursa efek indonesia dalam masa periode 2009-2011, yaitu sebanyak 36 perusahaan.

Menurut Erlina dan Mulyani (2007:74) “sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi”. Sampel yang

26


(39)

digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik penentuan sampel secara purposive sampling, dimana pengambilan sampel dari populasi didasarkan pada suatu kriteria tertentu.

Jumlah perusahaan properti dan real estate yang go publik dan terdaftar di bursa efek indonesia ada 36 perusahaan mencakup priode 2009 s/d 2011, sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan properti dan real estate tersebut terdaftar di bursa efek indonesia (BEI) pada tahun 2009, 2010, dan 2011.

2. Perusahaan properti dan real estate tersebut tidak mengalami kerugian selama tahun pengamatan yaitu tahun 2009, 2010, dan 2011.

3. Perusahaan properti dan real estate tersebut menyajikan laporan keuangan yang lengkap dan telah diaudit serta menyediakan data yang diperlukan pada tahun 2009, 2010 dan 2011.

3.4 Jenis Data

Berdasarkan sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan telah dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Sedangkan menurut sifatnya data yang diperoleh bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka dan diolah dengan menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika.

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan tahunan, yang terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan Atas Laporan Keuangan.


(40)

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara mengunduh/mendownload melalui situs resmi bursa efek indonesia (BEI), yaitu

www.idx.co.id. Data yang diperoleh, kemudian diolah kembali dengan cara

menghitung sendiri, dengan menggunakan rumus-rumus yang telah tersedia, dan diperolehlah nilai dari current relative performance (CRP), total asset (TA), debt to equity ratio (DER), net profit margin (NPM) dan return on assets (ROA) serta nilai – nilai dari discreasionary accrual (DA) dan disclosure indeks (DI).

3.6 Teknik Analisis Data

Sebelum melakukan pengujian dan pengolahan data menggunakan program SPSS (Statistical Package For Social Science), terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap rasio-rasio variabel yang akan dianalisis, yaitu : current relative performance (CRP), ukuran perusahaan, debt to equity ratio (DER), net profit margin (NPM), return on assets (ROA), tingkat manajemen laba perusahaan dan menghitung besarnya indeks kelengkapan pengungkapan, setelah di peroleh hasil dari perhitungan manual tersebut selanjutnya teknik analisis yang dilakukan dengan menggunakan teknik analisis linier berganda

3.6.1 Teknik analisis regresi berganda

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data regresi berganda (statistic multiple regression). Model ini dipilih karena jumlah variabel yang diteliti dalam penelitian lebih dari 2 (dua) dan

28


(41)

untuk melihat secara langsung pengaruh dari beberapa variabel terikat. Analisis linier berganda dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

Y = + 1 X1 + 2 X2 + . . . + e

Ket : Y = Variabel terikat (Dependent variable) a = Konstanta

b1, b2… = Koefisien regresi

X1, X2 ... = Variabel bebas (Independent variable)

e = Eror

Model analisis regresi linier berganda untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

a. Manajemen laba (discretionary accrual)

DA = + 1 CRP + 2 DER + 3 TA + e . . . (1)

b. Tingkat pengungkapan (disclosure index)

DI = + 1 DER + 2 ROA + 3 TA + 4 NPM + e . . . (2)

Kemudian untuk mengetahui pengaruh langsung antara manajemen laba dan tingkat pengungkapan laporan keuangan maka nilai estimasi dari DI diregresikan kembali dengan nilai DA dengan persamaan sebagai berikut :

c. Manajemen laba terhadap indeks pengungkapan DI = + 1 DA + e . . . (3)

3.6.2 Pengujian asumsi klasik

Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala heteroskedasitas, gejala multikolinearitas, dan gejala autokorelasi. Model


(42)

regresi akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE (best linear unbiased estimator) yakni tidak terdapat heteroskedasitas, tidak terdapat multikolinearitas, dan tidak terdapat autokorelasi. Pengujian-pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Uji normalitas

Syarat data yang layak untuk diuji adalah data tersebut harus berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji ini digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel independen dan dependen mempunyai distribusi normal atau tidak, jika asumsi ini dilanggar, maka uji statistik menjadi tidak valid atau bias terutama untuk sampel kecil.

