obat kombinasi lebih sederhana dan mempermudah penderita Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003.
d Golongan metilksantin: digunakan jika pasien intoleran terhadap
bronkodilator lainnya. Contohnya adalah teofilin, aminofilin dalam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan jangka panjang,
terutama pada derajat sedang dan berat Ikawati, 2007. 2
Antiiflamasi: digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi intravena, berfungsi untuk menekan inflamasi yang terjadi
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003. 3
Antibiotik: diapakai untuk mengatasi eksaserbasi. Pilihan antibiotik pada eksaserbasi disesuaikan dengan pola kuman setempat. Antibiotik hanya
diberikan bila terdapat infeksi. Contoh antibiotik yang digunakan adalah amoksisilin, makrolida, asam klavulanat, sefalosporin, kuinolon
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003. 4
Mukolitik: tidak diberikan secara rutin, hanya digunakan sebagai pengobatan simptomatik bila tedapat dahak Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia, 2003.
3. Pneumonia
a. Definisi
Pneumonia merupakan infeksi di ujung bronkiol dan alveoli yang dapat disebabkan oleh berbagai patogen seperti bakteri, jamur, virus dan
parasit Binfar, 2005.
b. Etiologi
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, seperti bakteri, virus, mycoplasma, Chlamydia, dan jamur. Sebagian besar kasus
pneumonia disebabkan oleh virus, dimana penyebab tersering adalah respiratory syncytial virus RSV, parainfluenza, influenza, dan adenovirus.
Secara umum bakteri yang berperan penting dalam pneumonia adalah Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, Staphylococcus aureus,
dan Mycoplasma pneumonia Binfar, 2005. c.
Patofisiologi Pneumonia dimulai dengan infeksi dalam alveoli, membran paru
mengalami peradangan dan berlobang-lobang sehingga cairan dan bahkan sel darah merah masuk ke dalam alveoli. Dengan demikian, alveoli yang
terinfeksi secara progresif terisi dengan cairan dan infeksi menyebar melalui perluasan bakteri atau virus dari alveolus ke alveolus. Akhirnya, kadang-
kadang seluruh lobus bahkan seluruh paru menjadi “berkonsolidasi”, yang berarti bahwa paru terisi cairan dan sisa-sisa sel Guyton dan Hall, 2008.
d. Manifestasi klinis
Tanda serta gejala yang lazim dijumpai pada pneumonia adalah demam, tachypnea, takikardia, batuk yang produktif, serta perubahan sputum
baik dari jumlah maupun karakteristiknya. Selain itu pasien akan merasa nyeri dada, inspirasi yang tertinggal pada pengamatan naik-turunnya dada sebelah
kanan pada saat bernafas Binfar, 2005.
e. Manajemen Terapi
Outcome yang ingin dicapai dalam pengobatan pneumonia adalah eradikasi mikroorganisme penyebab pneumonia. Penatalaksanaan pneumonia
yang disebabkan oleh bakteri sama seperti infeksi pada umumnya yaitu dengan pemberian antibiotika yang dimulai secara empiris dengan antibiotika
spektrum luas sambil menunggu hasil kultur. Setelah bakteri patogen diketahui, antibiotika diubah menjadi antibiotika yang berspektrum sempit
sesuai patogen. Pilihan antibiotika yang disarankan adalah golongan makrolida
eritromisin, claritromisin,
azitromisin, doksisiklin,
fluoroquinolon. Untuk bakteri Streptococcus pneumoniae yang resisten terhadap penicillin direkomendasikan untuk terapi beralih ke derivat
fluoroquinolon terbaru Binfar, 2005. Eritromisin dan makrolida lainnya memiliki potensi untuk berinteraksi
dengan sejumlah besar obat melalui mekanisme sitokrom P450, khususnya CYP1A2 dan CYP3A4, yang terjadi di hati. Bila berinteraksi dengan
astemizol, cisapride, dan terfenadine, dapat mengakibatkan efek buruk, seperti aritmia ventrikel. Interaksi ini sering terjadi pada obat eritromisin dan
troleandomycin, sedangkan golongan makrolida lain, seperti azitromisin dan dirithromycin menimbulkan interaksi yang tidak berarti. Selain itu, makrolida
juga meningkatkan kadar digoksin dalam serum melalui penghambatan transportasi P-glikoprotein digoksin usus atau ginjal Sweetman, 2009.
4. Tuberkulosis TB