PERBANDINGAN ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF Student Teams-Achievement Divisio (STAD) DENGAN Group Investigation (GI) TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TENTANG KONSERVASI MANGROVE DI DESA GEBANG KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWA

(1)

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Indonesia termasuk ke dalam kategori lima besar di dunia dalam hal

keanekaragaman hayati. Berbagai jenis satwa dan tumbuhan banyak ditemukan di tanah Indonesia. Data mencatat bahwa tingkat pembalakan hutan sebagai habitat jutaan flora dan fauna Indonesia cukup tinggi. Setiap hari hutan Indonesia berkurang dan apabila dibiarkan terus, tidak tertutup kemungkinan satu demi satu flora dan fauna di Indonesia akan semakin berkurang bahkan punah (Iwan, 2011 : 22). Untuk mempertahankan keberadaan jenis flora dan fauna tersebut, Indonesia membutuhkan suatu program konservasi yang bertujuan untuk mempertahankan keberadaan jenis flora dan fauna tersebut sehingga kekayaan alam yang ada dapat dipertahankan dari generasi ke generasi dan dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata (Iskandar, 2000 : 35).

Dalam pembelajaran terdapat berbagai macam metode pembelajaran yang bertujuan agar pembelajaran dapat berjalan baik. Hal ini juga bertujuan untuk menciptakan pembelajaran aktif serta memungkinkan timbulnya motivasi siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar secara menyeluruh. Diharapkan dengan pemilihan metode mengajar yang tepat


(2)

dapat menimbulkan keaktifan dan semangat siswa dalam belajar sehingga pembelajaran bisa terjadi secara dua arah, yang artinya guru sebagai pengajar dan siswa bisa saling berinteraksi di dalam kelas. Disinilah tugas seorang guru sebagai pelaksana pendidikan di sekolah berperan, yaitu menyusun strategi dengan cara menata fungsi setiap komponen pengajaran menjadi sistem pengajaran yang efektif dan efisien sehingga dicapai tujuan pendidikan yang maksimal.

Roosevelt (1902 : 15) merupakan orang Amerika pertama yang

mengemukakan tentang konsep konservasi. Menurut Roosevelt (1902)

dalamWidada (2001 : 52), konservasi berasal dari kataConservationyang terdiri atas katacon(together) danservare(keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Menurut Primack (1998 : 11), konservasi adalah suatu ilmu terapan yang bertujuan untuk menghindari kepunahan spesies dengan mengembalikan spesies yang terancam ke ekosistem yang masih berfungsi. Tujuan pembangunan konservasi diarahkan pada perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan dari flora dan fauna secara lestari untuk generasi sekarang maupun generasi yang akan datang (KSDA Yogyakarta, 2007 : 17).

Upaya konservasi flora dan fauna dilakukan dengan dua cara yaitu konservasi in-situ dan konservasi ex-situ. Konservasi in-situ adalah pengelolaan kawasan-kawasan konservasi yang berada di habitatnya, sedangkan konservasi ex-situ adalah pengelolaan kawasan-kawasan


(3)

konservasi yang berada di luar habitatnya seperti pengelolaan flora atau fauna di kebun raya, kebun binatang, taman safari, upaya penangkaran oleh masyarakat dan sebagainya (Anonim, 2007 : 10). Salah satu contoh upaya konservasi pada flora yaitu konservasi mangrove yang semakin lama berkurang akibat kerusakan lingkungan ataupun yang disebabkan karena ulah manusia.

Menurut Primack (1998 :44), adanya berbagai kerusakan yang terjadi terhadap punahnya fauna pada dasarnya disebabkan oleh perilaku manusia yang semena-mena terhadap keberadaan fauna tersebut seperti penebangan hutan yang merupakan tempat berlindung bagi flora dan fauna serta

pengambilan flora dan fauna yang terus menerus tanpa melestarikan, akibatnya hewan dan tumbuhan tersebut menjadi langka dan tidak

menutup kemungkinan tidak terdapat lagi. Perilaku manusia yang semena-mena terhadap flora dan fauna tersebut terjadi karena masih rendahnya sikap kepedulian mereka terhadap flora dan fauna itu sendiri, sehingga mereka hanya mengambil keuntungan saja tanpa memikirkan cara melestarikannya. Menurut NurkancanadanSumartana (1983 :33), Sikap adalah kecenderungan untuk melakukan suatu respon dengan cara tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu maupun objek tertentu. Sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah pengetahuan. Pengetahuan yang diterima seseorang merupakan unsur pembangunan sikap yang akan membentuk perilaku tertentu (NewcombdalamMar’at,

1982 : 12). Perwujudan perilaku tersebut ditandai dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru yang akan berubah lebih maju


(4)

terhadap suatu objek, tata nilai, peristiwa dan lainnya (Muhibbinsyah, 1997 : 15). Dalam hubungannya dengan perubahan sikap yang selama ini cenderung merusak lingkungan ke sikap yang berusaha untuk menjaga lingkungan. Semakin banyak informasi atau pengetahuan yang diberikan akan mampu mengubah perilaku serta memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan baik itu berupa hewan maupun tumbuhan.

