BAB IV PEMBAHASAN
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Kota Medan adalah Rumah Sakit milik pemerintah berbentuk Badan Layanan Umum Daerah berdasarkan salinan
Keputusan Walikota Medan No. 9001847.K. Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit kelas B pendidikan yang mempunyai fasilitas dan kemampuan medis
spesialis dasar, spesialis luas dan beberapa subspesialis. Kepegawaiannya meliputi tenaga medis, tenaga penunjang medis, dan tenaga nonmedis.
RSUD dr. Pirngadi Kota Medan dipimpin oleh seorang direktur yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 3 wakil direktur yaitu wakil direktur
bidang administrasi umum, wakil direktur bidang pelayanan medis dan keperawatan dan wakil direktur bidang sumber daya manusia dan pendidikan.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit IFRS RSUD dr. Pirngadi Kota Medan adalah instalasi yang telah menerapkan sistem swakelola sesuai SK. Walikota No.
440080k2004. IFRS memiliki empat sub instalasi yaitu: administrasi, distribusi perlengkapan dan farmasi klinis. Setiap bagian mempunyai tugas dan fungsi
masing-masing yang saling berkaitan satu sama lain. Dalam mengelola perbekalan farmasi, Instalasi Farmasi Rumah Sakit
menggunakan sistem swakelola dana bergulir revolving fund system, artinya pemerintah memberikan modal awal sebagai pinjaman, selanjutnya instalasi
farmasi akan mengelola dana tersebut untuk pengembangan Instalasi Farmasi. Pengelolaan perbekalan farmasi yang tidak dapat ditentukan jumlah satuannya
seperti penggunaan plester, antiseptik, kapas dan alatbahan habis pakai dibuat
Universitas Sumatera Utara
dalam sistem unit cost. Sistem ini diberlakukan pada pasien rawat inap, rawat jalan, tindakan medis, operasi dan lain-lain. Besarnya biaya unit cost yang
ditentukan untuk tiap-tiap tindakan berbeda, sesuai dengan surat keputusan dari Direktur.
Hasil penghitungan unit cost setiap bulan akan dimasukkan ke dalam neraca rugilaba bulanan. Selanjutnya dari neraca rugilaba bulanan akan dibuat
neraca tahunan sehingga dapat diketahui besarnya keuntungan atau kerugian yang diperoleh. Apabila dari hasil penghitungan rugilaba tersebut diketahui instalasi
farmasi telah mendapat keuntungan, maka sistem operasional yang sedang dijalankan dalam periode ini akan dipertahankan untuk periode selanjutnya.
Tetapi jika mengalami kerugian maka akan dilakukan evaluasi dan revisi pada bagian yang mengalami kerugian. Revisi biaya unit cost perbekalan farmasi
dilakukan untuk mengantisipasi kerugian, misalnya karena kenaikan harga perbekalan farmasi atau adanya pemakaian perbekalan farmasi yang berlebihan.
Perbekalan farmasi di RSUD dr. Pringadi Kota Medan sudah didistribusikan dengan baik. Untuk pasien rawat jalan Jamkesmas, Medan Sehat,
dan Pempropsu dilakukan dengan kartu kendali yang disimpan di apotek. Kartu ini akan memudahkan petugas untuk memonitor penggunaan obat terutama untuk
pasien yang membutuhkan pengobatan dalam jangka waktu yang lama. Misalnya pasien TBC dan penyakit degeneratif. Untuk pasien rawat jalan umum obat
diberikan menggunaan individual prescription dimana obat sesuai dengan jumlah yang tertera dalam resep yang diberikan dokter.
Pada pasien rawat inap Askes, Jamkesmas, Medan Sehat dan Pempropsu pendistribusian perbekalan kesehatan dilakukan dengan sistem One Day Dose
Universitas Sumatera Utara
Dispensing ODDD dan dikendalikan dengan menggunakan CPO Catatan Pemberian Obat dan Kartu Obat. Hal ini memungkinkan pemberian obat dengan
dosis dan jumlah yang tepat sehingga lebih efektif bagi pasien. Untuk pasien umum tidak menggunakan CPO hanya menggunakan kartu obat. Selain itu
tersedia juga Floor Stock ada di lemari-lemari emergency di ruangan yang dapat mempermudah kebutuhan pasien dalam mendapatkan obat.
Pembagian pelayanan pasien atas beberapa unit pelayanan farmasi dimaksudkan untuk memudahkan pelayanan kepada pasien, sistem ini dikenal
dengan istilah sistem desentralisasi. Untuk pelayanan perbekalan farmasi di instalasi gawat darurat terletak di luar unit IGD, Namun hal ini dapat diatasi oleh
pihak rumah sakit dengan menempatkan lemari observasi di unit IGD yang dikelola oleh petugas farmasi. Hal ini dimaksudkan untuk mendekatkan
pelayanan kefarmasian pada pasien. Kegiatan administrasi di Instalasi Farmasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan
telah dilaksanakan dengan baik, yaitu pengelolaan pembukuan dan pelaksanaan fungsi kontrol obat-obatan melalui sistem cross-check pemeriksaan silang pada
setiap sub instalasi farmasi dengan membuat laporan rangkap tiga. Satu lembar sebagai arsip di administrasi, arsip di bagian penerimaan dan pembelian.
Pengelolaan administrasi di Instalasi Farmasi sudah melibatkan sistem komputerisasi SIRS yang terhubung ke setiap bagian sehingga lebih
memudahkan petugas dalam hal proses penagihan dan pembayaran langsung pasien, pengecekan perbekalan farmasi dan lain-lain.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit merupakan satu-satunya unit di rumah sakit yang menyediakan dan mendistribusikan perbekalan farmasi serta menyajikan
Universitas Sumatera Utara
informasi obat pada pasien rawat jalan dan rawat inap yang dikenal dengan sistem satu pintu. Dengan demikian, kegiatan pelayanan apotek ini berada di bawah
pengawasan IFRS. Pelaksanaan farmasi klinis di RSU dr. Pirngadi Kota Medan yang telah
dilaksanakan meliputi pemberian informasi dan konseling obat, pengkajian kerasionalan pemberian obat, penanganan obat sitotoksik, pengkajian penggunaan
obat, dan analisa efektivitas biaya serta Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit PKMRS yang merupakan bagian dari Pelayanan Informasi Obat
PIO juga dilaksanakan. Namun pelaksanaan farmasi klinis lainnya seperti pencampuran obat suntik secara aseptis, penentuan kadar obat dalam darah,
penyiapan total parenteral nutrisi TPN, masih belum dilaksanakan karena keterbatasan sumber daya manusia dan peralatan.
Sejak tahun 2005, CSSD telah terpisah dari Instalasi Farmasi menjadi Instalasi CSSD. Instalasi CSSD telah melakukan upaya sterilisasi alat-alat untuk
operasi yang disesuaikan dengan tindakan operasi yang dilakukan. Alat-alat kesehatan habis pakai dan bahan-bahan keperluan sterilisasi dipesan dengan
menggunakan surat pesanan yang disetujui oleh RSUD dr. Pirngadi Kota Medan kepada PBF. Sedangkan untuk alat-alat inventaris disediakan oleh pihak rumah
sakit. Penggantian alat-alat yang rusak dan alat baru akan terus dilakukan untuk memaksimalkan pelayanan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN