Kelayakan Usaha Ternak Babi di UD Sindi Mandiri Desa Bongan Kecamatan Tabanan Kabupaten Tabanan.
KELAYAKAN USAHA TERNAK BABI
DI UD SINDI MANDIRI DESA BONGAN KECAMATAN
TABANAN KABUPATEN TABANAN
SKRIPSI
Oleh :
I PUTU TEGUH PARAMARTA
KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
(2)
i
KELAYAKAN USAHA TERNAK BABI
DI UD SINDI MANDIRI DESA BONGAN
KECAMATAN TABANAN KABUPATEN TABANAN
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Oleh
I PUTU TEGUH PARAMARTA NIM. 1205315088
KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
(3)
ii
PERYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan di sebutkan dalam daftar pustaka. Saya bersedia dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam aturan yang berlaku apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri atau mengandung tindakan plagiarism.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Denpasar, 8 Januari 2016 Yang menyatakan,
Nama : I Putu Teguh Paramarta NIM. : 1205315088
(4)
iii
ABSTRACT
I Putu Teguh Paramarta. NIM. 1205315088. Feasibility Livestock Pigs In UD Sindi Mandiri Bongan Village, Tabanan District. Supervised by: Prof. Dr. Ir. I Made Antara, M.S, and Putu Udayani Wijayanti, S.P., M.Agb.
Agriculture is the utilization of biological resources is done by humans to produce food, industrial raw materials or energy sources, as well as the management of the environment. One of the sub sector of agriculture is contained in sub-farms. Husbandry is the breeding and raising livestock for the benefit and the results of those activities. Pigs become one of the most popular animals to be developed in several regions in Indonesia, especially Bali. One pig farm in the province of Bali are in Tabanan and is located in the center of the business Tabanan pigs at UD Sindi Independent located in the village Bongan, District of Tabanan, Tabanan.
This study discusses the feasibility of financial, non-financial feasibility and constraints - constraints faced in running the business of pigs. Discussed about the financial feasibility aspects of non-discounting which includes break-even point and payback period while discounting aspects which include net present value, net benefit / cost ratio, gross benefit / cost ratio, internal rate of return and sensitivity analysis. To determine the limit on the ability of the project resulted in a profit comparison calculation using discount factor of 12% and a discount factor of 19% of non-financial .Kelayakan discussed on several aspects, including technical aspects, marketing aspects, management aspects, legal aspects / legal and environmental aspects. It also conducted interviews and observation to determine constraints - constraints faced in running the business of pigs at UD Sindi Mandiri so it can look for a solution or a way out to overcome any obstacles encountered in conducting business activities breeder pigs.
The results showed that businesses pigs at UD Sindi Mandiri financially feasible if the review of the value of the break even point, the payback period, net present value, net benefit / cost ratio, gross benefit / cost ratio, internal rate of return and sensitivity analysis. In non-financial businesses viable pigs when viewed from the technical aspects, marketing aspects, management aspects, legal aspects / legal and environmental aspects. While constraints - constraints faced in running the business of cattle can be solved. Pig breeders need to develop marketing strategies, technology infrastructure in order to be efficient production, increased quality and production can be increased.
(5)
iv ABSTRAK
I Putu Teguh Paramarta. NIM. 1205315088. Kelayakan Usaha Ternak Babi di UD Sindi Mandiri Desa Bongan Kecamatan Tabanan Kabupaten Tabanan. Dibimbing oleh: Prof. Dr. Ir. I Made Antara, M.S, dan Putu Udayani Wijayanti, S.P., M.Agb.
Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan oleh manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri atau sumber energi, serta pengelolaan lingkungan hidupnya. Salah satu sub sektor yang terdapat dalam pertanian adalah sub peternakan. Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Babi menjadi salah satu hewan ternak yang populer untuk dikembangkan di beberapa daerah di Indonesia khususnya Bali. Salah satu peternakan babi di Provinsi Bali terdapat di Kabupaten Tabanan dan terletak di pusat Kota Tabanan yakni usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri yang berlokasi di Desa Bongan, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan.
Penelitian ini membahas mengenai kelayakan finansial, kelayakan non finansial dan kendala – kendala yang dihadapi dalam menjalankan usaha ternak babi. Kelayakan finansial dibahas mengenai aspek non discounting yang meliputi break event point dan payback period sedangkan aspek discounting yang meliputi net present value, net benefit/cost ratio, gross benefit/cost ratio, internal rate of return
dan analisis sensitivitas. Untuk mengetahui batas maksimal kemampuan proyek menghasilkan keuntungan dilakukan perhitungan perbandingan dengan menggunakan discount factor 12% dan discount factor 19%. Kelayakan non finansial membahas mengenai beberapa aspek yang meliputi aspek teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek legal/hukum dan aspek lingkungan. Selain itu juga dilakukan wawancara dan obeservasi untuk mengetahui kendala – kendala yang dihadapi dalam menjalankan usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri sehingga dapat dicarikan solusi atau jalan keluar untuk mengatasi setiap kendala yang dihadapi peternak dalam menjalankan kegiatan usaha ternak babi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri layak secara finansial jika ditinjau dari nilai break event point, payback period, net present value, net benefit/cost ratio, gross benefit/cost ratio, internal rate of return
dan analisis sensitivitas. Secara non finansial usaha ternak babi layak jika ditinjau dari aspek teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek legal/hukum, dan aspek lingkungan. Sedangkan kendala – kendala yang dihadapi dalam menjalankan usaha ternak sudah dapat diatasi. Peternak babi perlu mengembangkan strategi pemasaran, sarana dan prasarana teknologi agar produksi menjadi efesien, kualitas meningkat dan produksi dapat ditingkatkan.
(6)
v
RINGKASAN
Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan oleh manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri atau sumber energi, serta pengelolaan lingkungan hidupnya. Salah satu sub sektor yang terdapat dalam pertanian adalah sub peternakan. Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Sektor peternakan berperan penting dalam memenuhi kebutuhan protein hewani, penyedia lapangan kerja dan investasi bagi masyarakat yang memiliki ternak.
Usaha ternak babi sebagaian besar dikembangkan/dipelihara oleh masyarakat Bali karena sosial budaya dan tradisi yang berkembang di Bali. Baberapa jenis babi yang diusahkan peternak indonesia seperti: landrace, pietrain, duroc, saddle back
dan babi lokal. Jenis babi landrace merupakan jenis babi yang umum diternakan di indonesia, babi landrace merupakan hasil persilangan antara pejantan large white
dengan induk / betina lokal. Babi ini berasal dari Denmark dan merupakan jenis babi pedaging (bacon) berkualitas tinggi. Berdasarkan data pupulasi ternak babi menurut Kabupaten yang diketahui oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Bali pada tahun 2013 Kabupaten Tabanan menduduki peringkat ke empat sebagai populasi ternak babi terbanyak pada tahun 2013 yang berjumlah sebesar 91.770 ekor/tahun.
Salah satu peternakan babi yang terdapat di Kabupaten Tabanan dan terletak di pusat Kota Tabanan adalah usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri yang berlokasi di Desa Bongan, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan. Peternakan babi ini dikelola oleh bapak I Nyoman Sukarsa beserta keluarga.
Penelitian ini membahas mengenai kelayakan finansial, kelayakan non finansial dan kendala – kendala yang dihadapi dalam menjalankan usaha ternak babi. Kelayakan finansial dibahas mengenai aspek non discounting yang meliputi break event point dan payback period sedangkan aspek discounting yang meliputi net present value, net benefit/cost ratio, gross benefit/cost ratio, internal rate of return,
dan analisis sensitivitas. Payback period, net present value, net benefit/cost ratio, gross benefit/cost ratio, internal rate of return digunakan untuk melihat kondisi perusahan sedangkan untuk mengetahui titik impas (kembali modal) dari usaha
(7)
vi
ternak yang sudah dilakukan menggunakan metode break even point dan analisis sensivitas digunakan untuk mengetahui akibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja sistem produksi dalam menghasilkan keuntungan. Untuk mengetahui batas maksimal kemampuan proyek menghasilkan keuntungan dilakukan perhitungan perbandingan dengan menggunakan discount factor 12% dan discount factor 19%.
Kelayakan non finansial membahas mengenai beberapa aspek yang meliputi aspek teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek legal/hokum, dan aspek lingkungan. Aspek teknis membahas tentang kesiagaan perusahaan dalam menjalankan usahanya yang menyangkut hal-hal seperti masalah penentuan lokasi, luas produksi, tata letak (layout), penyusunan peralatan pabrik dan proses produksinya termasuk pemilihan jenis teknologi yang akan digunakan. Aspek pemasaran membahas tentang faktor strategis atau kunci dari keberhasilan perusahaan dalam memasarkan produk atau jasa dari suatu perusahan. Aspek manajemen membahas tentang pelaksanan suatu pekerjaan melalui orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Aspek legal/hukum membahas tentang studi kelayakan yang mempermasalahkan keabsahan suatu tindakan atau ijin yang ditinjau dalam bidang hukum yang berlaku di Indonesia. Aspek lingkungan membahas tentang dampak yang ditimbulkan jika suatu investasi jadi dilakukan, baik dampak negatif maupun positif. Wawancara dan obeservasi dilakukan untuk mengetahui kendala – kendala yang dihadapi dalam menjalankan usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri sehingga dapat dicarikan solusi atau jalan keluar untuk mengatasi setiap kendala yang dihadapi peternak dalam menjalankan kegiatan usaha ternak babi.