Pada analisis linier berganda, asumsi normalitas tidak dilakukan dengan mengujinya pervariabel, melainkan pada nilai residualnya, apabila setelah dilakukan pengujian maka didapat data yang tidak terdistribusi secara normal maka harus dilakukan transformasi data, sehingga data berubah menjadi normal. Apabila hal tersebut juga gagal maka kita bisa membuang outlier atau menambah sampel penelitian. Adapun uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov, dimana apabila nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas < 0.05, maka distribusi data tidak normal.

2. Uji multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. 30


(43)

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen, untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas dengan melihat nilai tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF)

a. Jika tolerance < 0,10 dan VIF > 10, maka terjadi multikolinearitas b. Jika tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka tidak terjadi

multikolinearitas 3. Uji autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi antara anggota-anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Uji ini bertujuan untuk menguji dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antar kesalahan penganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji adanya autokorelasi dilakukan pengujian Durbin Watson (DW), dengan kriteria sebagai berikut:

a. Apabila DW di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif

b. Apabila DW di antara -2 sampai +2 maka tidak ada autokorelasi c. Apabila DW di atas +2 berarti ada korelasi negatif

4 Uji heterokedasitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi terjadi ketidaksamaan/perbedaan variansi residu dari satu pengamatan dengan pengamatan lainnya atau ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Jika tidak memiliki perbedaan maka disebut homokedasitas dan jika memiliki perbedaan maka disebut


(44)

heterokedasitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedasitas, cara mendeteksinya dengan melihat grafik scatterplot, jika

a. Terdapat pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk suatu pola yang teratur, maka terjadi heterokedasitas

b. Tidak ada pola yang jelas serta titik-titik yang menyebar di atas angka 0 dan dibawah angka 0 pada sumbu y maka tidak terjadi heterokedasitas.

3.6.3 Koefisien determinasi (R2)

Analisis korelasi linier sederhana (Bivariate Correlation) dapat dicari dengan menggunakan koefisien determinasi. Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan/korelasi antara dua variabel dan seberapa erat hubungan antara dua variabel tersebut, yaitu antara variabel independen dan variabel dependen.

Nilai korelasi (r) berkisar mulai dari 0 sampai dengan 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat dan variabel independen dapat memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah dan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel amat terbatas.

3.6.4 Pengujian hipotesis 1. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen yang secara simultan atau 32


(45)

secara bersama-sama. Dalam melakukan uji-F terlebih dahulu kita tentukan besarnya α. Nilai α ditentukan sebesar 5 % atau tingkat signifikansinya sebesar 95 %, pengujian ini menggunakan tabel distribusi F sebagai uji statistiknya.

hipotesa dari uji F adalah :

a. Ho : 1 = 2 = ... = 0 (Model regresi linear berganda tidak

signifikan atau dengan kata lain tidak ada pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen).

b. Ha : 1 ≠ 2 ≠ … ≠ 0 (Model regresi linear berganda signifikan

atau dengan kata lain ada pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen).

Kriteria pengambilan keputusan :

 Fhitung > Ftabel, atau Sig < 0,05 : Maka tolak Ho, terima Ha  Fhitung < Ftabel, atau Sig > 0,05 : Maka terima Ho dan tolak Ha

2. Uji t

Untuk menentukan pengaruh dari masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen, maka hipotesis yang diajukan harus diuji dengan menggunakan uji-t. Seperti dalam uji-f terlebih dahulu kita tentukan besarnya nilai dari α untuk mengetahui tingkat signifikansi pengolahan data. Nilai α ditentukan sebesar 5 % atau tingkat signifikansi sebesar 95 %, untuk uji statistiknya digunakan tabel distibusi t.


(46)

Adapun hipotesa dari uji-t adalah :

a. Ho : i = 0 (Tidak ada pengaruh variabel independen ke-i pada variabel dependen).

b. Ha : i ≠ 0 (Ada pengaruh signifikan variabel independen ke-i pada variabel dependen).

Kriteria pengambilan keputusnnya

 thitung > ttabel, atau Sig < 0,05 : Maka tolak Ho, terima Ha  thitung < ttabel, atau Sig > 0,05 : Maka terima Ho dan tolak Ha

34


(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Dalam penelitian ini objek yang digunakan adalah seluruh perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama priode tahun 2009 – 2011, yaitu sebanyak 36 perusahaan selama 3 tahun periode pengamatan. Berdasarkan dari hasil teknik penentuan sampel secara purposive sampling, maka diperolehlah jumlah sampel sebanyak 24 perusahaan yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan.