Tabel 1.1 Hasil Semester Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI SD Negeri 1 Gebang Pesawaran Tahun Pelajaran 2011/2012

No. Kelas

Interval nilai

Jumlah siswa

<67 ≥67

1. VIA 17 13 30

2. VIB 19 11 30

Jumlah Siswa 36 24 60

Persentasi 60,00 40,00 100%

Sumber: Guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD Negeri 1 Gebang

Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa hasil belajar IPA siswa pada umumnya masih tergolong rendah. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang berlaku di SD Negeri 1 Gebang yaitu sebesar 67, dari jumlah siswa sebanyak 60 yang mendapat nilai lebih dari 67 sebanyak 24 siswa atau 40,00% berarti sebanyak 36 siswa atau 60,00% memperoleh nilai kurang dari 67. Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar ilmu pengetahuan alam siswa kelas VI semester genap SD Negeri 1 Gebang Tahun Pelajaran 2011/2012 relatif rendah. Hal ini didukung oleh pendapat Djamarah, (2000 :18), ”apabila bahan pelajaran yang diajarkan


(5)

pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah dan proses pembelajaran

kurang efektif”. Proses pembelajaran yang kurang efektif tersebut diduga

disebabkan oleh penggunaan metode pembelajaran yang kurang sesuai, guru-guru masih menggunakan metode langsung atau metode ceramah yang tidak dikombinasikan dengam metode mengajar lainnya, sehingga mengakibatkan waktu yang dipergunakan kurang efisien, serta kurang kondusifnya situasi yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

Penggunaan metode langsung atau metode ceramah membuat peran guru menjadi sangat dominan, sehingga partisipasi dan keaktifan siswa menjadi terbatas dalam proses pembelajaran. Siswa hanya menerima materi yang telah disampaikan guru tanpa menggalinya lebih dalam lagi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran yang kemudian berdampak pada pencapaian hasil belajar ekonomi yang lebih baik diperlukan suatu model pembelajaran yang efektif dan merangsang aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah dengan menerapkan model pembelajarancooperative learning(model

pembelajaran kooperatif).

Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berpikir serta berinteraksi dengan siswa. Model pembelajaran ini bukan sekedar metode belajar kelompok biasa tetapi ada ketentuan-ketentuan yang membedakannya dari metode belajar kelompok biasa yang umumnya diterapkan oleh guru. Model pembelajaran kooperatif ini lebih melibatkan siswa dalam pembelajaran, jadi siswa dapat berperan dominan dalam


(6)

pembelajaran sehingga akan terkondisi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Model pembelajaran kooperatif ada beberapa macam, diantaranya pembelajaran kooperatif tipeGroup Investigation

(GI),Think Pair Share(TPS), danTeams Games Tournament(TGT), Jigsaw,Numbered Heads Together(NHT),Students Teams Achievement Divisions(STAD). Tiap-tiap model pembelajaran memiliki langkah-langkah, kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangannya masing-masing. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang memusatkan keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung, disini guru hanya sebagai fasilitator. Penerapan model pembelajaran yang bervariasi akan membuat siswa tidak merasa jenuh dan tercipta

pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran ilmu pengetahuan alam, maka peneliti tertarik meneliti keefektifan

pembelajaran kooperatif. Menurut teori konstruktivisme, belajar adalah mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Dengan demikian, kemampuan awal siswa diduga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar. Peneliti menerapkan dua model

pembelajaran kooperatif yaitu tipe tipeStudent Team Achievment Division

(STAD) danGroup Investigaton(GI) dan pada dua kelas. Pemilihan kedua model tersebut karena dianggap mampu meningkatkan hasil belajar ilmu pengetahuan alam.


(7)

Dalam upaya membina sikap bertanggung jawab, maka perlu

menanamkan upaya konservasi sedini mungkin melalui pendidikan formal yaitu pada siswa sekolah dasar. Menurut Munandar, (1985 : 14), masa sekolah dasar merupakan masa perkembangan dimana pada masa ini anak memperoleh pengetahuan dasar yang dipandang sangat penting atau esensial bagi persiapan dan penyesuaian diri terhadap kehidupan di masa dewasa. Melalui pendidikan, siswa akan belajar untuk mengadakan perubahan didalam dirinya seperti perubahan tingkah laku, sikap, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Belajar bertujuan untuk mengubah sikap diri dari yang negatif menjadi positif (Mudzakir, dan Sutrisno, 1996 : 56). Dengan belajar siswa sekolah dasar akan memperoleh pengetahuan dasar yang akan merubah sikap yang lebih baik, sehingga mereka dapat

bertindak positif terhadap dunia sekitarnya baik berupa individu maupun objek-objek lainnya. HerawatidalamDahiwi (2001 : 10) menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka sikapnya akan semakin positif.