Hasil dan pembahasan yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukan usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri layak dilanjutkan secara finansial jika ditinjau aspek non discounting yang terdiri dari nilai break event point harga sebesar Rp 1.477.775/Ekor dan nilai break even point unit sebesar 70,37 ekor ≈ 71 ekor babi, yang menunjukan usaha ternak babi layak diteruskan karana sudah berproduksi lebih besar dari pada titik impas dengan harga yang lebih tinggi dari titik impas, nilai
(8)
vii
payback period selama 15 periode atau 7,5 tahun yang berarti dalam kurun waktu 7,5 tahun peternak sudah mampu mengembalikan seluruh modal investasinya yaitu
sebesar Rp 152.760.000 (∑Bt – Ct = Ko). Aspek discounting yang terdiri dari nilai
net present value UD Sindi Mandiri sebesar Rp. 55.102.406 yang berarti proyek usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri dapat diterima karana nilai NPV positif atau lebih besar daripada nol dan layak untuk dilanjutkan, nilai nilai net benefit/cost ratio sebesar 1.29, nilai gross benefit/cost ratio sebesar 1.16 yang berarti usaha ternak babi layak untuk dilanjutkan karana nilai net benefit/cost ratio dan nilai gross benefit/cost ratio lebih besar dari > 1, nilai internal rate of return sebesar sebesar 19% yang berarti feasible (Nilai IRR > Suku Bunga Bank). Hal ini menunjukan bahwa UD. Sindi Mandiri mampu menghasilkan tingkat kuntungan sebesar 19% atau 7% lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku di bank yakni sebesar 12% dan nilai analisis sensitivitas dari perubahan harga jual ternak turun sebesar 10% dan harga pakan turun sebesar 10%, harga jual ternak naik sebesar 10% dan harga pakan naik sebesar 10%, harga jual ternak turun sebesar 10% dan harga pakan naik sebesar 10%, harga jual ternak naik sebesar 10% dan harga pakan turun sebesar 10% dari penjelasan diatas didapatkan kesimpulan bahwa usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri yang dijalankan selama dua puluh siklus produksi atau sepuluh tahun layak untuk diteruskan, karena diperoleh nilai break even point harga, break even point unit lebih besar dari pada titik impas dengan harga yang lebih tinggi dari titik impas, nilai payback period dibawah umur ekonomis perusahan yakni 10 tahun, nilai net present value positif atau lebih besar daripada nol dan layak untuk dilanjutkan, nilai net benefit/cost ratio dan nilai gross benefit/cost ratio
sebesar yang lebih besar ratio lebih besar dari > 1 yang berarti usaha ternak babi layak untuk dilanjutkan, dan nilai internal rate of return lebih besar dari 12% yang merupakan tingkat suku bunga yang berlaku di bank yang berarti feasible (Nilai IRR > Suku Bunga Bank).
Secara non finansial usaha ternak babi layak jika ditinjau dari aspek teknis karana lokasi peternakan yang jauh dari pemukiman dan dilakukanya proses pemulian ternak untuk menghasilkan bibit ternak yang berkualitas, dari segi aspek pemasaran layak karana usaha ternak babi di UD. Sindi Mandiri yang mampu memenuhi permintaan pasar dengan penyedian ternak babi yang berkualits dan
(9)
viii
memiliki bobot rata – rata 120Kg/ekor–130kg/ekor secara berkesinambungan, dari segi aspek manajemen layak karana manajemen yang dilakukan sangat terkontrol dalam pelaksanaan setiap kegiatan usaha ternak yang dilkakukan dapat ditangani dengan baik walaupun semua tenaga kerja merupakan satu keluarga, dari segi aspek legal/hukum usaha ternak babi layak karana memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP KECIL) dengan nomer: 517/462/PK/PERPJ/BPMPD yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten Tabanan, Bidang Penanaman Modal dan Perijinan Daerah dan dari segi aspek lingkungan usaha ternak babi dikatakan layak karana limbah yang dihasilkan kegiatan usaha ternak babi dapat diatasi, bahkan dapat memberikan pemasukan tambahan karana adanya proses pengolahan kotoran ternak babi menjadi pupuk kompos yang memiliki nilai ekonomis, sedangkan kendala - kendala yang dihadapi mulai ketersedian pakan ternak dan kenaikan harga jual pakan sudah dapat diatasi oleh peternak dengan penyedian pakan alternatif (ampas tempe, ampas tahu, kangkung dan makanan sisa), sehingga pemberian pakan tidak tergantung pakan modern (carun).
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil dan pembahasan yang sudah dilakukan menunjukan usaha ternak babi di UD. Sindi Mandiri layak untuk diteruskan karana layak secara finansial dan non finansial, sedangkan kendala – kendala yang dihadapi peternak sudah dapat diatasi oleh peternak babi. Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini yaitu peternak babi perlu mengembangkan strategi pemasaran, sarana dan prasarana teknologi agar produksi menjadi efesien, kualitas meningkat, dan produksi dapat ditingkatkan.
(10)
ix
KELAYAKAN USAHA TERNAK BABI
DI UD. SINDI MANDIRI DESA BONGAN
KECAMATAN TABANAN KABUPATEN TABANAN
I Putu Teguh Paramarta 1205315088
Menyetujui,
Tanggal Lulus : 21 Januari 2016 Pembimbing I,
Prof. Dr. Ir. Made Antara, M.S NIP. 19541225 198102 1 001
Mengesahkan, Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Udayana
Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, MS. NIP. 19630515 1988 1 001
Pembimbing II,
Putu Udayani Wijayanti, S.P., M.Agb NIP. 19810110 200501 2 001
(11)
x
KELAYAKAN USAHA TERNAK BABI
DI UD SINDI MANDIRI DESA BONGAN
KECAMATAN TABANAN KABUPATEN TABANAN
Dipersiapkan dan diajukan oleh
I Putu Teguh Paramarta
NIM. 1205315088
Telah diuji dan dinilai oleh tim penguji
Pada tanggal : 21 Januari 2016
Berdasarkan SK Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana No: 12/UN14.1.23/DL/2016
Tanggal: 21 Januari 2016 Tim penguji skripsi adalah:
Ketua: Prof. Dr. Ir. I Ketut Budi Susrusa, MS Anggota: 1. Ni Luh Prima Kemala Dewi, SP., M.Agb
(12)
xi
RIWAYAT HIDUP
I Putu Teguh Paramarta lahir di Br. Curah, 10 Maret 1994. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan I Kade Weta dan Ni Wayan Suartini.
Pendidikan dasar ditempuh di Taman Kanak – kanak Tunas Mekar pada tahun 1999 yang kemudian di lanjutkan di Sekolah Dasar Negeri No 3 Gubug pada tahun 2000 - 2006. Selanjutnya melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Kerambitan, pada tahun 2006 - 2009. Setelah penulis menyelesaikan tingkat pendidikan SMP, penulis malanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 2 Tabanan pada tahun 2009 - 2012. Selanjutnya, peneliti melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi Negeri di Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana melalui jalur PMDK Gelombang Pertama pada tahun 2012. Selama masa kuliah, peneliti pernah mengikuti kegiatan kepanitiaan di Fakultas dan Jurusan. Salah satunya yaitu sebagai anggota sie acara dalam kegiatan Gelar Ekpresi Mahasiswa Agribisnis pada tahun 2013 dan 2014. Peneliti juga pernah memperoleh beasiswa PPA periode tahun 2012
(13)
xii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya skripsi yang berjudul “Kelayakan Usaha Ternak Babi di UD Sindi Mandiri Desa Bongan Kecamatan Tabanan Kabupaten Tabanan” dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimaksih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. I Nyoman Rai, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
2. Ir. I Wayan Widyantara, MP selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
3. Prof. Dr. Ir. Made Antara, MS sebagai pembimbing I yang dengan penuh perhatian dan kesabaran memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan penuh kasih selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
4. Ucapan yang sama juga penulis ucapkan kepada Putu Udayani Wijayanti, SP., M.Agb sebagai pembimbing II yang penuh kesabaran memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan penuh kasih sayang kepada penulis. 5. Ir. Dewa Gede Agung, M.MA selaku Pembimbing Akademik.
6. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian dan seluruh staf Fakultas Pertanian yang telah memberikan segala fasilitas kepada penulis.
7. I Nyoman Sukarsa sekeluarga selaku pemilik usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri yang telah memberikan izin, dan membantu penulis untuk mengumpulkan data penelitian.
8. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu dan memberikan dorongan dalam penyusunan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang memerlukannya. Semoga Tuhan yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Denpasar, 8 Januari 2016
(14)
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DALAM ... I PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... II ABSTRACT ... III ABSTRAK ... IV RINGKASAN ... V HALAMAN PENGESAHAN ... IX TIM PENGUJI ... X RIWAYAT HIDUP ... XI KATA PENGANTAR ... XII DAFTAR ISI ... XIII DAFTAR TABEL ... XVI DAFTAR GAMBAR ... XVII DAFTAR LAMPIRAN ... XVIII
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 Teori Investasi ... 11
2.2 Kelayakan Investasi ... 13
2.2.1 Non discounting ... 14
2.2.2 Discounting ... 16
2.2.3 Batasan maksimal proyek menghasilkan keutungan ... 21
2.2.4 Deskriptip kualitatif ... 21
2.3 Peternakan Babi ... 23
(15)
xiv
2.5 Penelitian Sebelumnya ... 28
2.6 Kerangka Pemikiran ... 30
III. METODOLOGI PENELITIAN ... 33
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 33
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 34
3.3.1 Jenis data ... 34
3.3.2 Sumber data ... 35
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 36
3.5 Konsep dan Pengukuran Variabel ... 37
3.6 Batasan Operasional Variabel ... 39
3.7 Metode Analisis Data ... 41
3.7.1 Non discounting ... 41
3.7.2 Discounting ... 43
3.7.3 Deskriptif kualitatif ... 48
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 51
4.1 Sejarah dan Perkembangan UD. Sindi Mandiri ... 51
4.2 Visi dan Misi Perusahaan ... 52
4.3 Aktifitas Perusahaan... 53
4.4 Struktur Organisasi ... 54
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56
5.1 Kelayakan Finansial Usaha Tenak Babi ... 56
5.1.1 Non discounting ... 56
5.1.2 Discounting ... 58
3.1.3 Batasan maksimal proyek menghasilkan keutungan ... 67
5.2 Kelayakan Non Finansial Usaha Tenak Babi... 68
5.2.1 Aspek teknis ... 68
5.2.2 Aspek pemasaran ... 70
5.2.3 Aspek manajemen. ... 72
5.2.4 Aspek legal/hukum ... 73
(16)
xv
5.3 Kendala – Kendala Yang Dihadapi Usaha Ternak
Babi UD. Sindi Mandiri ... 75
5.3.1 Kenaikan harga pakan ternak ... 76
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 77
6.1 Kesimpulan ... 77
6.2 Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 80
(17)
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
3.1 Konsep, Variabel, dan Pengukuran Variabel Penelitian... 38 5.1 Analisis Sensitivitas... 64
(18)
xvii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 32 4.1 Struktur Organisasi Perusahaan ... 55
(19)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Lampiran Halaman 1. Biaya Investasi Siklus Produksi Penggemukan Babi ... 83 2. Biaya Operasional Siklus Produksi Penggemukan Babi dari
Tahun ke Nol Sampai Tahun ke Sepuluh ... 94 3. Aliran Kas Masuk Usaha Penggemukan Babi UD. Sindi
Mandir ... 95 4. Aliran Kas Keluar Usaha Penggemukan Babi UD. Sindi
Mandiri ... 96 5. Estimation Cash In Flow dan Cash Out Flow Usaha
Penggemukan Babi UD. Sindi Mandiri ... 97 6. Aliran Kas Masuk Sensitivitas dari Penurunan Harga Jual
Babi Sebesar 10% ... 98 7. Aliran Kas Keluar Sensitivitas dari Penurunan Harga Pakan
Babi Sebesar 10% ... 99 8. Estimation Cash In Flow and Cash Out Flow dari Penurunan
Harga Jual Babi 10% dan Penurunan Harga Pakan 10% ... 100 9. Aliran Kas Masuk Sensitivitas dari Kenaikan Harga Jual
Babi Sebesar 10% ... 101 10. Aliran Kas Keluar Sensitivitas dari Kenaikan Harga Pakan
Babi Sebesar 10% ... 102 11. Estimation Cash In Flow and Cash Out Flow dari Kenaikan
Harga Jual Babi 10% dan Kenaikan Harga Pakan 10% ... 103 12. Aliran Kas Masuk Sensitivitas dari Penurunan Harga Jual
Babi Sebesar 10% ... 104 13. Aliran Kas Keluar Sensitivitas dari Kenaikan Harga Pakan
Babi Sebesar 10% ... 105 14. Estimation Cash In Flow and Cash Out Flow dari Penurunan
Harga Jual Babi 10% dan Kenaikan Harga Pakan 10% ... 106 15. Aliran Kas Masuk Sensitivitas dari Kenaikan Harga Jual
(20)
xix
16. Aliran Kas Keluar Sensitivitas dari Penurunan Harga Pakan
Babi Sebesar 10% ... 108 17. Estimation Cash In Flow and Cash Out Flow dari Kenaikan
Harga Jual Babi 10% dan Penurunan Harga Pakan 10% ... 109 18. Tingkat Suku Bunga Tabungan Berlaku di Bank 12%
Proyek Layak Dilaksanakan... 110 19. Batas Maksimal Kemampuan Proyek Menghasilkan
Keuntungan. ... 111 20. Foto-foto Usaha Ternak Babi ... 112
(21)
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan oleh manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri atau sumber energi, serta pengelolaan lingkungan hidupnya. Kegiatan pengolahan sumber daya hayati yang termasuk kedalam pertanian biasa dipahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam serta pembesaran hewan ternak karana secara umum pertanian mencangkup pertanian tanaman pangan, kehutangan, perkebungan, perternakan dan perikanan (Bukhori, 2014).
Salah satu sub sektor yang terdapat dalam pertanian adalah sub peternakan. Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaan saja, perbedaan pemeliharaan dan peternakan terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip - prinsip manajemen pada faktor - faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal (Asia, 2003).
Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, babi, kerbau, dan kuda, sedangkan kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci, dan bebek. Sektor peternakan berperan penting dalam memenuhi kebutuhan protein hewani, penyedia lapangan kerja dan investasi bagi masyarakat yang memiliki ternak. Usaha ternak babi sebagaian besar dikembangkan/dipelihara oleh masyarakat Bali karena sosial budaya dan tradisi yang berkembang di Bali (Ariana, 2014).
(22)
2
Perkembangan sub sektor peternakan di Indonesia dapat dilihat dari pertumbuhan produksi dan tingkat konsumsi masyarakat terhadap hasil perternakan baik berupa daging, telur, susu dan sebagainya. Adanya impor daging di Indonesia saat ini menunjukan besarnya tingkat konsumsi daging oleh masyarakat indonesia tapi tidak dibarengi oleh peningkatan produksi daging dalam negeri. Salah satu hal yang mempengaruhi meningkatnya permintaan daging adalah peningkatan jumlah penduduk. Seharusnya hal ini menjadi peluang bagi peternak lokal dan pemerintah untuk mengembangkan sektor peternakan agar tercapainya swasembada daging, selain mampu memenuhi permintaan daging sekaligus membantu mensejahtrakan masyarakat dimana dengan dibukanya peternakan baru akan membantu mengurangi angka pengangguran karena adanya penyerapan tenaga kerja atau terbukanya peluang usaha untuk meningkatkan taraf kehidupan bagi masyarakat.
Menanggapi kekurangan produksi daging di dalam negeri pemerintah telah menetapkan beberapa kebijakan yang diharapkan mampu meningkatkan produksi ternak dalam negeri secara berkelanjutan. Menurut Ilham dan Karyasa 2002) kebijakan yang dianjurkan dalam mengatasi kekurangan produksi daging di dalam negeri tersebut diantaranya adalah pengembangan program inseminasi buatan, program pengembangan pola kemitraan, dan program pemberantasan penyakit. Selain itu tersedianya pasar khusus ternak, peraturan ketetapan harga jual ternak, subsidi pakan, obat – obatan, dan bibit ternak serta adanya kerja sama dengan perusahan pengolahan hasil ternak tentu menjadikan sektor peternakan di indonesia sebagai sektor yang berperan penting untuk mencapai swasembada daging dan kesejahteraan masyarakat.
(23)
3
Babi menjadi salah satu hewan ternak yang populer untuk dikembangkan di beberapa daerah di Indonesia khususnya Bali. Masyarakat di Bali mengembangbiakkan ternak babi karena secara sosial budaya daging babi sangat dibutuhkan terutama pada saat hari raya keagamaan, seperti hari raya Galungan dan Kuningan. Baberapa jenis babi yang diusahakan peternak indonesia seperti: landrace, pietrain, duroc, saddle back dan babi lokal. Jenis babi
landrace merupakan jenis babi yang umum diternakan di indonesia, babi landrace
merupakan hasil persilangan antara pejantan large white dengan induk/betina lokal. Babi ini berasal dari Denmark dan merupakan jenis babi pedaging (bacon) berkualitas tinggi. Babi landrace memiliki ciri – ciri karkas sangat panjang, paha besar, daging dibawah dagu gemuk dan kaki yang pendek, konversi pakannya baik dan sangat besar, sehingga cocok untuk memperbaiki mutu genetik ternak babi di daerah tropis seperti indonesia.
Data Badan Pusat Statistik Provinisi Bali tahun 2013 menunjukan populasi ternak babi mengalami penurunan dari tahun 2009 – 2013. Pada tahun 2009 populasi ternak babi sebesar 925.290 ekor/tahun pada tahun 2010 populasi ternak babi mengalami penurunan menjadi 918.087 ekor/tahun, kemudian pada tahun 2011 produksi ternak babi mengalami peningkatan menjadi sebesar 922.739 ekor/tahun. Peningkatan produksi tidak berlangung secara berkelanjutan karana pada tahun 2012 populasi ternak babi mengalami penurunan menjadi sebesar 890.420 ekor/tahun. Begitu pula pada tahun 2013 populasi ternak babi kembali mengalami penurunan menjadi sebesar 860.117 ekor/tahun (Badan Pusat Statistik Bali, 2013).
(24)
4
Penurunan populasi ternak babi biasanya disebabkan oleh harga pakan babi yang tidak stabil, jika harga pakan babi mengalami pelonjakan harga namun tidak diikuti oleh meningkatnya harga jual babi, hal ini menyebabkan peternak tidak maksimal dalam memperoleh keuntungan, bahkan juga bisa mengalami kerugian. Adapun hal lain yang menyebabkan berkurangnya populasi ternak babi akibat terjangkitnya oleh virus – virus atau penyakit yang menyebabkan babi sakit hal tersebut berpotensi mengakibatkan hewan ternak mati sebelum siap panen yang berdapak pada semakin besarnya kerugian yang diderita peternak karena tidak adanya keuntungan yang diperoleh maupun pengembalian modal selama siklus produksi. Hal ini berdampak berkurangnya jumlah ternak babi yang di pelihara peternak yang sekaligus berakibat pada menurunnya jumlah populasi ternak babi dari tahun ketahun. Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat diketahui bahwa populasi ternak babi yang terdapat di Provinsi Bali pada tahun 2013 secara keseluruhan sebesar 860.117 ekor/tahun. Angka tersebut didapatkan dari populasi ternak babi tiap – tiap Kabupaten yang terdapat di Provinsi Bali (Badan Pusat Statistik Bali, 2013).
Populasi ternak babi tertinggi pada tahun 2013 berlokasi pada Kabupaten Buleleng sebesar 207.689 ekor/tahun, yang selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Karangasem sebesar 145.725 ekor/tahun, Kabupaten Giayar sebesar 134.338 ekor/tahun, Kabupaten Tabanan sebesar 91.770 ekor/tahun, Kabupaten Badung sebesar 86.223 ekor/tahun, Kabupaten Jembrana 75.232 ekor/tahun, Kabupaten Bangli sebesar 68.274 ekor/tahun, Kabupaten Klungkung sebesar 34.548 ekor/tahun dan Kabupaten/Kota yang paling terendah jumlah populasi
(25)
5
ternak babi pada tahun 2013 adalah Kota Denpasar yakni sebesar 16.517 ekor/tahun (Badan Pusat Statistik Bali, 2013)
Berdasarkan data populasi ternak babi menurut Kabupaten yang diketahui oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Bali pada tahun 2013 Kabupaten Tabanan menduduki peringkat ke empat sebagai populasi ternak babi terbanyak pada tahun 2013 yang berjumlah sebesar 91.770 ekor/tahun. Hal ini menunjukan bahwa Kabupaten Tabanan merupakan salah satu penghasil ternak babi terbesar di Provinsi Bali dan sekaligus pemasok kebutuhan daging babi di Kabupaten Tabanan, Kabupaten Badung, dan Kota Denpasar. Kota Denpasar merupakan salah satu daerah pengkonsumsi daging babi dengan jumlah terbanyak di Provinsi Bali, hal tersebut dikaranakan Kota Denpasar merupakan Ibu Kota dari Provinsi Bali dengan jumlah pendunduk terpadat diantara daerah di Provinsi Bali.
Alasan Kabupaten Tabanan menjadi salah satu pemasok kebutuhan daging ke Kota Denpasar adalah akses jarak distribusi yang relatif dekat dengan Kota Denpasar, sehingga memudahkan bagi para peternak maupun pejual daging babi untuk memasarkan ternak babi maupun daging babinya ke Kota Denpasar selain memasarkan ternak dan daging babi di Kabupaten Tabanan, dan Kabupaten Badung, selain faktor jarak yang mendukung untuk memasarkan ternak babi ada hal lain yang mendukung dalam pemasaran tersebut yaitu adanya fasiltas dan transportasi yang memadai dan mendukung dalam memasarkan ternak babi sampai ke tangan konsumen. Fasilitas dan alat transportasi pendukung yang dimaksud dalam hal ini adalah jalan raya dan kendaraan untuk
(26)
6
mendistibusikan/menyalurkan ternak babi maupun daging babi yang akan dipasarkan di Kota Denpasar, Kabupaten Tabanan, dan Kabupaten Badung.
Besarnya populasi ternak babi yang terdapat di Kabupaten Tabanan dapat dilihat dari banyaknya peternakan babi yang terdapat di Kabupaten Tabanan. Salah satu peternakan babi yang terdapat di Kabupaten Tabanan dan terletak di pusat Kota Tabanan adalah usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri yang berlokasi di Desa Bongan, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan. Peternakan babi ini dikelola oleh bapak I Nyoman Sukarsa beserta keluarga. Lokasi peternakan babi yang sangat strategis yakni berada dekat dengan pusat Kota Tabanan dan memiliki akses jarak yang dekat dengan Kabupaten Badung dan Kota Denpasar serta tersedianya fasilitas pendukung yang mumpuni seperti jalan dan aliran listrik turut mempengaruhi perkembangan usaha peternakan babi di UD Sindi Mandiri.
Ternak babi yang sudah siap jual/panen biasanya dibeli langsung oleh pihak perorangan maupun perusahan salah satunya rumah pemotongan hewan (RPH) yang selajutnya daging hasil pemotongan ternak babi tersebut dipasarkan ke pasar tradisonal yang terdapat di Kabupaten Tabanan, Kabupaten Badung, dan Kota Denpasar. Keberlanjutan suatu usaha ternak babi sangat ditentukan oleh proses dan hasil akhir dari siklus produksi yang berjalan, ketersedian pakan ternak, bibit ternak, obat – obatan, pemasaran, sosial ekonomi, dan lingkungan. Pemasaran hasil ternak harus memiliki standar kualitas pasar atau mampu memenuhi permintaan konsumen agar produk (ternak babi) yang dipasarkan laku dan layak dijual dengan tujuan diperolehnya keuntungan yang maksimal dari
(27)
7
setiap kegiatan produksi yang dilakukan. Hal tersebut juga berlaku pada keberlangsungan usaha ternak babi yang terdapat di UD Sindi Mandiri.
Kendala yang sering dihadapi usaha ternak babi adalah kenaikan harga jual pakan ternak yang berdampak pada penambahan biaya yang dikeluarkan peternak dalam menjalankan setiap siklus, selain kendala kenaikan harga pakan ada beberapa kendala lain yang dihadapi peternak dalam menjalankan usaha ternak babinya seperti fluktuasi harga jual ternak babi, dan daging babi dipasaran serta pencemaran lingkungan yang berpengaruh terhadap keberlanjutan usaha ternak babi. Kendala inilah yang mempengaruhi keberlanjutan usaha peternakan babi dari aspek produksi, keuangan dan pemasaran. Masalah dari aspek sosial ekonomi dan lingkungan yaitu terjadinya pencemaran lingkungan akibat limbah dari usaha ternak babi yang belum dikelola dengan baik dapat merusak lingkungan, mengganggu kesehatan masyarakat, dan kenyamanan masyarakat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian mengenai kelayakan usaha ternak babi perlu dilakukan untuk mengetahui kelayakan finansial, non finasial dan kendala – kendala yang dihadapi peternak babi dalam menjalankan usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri. Pemilihan lokasi penelitian di UD Sindi Mandiri dilakukan berdasarkan lokasi tersebut belum pernah dilakukan penelitian mengenai kelayakan usaha ternak babi yang ditinjau dari aspek finansial dan non finasial, dengan dilakukannya penelitian kelayakan usaha ternak babi ini daharapkan dapat diketahui seberapa layak usaha ternak babi yang sudah dijalankan selama kurun periode tertentu dan mengetahui bagaimana kondisi beserta kendala – kendala yang dihadapi peternak babi dalam menjalankan usaha ternak babinya.
(28)
8
1.2
Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas terdapat permasalahan yang menarik untuk diteliti antara lain:
1. Bagaimana kelayakan finansial usaha ternak babi di Desa Bongan, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan ?
2. Bagaimana kelayakan non finansial usaha ternak babi di Desa Bongan, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan ?
3. Apa kendala – kendala yang dihadapi peternak babi dalam menjalankan usaha ternak babinya ?
1.3
Tujuan PenelitianTujuan penelitaian ini dilakukan untuk mengetahui:
1. Kelayakan finansial usaha ternak babi di Desa Bongan, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan.
2. Kelayakan non finansial usaha ternak babi di Desa Bongan, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan.
3. Kendala – kendala yang dihadapi peternak babi dalam menjalankan usaha ternak babinya.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari dilakukannya penelitian ini untuk :
1. Pengusaha, sebagai informasi untuk menggambarkan kelayakan usaha peternakan babi yang telah dijalankan.
(29)
9
2. Pemerintah, sebagai informasi dalam pembuatan suatu program atau kebijakan yang tepat sasaran seperti kredit modal usaha.
3. Aspek akademik, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi contoh kajian penerapan suatu teori ke dalam kasus nyata.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitaian yang dilakukan mencangkup kelayakan finansial, kelayakan non fonansial, dan kendala – kendala yang dihadapi dalam menjalankan usaha ternak babi pada UD Sindi Mandiri yang berada di Desa Bongan, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan. Analisis kelayakan finansial dibahas mengenai aspek non discounting yang meliputi break event point, dan
payback period sedangkan aspek discounting yang meliputi net present value, net benefit/cost ratio, gross benefit/cost ratio, internal rate of return, dan analisis sensitivitas. Net present value, net benefit/cost ratio, gross benefit/cost ratio, internal rate of return digunakan untuk melihat kondisi perusahan sedangkan untuk mengetahui titik impas (kembali modal) dari usaha ternak yang sudah dilakukan menggunakan metode break even point dan analisis sensivitas digunakan untuk mengetahui akibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja sistem produksi dalam menghasilkan keuntungan, untuk mengetahui batas maksimal kemampuan proyek menghasilkan keuntungan dilakukan perhitungan perbandingan dengan menggunakan discount factor 12% dan discount factor 19%.
(30)
10
Analisis kelayakan non finansial dibahas beberapa aspek yang meliputi aspek teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek legal/hukum, dan aspek lingkungan. Aspek teknis membahas tentang kesiagaan perusahaan dalam menjalankan usahanya yang menyangkut hal-hal seperti masalah penentuan lokasi, luas produksi, tata letak (layout), penyusunan peralatan pabrik dan proses produksinya termasuk pemilihan jenis teknologi yang akan digunakan. Aspek pemasaran membahas tentang faktor strategis atau kunci dari keberhasilan perusahaan dalam memasarkan produk atau jasa dari suatu perusahan. Aspek manajemen membahas tentang pelaksanan suatu pekerjaan melalui orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Aspek legal/hukum membahas tentang studi kelayakan yang mempermasalahkan keabsahan suatu tindakan atau ijin yang ditinjau dalam bidang hukum yang berlaku di Indonesia. Aspek lingkungan membahas tentang dampak yang ditimbulkan jika suatu investasi jadi dilakukan, baik dampak negatif maupun positif.
Oleh karena itu sebelum usaha dijalankan perlu dilakukan studi tentang dampak lingkungan untuk mengetahui dampak yang akan timbul dan dicari jalan keluarnya untuk mengatasinya. Wawancara dan obeservasi dilakukan untuk mengetahui kendala – kendala yang dihadapi dalam menjalankan usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri sehingga dapat dicarikan solusi atau jalan keluarnya untuk mengatasi setiap kendala yang dihadapi peternak babi.
(31)
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Investasi
Investasi adalah penanaman modal yang diharapkan dapat menghasilkan tambahan dana pada masa yang akan datang. Penanaman modal yang dilakukan biasanya berjangka panjang dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang sebagai kompensasi secara profesional atas penundaan konsumsi, dampak inflasi dan resiko yang ditanggung. Keputusan investasi dapat dilakukan individu. Alasan seorang investor melakukan investasi adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang serta untuk menghindari merosotnya nilai kekayaan yang dimiliki. Saham merupakan salah satu alternatif dalam aset finansial (Anissa, 2013).
Investasi dalam ekonomi makro dapat diartikan sebagai pengeluaran masyarakat untuk memperoleh alat-alat kapital baru, oleh karena itu investasi total yang terjadi di suatu perekonomian sebagian berupa pembelian alat-alat baru untuk menggantikan alat-alat kapital yang tidak ekonomis untuk dipakai lagi dan sebagian lain berupa pembelian alat-alat kapital yang baru untuk memperbesar stok kapital. Disisi lain investasi diartikan sebagai pengeluaran dari sektor produsen (swasta) untuk pembelian barang atau jasa untuk menambah stock barang dan perluasan perusahaan. Kebutuhan akan informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan investasi dalam aset finansial di pasar modal sangat dibutuhkan oleh investor. Suatu pendekatan dalam menganalisis harga saham dipasar modal sangat dibutuhkan oleh investor dalam membuat keputusan investasi, investor menggunakan pendekatan fundamental dan teknikal.