4.2 Pengumpulan Data

Deskripsi variabel independen yaitu terdiri dari variabel current relative performance (CRP), ukuran perusahaan yang di proksi dengan total asset (TA), debt to equity ratio (DER), net profit margin (NPM) dan return on assets (ROA) ; dan variabel dependen terdiri dari, tingkat manajemen laba perusahaan yang diproksi dengan discreasionary accrual (DA) dan indeks kelengkapan pengungkapan yang diproksi dengan disclosure indeks (DI).

Berdasarkan laporan keuangan dari masing-masing perusahaan yang menjadi sampel diperoleh angka untuk masing-masing variabel seperti yang disajikan pada lampiran. Pada lampiran 2 tabel hasil perhitungan untuk tahun 2009, Pada lampiran 3 tabel hasil perhitungan untuk tahun 2010, Pada lampiran 4 tabel hasil perhitungan


(48)

untuk tahun 2011, pada lampiran 5 tabel hasil perhitungan rata-rata untuk tahun 2009 s/d 2011.

Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata yang dapat dilihat dari lampiran 5 dapat diambil kesimpulan: untuk variabel CRP atau kinerja perusahaan, hasil menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki nilai rata-rata selama 3 tahun pengamatan paling rendah atau minimum adalah PT. Bakrieland Development Tbk. (ELTY) yaitu sebesar 0.14, sedangkan untuk nilai maksimumnya pada perusahaan PT. Roda Vivatex Tbk. (RDTX) yaitu sebesar 0.198, dan untuk rata-rata keseseluruhannya adalah 0.06.

Variabel ukuran perusahaan (size) dapat diukur dengan hasil logaritma natural dari total aktiva perusahaan pada tahun periode pengamatan, maka dari laporan keuangan perusahaan menunjukkan ukuran perusahaan yang paling kecil adalah PT. Bekasi Asri Pemula Tbk. (BAPA) dengan rata-rata Ln total aktivanya sebesar Ln 11,61. Sedangkan untuk perusahaan yang menunjukkan ukuran perusahaan yang paling kecil adalah PT. Lippo Karawaci Tbk. (LPRK) Ln 16.56. Rata-rata nilai ukuran perusahaan yang diteliti adalah sebesar Ln 14.62.

Debt to equity ratio (DER) atau rasio laverage dihitung dengan membagi nilai dari total kewajiban perusahaan dengan total ekuitas perusahaan, maka dari hasil diperoleh perusahaan PT. Ciputra Properti Tbk. (CTRP) mempunyai nilai rata-rata DER yang paling rendah yaitu sebesar 11,49 %, sedangkan PT. Duta Anggada Realty Tbk. (DART), mempunyai nilai rata-rata terbesar yaitu 237,45 %. Rata-rata keseluruhan rasio DER yang diteliti adalah 97,89%, mengindikasikan rata-rata utang perusahaan terhadap modalnya sebesar 0,979 kali.

36


(49)

Variabel net profit margin (NPM), yaitu hasil dari pembagian antara laba bersih perusahaan dengan jumlah penjualan perusahaan dikali seratus persen, dari perhitungan tersebut diperoleh nilai minimum/rasio terendah NPM adalah PT. Metro Realty Tbk. (MTSM) yaitu sebesar 0,1 sedangkan untuk rasio tertingginya adalah perusahaan PT. Roda Vivatex Tbk. (RDTX) yaitu sebesar 0,514, sedangkan untuk rata-rata keseluruhan adalah 0,23. Semakin besar ratio ini maka menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik.

Variabel ROA menunjukkan kemampuan dari modal perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan, dari data diperoleh perusahaan yang memiliki persentase ROA minimum adalah PT. Bakrieland Development Tbk. (ELTY), dengan persentase rata-ratanya 1,01 % sedangkan persentase rata-rata maksimalnya 16,06 % adalah PT. Roda Vivatex Tbk. (RDTX). Jika perusahaan memiliki ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan perusahaannya.

