Gambaran Pengalaman dan Koping Kesepian secara Umum

65 “guyon-guyon sama teman-teman yang lain..” 336-338 “trus kan nanti kalau sudah ngobrol dengan teman lain kan ya sedihnya ikut hilang..” 640-643 “tapi kebanyakan saya senang karena temannya banyak di sini..” 747-749 B menolong orang-orang disekitarnya dengan cara mendoakan ataupun mencoba mendengarkan dan memahami permasalahan. B menolong orang-orang di sekitarnya sebagai bentuk pengalihan terhadap kesepian yang dialami. “lha itu ada perawat yang punya anak SD, lagi ujian nasional kan dapet nilai 9-10 karena doa dari eyang B, haha.” 458- 462 “nangis dia mbak, saya ya ikut sedih” 705-706 B menerima dan bersyukur dengan hidupnya yang sekarang, walaupun B sudah tidak sekuat yang dulu dan kakak-kakaknya sudah tidak dapat ditemui lagi. “Ya harus seneng kan ya..lha ya mau apa lagi toh, sudah tua begini, hehe...” 836-838

3. Gambaran Pengalaman dan Koping Kesepian secara Umum

Dari data penelitian kedua subjek didapatkan bahwa kesepian yang dialami kedua subjek memiliki pola yang sama dari sebelum 66 hingga subjek mengalami kesepian. Kesepian yang dialami kedua subjek bermula dari kehilangan pekerjaan. Pada subjek pertama A, pekerjaan adalah ssesuatu yang harus A lakukan untuk menghidupi anak-anak yang sangat disayangi, sehingga kehilangan pekerjaan sama dengan kehilangan objek yang dicintai karena ia tidak dapat menghidupi anaknya lagi. Pada subjek yang kedua B, sangat jelas bahwa B sangat mencintai pekerjaannya sampai ia tidak menikah. Oleh karena itu, B sangat kehilangan pekerjaannya. Kesepian dirasakan sebagai kehilangan objek cinta yaitu pekerjaan. Saat tinggal di panti wreda, kesepian dirasakan sebagai kehilangan orang-orang yang disayang. A ditinggalkan oleh anak laki-laki yang sangat disayang. Anak laki-laki yang membawanya untuk tinggal di panti wreda meninggalkannya begitu saja sehingga A merasa hidupnya tidak berarti lagi. Sedangkan B, ia ditinggal mati oleh kakak-kakaknya sehingga B merasa seorang diri. Kesepian juga dirasakan sebagai ketidakberdayaan karena keadaan fisik yang sudah terbatas untuk melakukan pekerjaan. A mengalami kelumpuhan sehingga kegiatannya sehari-hari harus dibantu oleh orang lain. Ditambah dengan perlakuan yang tidak baik dari pihak panti karena A belum membayar biaya hidup di panti selama dua tahun. A tidak dapat melakukan perlawanan atau bertahan dengan baik tidak mencoba untuk bunuh diri dan merusak panti karena ia tidak berdaya sehingga ia sangat putus asa. Sedangkan B, 67 keterbatasan fisik membuatnya tidak dapat melakukan pekerjaan seperti saat ia masih sehat. B tidak dapat mengunjungi saudara- saudaranya yang berada jauh darinya. Kegiatan sehari-hari yang dilakukannya juga menjadi terbatas. Kesepian merupakan efek dari hidup yang jauh dari keluarga. Kedua subjek merasa sendirian karena mereka jauh dari keluarga, walaupun mereka memiliki banyak teman di panti wreda. Terutama untuk A, ia jauh dari keluarga dan ditinggal oleh anaknya. B sangat merindukan dan berharap keponakannya datang namun keponakan tak kunjung datang. Kesepian juga dialami karena tidak adanya teman yang dapat memahami. Keberadaan teman di panti wreda hanya sebagai tempat berbagi namun tidak memberikan kelegaan walaupun sudah mendengarkan. A memiliki sahabat yaitu B. A sering bercerita dengan B, namun B justru membuat A bertambah kesal. Sedangkan B merasa tidak ada teman yang memahaminya atau nyambung karena tidak ada yang tingkat pendidikannya sederajat dengannya. Dampak kesepian yang dialami kedua subjek berbeda. A berkali-kali mencoba untuk bunuh diri, lari dari panti dan ingin merusak panti. A merasa hidupnya sudah tidak berarti karena anak kesayangan meninggalkannya. A juga hidup sangat menderita di panti karena mendapat perlakuan yang tidak baik sehingga ia tidak betah tinggal di panti dan ingin merusak panti. Sedangkan B, ia mengalami 68 susah tidur karena teringat oleh kakak-kakaknya dan sering melamun karena rindu pada keponakannya. Kedua subjek mengatasi kesepian yang dialami dengan cara berdoa. Mereka menemukan ketenangan dan tidak emosional lagi setelah berdoa. A juga menjerit dan menangis supaya A mendapatkan kelegaan. Selain berdoa, mereka juga sering bercanda bersama teman-teman di panti, dengan bercanda mereka mendapatkan hiburan dan lupa akan kesepian yang mereka alami. Rasa menerima dan bersyukur atas hidup juga meringankan kesepian yang mereka alami. Mereka berusaha menerima keadaan fisik mereka yang sudah terbatas. A merasa bersyukur karena masih ada anak perempuan yang sayang dan memperhatikan, sedangkan B bersyukur karena masih ada orang yang membutuhkan bantuannya.

D. PEMBAHASAN