Manajemen Limbah Peternakan Babi

Kestabilan harga relatif dicapai apabila jumlah produksi dan kebutuhan pasar selalu dipertahankan. Persedian babi juga dipengaruhi oleh persedian pakan yang berkualitas dan berkelanjutan. Jika harga pakan naik, maka secara otomatis usaha produksi akan menyesuaikan yaitu dengan cara mengurangi jumlah babi yang akan dipelihara. Upaya ini dilakukan untuk mencegah kerugian yang lebih besar bagi usahanya, selain itu harga dipasaran juga dipengaruhi oleh adanya peningkatan permintaan pasar pada saat hari – hari besar Hari Raya Galungan dan Kuningan. Peningkatan permintaan daging babi juga dipengaruhi oleh meningkatnya pendapatan masyarakat dan meningkatnya konsumsi daging babi untuk kebutuhan upacara keagamaan. Hal ini membuka peluang usaha penggemukan dan peternakan babi di Bali.

2.4 Manajemen Limbah Peternakan Babi

Perencanaan lokasi usaha peternakan babi terutama usaha yang besar, perlu disiapkan untuk jangka panjang, misalnya harus dipersiapkan untuk jangka waktu 25 - 50 tahun masa yang akan datang, karena modal yang diinvestasikan relatif tinggi. Penting pula diperhatikan dari faktor fisik, ekonomis, dan sosial, terutama di Indonesia agar sesuai dengan makna yang terkandung dalam peraturan yang berlaku. Undang-undang RI No. 4 tahun terutama Pasal 16: setiap rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan AMDAL yang pelaksanaannya diatur dengan peraturan pemerintah. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam mengatasi menejemen limbah peternakan babi: 1. Luas lahan peternakan babi, Lahan untuk peternakan harus cukup luas dengan besar usaha peternakan, selain untuk peruntukan bagi peternakan; sedapat mungkin ada lahan untuk memanfaatkan limbah ternak untuk tanaman pangan ataupun pakan ternak. Akses jalan yang layak agar memudahkan dalam proses pendistribusian hewan, yakni mengangkut ternak, pakan ternak dan limbah peternakan. 2. Kotoran, limbah dari kotoran babi baik itu berupa kotoran cair atau padat dapat di olah menjadi pupuk dengan menggunakan proses atau prosedur tertentu selain mengurangi limbah dari peternakan juga sekaligus peluang untuk meningkatkan pendapatan dari penjualan pupuk yang berbahan baku kotoran dari peternakan babi. 3. Topografi lahan, lahan harus dipilih yang bertopografi yang memungkinkan digunakan untuk peternakan babi. Sedapat mungkin dari areal perkandangan dapat disalurkan limbah ternak ke tempat penampungan limbah oleh grafitasi saja. Air permukaan diarahkan menjauh dari kandang dan dari penampungan limbah sedapat mungkin tinggal di lahan peternakan itu sendiri dan jangan mencemari lahan milik orang lain agar tidak mencemari lingkungan. 4. Permukaan air dalam tanah, dengan semakin banyak masyarakat menggunakan persediaan air tanah untuk dipakai sehari-hari, penting untuk menghindari sumber ini dari pencemaran. Bila perlu diuji menggali satu atau dua lubang untuk mengetahui ambang air tanah, sehingga mempermudah memilih lokasi penampungan limbah ternak. 5. Jarak kandang dari pemukiman, ternak dapat mencemari lingkungan dalam bentuk pencemaran air permukaan maupun air dalam tanah, udara, maupun bising oleh suara ternak. Dari sebab itu jarak peternakan, dalam hal ini kandang tempat mengurung ternak, harus diperhatikan jarak minimalnya dari pemukiman. Bangunan kandang harus cukup jauh jaraknya dari rumah-rumah pemukiman untuk menghindari polusi kebisingan, udara dan air bagi penghuni rumah tempat tinggal bangunan - bangunan atau pusat - pusat kegiatan lain.

2.5 Penelitian Sebelumnya