Dapat diketahui bahwa kelengkapan pengungkapan laporan keuangan atau disclosure index (DI) perusahaan minimum adalah sebesar 47,15 % yang diperoleh PT. Metro Realty Tbk. (MTSM). Sedangkan untuk tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan maksimal diperoleh PT. Danayasa Arthatama Tbk. (SCBD) yaitu sebesar 77,64 %. Semakin besar persentase pengungkapan laporan keuangan maka semakin dapat dipercaya laporan keuangan perusahaan tersebut. Rata-rata tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan yang menjadi target populasi dari penelitian ini adalah 61,37 %.


(50)

Pada variabel manajemen laba atau discretionary accrual (DA) nilai – (minus) menunjukkan adanya indikasi perusahaan melakukan manajemen laba dengan pola menaikkan laba begitu pula sebaliknya jika nilai DA positif maka perusahaan diindikasi melakukan praktek manajemen laba dengan cara menaikkan laba perusahaannya. Dari data dapat diketahui PT. Bumi Citra Permai Tbk. (BCIP) memiliki nilai minimum sebesar -0.0844, sedangkan untuk nilai maksimumnya sebesar 0,0517 oleh PT. Lippo Karawaci Tbk. (LPKR). Untuk nilai rata-ratanya adalah 0,00000041 yang berarti bahwa nilai rata-rata dari seluruh sampel penelitian sebesar 0,00000041.

4.3 Analisis Regresi Berganda

Regresi linier berganda bertujuan untuk melihat besarnya pengaruh dan hubungan antar beberapa variabel independen dan variabel dependen tunggal sehingga dapat diinterprestasikan ke dalam model persamaan. Pada penelitian ini terdapat tiga persamaan yang masing-masing akan diuraikan secara terpisah, adapun ketiga persamaan nya adalah :

 DA = + 1 CRP + 2 DER + 3 TA + e . . . (1)

 DI = + 1 DER + 2 ROA + 3 TA + 4 NPM + e . . . (2)  DI = + 1 DA + e . . . (3)

Dan hasil dari analisis linier berganda dari ketiga persamaan diatas dapat dilihat dari tabel-tabel berikut :

38


(51)

Tabel : 4.31

Hasil regresi linier berganda persamaan (1)

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

B Std. Error

1 (Constant) ,024 ,099

Curret Relative Performance -,159 ,212

Debt to Equity_Persen -1,484E-5 ,000

Total Aset_Ln -,001 ,006

a. Dependent Variable: Manajemen Laba_DA

Sumber : Data diolah dengan SPSS

Dari tabel diatas, maka dapat dibentuk suatu persamaan regresi berganda sebagai berikut :

DA = 0,024 - 0,159 CRP – 0,00001484 DER – 0,001 TA

Berdasarkan persamaan regresi berganda diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Nilai konstanta sebesar 0,024, dapat dipresentasikan bahwa jika variabel independen lainnya dianggap konstan atau tetap, maka nilai manajemen laba atau discretionary accrualnya adalah sebesar 0,024.

2. Nilai koefisien regresi current relative performance (CRP) sebesar -0,159, yang artinya kinerja perusahaan masa kini memiliki pengaruh negatif terhadap manajemen laba, dan apabila nilai koefisien regresi lainnya dianggap tetap, maka apabila terjadi perubahan pada variabel ini akan menurunkan nilai manajemen laba sebesar 0,159.

3. Nilai koefisien regresi debt to equity ratio (DER) sebesar -0,00001484, yang berarti bahwa rasio laverage memiliki pengaruh negatif terhadap manajemen


(52)

laba, dan jika nilai koefisien regresi yang lainnya dianggap tetap, maka perubahan nilai variabel DER sebesar 1 akan menurunkan nilai manajemen laba sebesar 0,00001484.

4. Pada koefisien ukuran perusahaan (size) yang dihitung dari nilai Ln aktiva tetap perusahaan mempunyai nilai sebesar -0.001, hal ini berarti ukuran perusahaan juga memiliki pengaruh yang negatif terhadap manajemen laba, maka perubahan ukuran perusahaan sebesar 1 dan nilai koefisien lainnya tetap, maka akan menurunkan manajemen laba sebesar 0,001.

