Tokoh Bawahan Tokoh dan Penokohan
Kutipan berikut adalah bukti dari pernyataan suami Molek, Jabosi memutuskan pergi dari kota itu karena keadaan sungai sudah tidak
mendukung usahanya sebagai pedagang.
88 Di pojok kamar, suaminya sedang menjejalkan pakaian ke dalam
tas, kemudian menyandarkannya ke dinding. Begitu dia keluar lagi, suaminya masih saja sibuk sendiri membenahi beban yang
akan dia bawa besok menuju dunia baru Aleida 2004: 9.
Kutipan berikut adalah bukti dari pernyataan sungai dan kota pelabuhan tidak lagi seperti berpuluh-puluh tahun yang lalu ketika
mertuanya Jumontam dan kakek-buyut mertuanya, Jamangilak tiba di kota itu.
89 Laki-laki yang menjadi suaminya itu adalah anak Jumontam yang
tertua. Ketika kakek Jumontam, yang bernama Jamangilak, sampai di kota pelabuhan itu hampir seabad yang lalu, kota kecil itu
sedang menunggang pasang menuju kejayan sebagai kota pelabuhan Aleida 2004: 9.
Kutipan berikut adalah bukti dari pernyataan keadan politik tiga puluh tahun yang lalu, di mana ikan di sungai tidak dapat dikonsumsi karena
banyaknya jenasah yang dibuang di sungai dan menjadi makanan ikan.
90 Lebih tiga puluh tahun yang lalu, untuk pertama kali dalam
ingatannya, mereka yang menunggu ayahnya, suaminya, menantunya, pulang dari melaut dilanda duka begitu dalam. Ketika
itu nelayan terpaksa berkejar-kejaran dengan perahu menuju laut yang paling jauh. Mungkin sudah ada yang mencapai bibir Selat
Malaka. Tetapi mereka belum juga sampai hati menebarkan pukat merebak laut karena dihadang anggota tubuh manusia yang hanyut
mengambang sampai ke situ Aleida 2004: 22.
91 Dia masih ingat ketika pecah revolusi sosial di Sumatera Timur
dulu, pada waktu dia masih bocah, tak ada cecunguk raja, para perampas tanah rakyat yang sampai dikarungi, dipancung dan
dibuang ke sungai. Tetapi dalam bencana kedua, dua puluh tahun kemudian, mereka yang tuduh telah menginjak-injak, meludahi Al-
Quran, yang dikabarkan mengingkari keberadaan Tuhan, yang memuja Presiden Soekarno melebihi Nabi, mereka yang, katanya,
mau memberikan lukah dan jala kepada nelayan yang tak punya, ditangkapi, disembelih di tepi sungai. Dibuang, tak lebih berharga
dari ikan patin yang sudah busuk Aleida 2004: 22.