Strategi sangat penting bagi guru, dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena kualitas dan keberhasilan proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menerapkan strategi. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar guru harus dapat memilih strategi yang tepat bagi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Untuk mengetahui tentang pengetahuan dan sikap siswa sekolah dasar kelas VI dalam pembelajaran konservasi mangrove maka peneliti


(8)

menerapkan strategi inkuiri melalui metode pembelajaran kooperatif

(Cooperative Learning/CL).

Strategi inkuiri adalah strategi pengajaran yang berpolakan kegiatan pencarian untuk menemukan sesuatu, melibatkan peserta didik dalam rangka penemuannya, serta memungkinkan peserta didik menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Jadi jelaslah bahwa strategi inkuiri adalah salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti pelajaran di kelasnya. Sedangkan metode pembelajaran kooperatif merupakan salah satu cara untuk mengatasi kemampuan siswa yang heterogen sehingga dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok atas maupun pada siswa kelompok bawah yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas yang dimaksud adalah kelompok siswa yang memiliki nilai tinggi dan siswa kelompok bawah adalah siswa yang memiliki nilai rendah. Metode pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis yang dapat digunakan guru setiap hari untuk membantu siswanya belajar setiap mata pelajaran, mulai dari

keterampilan-keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks.

Dasar pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok kelompok saling membantu belajar satu sama lainnya. Kelompok-kelompok tersebut beranggotakan siswa dengan hasil belajar tinggi, rata-rata, dan rendah;


(9)

laki-laki dan perempuan; siswa dengan latar belakang suku yang berbeda di kelas; dan siswa penyandang cacat bila ada. Kelompok beranggota heterogen ini tetap belajar pada kelompoknya selama beberapa kali

pertemuan sampai mereka dapat belajar bekerja sama dengan baik sebagai sebuah tim. Ada beberapa tehnik pembelajaran kooperatif yang bisa diterapkan dalam proses belajar mengajar di kelas yang sudah dikembangkan dan diteliti. Setiap metode memiliki landasan teoritik berdasarkan perspektif filosofi dan psikologis yang berbeda.

Seperti misalnya, model kooperatifStudent Teams-Achievement Division

(STAD) yang berlandaskan psikologi behavioristik (Jacobs,et al., 1996 dalam Warpala 2006 : 41), merupakan kelompok/tim belajar yang beranggotakan empat orang siswa yang berkemampuan campur. Tehnik ini merupakan metode belajar kooperatif yang paling sederhana dan telah lama digunakan dalam berbagai penelitian di sekolah-sekolah. Strategi belajar koopertif STAD juga lebih sesuai dipakai untuk semua jenjang kelas, berbagai materi ajar, dibandingkan dengan bentuk-bentuk strategi belajar kooperatif lainnya (Slavin, dalam Warpala 2006 : 43).

Model kooperatifgroup Investigation(GI) yang berlandaskan filosofi dari John Dewey (Jacobs,et al., dalam Warpala 2006 : 51), lebih menekankan pada kebebasan memilih topik masalah untuk diinvestigasikan. Strategi belajar kooperatif GI sangat cocok untuk bidang kajian yang memerlukan kegiatan studi proyek terintegrasi (Slavin, dalam Warpala 2006 : 55), yang mengarah pada perolehan informasi,analisis, dan sintesis informasi dalam


(10)

upaya untuk memecahkan suatu masalah. Dengan kekhususan ciri dan perbedaan landasan teoritik yang dimiliki oleh masing-masing metode, maka setiap metode diduga akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar siswa (Warpala 2006 : 63). Mengacu pada hal-hal tersebut, dalam penelitian ini akan digunakan dua strategi belajar kooperatif STAD dan GI.

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara siswa untuk mengerjakan pekerjaannya sehingga mereka termotivasi untuk melakukan aktivitas yang baik seperti diskusi. Dari motivasi siswa tersebut diharapkan dapat memperoleh pengetahuan dari apa yang dipelajarinya dan terjadi suatu perubahan baik sikap atau perilaku setelah memperoleh pengetahuan. Berdasarkan uraian diatas dan dalam upaya menanamkan pengetahuan tentang konservasi tumbuhan yang salah satunya adalah mangrove dan sikap dari siswa sekolah dasar terhadap konservasi mangrove yang diharapkan terbentuk dari pembelajaran konservasi mangrove menggunakan model kooperatif STAD dan GI.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat perbedaan antara model kooperatif STAD dan Group Investigation (GI) dalam pembelajaran konservasi mangrove terhadap pengetahuan siswa kelas VI Sekolah Dasar.


(11)

2. Apakah terdapat perbedaan antara model kooperatif STAD dan Group Investigation (GI) dalam pembelajaran konservasi mangrove terhadap sikap siswa kelas VI Sekolah Dasar.

