Klasifikasi TB Paru a. Berdasarkan Organ Tubuh Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Dahak Mikroskopik

pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif tidak terlihat bakteri, maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut Depkes RI, 2005. Secara klinis, TB dapat terjadi melalui infeksi primer dan paska primer. Infeksi primer terjadi saat seseorang terkena kuman TB untuk pertama kalinya. Setelah terjadi infeksi melalui saluran pernafasan, di dalam alveoli gelembung paru terjadi peradangan. Hal ini disebabkan oleh kuman TB yang berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru. Waktu terjadinya infeksi hingga pembentukan komplek primer adalah sekitar 4-6 minggu. Infeksi paska primer terjadi setelah beberapa bulan atau tahun setelah infeksi primer. Ciri khas TB paska primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura. Kemungkinan untuk terinfeksi TB, tergantung pada: a. Kepadatan droplet nuclei yang infeksius per volume udara b. Lamanya kontak dengan droplet nuclei c. Kedekatan dengan penderita TB Depkes RI, 2005

2.3. Klasifikasi TB Paru a. Berdasarkan Organ Tubuh

Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena Depkes RI, 2005: i. Tuberkulosis paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan parenkim paru. Universitas Sumatera Utara ii. Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya selaput otak, selaput jantung pericardium, kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit: i. Tuberkulosis paru BTA negatif foto toraks positif Dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas. ii. Tuberkulosis ekstraparu dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu: Tuberkulosis ekstra paru ringan, misalnya: tuberkulosis kelenjar limfe, tulang kecuali tulang belakang, sendi dan kelenjar adrenal. Tuberkulosis ekstraparu berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, tuberkulosis tulang belakang, tuberkulosis usus, tuberkulosis saluran kemih dan alat kelamin Depkes RI, 2006.

b. Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Dahak Mikroskopik

Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopik Depkes RI, 2005: i. Tuberkulosis paru BTA positif. a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis. Universitas Sumatera Utara c. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif. d. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. ii. Tuberkulosis paru BTA negatif Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi: a. Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif b. Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis. c. Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. d. Ditentukan dipertimbangkan oleh dokter untuk diberi pengobatan.

c. Berdasarkan Tipe Pasien