(32)
12
Pendekatan secara fundamental mendasarkan analisa pada suatu anggapan bahwa setiap saham mempunyai nilai intrinstik yang dihasilkan. Salah satu indikator yang dapat digunakan yaitu apabila semakin rendah harga suatu saham maka semakin bagus untuk melakukan investasi, hal tersebut dikarenakan harga saham dapat terjangkau oleh kemampuan investor dan memiliki nilai resiko yang kecil. Investasi ada dua macam yaitu investasi tetap (Outonomous Invesment) dan investasi terpacu (Inoced Invesment). Investasi tetap umumnya digunakan untuk memperoleh faktor - faktor produksi yang bersifat tetap seperti: mesin, bangunan, tanah, atau investasi untuk mendirikan usaha. Investasi ini tidak ditentukan dengan pendapatan, tetapi dapat meningkatkan pendapatan nasional. Investasi terpacu adalah investasi yang besarnya tergantung pendapatan nasional artinya jika pendapatan meningkat maka nilai investasi akan meningkat pula (Anissa, 2013).
Perhitungan Investasi yang dilakukan harus konsisten dengan perhitungan pendapatan nasional yang diperoleh. Karana yang dimasukkan dalam perhitungan investasi adalah barang modal, bangunan/kontruksi, maupun persediaan barang jadi yang masih baru. Investasi merupakan konsep aliran (flow concept), karena dihitung selama satu internal periode tertentu atau selama siklus produksi yang sudah dilakukan. Investasi akan mempengaruhi jumlah barang modal yang tersedia (capital stock) pada satu periode tertentu. Tambahan stok barang modal adalah sebesar pengeluaran investasi satu periode sebelumnya.
(33)
13
2.2 Kelayakan Investasi
Sofyan (2003) mengemukakan kelayakan investasi merupakan suatu konsep yang dikembangkan dari konsep menajemen keuangan, terutama ditujukan dalam rangka mencari atau menemukan inovasi baru dalam perusahan. Studi kelayakan bisnis merupakan bahan pertimbangan yang digunakan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha atau proyek yang telah direncanakan. Tujuan dilakukannya studi kelayakan bisnis adalah untuk menghindari keberlanjutan penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang tidak terlalu menguntungkan, dengan kata lain mencegah terbuangnya dana yang sia – sia (Afandi, 2015), dalam studi kelayakan tersebut ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Ruang lingkup proyek yang dilakukan, untuk menentukan apakah proyek akan beroprasi atau layak untuk dilaksanakan.
2. Cara kegiatan proyek dapat dilakukan, untuk menentukan apakah proyek yang akan ditangani sendiri atau diserahkan kepada pihak lain.
3. Evaluasi terhadap aspek – aspek yang menentukan berhasilnya seluruh proyek, untuk mengidentifikasi faktor – faktor keberhasilan usaha.
4. Sarana yang diperlukan oleh proyek, menyangkut kebutuhan proyek dan fasilitas – fasilitas pendukung.
5. Hasil kegiatan proyek tersebut serta biaya – biaya yang harus ditanggung untuk memperoleh hasil tersebut.
6. Memperhitungkan akibat – akibat yang ditimbulkan baik itu yang berdampak positif maupun negatif dari dilaksakannya suatu proyek tersebut (ekonomis dan sosial).
(34)
14
7. Memperhitungkan langkah – langkah yang diperlukan dalam mendirikan/memulai suatu proyek.
Kelayakan finansial dapat diukur dari berbagai kriteria, yang dalam hal ini menggunakan aspek non discounting yang terdiri dari break even point, payback period dan aspek discounting yang terdiri dari net present value, net benefit/cost ratio, gross benefit/cost ratio, internal rate of return, dan analisis sensitivitas. Untuk mengetahui batas maksimal kemampuan proyek menghasilkan keuntungan dilakukan perhitungan perbandingan dengan menggunakan
discount factor 12% dan discount factor 19%.
2.2.1 Non discounting
Non discounting merupakan analisis kelayakan investasi yang tidak mempergunakan suku bunga compounding factor maupun discount factor.
Compounding factor (bunga majemeuk) digunakan untuk mencari nilai yang akan datang (F) dari nilai uang saat ini (P) jika diketahui besarnya bunga (i) dan lamanya periode investasi (n), sedangkan discount factor digunakan untuk menghitung jumlah uang saat ini (Firdaus, 2007:120). Aspek – aspek yang termasuk dalam kategori perhitungan non discounting yaitu:
1. Break even point
Merupakan suatu keadaan titik impas apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugian, dengan kata lain break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
(35)
15
produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Break event point biasanya digunakan untuk mengetahui hubungan antar beberapa variabel di dalam kegiatan perusahaan seperti, luas produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan, serta pendapatan yang diterima perusahaan dari kegiatannya.
Keadaan pulang pokok merupakan keadaan dimana penerimaan pendapatan (total revenue) yang disingkat TR adalah biaya yang ditanggungnya (total cost) yang disingkat TC. Penentuan break even point didasarkan pada persamaan penjualan dengan total biaya (Anwar dan Asmawarn, 2013). Adapun rumus perhitungan break even point adalah sebagai berikut:
BEP Harga jual :RFCVC
BEP Kuantitas : RFCVC
Dimana:
FC = Biaya tetap
VC = Biaya variabel total P = Harga jual
P* = Harga pada saat break even point
AFC = Rata-rata biaya tetap AVC = Rata-rata biaya variabel Q = Kuantitas penjualan
Q* = Kuantitas pada saat break even point AVC AFC P Q VC FC P VC FC PxQ * * AVC P FC Q FC AVC P Q FC AVCxQ PxQ AVCxQ FC PxQ VC FC PxQ * ) (
(36)
16
Apabila:
a) P*< Ppasar maka usaha ternak babi dikatakan menguntungkan.
b) P*> Ppasar maka usaha ternak babi dikatakan mengalami kerugian.
c) P*= Ppasar maka usaha ternak babi tidak mengalami keuntungan maupun
Kerugian. 2. Payback period
Merupakan waktu yang dibutuhkan atas suatu investasi yang menghasilkan
cash flow yang dapat menutupi biaya investasi yang telah dikeluarkan. Teknik ini digunakan untuk menentukan berapa lama modal yang ditanamkan dalam usaha itu akan kembali jika alternatif aliran kas (CF) yang didapat dari usaha yang diusulkan itu akan kembali, maka alternatrif usulan usaha yang memberikan masa yang terpendek adalah yang terbaik (Sofyan 2002: 19). Perhitungan didapat dari perhitungan nilai kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan (dengan catatan jika investasi 100% menggunakan modal sendiri) Rumus yang digunakan dalam perhitungan payback period adalah sebagai berikut:
Keterangan:
t = Tahun ke-t dimana cash in flow belum menutupi investasi awal. b = Nilai net cash flow kumulatif saat tahun ke-1
c = Nilai net cash flow saat tahun ke-(t+1)
2.2.2 Discounting
Discounting merupakan analisis kelayakan investasi yang mempergunakan suku bunga compounding factor maupun discount factor. Compounding factor
(bunga majemeuk) digunakan untuk mencari nilai yang akan datang (F) dari nilai uang saat ini (P) jika diketahui besarnya bunga (i) dan lamanya periode
(37)
17
investasi (n), sedangkan discount factor digunakan untuk menghitung jumlah uang saat ini (Firdaus, 2007:120). Aspek – aspek yang termasuk dalam kategori perhitungan discounting yaitu :
1. Net present value
Merupakan pengukuran berapa nilai yang dihasilkan saat ini seandainya menanamkan sebuah investasi. NPV juga merupakan perbedaan di antara nilai pasar investasi dan biaya yang dikeluarkan. Discounted cash flow valuation
adalah proses penilaian investasi melalui tingkat diskonto cash flow pada masa datang, untuk mengintepretasikan kelayakan suatu usaha dapat dilihat dari hasil perhitungan NPV. Jika nilai NPV positif maka investasi layak dilakukan, sebaliknya jika negatif maka investasi ditolak atau tidak layak. Menurut Sofyan (2002: 180), NPV adalah nilai netto sekarang dari dana yang diinvestasikan selama umur proyek. NPV mencerminkan besarnya tingkat pengembalian dari usulan usaha atau proyek, oleh karena itu usulan proyek yang layak diterima haruslah memiliki nilai NPV > 0, jika tidak maka proyek itu akan mengalami kerugian. Rumus yang digunakan dalam perhitungan net present value adalah sebagai berikut:
Ko i
C B NPV
n
t
t t
t
0 (1 )
Dimana:
NPV = Nilai sekarang netto Bt = Benefit
Ct = Cost
n = Umur ekonomis
t = Tahun, mulai tahun 1 (pertama) Ko = Modal pada tahun ke 0
(38)
18
Kriteria untuk menerima dan menolak rencana investasi dengan metode NPV adalah sebagai berikut:
a) Apabila NPV > 0, maka usaha ternak babi proyek diterima, b) Apabila NPV < 0, maka usaha ternak babi ditolak, dan
c) Apabila NPV = 0, kemungkinan usaha ternak babi akan diterima atau nilai perusahaan tetap walaupun usulan proyek diterima atau ditolak. 2. Net benefit/cost ratio
Merupakan perbandingan antara NPV total dari benefit bersih terhadap total dari biaya bersih. Net benefit/cost ratio menunjukan manfaat bersih yang diperoleh setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih. Semua aliran biaya dan manfaat selama umur ekonomis, diukur dengan nilai uang sekarang, artinya dilakukan discount nilai dikemudian hari dengan suatu discount factor. Benefit Cost Ratio atau B/C ratio disebut juga dengan istilah “profitability index”. Selama
B/C ratio ≥ 1 maka usulan proyek dapat diterima, tetapi apabila sebaliknya maka usulan proyek tersebut harus ditolak (Cahyosatrio, 2014). Rumus yang digunakan dalam perhitungan net benefit/cost ratio adalah sebagai berikut:
Untuk Bt – Ct > 0 Untuk Bt – Ct < 0 Dimana:
Net B/C : Rasio benefit cost Net Bt-Ct : Dalam nilai mutlak N : Umur ekonomis T : 0 sampai n tahun
Penilaian kelayakan finansial berdasarkan net benefit/cost ratio, yaitu: a) Net B/C Ratio > 1, maka usaha ternak babi layak dilaksanakan.
b) Net B/C Ratio < 1, maka usaha ternak babi tidak layak atau tidak dapat dilakukan.