C. Tujuan Penelitian

a. Membuktikan terdapat dan tidak terdapatnya perbedaan pengetahuan siswa kelas VI Sekolah Dasar dalam pembelajaran konservasi

mangrove yang menggunakan model kooperatif STAD dan Group Investigation (GI).

b. Membuktikan terdapat dan tidak terdapatnya perbedaan sikap setelah dilakukannya pembelajaran konservasi mangrove yang menggunakan model kooperatif STAD dan Group Investigation (GI).

D. Hipotesis Penelitian

a. Terdapat perbedaan pengetahuan dan sikap antara kelompok siswa yang diberikan perlakuan menggunakan model kooperatif STAD melalui strategi inkuiri dengan kelompok siswa yang menggunakan model kooperatif Group Investigation (GI) dalam pembelajaran konservasi mangrove.

b. Tidak terdapat perbedaan pengetahuan dan sikap antara kelompok siswa yang diberikan perlakuan menggunakan model kooperatif STAD melalui strategi inkuiri dengan kelompok siswa yang menggunakan


(12)

model kooperatif Group Investigation (GI) dalam pembelajaran konservasi mangrove.

E. Manfaat Penelitian

a. Dapat menambah wawasan pengetahuan siswa tentang tumbuhan mangrove serta upaya penyelamatan.

b. Dapat menjadi masukan bagi guru dalam upaya meningkatkan kualitas Pembelajaran IPA di sekolah agar dapat berperan dalam pembentukan sikap siswa yang bertanggung jawab terhadap pelestarian tumbuhan mangrove.

F. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah identifikasi masalah yang telah di paparkan, terlihat bahwa hasil belajar ilmu pengetahuan alam

dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor intern maupun ekstern individu siswa. Model pembelajaran dengan berbagai tipe yang merupakan faktor ekstern dan kemampuan awal, motivasi, minat belajar sebagai faktor intern. Penelitian ini dibatasi pada perbandingan model pembelajaraan kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan memperhatikan pengetahuan dan sikap siswa.


(13)

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan pada kelas VI Sekolah Dasar Negeri 1 Gebang tahun ajaran 2011/2012

a. Materi yang diambil adalah Pelestarian Mahluk Hidup yang berhubungan dengan pembelajaran tentang konservasi mangrove b. Model yang digunakan adalah model kooperatif tipe STAD dan

Group Investigation (GI).

c. Pengetahuan siswa tentang pembelajaran konservasi mangrove yang dilihat dari hasil pretest dan postest

d. Sikap siswa yang berkaitan dengan mangrove dan cara pelestariannya yang dilihat dari hasil pengisian angket.


(14)

A. Pengertian Pembelajaran

Setiap individu dalam kehidupan sehari-hari terjadi proses belajar baik secara langsung maupun tidak langsung. Dari proses belajar ini akan diperoleh suatu hasil yang pada umumnya disebut sebagai hasil belajar. Agar memperoleh hasil yang optimal, maka proses belajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisir dengan baik. Dengan belajar manusia dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan, pengetahuan, nilai dan sikap yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri maupun bagi masyarakat umumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Gredler (1994:

1), bahwa: “Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap”.

Banyak definisi yang diberikan tentang belajar. Gagne dalam Latif (2005: 22), mendefinisikan belajar sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Diperkuat dengan pendapat Hamalik (2001: 27), yang mengatakan bahwa:


(15)

“Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman”.

Pengalaman adalah sebagai sumber pengetahuan dan keterampilan bersifat pendidikan yang bersifat kontinyu dan interaktif. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami.

Menurut Latif (2005: 23), gagasan yang menyatakan bahwa:

“Belajar menyangkut perubahan dalam suatu organisme, berarti juga bahwa belajar membutuhkan waktu. Belajar terjadi bila perilaku manusia telah berubah yaitu perilaku yang menyangkut aksi atau tindakan.

Komponen terakhir dalam definisi belajar ialah sebagai suatu hasil pengalaman. Istilah pengalaman membatasi macam-macam perubahan perilaku yang dapat dianggap mewakili belajar”.

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran mencakup dua aspek yaitu guru dan siswa,dimana guru berperan dalam mengajar sedangkan siswa sebagai pelajar atau yang belajar.

Proses belajar yang dialami oleh siswa ditandai dengan terjadinya perubahan perilaku dalam diri siswa baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor yang tercermin dalam hasil belajar siswa. Melalui belajar orang akan memperoleh berbagai keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai yang diperoleh dari interaksi antara guru, siswa dan sumber belajar dalam pembelajaran. Hal ini didukung oleh pendapat Dimyati dan


(16)

Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar, dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Hasil belajar menurut Anni (2004: 4) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar menurut Sudjana (1990: 22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau

keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar.

