Penelitian Terdahulu yang Relevan
kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita, dapatlah dibedakan tokoh sentral dan tokoh bawahan. Sudjiman 1988:17-20.
1 Tokoh Sentral
Panuti Sudjiman 1988, mengungkapkan bahwa tokoh yang memegang peran pimpinan disebut tokoh utama atau
protagonis. Protagonis selalu menjadi tokoh yang sentral dalam cerita. Kriteria yang digunakan untuk menentukan tokoh utama
bukan frekuensi kemunculan tokoh itu di dalam cerita, melainkan intensitas keterlibatan tokoh itu dalam peristiwa-
peristiwa yang membangun cerita. Protagonis dapat juga ditentukan dengan memperhatikan hubungan antartokoh.
Protagonis berhubungan dengan tokoh-tokoh yang lain, sedangkan tokoh-tokoh itu sendiri tidak berhubungan satu
dengan yang lain. Adapun tokoh yang merupakan penentang utama dari
protagonis disebut antagonis atau tokoh lawan. Antagonis termasuk tokoh sentral. Dalam karya sastra tradisional seperti
cerita rakyat, biasanya pertentangan antara protagonis dan antagonis jelas sekali. Protagonis mewakili yang baik dan yang
terpuji, karena itu biasanya menarik simpati pembaca, sedang antagonis mewakili pihak jahat atau yang salah. Dalam
fungsinya sebagai sumber nilai, cerita rakyat selalu memenangkan protagonis yang menjadi tokoh teladan itu.
Selain protagonis dan antagonis, wirawan atau wirawati dan antiwirawan atau antiwirawati juga merupakan tokoh
sentral. Tokoh ini penting dalam cerita, dan karena pentingnya, cenderung mengeser kedudukan tokoh utama. Wirawan pada
umumnya punya keagungan pikiran dan keluhuran budi yang tercermin di dalam maksud dan tindakan yang mulia.
Sebaliknya antiwirawan adalah tokoh yang tidak memiliki nilai-nilai tokoh wirawan dan berlaku sebagai tokoh kegagalan.
Menurut Sayuti 2000:74 tokoh utama atau tokoh sentral suatu fiksi dapat ditentukan, paling tidak dengan tiga
cara. Pertama, tokoh itu yang paling terlibat dengan makna atau tema. Kedua, paling banyak berhubungan dengan tokoh
lain. Ketiga, banyak memerlukan waktu penceritaan. Tokoh sentral juga terlibat dalam konflik dan klimaks serta menjadi
pemenang dalam cerita.
2 Tokoh Bawahan
Menurut Grimes dalam Sudjiman 1988: 19 yang dimaksud dengan tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak
sentral kedudukannya di dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh
utama. Ada tokoh bawahan yang sebenarnya sulit disebut tokoh karena ia boleh dikatakan tidak memegang peranan di
dalam cerita. Menurut Sudjiman dalam buku Memahami Cerita
Rekaan 1988:23, tokoh-tokoh itu merupakan rekaan pengarang, maka hanya pengaranglah yang ‘mengenal’
mereka. Tokoh-tokoh itu perlu digambarkan ciri-ciri lahir dan sifat serta sikap batinnya agar wataknya juga dikenal oleh
pembaca. Yang dimaksud dengan watak ialah kualitas tokoh, kualitas nalar dan jiwanya yang membedakannya dengan tokoh
lain. Penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh inilah yang disebut sebagai penokohan. Pengertian penokohan lebih
luas dibanding pengertian tokoh karena sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan
bagaimana penempatan, dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada
pembaca Nurgiyantoro, 2012:166.
a Teknik Pelukisan Tokoh
Secara garis besar teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya atau pelukisan sifat, watak, tingkah laku dan