Tabel : 4.32

Hasil regresi linier berganda persamaan (2)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

B Std. Error

1 (Constant) -,593 11,675

Debt to Equity_Persen -,036 ,020

Return on Asset_persen 1,021 ,354

Total Aset_Ln 4,840 ,806

Net Profit Margin -49,567 14,323

. Dependent Variable: Tingkat Pengungkapan_DI

Sumber : Data diolah dengan SPSS

Dari tabel diatas, maka dapat dibentuk suatu persamaan regresi berganda adalah :

DI = -0,593 – 0,036 DER + 1,021 ROA + 4,840 TA – 49,567 NPM Dari persamaan regresi tersebut maka, dapat dambil kesimpulan :

1. Dari persamaan diatas diperoleh nilai konstantanya adalah sebesar -0,593, yang dapat diartikan bahwa jika variabel-variabel independen lainnnya bernilai

40


(53)

konstan atau tetap, maka indeks pengungkapannya (disclosure index) adalah sebesar -0,593.

2. Pada koefisien DER diperoleh nilainya sebesar -0,036, hal ini menujukkan bahwa DER memiliki pengaruh negatif terhadap indeks pengungkapan laporan keuangan, dan jika nilai koefisien regresi lainnya dianggap tetap, perubahan variabel DER sebesar 1 akan menurunkan nilai indeks pengungkapan sebesar 0,036.

3. Nilai koefisien ROA diperoleh sebesar 1,021, yang berarti ROA memiliki pengaruh yang positif terhadap indeks pengungkapan hal ini dapat diketahui apabila koefisien lainnya dianggap tetap, maka perubahan nilai ROA sebesar 1 akan menaikkan indeks pengungkapannya sebesar 1,021.

4. Ukuran perusahaan (size) bernilai 4,840 yang berarti bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang positif terhadap indeks pengungkapan, sehingga dapat diketahui bahwa apabila nilai total asset perusahaan naik 1 dan koefisien lainnya dianggap tetap atau konstan maka akan menaikkan indeks pengungkapan sebesar 4,840.

5. Nilai koefisien net profit margin (NPM) adalah -49,567, yang dapat diinterprestasikan bahwa margin laba bersih berpengaruh negatif terhadap indeks pengungkapan sehingga dapat disimpulkan bahwa apabila NPM naik sebesar 1 dan koefisien lainnya dianggap tetap, maka akan indeks pengungkapan akan turun sebesar 49,567.


(54)

Tabel : 4.33

Hasil regresi linier berganda persamaan (3)

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta

1 (Constant) 61,366 1,682

Manajemen Laba_DA 22,322 43,295 ,109

a. Dependent Variable: Tingkat Pengungkapan_DI

Sumber : Data diolah dengan SPSS

Dari tabel diatas, maka dapat dibentuk suatu persamaan regresi berganda adalah :

DI = 61,366 + 22,322 DA

Dari persamaan regresi tersebut maka, dapat dambil kesimpulan :

1. Nilai konstanta dari persamaan (3) adalah 61,366, yang berarti jika variabel manajemen laba bernilai nol maka tingkat pengungkapan laporan keuangannya adalah 61,366.

2. Pada koefisien DA yaitu manajemen laba diperoleh nilai sebesar 22,322 yang dapat diinterprestasikan bahwa tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan mempunyai pengaruh yang positif terhadap manajemen laba sebesar 22,322

4.4 Uji Asumsi Klasik 4.4.1 Uji normalitas

Pengujian normalitas dari analisis linier berganda dilakukan dengan menguji nilai residualnya bukan nilai pervariabel data penelitian, dengan syarat apabila nilai sig. atau probabilitasnya < 0,05 maka data tidak terdistribusi 42


(55)

normal, sedangkan apabila nilai sig. atau probabilitasnya > 0,05 maka data terdistribusi normal.

Tabel 4.4.11

Hasil uji normalitas Kolmogorov – Smirnov persamaan (1)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 24

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 4,59697028

Most Extreme Differences Absolute ,097

Positive ,097

Negative -,094

Kolmogorov-Smirnov Z ,473

Asymp. Sig. (2-tailed) ,979

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Data diolah dengan SPSS

Dari pengolahan data pada persamaan (1) dengan menggunakan uji Kolmogorov–Smirnov, dari tabel dapat dilihat Asymp. Sig bernilai 0,979 yang berarti nilai dari Sig > dari 0,05 maka persyaratan dari uji normalitas terpenuhi dan dapat disimpulkan bahwa data penelitian terdistribusi normal.