Setiap siswa pada dasarnya menginginkan dapat mencapai hasil belajar yang baik. Namun, pada kenyataannya tidak sedikit siswa yang mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang kuat dan kesempatan untuk meningkatkan hasil belajar tetapi, dalam kenyataanya hasil yang dihasilkan di bawah kemampuannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal

1. Faktor biologis (jasmaniah)

Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan


(17)

otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta cukup tidur.

2. Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan. Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga, bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.

Faktor Eksternal

1. Faktor lingkungan keluarga

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan


(18)

pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.

2. Faktor lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.

3. Faktor lingkungan masyarakat

Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengruh terhadap belajar siswa karena

keberadannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar seseorang dan dapat mencegah siswa dari penyebab-penyebab terhambatnya pembelajaran.

B. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap


(19)

anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pelajaran. Proses belajar belum pernah selesai apabila salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran (Depdiknas, 2004).

Dalam pembelajaran kooperatif peranan guru sangat kompleks, disamping sebagai fasilitator, guru berperan juga sebagai manager dan konsultan dalam memberdayakan kerja kelompok siswa. Menurut teori motivasi yang dikemukakan oleh M. Nur dalam Muslim, dkk (2000 : 20), motivasi siswa pada pembelajaran kooperatif terutama terletak pada bagaimana bentuk penghargaan atau struktur pencapaian tujuan saat siswa

melaksanakan kegiatan. Ada tiga macam tujuan tersebut yaitu : (1) individualistik artinya siswa yakin upaya mereka sendiri untuk mencapai tujuan tidak ada hubungannya dengan upaya siswa lain dalam mencapai tujuan tersebut, (2) kompetitif artinya siswa yakin mereka akan mencapai tujuan mereka apabila siswa lain tidak mencapai tujuan tersebut, (3) kooperatif artinya siswa yakin tujuan mereka akan tercapai apabila siswa lain juga akan mencapai tujuan tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan


(20)

Menurut Muslim, dkk (2000 : 32) model pembelajaran kooperatif

dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yaitu : (1) kemampuan akademik artinya meskipun pembelajaran

kooperatif diarahkan untuk mencapai berbagai macam tujuan sosial namun juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas

akademik, (2) penerimaan terhadap perbedaan individu artinya penerimaan yang luas terhadap perbedaan individu seperti ras, budaya, kelas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan, (3) pengembangan keterampilan sosial untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.

Menurut Lie A. dalam Ningsih (2005 : 76) ada beberapa manfaat proses pembelajaran kooperatif yaitu : (1) siswa dapat meningkatkan

kemampuannya untuk bekerja sama dengan siswa lain, (2) siswa

mempunyai lebih banyak kesempatam untuk menghargai perbedaan, (3) partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dapat meningkat, (4)

mengurangi kecemasan siswa, (5) meningkatkan motivasi, harga diri dan sikap positif, dan (6) meningkatkan prestasi belajar siswa. Kelompok pembelajaran kooperatif berbeda dengan belajar kelompok biasa. Pada pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri tetapi juga bertanggung jawab terhadap kelompoknya sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap saling ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok berjalan optimal. Keadaan ini


(21)

dengan sungguh-sungguh sampai selesainya tugas-tugas individu dan tugas-tugas kelompok. Perbedaan antara kelompok pembelajaran

kooperatif dengan kelompok biasa dapat disajikan pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.1 Perbedaan antara kelompok pembelajaran kooperatif dengan kelompok biasa

1. Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif

Menurut Depdiknas (2004 : 51) terdapat enam langkah utama atau tahapan didalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi yang seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa

dikelompokkan kedalam tim-tim belajar, tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja No Kelompok Pembelajaran

Kooperatif

Kelompok Biasa 1 Kepemimpinan bersama Satu pemimpin

2 Saling ketergantungan yang positif Tidak saling ketergantungan 3 Keanggotaan yang heterogen Keanggotaan yang homogen 4 Mempelajari

keterampilan-keterampilan kooperatif

Asumsi adanya keterampilan-keterampilan sosial

5 Tanggung jawab terhadap hasil belajar pada seluruh anggota kelompok

Tanggung jawab terhadap hasil belajar sendiri

6 Menekankan pada tugas dan hubungan kooperatif

Hanya menekankan pada tugas

7 Ditunjang oleh guru Diarahkan oleh guru 8 Satu hasil kelompok Beberapa hasil kelompok 9 Evaluasi kelompok Evaluasi individu


(22)

kelompok atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

Tabel 2.2 fase-fase pembelajaran kooperatif

FASE–FASE TINGKAH LAKU GURU

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Fase 2

Menyajikan informasi

Fase 3

Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Fase 5 Evaluasi

Fase 6

Memberikan penghargaan

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Guru mengevaluasi tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

2. Keterampilan-Keterampilan Kooperatif

Keterampilan-keterampilan kooperatif antara lain :

1. Keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi : menggunakan kesepakatan,menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada dalam kelompok, berada dalam tugas, mendorong


(23)

partisipasi, mengundang orang lain untuk berbicara, menyelesaikan tugas pada waktunya, menghormati perbedaan individu.