(39)
19
c) Net B/C Ratio = 1, maka usaha ternak babi impas antara biaya dan manfaat sehingga terserah kepada pengambil keputusan untuk dilaksanakan atau tidak.
3. Gross benefit/cost ratio
Merupakan rasio perbandingan antara penerimaan (benefit) yang diperoleh dari tahun ke tahun setelah didiskonto dengan biaya yang telah didiskonto, yang dikorbankan selama umur ekonomis suatu proyek. Rasio ini menunjukan kemampuan inputs (biaya) untuk menghasilkan penerimaan selama umur ekonomis (Cahyosatrio, 2014). Rumus yang digunkan untuk menghitung gross benefit/cost ratio dapat digunakan rumus sebagai berikut:
Gross B/C
n 1 t t t n 1 t t t -i) (1 C i) (1 B C B Dimana:a) Gross B/C > 1 (satu) berarti proyek (usaha) layak dikerjakan b) Gross B/C < 1 (satu) berarti proyek tidak layak dikerjakan c) Gross B/C = 1 (satu) berarti proyek dalam keadaan BEP. 4. Internal rate of return (IRR)
Merupakan tingkat diskonto yang menyebabkan NPV investasi sama dengan nol. IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dari suatu usaha, sepanjang setiap benefit bersih diperoleh secara otomatis ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang sama dan diberi bunga selama sisa umur usaha. Sebuah investasi layak jika nilai IRR melebihi tingkat return yang dipersyaratkan. IRR dapat menggambarkan besarnya suku bunga tingkat pengembalian atas modal yang diinvestasikan. Dalam kriteria investasi IRR harus lebih besar dari OCC atau opportunity cost of
(40)
20
capital agar rencana atau usulan investasi dapat layak dilaksanakan (Sofyan 2002: 178). Rumus yang digunakan untuk IRR adalah sebagai berikut:
IRR = ( )( 2 1) 2
1 1
1 i i
NPV NPV
NPV
i
Dimana:
NPV1 = Jumlah nilai NPV yang bertanda positif.
NPV2 = Jumlah nilai NPV yang betanda negatif.
i1 = Tingkat bunga pada NPV yang bertanda positif.
i2 = Tingkat bunga pada NPV yang bertanda negatif
5. Analisis sensitivitas
Merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari perubahan parameter - parameter produksi terhadap perubahan kinerja sistem produksi dalam menghasilkan keuntungan, dengan melakukan analisis sentivitas maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat diketahui dan diantisifikasi sebelumnya (Departemen Agribisnis IPB, 2015). Alasan dilakukannya analisis sensitivitas adalah untuk mengantisipasi adanya perubahan-perubahan berikut:
a) Memperbaiki cara pelaksanan proyek yang sedang berlangsung, sehingga dapat meningkatkan nilai net present value.
b) Mengurangi resiko kerugian dengan melakukan beberapa tindakan pencegahan yang mesti diambil.
c) Melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis yang dilakukan.
d) Adanya cost overrun, yaitu kenaikan biaya-biaya, seperti biaya konstruksi, biaya bahan-baku, produksi, dan sebagainya.
e) Penurunan produktivitas siklus produksi.
(41)
21
Setelah melakukan analisis sensitivitas dapat diketahui seberapa jauh dampak perubahan terhadap suatu siklus produksi yang dilakukan, sekaligus untuk mengetahui pada tingkat mana proyek masih layak untuk dilaksanakan.
2.2.3 Batas maksimal proyek menghasilkan keuntungan
Perhitungan perbandingan dilakukan dengan menggunakan discount factor 12% dan discount factor 19% untuk mengetahui batas maksimal kemampuan proyek menghasilkan keuntungan.
Penelitian ini juga mempergunakan analisis non finansial untuk mengetahui kelayakan usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri yang meliputi aspek teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek legal/hukum, dan aspek lingkungan.
2.2.4 Deskriptif kualitatif
Data kualitatif adalah data yang tidak dalam bentuk angka tetapi merupakan uraian maupun penjelasan yang tidak dapat dihitung. Data kualitatif ini sifatnya menunjang dan berhubungan dengan masalah yang diteliti.
1. Aspek teknis
Membahas tentang kesiagaan perusahaan dalam menjalankan usahanya. Penilaian terhadap aspek ini sangat penting karena menyangkut hal-hal seperti masalah penentuan lokasi, luas produksi, tata letak (layout), penyusunan peralatan pabrik dan proses produksinya termasuk pemilihan teknologi. Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek teknis dan teknologi jika berdasarkan hasil analisis ide bisnis dapat dibangun dan dijalankan
(42)
22
(dioperasionalkan) dengan baik. Kelengkapan kajian aspek operasi sangat tergantung dari jenis usaha yang akan dijalankan, karena setiap jenis usaha memiliki prioritas tersendiri (Suliyanto, 2010).
2. Aspek pemasaran
Membahas tentang menganalisis jenis produk yang akan diproduksi, banyaknya produk yang diminta oleh konsumen, serta menganalisis banyaknya produk yang ditawarkan oleh pesaing dan menganalisis cara atau strategi agar produk yang dihasilkan dapat sampai ke konsumen dengan lebih efesien dibandingkan pesaing (Suliyanto, 2010).
3. Aspek manajemen
Membahas tentang pelaksanaan suatu pekerjaan melalui orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan - tujuan organisasional atau maksud – maksud yang nyata. Keberhasilan suatu proyek/kegiatan yang telah dinyatakan layak (feasible) untuk dikembangkan, sangat dipengaruhi oleh peranan manajemen dalam pencapaian tujuan proyek/kegiatan. Orang yang melaksankan manajemen disebut sebagai manajer. Aspek manajemen dalam studi kelayakan bisnis menyangkut fungsi– fungsi manajemen secara umum/makro, yang meliputi fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan (Zaini, 2014). 4. Aspek legal/hukum
Membahas tentang ketentuan hukum yang harus dipenuhi sebelum menjalankan suatu usaha. Ketentuan hukum untuk setiap ijin usaha berbeda – beda, tergantung pada kompleksitas bisnis tersebut. Adanya otonomi daerah
(43)
23
menyebabkan ketentuan hukum dan perizinan antara daerah satu dan lainya berbeda – beda. Suatu ide bisnis dikatakan layak jika ide bisnis tersebut sesuai dengan ketentuan hukum dan mampu memenuhi segala persyaratan perizinan di wilayah tersebut (Suliyanto, 2010).
5. Aspek lingkungan
Membahas tentang dampak yang ditimbulkan jika suatu investasi atau proyek jadi dilakukan, baik dampak negatif maupun positif. Sebelum usaha dijalankan perlu dilakukan studi tentang dampak lingkungan untuk mengetahui dampak yang akan timbul dan dicari jalan keluarnya untuk mengatasinya, studi ini dinamakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Keberadaan bisnis/proyek dapat berpengaruh terhadap lingkungan, baik lingkungan masyarakat maupun lingkungan ekologi tempat bisnis/proyek yang akan dijalankan (Suliyanto, 2010).
2.3 Peternakan Babi
Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip - prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal. Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, babi, kerbau, dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci, dan bebek.
(44)
24
Menurut Sihobing (1997) sejarah peternakan babi di indonesia tidak diketahui secara pasti, karana catatan – catatan mengenai hal itu tidak ditemukan. Namun yang pasti tujuan utama dari usaha peternakan babi adalah memperoleh keuntungan yang memuaskan dari penjualan bibit babi, babi sapihan, babi potong atau hasil daging dan pupuk dari pengolahan limbah babi.
Baberapa jenis babi yang diusahkan peternak indonesia seperti: landrace, pietrain, duroc, saddle back dan babi lokal. Jenis babi landrace merupakan jenis babi yang umum diternakan di indonesia, babi landrace merupakan hasil persilangan antara pejantan large white dengan induk / betina lokal. Babi ini berasal dari Denmark dan merupakan jenis babi pedaging (bacon) berkualitas tinggi. Babi landrace memiliki ciri – ciri karkas sangat panjang, paha besar, daging dibawah dagu gemuk dan kaki yang pendek, konversi pakannya baik dan sangat besar, sehingga cocok untuk memperbaiki mutu genetik ternak babi di daerah tropis seperti indonesia.
Untuk peternakan babi yang terdapat di negara indonesia paling banyak dikembangkan masyarakat Bali selain karana sosial budaya masyarakat Bali, juga disebabkan oleh Bali merupakan sebagai daerah tujuan wisata, dan berkembangnya usaha kuliner menggunakan bahan baku daging babi, segi ekonomis peternakan babi di Bali antara lain:
1. Babi memiliki konversi terhadap makanan yang cukup tinggi. Semua bahan makanan bisa diubah menjadi daging, dan lemak dengan sangat efesien, untuk proses pembentukan 1 Kg daging rata – rata diperlukan 3,5 Kg makanan.
(45)
25
2. Babi sangat peridi (prolific), satu kali beranak seokor indukan babi dapat menghasilkan 6 – 12 ekor dan setiap induk mampu beranak 2 kali dalam waktu setahun.