Tabel 4.4.12

Hasil uji normalitas Kolmogorov – Smirnov persamaan (2)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 24

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,03913175

Most Extreme Differences Absolute ,178

Positive ,115

Negative -,178

Kolmogorov-Smirnov Z ,874

Asymp. Sig. (2-tailed) ,430

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(56)

Sumber : Data diolah dengan SPSS

Dari tabel hasil uji normalitas diatas, diperoleh besarnya nilai dari signifikansi persamaan (2) adalah 0,430, nilai tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi normal.

Tabel 4.4.13

Hasil uji normalitas Kolmogorov – Smirnov persamaan (3)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 24

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 8,05798757

Most Extreme Differences Absolute ,141

Positive ,141

Negative -,081

Kolmogorov-Smirnov Z ,693

Asymp. Sig. (2-tailed) ,723

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Data diolah dengan SPSS

Dari pengujian persamaan (3) diatas dapat disimpulkan bahwa nilai dari manajemen laba atau discretionary accrual (DA) dan nilai dari disclosure index (DI) nya sudah terdistribusi dengan normal, dapat dilihat nilai Asymp.sig nya 0.723 nilai tersebut lebih besar dari 0.05, maka kesimpulannya tidak diperlukan transformasi data.

4.4.2 Uji multikolienaritas

Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi multikolinearitas, berikut hasil dari pengolahan data penelitian dengan menggunakan SPSS, yaitu:

44


(1)

Lampiran 1 : Daftar Perusahaan Properti dan Real Estate yang menjadi sampel

No

Nama

Kode

1.

PT. Alam Sutera Realty Tbk.

ASRI

2.

PT. Bekasi Asri Pemula Tbk

BAPA

3.

PT. Bumi Citra Permai Tbk

BCIP

4.

PT. Sentul City Tbk

BKSL

5.

PT. Bumi Serpong Damai Tbk

BSDE

6.

PT. Ciputra Property Tbk

CTRP

7.

PT. Ciputra Surya Tbk

CTRS

8.

PT. Duta Anggada Realty Tbk

DART

9.

PT. Duta Pertiwi Tbk

DUTI

10.

PT. Bakrieland Development Tbk

ELTY

11.

PT. Gowa Makassar Tourism Dev. Tbk

GMTD

12.

PT. Jakarta International Hotel & Dev. Tbk

JIHD

13.

PT. Jaya Real Property Tbk

JRPT

14.

PT. Kawasan Industri Jababeka Tbk

KIJA

15.

PT. Lamicitra Nusantara Tbk

LAMI

16.

PT. Lippo Cikarang Tbk

LPCK

17.

PT. Lippo Karawaci Tbk

LPKR

18.

PT. Modernland Realty Tbk

MDLN

19.

PT. Metropolitan Kentjana Tbk

MKPI

20.

PT. Metro Realty Tbk

MTSM

21.

PT. Pakuwon Jati Tbk

PWON

22.

PT. Roda Vivatex Tbk

RDTX

23.

PT. Danayasa Arthatama Tbk

SCBD


(2)

Lampiran 2 : Tabel hasil perhitungan tahun 2009

NO

KODE EMITTEN

CRP

TA

DER

NPM

ROA

DA

DI

1.

ASRI

0,031 3.559.964 0,843 0,233 0,026 0,0108 0,549

2.

BAPA

0,071 134.883 1,014 0,141 0,067 -0,0187 0,549

3.

BCIP

0,069 166.677 0,236 0,116 0,052 -0,1307 0,537

4.

BKSL

0,001 2.784.021 0,219 0,029 0,001 -0,0232 0,537

5.

BSDE

0,067 9.334.997 0,844 0,128 0,033 -0,0164 0,720

6.

CTRP

0,024 3.651.888 0,066 0,260 0,024 -0,0077 0,549

7.

CTRS

0,029 2.268.629 0,458 0,157 0,027 0,0239 0,634

8.

DART

0,011 3.213.315 3,828 0,096 0,009 -0,0194 0,585

9.

DUTI

0,059 4.429.503 0,616 0,267 0,060 0,0084 0,756

10.

ELTY

0,019 11.592.631 1,248 0,152 0,014 -0,0379 0,683

11.

GMTD

0,047 305.635 1,925 0,214 0,044 0,0434 0,463

12.

JIHD

0,139 5.137.438 1,747 0,359 0,148 0,0893 0,732

13.

JRPT

0,088 2.585.475 0,867 0,292 0,075 -0,0600 0,646

14.