2. Keterampilan kooperatif tingkat menengah, meliputi : menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima, mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, mengatur dan mengorganisir, menerima tanggung jawab, mengurangi ketegangan

3. Keterampilan kooperatif tingkat mahir, meliputi : mengolaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, berkompromi.

C. Model Kooperatif TipeStudent Teams-Achievement Division(STAD) STAD atau Tim Siswa-Kelompok Prestasi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. STAD yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (Slavin, 1995 dalam Warpala 2006 : 24) merupakan produk dari psikologi behavioristik. Lebih lanjut Slavin menyampaikan bahwa dalam menerapkan teknik kooperatif STAD aktivitas guru-siswa dalam pembelajaran meliputi 5 (lima) komponen utama, yaitu : 1) presentasi kelas, 2) pembentukan kelompok, 3) pelaksanaan kuis, 4) penentuan peningkatan skor individual, dan 5) pemberian pengakuan atau penghargaan kepada kelompok. Kelima komponen ini mutlak sebagai komponen strategi belajar kooperatif STAD (Warpala, 2006 : 33).


(24)

Menurut Suardana dalam Susanti, (2007 : 85) bahwa umumnya siswa dalam satu kelas keadaannya sangat heterogen, mereka berbeda dalam hal bakat, kemampuan awal, kecerdasan, kecepatan belajar, motivasi dan hal lainnya. Dalam STAD (a) siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4-5 orang, dan setiap kelompok harus

heterogen. (b) Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. (c) Seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dan pada saat kuis ini mereka tidak boleh saling membantu. (d) Skor siswa dibandingkan dengan rata-rata skor yang lalu mereka sendiri, dan poin diberikan berdasarkan pada seberapa jauh siswa menyamai atau melampaui prestasinya yang lalu. Poin tim anggota ini dijumlah untuk mendapatkan skor tim, dan tim yang mencapai kriteria tertentu dapat diberi sertifikat atau penghargaan yang lain (Depdiknas, 2004 : 35).

Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa yang bersifat heterogen tersebut digabungkan dalam kelompok (tim) belajar untuk bekerjasama menyelesaikan tugas-tugas akademik sehingga siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah sama-sama meningkat kemampuan akademiknya karena siswa kelompok atas bertindak sebagai tutor bagi siswa kelompok bawah dan siswa kelompok bawah

mendapatkan bantuan khusus dari teman sebaya yang mempunyai orientasi dan bahasa yang sama. Sebab bagi siswa tertentu bertanya kepada teman sebaya untuk mendapatkan kejelasan apa yang dijelaskan


(25)

oleh guru lebih mudah dipahami karena mereka biasanya menggunakan bahasa dan ungkapan-ungkapan yang sama (Suryati, 2006 : 102).

D. Model Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)

Strategi belajar kooperatif GI dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Secara umum perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan tehnik kooperatif GI adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau

menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan atau memaparkan laporannya kepada seluruh kelas untuk berbagi dan saling bertukar informasi temuan mereka (Burns, et al., tanpa tahundalamWarpala, 2006 : 44).

Belajar kooperatif dengan tehnik GI sangat cocok untuk bidang kajian yang memerlukan kegiatan studi proyek terintegrasi (Slavin, dalam

Warpala 2006 : 48), yang mengarah pada kegiatan perolehan, analisis, dan sintesis informasi dalam upaya untuk memecahkan suatu masalah. Oleh karena itu, kesuksesan tehnik kooperatif GI sangat tergantung dari pelatihan awal dalam penguasaan keterampilan komunikasi dan sosial. Tugas-tugas akademik harus diarahkan kepada pemberian kesempatan bagi anggota kelompok untuk memberikan berbagai macam kontribusinya,


(26)

bukan hanya sekedar didesain untuk mendapat jawaban dari suatu pertanyaan yang bersifat faktual (apa, siapa, dimana atau sejenisnya).

Menurut Slavin dalam Warpala (2006 : 78), strategi belajar kooperatif GI sangatlah ideal diterapkan dalam pembelajaran biologi (IPA). Ada 6 langkah dalam pembelajaran melalui strategi belajar kooperatif adalah: (1) mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan siswa ke dalam

kelompok (para siswa menelaah sumber-sumber informasi, memilih topik, dan mengkategorisasi saran-saran; para siswa bergabung dalam kelompok belajar dengan pilihan topik yang sama; komposisi kelompok didasarkan atas ketertarikan topik yang sama dan heterogen; guru membantu atau memfasilitasi dalam memperoleh informasi), (2) merencanakan tugas-tugas belajar (direncanakan secara bersama-sama oleh para siswa dalam kelompoknya masing-masing, yang meliputi: apa yang diselidiki;

bagaimana kita melakukannya, siapa sebagai apa, pembagian kerja; untuk tujuan apa topik ini diinvestigasi), (3) melaksanakan investigasi (siswa mencari informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan; setiap anggota kelompok harus berkontribusi kepada usaha kelompok; para siswa bertukar pikiran, mendiskusikan, mengklarifikasi, dan mensintesis ide-ide), (4) menyiapkan laporan akhir (anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting proyeknya; merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaimana membuat presentasinya; membentuk panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana presentasi), (5) mempresentasikan laporan akhir (presentasi dibuat untuk keseluruhan kelas), (6) evaluasi (para siswa


(27)

berbagi mengenai balikan terhadap topik yang dikerjakan, kerja yang telah dilakukan dan pengalaman-pengalaman afektifnya).