3. Kandungan fat atau lemak pada daging babi paling tinggi dibandingkan daging hewan ternak lainnya.
4. Babi mudah beradaptasi terhadap sistem pemakaian peralatan kandang seperti tempat makan dan minum yang otomatis, sehingga efesien biaya. Peternak babi rakyat secara umum menjual ternaknya dalam bentuk ternak hidup, bukan dalam bentuk daging olahannya. Ternak babi sudah bisa dijual pada umur 6 – 8 bulan dengan berat hidup 100 kg –150 kg/ekor. Penjualan ternak babi dilakuakan melalui Gabungan Usaha Perternak Babi Indonesia (GUPBI)/Rekan Bisnis (Rumah Pemotongan Hewan), pedagang atau tengkulak yang membeli langsung ke lokasi peternakan atau langsung ke pembeli. Penjualan yang melalui kelompok, peternak cukup melapor ke seksi pemasaran dan mereka yang akan mengkordinir untuk mencarikan pembeli.
Cara pembayaran dari gapoktan ke peternak secara tunai, sedangkan dari pedagang atau tengkulak, ada yang secara tunai ada juga yang secara tempo (hutang). Harga babi dan daging babi berfluktuasi tergantung berbagai faktor. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi harga jual daging babi yakni jumlah persediaan babi yang akan dijual akan berpengaruh terhadap jaminan pasar yaitu dalam hubungan produksi dan kebutuhan. Jika pasar mengalami kebanjiran produksi, maka akan terjadi penurunan harga per satuan produksi, sebaliknya apabila permintaan pasar meningkat, sedangkan jumlah produksi tidak mengikutinya, maka akan terjadi kenaikan harga persatuan produksi.
(46)
26
Kestabilan harga relatif dicapai apabila jumlah produksi dan kebutuhan pasar selalu dipertahankan. Persedian babi juga dipengaruhi oleh persedian pakan yang berkualitas dan berkelanjutan.
Jika harga pakan naik, maka secara otomatis usaha produksi akan menyesuaikan yaitu dengan cara mengurangi jumlah babi yang akan dipelihara. Upaya ini dilakukan untuk mencegah kerugian yang lebih besar bagi usahanya, selain itu harga dipasaran juga dipengaruhi oleh adanya peningkatan permintaan pasar pada saat hari – hari besar (Hari Raya Galungan dan Kuningan). Peningkatan permintaan daging babi juga dipengaruhi oleh meningkatnya pendapatan masyarakat dan meningkatnya konsumsi daging babi untuk kebutuhan upacara keagamaan. Hal ini membuka peluang usaha penggemukan dan peternakan babi di Bali.
2.4 Manajemen Limbah Peternakan Babi
Perencanaan lokasi usaha peternakan babi terutama usaha yang besar, perlu disiapkan untuk jangka panjang, misalnya harus dipersiapkan untuk jangka waktu 25 - 50 tahun masa yang akan datang, karena modal yang diinvestasikan relatif tinggi. Penting pula diperhatikan dari faktor fisik, ekonomis, dan sosial, terutama di Indonesia agar sesuai dengan makna yang terkandung dalam peraturan yang berlaku. Undang-undang RI No. 4 tahun terutama Pasal 16: setiap rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) yang pelaksanaannya diatur dengan peraturan pemerintah. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam mengatasi menejemen limbah peternakan babi:
(47)
27
1. Luas lahan peternakan babi, Lahan untuk peternakan harus cukup luas dengan besar usaha peternakan, selain untuk peruntukan bagi peternakan; sedapat mungkin ada lahan untuk memanfaatkan limbah ternak untuk tanaman pangan ataupun pakan ternak. Akses jalan yang layak agar memudahkan dalam proses pendistribusian hewan, yakni mengangkut ternak, pakan ternak dan limbah peternakan.
2. Kotoran, limbah dari kotoran babi baik itu berupa kotoran cair atau padat dapat di olah menjadi pupuk dengan menggunakan proses atau prosedur tertentu selain mengurangi limbah dari peternakan juga sekaligus peluang untuk meningkatkan pendapatan dari penjualan pupuk yang berbahan baku kotoran dari peternakan babi.
3. Topografi lahan, lahan harus dipilih yang bertopografi yang memungkinkan digunakan untuk peternakan babi. Sedapat mungkin dari areal perkandangan dapat disalurkan limbah ternak ke tempat penampungan limbah oleh grafitasi saja. Air permukaan diarahkan menjauh dari kandang dan dari penampungan limbah sedapat mungkin tinggal di lahan peternakan itu sendiri dan jangan mencemari lahan milik orang lain agar tidak mencemari lingkungan.
4. Permukaan air dalam tanah, dengan semakin banyak masyarakat menggunakan persediaan air tanah untuk dipakai sehari-hari, penting untuk menghindari sumber ini dari pencemaran. Bila perlu diuji menggali satu atau dua lubang untuk mengetahui ambang air tanah, sehingga mempermudah memilih lokasi penampungan limbah ternak.
(48)
28
5. Jarak kandang dari pemukiman, ternak dapat mencemari lingkungan dalam bentuk pencemaran air permukaan maupun air dalam tanah, udara, maupun bising oleh suara ternak. Dari sebab itu jarak peternakan, dalam hal ini kandang tempat mengurung ternak, harus diperhatikan jarak minimalnya dari pemukiman. Bangunan kandang harus cukup jauh jaraknya dari rumah-rumah pemukiman untuk menghindari polusi kebisingan, udara dan air bagi penghuni rumah tempat tinggal bangunan - bangunan atau pusat - pusat kegiatan lain.
2.5 Penelitian Sebelumnya
Pengkajian terhadap hasil – hasil peneitian yang telah dilakukan peneliti sebelumnya sangat perlu dilakukan mengingat pentingnya bagi peneliti untuk menelaah masalah yang dihadapi peneliti dalam penelitianya. Adapun penelitaian yang sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu:
Kusuma (2014) dalam penelitiannya yang berjudul analisis kelayakan finansial pengembangan usaha produksi komoditas lokal: mie berbasis jagung menggunakan metode analisis finansial dengan menghitung biaya investasi, biaya produksi, struktur finansial, estimasi penjualan, estimasi biaya produksi, cash flow, pemenuhan kriteria finansial yang meliputi: Analisa break even point (BEP),
net present value NPV), incrementalrate of return (IRR), net benefit cost ratio
(Rasio B/C), payback period (PBP), dan analisis sensitivitas. Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Pengolahan Pangan Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna-LIPI Subang. Analisa finansial yang dilakukan memperoleh hasil Net Present Value bernilai positif sebesar Rp 32.668.709,00
(49)
29
Internal Rate of Return sebesar 59,19% menunjukkan bahwa tingkat pengembalian lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang ditentukan. Payback Period selama 13 bulan apabila asumsiyang direncanakan terpenuhi, Profitability Index sebesar 1,01 dan Rasio B/C sebesar 1,3 lebih besar dari > 1 sehingga dari segi finansial rencana usaha mie jagung layak dijalankan. Analisa sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan pendapatan 5% dan kenaikan biaya operasional 5% sangat berpengaruh terhadap kelayakan proyek, dari pertimbangan kriteria investasi di atas menunjukkan bahwa kegiatan usaha produksi mie jagung instan layak untuk dijalankan selama proyek berjalan sesuai dengan asumsi dan parameter teknis yang ditentukan.
Narendra (2011) dalam penelitiannya yang berjudul analisis kelayakan finansial rencana pembangunan gedung parkir bertingkat di pasar lokitasari menggunakan metode net present value, benefit cost ratio, internal rate of return, payback period, dan analisis sensitivitas. Hasil analisis menunjukkan untuk alternatif satu biaya sebesar Rp. 2000 dengan tingkat suku bunga 18%, nilai NPV < 1 yang artinya proyek tidak layak, nilai benefit cost ratio < 1 yang artinya proyek tidak layak, dan nilai internal rate of return sebesar 9.59% lebih kecil dari tingkat suku bunga. Pada alternatif dua biaya parkir sebesar Rp. 3.500, nilai NPV > 1 yang artinya proyek layak untuk dilaksanakan, nilai benefit cost ratio > 1 yang artinya proyek layak untuk dilaksanakan, nilai IRR sebesar 18,41%, dan payback period pada tahun 2022. Pada penelitian ini pemerintah direkomendasikan untuk memilih harga alternatif kedua agar proyek yang akan dilaksanakan ini layak secara finansial.
(50)
30
Agus Suryadi dkk. (2014) dalam penelitiannya yang berjudul analisis kelayakan usaha ternak babi sancaya ditinjau dari metode net present value di Br. Ponggang, Payangan, Gianyar. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada Usaha Ternak Babi Sancaya di Br. Ponggang, Payangan menggunakan metode deskriptif kuantitatif, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu (1) Usaha Ternak Babi Sancaya di Banjar Ponggang, Payangan layak dikembangkan karena nilai NPV yang dihasilkan lebih besar dari nol (0) yaitu sebesar Rp. 121.575.614,00. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah sama – sama menganalisis aspek finansial dengan metode kelayak finansial yang meliputi
break event point, payback periode, net benefit/cost ratio, net present value, internal rate of return dan analisis sensitivitas. Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah lokasi penelitian, waktu penelitian dan pada penelitian ini juga dibahas mengenai aspek non finansial yang meliputi aspek teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek legal /hukum, dan aspek lingkungan, selain itu juga dilakukan wawancara dan obeservasi untuk mengetahui kendala – kendala yang dihadapi dalam menjalankan usaha ternak babi di UD. Sindi Mandiri.