KIJA

0,006 3.193.997 0,985 0,042 0,005 0,0032 0,732

15.

LAMI

0,026 610.489 2,199 0,124 0,027 0,0154 0,610

16.

LPCK

0,018 1.551.020 2,112 0,079 0,017 -0,0027 0,634

17.

LPKR

0,037 12.127.644 1,399 0,170 0,036 0,0443 0,683

18.

MDLN

0,001 1.770.704 0,697 0,009 0,001 -0,0504 0,622

19.

MKPI

0,143 1.663.732 0,478 0,347 0,142 0,0000 0,524

20.

MTSM

0,010 97.913 0,279 0,042 0,010 0,1113 0,451

21.

PWON

0,044 4.337.271 1,394 0,223 0,036 0,0106 0,585

22.

RDTX

0,176 651.180 0,220 0,434 0,157 -0,0654 0,573

23.

SCBD

0,163 3.803.478 0,957 0,334 0,175 0,1665 0,780


(3)

NO

KODE EMITTEN

CRP

TA

DER

NPM

ROA

DA

DI

1.

ASRI

0,082 4.587.986 1,074 0,380 0,063 -0,0756 0,537

2.

BAPA

0,094 136.358 0,821 0,233 0,093 -0,0086 0,537

3.

BCIP

0,112 191.717 0,248 0,221 0,097 0,0227 0,561

4.

BKSL

0,030 4.814.315 0,168 0,360 0,017 0,0446 0,561

5.

BSDE

0,042 11.694.747 0,698 0,159 0,034 0,0014 0,744

6.

CTRP

0,046 3.823.458 0,075 0,476 0,044 0,0368 0,561

7.

CTRS

0,042 2.609.229 0,598 0,162 0,037 0,0674 0,622

8.

DART

0,008 2.561.931 2,467 0,077 0,011 0,0309 0,585

9.

DUTI

0,075 4.723.365 0,552 0,328 0,070 0,0514 0,732

10.

ELTY

0,018 17.064.195 0,821 0,154 0,012 -0,1412 0,671

11.

GMTD

0,090 358.990 1,800 0,233 0,077 0,0039 0,488

12.

JIHD

0,042 4.776.300 1,308 0,158 0,045 0,0299 0,707

13.

JRPT

0,102 3.295.717 1,096 0,341 0,080 -0,0863 0,610

14.

KIJA

0,019 3.335.857 0,997 0,104 0,019 0,0319 0,695

15.

LAMI

0,047 604.528 1,827 0,222 0,047 0,0226 0,561

16.

LPCK

0,042 1.670.033 1,962 0,161 0,039 -0,0650 0,610

17.

LPKR

0,049 16.155.384 1,035 0,190 0,037 0,0415 0,671

18.

MDLN

0,022 2.032.644 0,819 0,168 0,019 0,0069 0,610

19.

MKPI

0,158 1.818.211 0,416 0,370 0,145 -0,0461 0,537

20.

MTSM

0,020 110.799 0,410 0,083 0,018 -0,0165 0,463

21.

PWON

0,073 4.928.510 1,538 0,259 0,064 0,0550 0,585

22.

RDTX

0,262 852.447 0,193 0,655 0,200 0,0557 0,598

23.

SCBD

0,056 3.475.736 0,579 0,193 0,062 -0,0325 0,768


(4)

Lampiran 4 : Tabel hasil perhitungan tahun 2011

NO

KODE EMITTEN

CRP

TA

DER

NPM

ROA

DA

DI

1.

ASRI

0,131 6.007.548 1,176 0,436 0,100 -0,1206 0,524

2.

BAPA

0,043 148.084 0,833 0,193 0,040 0,0608 0,524

3.

BCIP

0,012 237.541 0,301 0,043 0,010 -0,1451 0,598

4.

BKSL

0,028 5.290.382 0,152 0,616 0,026 -0,0421 0,634

5.

BSDE

0,072 12.787.376 0,659 0,300 0,066 0,0243 0,768

6.

CTRP

0,044 4.314.646 0,204 0,383 0,039 0,0790 0,524

7.

CTRS

0,076 3.529.028 0,938 0,248 0,056 0,0167 0,610

8.

DART

0,025 4.103.893 0,829 0,152 0,016 0,0364 0,585

9.