E. Konservasi (pelestarian) Mangrove

Masalah-masalah lingkungan hidup yang ada di Indonesia meliputi : Penebangan hutan, polusi air dari limbah industri dan pertambangan, polusi udara daerah perkotaan, asap dan kabut dari kebakaran hutan, penambakan suaka alam atau margasatwa, penghancuran terumbu karang, kerusakan hutan mangrove, pembuangan samapah B3 atau radioktif yakni pembuangan sampah tanpa pemisahan atau pengolahan, serta terjadinya hujan asam yang merupakan akibat dari polusi udara. (www.

id.wikipedia.orga/ wiki/lingkungan.hidup.)

Dari masalah-masalah diatas masalah utama di Indonesia yang akan kita amati adalah kerusakan wilayah pesisir pantai. Kerusakan wilayah pesisir sendiri sebagian besar meliputi kerusakan terumbu karang, hutan

mangrove atau bakau serta kerusakan pesisir pantai seperti pengeboman, pukat harimau, trawl, pembuangan sampah di laut, penangkapan

rebon(udang kecil) dengan menggunakan putasium atau zat-zat beracun. Menurut Dinas Kelautan sendiri kerusakan hutan bakau atau mangrove di sepanjang perairan Indonesia sudah mencapai 80 % sampai tahun 2011 ini (dalam www.air.bappenas.go.id/doc/pdf/kliping.).

Sementara untuk wilayah Lampung kerusakan mangrove juga mengalami hal yang serupa dengan keadaan pesisir pantai di Indonesia, yakni


(28)

mengalami kerusakan yang cukup besar. Menurut Dinas Kelautan keadaan terumbu karang di pantai pesisir Lampung mencapai 50%, sedangakan untuk mangrove mencapai 80% sebanyak 737,17 Ha dari satu juta Ha dalam keadaan rusak.

Bila kita pelajari alangkah besarnya kerusakan pesisir pantai yang sebenarnya merupakan sumber kekayaan yang cukup besar bagi bangsa Indonesia. Dimana banyak sekali manfaat yang dapat kita ambil dari sumber kekayaan alam tersebut. Misalnya dengan adanya mangrove dapat mencegah terjadinya abrasi pantai, selain itu juga sebagai peredam

gelombang besar supaya air laut tidak naik ke daratan, serta menahan apabila ada angin badai, dengan demikian dapat melindungi daerah kawasan pantai.

Sekolah sensitive, sadar, motifasi diri dan mampu sebagai pelopor dan teladan dalam usaha turut serta mengatasi permasalahan lingkungan. Sekolah, guru dan peserta didik mempertahankan lingkungan secara menyeluruh sesuai situasi dan berorientasi pada “tindakan” serta tidak terbatas pada pengetahuan saja. Guru dalam proses pendidikan dan

pengajaran berperan dalam menyadarkan peserta didik terhadap peran dan tanggung jawab terhadap lingkungannya.

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan lingkungan. Salah satunya dengan merubah pola fikir manusia, Sehingga tumbuh sikap dan perilaku manusia untuk peduli dan melestarikan lingkungan. Upaya yang dapat dilakukan dalam menghadapi kerusakan lingkungan salah satunya


(29)

melalui pendidikan formal maupun pendidikan informal, baik dengan pengembangan kemampuan pengetahuan kognitif maupun melalui berbagai kegiatan nyata yang membentuk prilaku yang sadar, peduli dan ramah lingkungan. Hal lain yang bisa dilakukan melalui berbagai media informasi, kampanye, penyadaran, dan pembiasaan praktek hidup yang ramah dan peduli lingkungan baik secara individual maupun kelompok. Upaya ini perlu ditempuh sejak usia dini, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Upaya ini dapat dilakukan melalui berbagai hal sederhana dan kecil tetapi mempunyai dampak nyata bagi

pembangunan watak dan prilaku yang ramah dan peduli lingkungan. Melalui cara inilah pada akhirnya terbangun sebuah kehidupan budaya yang ramah dan peduli lingkungan.

