Metode dan Teknik Pengumpulan Data Instrumen Penelitian

tokoh karena sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan, dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca Nurgiyantoro, 2012:166. Tokoh yang terdapat dalam novel Jamangilak Tak Pernah Menangis karya Martin Aleida adalah Molek Saragi, Jabosi, Hurlang Jamangilak, Jumontam, Jamangilak, Sibarani, Ali Badak, laki-laki di rumah Bupati, laki-laki di kantor Bupati, sekretaris Bupati, pejabat di kantor Dewan Perwakilan Rakyat, interogator, Asmu, Lebi, Kristin, Emi Binti Madali, Pastor, Pastor Hilarius, pengayuh sampan, penduduk tepi sungai, penduduk wilayah hutan, perempuan Siraituruk, Boru Sirait. Akan tetapi, dalam penelitian ini peneliti perlu melakukan pembatasan terhadap tokoh-tokoh yang dibahas agar analisis menjadi lebih fokus. Berikut ini tokoh-tokoh yang akan dibahas. a. Molek Saragi memiliki sifat pantang menyerah dan peka terhadap lingkungan. Keadaan sungai yang mengancam lingkungan hidup membuat dia bertekad untuk melakukan usaha penyelamatan. Berbagai langkah ditempuhnya. Dia sendiri mengadu pada pemerintah, hingga mengadakan rapat besar, serta demonstrasi di kecamatan. Berikut ini bukti dari Molek yang bersikap pantang menyerah. 1 Molek meninggalkan halaman gedung Dewan yang luas itu dengan perasaan yang enteng. Memang belum ada hasil. Namun dia merasa telah menemukan pintu masuk untuk mempermasalahkan sungai kesayangannya Aleida, 2004:35. Berikut ini bukti dari sikap Molek yang peka terhadap lingkungan. 2 Rupanya kepergian suaminya tidak memberati hati. Hanya pasir, lumpur dan entah apalagi, yang membikin dangkal sungai, yang menyesakkan benaknya, yang terus menerus datang mendera pikirannya Aleida, 2004:29. b. Hurlang Jamangilak bersifat pantang menyerah. Setelah membantu Molek, ibunya untuk mengumpulkan masyarakat dalam rapat besar di Lapangan Padang Bundar, Hurlang disiksa aparat keamanan, dan hampir dibunuh ibunya karena melakukan dosa besar yang diharamkan keluarga, namun, Hurlang tetap berkemauan mendukung usaha ibunya menyelamatkan sungai yang sekarat. Dia hadir dalam demonstrasi di Porsea. Berikut ini adalah bukti dari sikap pantang menyerah Hurlang. 3 Dengan langkah yang diseret, dia tinggalkan tempat di mana dia akan dibakar hidup-hidup menuju kolam yang dibangun kakek- buyutnya, Jamangilak, yang entah sudah berapa dasawarsa ditinggalkan Aleida, 2004: 174. 4 Molek setengah menjerit begitu matanya tertumbuk pada mata yang sekelebat dilihatnya persis Hurlang, anaknya yang menurut pikirannya sudah tewas terbakar Aleida, 2004: 219. c. Jabosi adalah orang yang mudah putus asa. Keadaan sungai yang tidak bisa diandalkan membuat Jabosi putus asa. Dia tidak percaya bahwa