DUTI

0,089 4.429.503 0,524 0,378 0,095 0,0461 0,683

10.

ELTY

0,004 17.707.949 0,815 0,037 0,004 -0,0345 0,683

11.

GMTD

0,137 487.193 1,809 0,259 0,101 -0,0226 0,524

12.

JIHD

0,015 4.362.366 0,508 0,073 0,016 -0,0305 0,646

13.

JRPT

0,105 4.084.414 1,225 0,388 0,085 0,0340 0,598

14.

KIJA

0,098 5.597.356 0,598 0,284 0,058 0,0232 0,622

15.

LAMI

0,091 591.979 1,271 0,343 0,093 0,0547 0,537

16.

LPCK

0,154 2.041.958 1,486 0,286 0,126 -0,0410 0,585

17.

LPKR

0,050 18.259.171 1,002 0,194 0,045 0,0693 0,683

18.

MDLN

0,045 2.410.399 1,031 0,201 0,038 0,0190 0,598

19.

MKPI

0,178 2.138.597 0,437 0,391 0,151 -0,0910 0,524

20.

MTSM

0,040 122.140 0,472 0,177 0,036 0,0327 0,500

21.

PWON

0,077 5.744.711 1,509 0,256 0,066 0,0486 0,598

22.

RDTX

0,157 1.082.292 0,307 0,453 0,124 0,0221 0,585

23.

SCBD

0,021 3.478.445 0,527 0,106 0,021 -0,0376 0,780


(5)

NO

KODE EMITTEN

CRP

TA

DER

NPM

ROA

DA

DI

1.

ASRI

0,081

4.718.499

1,031

0,350

0,063

-0,0618

53,66

2.

BAPA

0,069

139.775

0,889

0,189

0,066

0,0111

53,66

3.

BCIP

0,065

198.645

0,262

0,127

0,053

-0,0844

56,50

4.

BKSL

0,020

4.296.239

0,180

0,335

0,015

-0,0069

57,72

5.

BSDE

0,060

11.272.373

0,734

0,196

0,044

0,0031

74,39

6.

CTRP

0,038

3.929.997

0,115

0,373

0,036

0,0360

54,47

7.

CTRS

0,049

2.802.295

0,665

0,189

0,040

0,0360

62,20

8.

DART

0,015

3.293.046

2,375

0,109

0,012

0,0160

58,54

9.

DUTI

0,074

4.527.457

0,564

0,324

0,075

0,0353

72,36

10.

ELTY

0,014

15.454.925

0,961

0,114

0,010

-0,0712

67,89

11.

GMTD

0,091

383.939

1,845

0,235

0,074

0,0082

49,19

12.

JIHD

0,065

4.758.701

1,188

0,197

0,070

0,0296

69,51

13.

JRPT

0,098

3.321.869

1,063

0,341

0,080

-0,0374

61,79

14.

KIJA

0,041

4.042.403

0,860

0,143

0,027

0,0194

68,29

15.

LAMI

0,055

602.332

1,765

0,230

0,056

0,0309

56,91

16.

LPCK

0,072

1.754.337

1,853

0,175

0,061

-0,0362

60,98

17.

LPKR

0,045

15.514.066

1,145

0,185

0,039

0,0517

67,89

18.

MDLN

0,023

2.071.249

0,849

0,126

0,020

-0,0081

60,98

19.

MKPI

0,160

1.873.513

0,443

0,369

0,146

-0,0456

52,85

20.

MTSM

0,023

110.284

0,387

0,100

0,021

0,0425

47,15

21.

PWON

0,065

5.003.497

1,480

0,246

0,055

0,0381

58,94

22.

RDTX

0,198

861.973

0,240

0,514

0,161

0,0042

58,54

23.

SCBD

0,080

3.585.886

0,688

0,211

0,086

0,0322

77,64


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate Dan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 102 103

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia(2009-2011)

0 49 87

Pengaruh Manajemen Laba Pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 64 85

Pengaruh Karakteristik Spesifik Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Real Estate Dan Properti Di Bursa Efek Indonesia

0 30 88

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015.

0 2 25

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 95

PENGARUH EARNINGS MANAGEMENT TERHADAP NILAI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 55

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Industri Properti dan Real Estate - Pengaruh Manajemen Laba (Earnings Management) Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Properti dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 2 16

Pengaruh Manajemen Laba (Earnings Management) Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Properti dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 22