2.6 Kerangka Pemikiran
Daging babi menjadi salah satu komonditas yang penting ditinjau dari sosial budaya masyarakat Bali. Hal tersebut berdampak pada perkembangan usaha peternakan babi di Desa Bongan, dalam menjalankan usaha ternaknya peternak memegang peranan penting dalam mengelola dan pengambilan keputusan dalam menjalankan usaha ternak babi agar sesuai rencana dan tujuan
(51)
31
yang sudah ditetapkan. Kendala yang sering dihadapi dalam mejalankan usaha ternak babi, harga pakan ternak yang mengalami kenaikan namun tidak diikuti meningkatnya harga jual ternak dipasaran yang membuat harga daging babi berfluktuasi di pasaran. Serta adanya serangan virus dan penyakit terhadap hewan ternak dan kurang luasnya pangsa pasar untuk menjual ternak babi juga mempengaruhi berkembang atau tidaknya usaha ternak babi di Provinsi Bali.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan metode deskriptif kualitatif, untuk mengetahui kelayakan usaha ternak babi UD Sindi Mandiri di Desa Bongan yang ditinjau dari sektor produksi, pemasaran, keuangan, titik impas, dan keuntungan, dengan menggunakan analisis finansial dan analisis non finansial. Analisis finansial yang meliputi aspek
non discounting yang terdiri dari break event point dan payback period
sedangkan aspek discounting yang terdiri dari net present value, net benefit/cost ratio, gross benefit/cost ratio, internal rate of returns, dan analisis sensitivitas, untuk mengetahui batas maksimal kemampuan proyek menghasilkan keuntungan dilakukan perhitungan perbandingan dengan menggunakan
discount factor 12% dan discount factor 19%. Sedangkan analisis non finansial meliputi aspek teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek legal/hukum, dan aspek lingkungan. Metode wawancara dan obeservasi digunakan untuk mengetahui kendala – kendala yang dihadapi dalam menjalankan usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri. Alur kerangka pemikiran penelitian ini ditunjukan pada gambar 2.1
(1)
1. Luas lahan peternakan babi, Lahan untuk peternakan harus cukup luas dengan besar usaha peternakan, selain untuk peruntukan bagi peternakan; sedapat mungkin ada lahan untuk memanfaatkan limbah ternak untuk tanaman pangan ataupun pakan ternak. Akses jalan yang layak agar memudahkan dalam proses pendistribusian hewan, yakni mengangkut ternak, pakan ternak dan limbah peternakan.
2. Kotoran, limbah dari kotoran babi baik itu berupa kotoran cair atau padat dapat di olah menjadi pupuk dengan menggunakan proses atau prosedur tertentu selain mengurangi limbah dari peternakan juga sekaligus peluang untuk meningkatkan pendapatan dari penjualan pupuk yang berbahan baku kotoran dari peternakan babi.
3. Topografi lahan, lahan harus dipilih yang bertopografi yang memungkinkan digunakan untuk peternakan babi. Sedapat mungkin dari areal perkandangan dapat disalurkan limbah ternak ke tempat penampungan limbah oleh grafitasi saja. Air permukaan diarahkan menjauh dari kandang dan dari penampungan limbah sedapat mungkin tinggal di lahan peternakan itu sendiri dan jangan mencemari lahan milik orang lain agar tidak mencemari lingkungan.
4. Permukaan air dalam tanah, dengan semakin banyak masyarakat menggunakan persediaan air tanah untuk dipakai sehari-hari, penting untuk menghindari sumber ini dari pencemaran. Bila perlu diuji menggali satu atau dua lubang untuk mengetahui ambang air tanah, sehingga mempermudah memilih lokasi penampungan limbah ternak.
(2)
5. Jarak kandang dari pemukiman, ternak dapat mencemari lingkungan dalam bentuk pencemaran air permukaan maupun air dalam tanah, udara, maupun bising oleh suara ternak. Dari sebab itu jarak peternakan, dalam hal ini kandang tempat mengurung ternak, harus diperhatikan jarak minimalnya dari pemukiman. Bangunan kandang harus cukup jauh jaraknya dari rumah-rumah pemukiman untuk menghindari polusi kebisingan, udara dan air bagi penghuni rumah tempat tinggal bangunan - bangunan atau pusat - pusat kegiatan lain.
2.5 Penelitian Sebelumnya
Pengkajian terhadap hasil – hasil peneitian yang telah dilakukan peneliti sebelumnya sangat perlu dilakukan mengingat pentingnya bagi peneliti untuk menelaah masalah yang dihadapi peneliti dalam penelitianya. Adapun penelitaian yang sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu:
Kusuma (2014) dalam penelitiannya yang berjudul analisis kelayakan finansial pengembangan usaha produksi komoditas lokal: mie berbasis jagung menggunakan metode analisis finansial dengan menghitung biaya investasi, biaya produksi, struktur finansial, estimasi penjualan, estimasi biaya produksi, cash flow, pemenuhan kriteria finansial yang meliputi: Analisa break even point (BEP), net present value NPV), incrementalrate of return (IRR), net benefit cost ratio (Rasio B/C), payback period (PBP), dan analisis sensitivitas. Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Pengolahan Pangan Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna-LIPI Subang. Analisa finansial yang dilakukan memperoleh hasil Net Present Value bernilai positif sebesar Rp 32.668.709,00
(3)
Internal Rate of Return sebesar 59,19% menunjukkan bahwa tingkat pengembalian lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang ditentukan. Payback Period selama 13 bulan apabila asumsi yang direncanakan terpenuhi, Profitability Index sebesar 1,01 dan Rasio B/C sebesar 1,3 lebih besar dari > 1 sehingga dari segi finansial rencana usaha mie jagung layak dijalankan. Analisa sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan pendapatan 5% dan kenaikan biaya operasional 5% sangat berpengaruh terhadap kelayakan proyek, dari pertimbangan kriteria investasi di atas menunjukkan bahwa kegiatan usaha produksi mie jagung instan layak untuk dijalankan selama proyek berjalan sesuai dengan asumsi dan parameter teknis yang ditentukan.
Narendra (2011) dalam penelitiannya yang berjudul analisis kelayakan finansial rencana pembangunan gedung parkir bertingkat di pasar lokitasari menggunakan metode net present value, benefit cost ratio, internal rate of return, payback period, dan analisis sensitivitas. Hasil analisis menunjukkan untuk alternatif satu biaya sebesar Rp. 2000 dengan tingkat suku bunga 18%, nilai NPV < 1 yang artinya proyek tidak layak, nilai benefit cost ratio < 1 yang artinya proyek tidak layak, dan nilai internal rate of return sebesar 9.59% lebih kecil dari tingkat suku bunga. Pada alternatif dua biaya parkir sebesar Rp. 3.500, nilai NPV > 1 yang artinya proyek layak untuk dilaksanakan, nilai benefit cost ratio > 1 yang artinya proyek layak untuk dilaksanakan, nilai IRR sebesar 18,41%, dan payback period pada tahun 2022. Pada penelitian ini pemerintah direkomendasikan untuk memilih harga alternatif kedua agar proyek yang akan dilaksanakan ini layak secara finansial.
(4)
Agus Suryadi dkk. (2014) dalam penelitiannya yang berjudul analisis kelayakan usaha ternak babi sancaya ditinjau dari metode net present value di Br. Ponggang, Payangan, Gianyar. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada Usaha Ternak Babi Sancaya di Br. Ponggang, Payangan menggunakan metode deskriptif kuantitatif, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu (1) Usaha Ternak Babi Sancaya di Banjar Ponggang, Payangan layak dikembangkan karena nilai NPV yang dihasilkan lebih besar dari nol (0) yaitu sebesar Rp. 121.575.614,00. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah sama – sama menganalisis aspek finansial dengan metode kelayak finansial yang meliputi break event point, payback periode, net benefit/cost ratio, net present value, internal rate of return dan analisis sensitivitas. Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah lokasi penelitian, waktu penelitian dan pada penelitian ini juga dibahas mengenai aspek non finansial yang meliputi aspek teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek legal /hukum, dan aspek lingkungan, selain itu juga dilakukan wawancara dan obeservasi untuk mengetahui kendala – kendala yang dihadapi dalam menjalankan usaha ternak babi di UD. Sindi Mandiri.
2.6 Kerangka Pemikiran
Daging babi menjadi salah satu komonditas yang penting ditinjau dari sosial budaya masyarakat Bali. Hal tersebut berdampak pada perkembangan usaha peternakan babi di Desa Bongan, dalam menjalankan usaha ternaknya peternak memegang peranan penting dalam mengelola dan pengambilan keputusan dalam menjalankan usaha ternak babi agar sesuai rencana dan tujuan
(5)
yang sudah ditetapkan. Kendala yang sering dihadapi dalam mejalankan usaha ternak babi, harga pakan ternak yang mengalami kenaikan namun tidak diikuti meningkatnya harga jual ternak dipasaran yang membuat harga daging babi berfluktuasi di pasaran. Serta adanya serangan virus dan penyakit terhadap hewan ternak dan kurang luasnya pangsa pasar untuk menjual ternak babi juga mempengaruhi berkembang atau tidaknya usaha ternak babi di Provinsi Bali.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan metode deskriptif kualitatif, untuk mengetahui kelayakan usaha ternak babi UD Sindi Mandiri di Desa Bongan yang ditinjau dari sektor produksi, pemasaran, keuangan, titik impas, dan keuntungan, dengan menggunakan analisis finansial dan analisis non finansial. Analisis finansial yang meliputi aspek non discounting yang terdiri dari break event point dan payback period sedangkan aspek discounting yang terdiri dari net present value, net benefit/cost ratio, gross benefit/cost ratio, internal rate of returns, dan analisis sensitivitas, untuk mengetahui batas maksimal kemampuan proyek menghasilkan keuntungan dilakukan perhitungan perbandingan dengan menggunakan discount factor 12% dan discount factor 19%. Sedangkan analisis non finansial meliputi aspek teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek legal/hukum, dan aspek lingkungan. Metode wawancara dan obeservasi digunakan untuk mengetahui kendala – kendala yang dihadapi dalam menjalankan usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri. Alur kerangka pemikiran penelitian ini ditunjukan pada gambar 2.1
(6)
Peternak
Usaha Ternak Babi UD. Sindi Mandiri
Produksi Teknis Peternakan
Analisis Finansial Non Discounting 1. BEP
2. Payback Period Discounting 1. NPV
2. Net B/C ratio 3. Gross B/C ratio 4. IRR
5. Analisis Sensitivitas
Layak / Tidak
Saran Kebijakan Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Penelitian Prospek Pengembangan Usaha Ternak Babi di Desa Bongan, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan
Analisis Non Finansial 1. Aspek Teknis 2. Aspek Pemasaran 3. Aspek Manajemen 4. Aspek
Legal/Hukum 5. Aspek Lingkungan
Kendala
1. Kenaikan Harga pakan Ternak
Metode Analisis