Non discounting Kelayakan Investasi

7. Memperhitungkan langkah – langkah yang diperlukan dalam mendirikanmemulai suatu proyek. Kelayakan finansial dapat diukur dari berbagai kriteria, yang dalam hal ini menggunakan aspek non discounting yang terdiri dari break even point, payback period dan aspek discounting yang terdiri dari net present value, net benefitcost ratio, gross benefitcost ratio, internal rate of return, dan analisis sensitivitas. Untuk mengetahui batas maksimal kemampuan proyek menghasilkan keuntungan dilakukan perhitungan perbandingan dengan menggunakan discount factor 12 dan discount factor 19.

2.2.1 Non discounting

Non discounting merupakan analisis kelayakan investasi yang tidak mempergunakan suku bunga compounding factor maupun discount factor. Compounding factor bunga majemeuk digunakan untuk mencari nilai yang akan datang F dari nilai uang saat ini P jika diketahui besarnya bunga i dan lamanya periode investasi n, sedangkan discount factor digunakan untuk menghitung jumlah uang saat ini Firdaus, 2007:120. Aspek – aspek yang termasuk dalam kategori perhitungan non discounting yaitu: 1. Break even point Merupakan suatu keadaan titik impas apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugian, dengan kata lain break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Break event point biasanya digunakan untuk mengetahui hubungan antar beberapa variabel di dalam kegiatan perusahaan seperti, luas produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan, serta pendapatan yang diterima perusahaan dari kegiatannya. Keadaan pulang pokok merupakan keadaan dimana penerimaan pendapatan total revenue yang disingkat TR adalah biaya yang ditanggungnya total cost yang disingkat TC. Penentuan break even point didasarkan pada persamaan penjualan dengan total biaya Anwar dan Asmawarn, 2013. Adapun rumus perhitungan break even point adalah sebagai berikut: BEP Harga jual : VC FC R   BEP Kuantitas : VC FC R   Dimana: FC = Biaya tetap VC = Biaya variabel total P = Harga jual P = Harga pada saat break even point AFC = Rata-rata biaya tetap AVC = Rata-rata biaya variabel Q = Kuantitas penjualan Q = Kuantitas pada saat break even point AVC AFC P Q VC FC P VC FC PxQ       AVC P FC Q FC AVC P Q FC AVCxQ PxQ AVCxQ FC PxQ VC FC PxQ           Apabila: a P P pasar maka usaha ternak babi dikatakan menguntungkan. b P P pasar maka usaha ternak babi dikatakan mengalami kerugian. c P = P pasar maka usaha ternak babi tidak mengalami keuntungan maupun Kerugian. 2. Payback period Merupakan waktu yang dibutuhkan atas suatu investasi yang menghasilkan cash flow yang dapat menutupi biaya investasi yang telah dikeluarkan. Teknik ini digunakan untuk menentukan berapa lama modal yang ditanamkan dalam usaha itu akan kembali jika alternatif aliran kas CF yang didapat dari usaha yang diusulkan itu akan kembali, maka alternatrif usulan usaha yang memberikan masa yang terpendek adalah yang terbaik Sofyan 2002: 19. Perhitungan didapat dari perhitungan nilai kas bersih proceed yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan dengan catatan jika investasi 100 menggunakan modal sendiri Rumus yang digunakan dalam perhitungan payback period adalah sebagai berikut: Keterangan: t = Tahun ke-t dimana cash in flow belum menutupi investasi awal. b = Nilai net cash flow kumulatif saat tahun ke-1 c = Nilai net cash flow saat tahun ke-t+1

2.2.2 Discounting