Dalam hal ini juga alasan mengapa pendidikan mengenai lingkungan hidup diberikan kepada anak-anak dengan harapan mereka dapat mengerti dan memahami masalah-masalah lingkungan serta dapat membentuk sebuah karakter yang memiliki sikap dan prilaku cinta dan peduli terhadap lingkungan dengan harapan yang besar pula, kelak mereka akan terus menjaga dan mencintai lingkungan sampai mereka dewasa dan menjadi fasilitator bagi orang tua mereka ataupun bagi masyarakat untuk ikut juga peduli terhadap lingkungan.


(30)

F. Pengetahuan Siswa Sekolah Dasar

Pendidikan seseorang didapat dari adanya informasi. Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal yang dapat mendidik seseorang untuk menghasilkan perubahan-perubahan positif di dalam diri anak yang sedang menuju kedewasaan melalui usaha belajar yang akan memperoleh

pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang nantinya mengantarkan seseorang menuju kedewasaan. Sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah pengetahuan. Pengetahuan yang diterima seseorang merupakan unsur pembangunan sikap yang akan membentuk perilaku tertentu (Mar’at, 1982: 91).

Untuk memperoleh pengetahuan, seseorang harus belajar sehingga dapat menghasilkan suatu perubahan pada diri seseorang seperti sikap,

keterampilan, pemahaman dan pengetahuan. Pada anak kecil misalnya, sikap dapat diajarkan melalui imitasi terutama meniru tingkah laku orang tuanya yang akan membentuk perilaku pada diri anak dalam bertindak. Karena sikap lebih banyak diperoleh dari belajar, ini berarti pendidikan seseorang memegang peranan penting. Menurut Mulyani, (2000 : 105), faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penghubung dalam media massa, lembaga pendidikan atau lembaga agama dan faktor emosi dalam diri individu.

Dalam upaya membina sikap dan prilaku yang bertanggung jawab terhadap tumbuhan langka, maka perlu menanamkan upaya konservasi


(31)

sedini mungkin melalui pendidikan formal yaitu pada siswa sekolah dasar. Menurut Munandar, (1985 : 231), masa sekolah dasar merupakan masa perkembangan karena pada masa ini anak diharapkan memperoleh pengetahuan dasar yang dipandang sangat penting (esensial) bagi

persiapan dan penyesuaian diri terhadap kehidupan dimasa dewasa. Pada umumnya masa sekolah dasar lebih mudah diasuh jika dibandingkan dengan sebelumnya (masa kanak-kanak) dan sesudahnya (masa remaja) karena pada masa pra sekolah dan masa remaja termasuk fase yang penuh gejolak (masa goncangan).

Masa usia sekolah dasar disebut juga masa intelektual karena pada masa ini anak memiliki keterbukaan dan keinginan untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman. Masa usia sekolah dasar dapat dibagi menjadi dua fase yaitu (1) masa kelas-kelas rendah sekolah dasar sekitar usia 6-9 tahun dan (2) masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar sekitar 10-13 tahun. Siswa kelas VI sekolah dasar termasuk dalam fase masa kelas-kelas tinggi dimana anak-anak pada masa ini memiliki sifat-sifat khas yakni : a. Minat kepada kehidupan praktis konkret sehari-hari, kecenderungan

membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis b. Amat realistis, ingin tahu, ingin belajar

c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran-mata pelajaran khusus

d. Sampai kira-kira umur 11 tahun, anak membutuhkan guru atau orang orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya. Pada masa ini anak memandang nilai rapot sebagai


(32)

ukuran yang tepat terhadap prestasi sekolah (Munandar, 1985 : 142)

MenurutMar’at (1982: 77), menyatakan bahwa perubahan sikap merupakan hasil komunikasi sosial yang sebenarnya merupakan proses informasi (pengetahuan). Dalam hubungannya dengan perubahan sikap, maka sikap terbaik bagi manusia terhadap lingkungan saat sekarang adalah merubah sikap yang selama ini cenderung merusak lingkungan ke sikap yang berusaha untuk menjaga lingkungan agar tetap lestari. Semakin banyak informasi atau pengetahuan yang diberikan akan mampu mengubah perilaku selama ini kearah perilaku yang memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan baik itu hewan maupun tumbuhan.

Salah satu upaya untuk memberikan informasi kepada siswa SD yang diharapkan memperoleh pengetahuan dan terjadinya perubahan sikap adalah dengan memulai suatu program pendidikan konservasi Mangrove di SD menggunakan model pembelajaran langsung dengan menggunakan spesimen-spesimen mangrove yang masih hidup sebagai pengalaman utama untuk siswa. Setelah menyelesaikan penerapan program pendidikan konservasi mangrove, siswa diharapkan dapat (1) mengetahui minimal tiga langkah sederhana untuk mengenali jenis mangrove, (2) mengetahui dengan baik minimal empat jenis mangrove dan tempat hidup mangrove yang ada di Lampung, (3) mengetahui minimal tiga langkah upaya menyelamatkan mangrove. Dua teori dan satu kemampuan psikomotor tersebut bukanlah kemajuan penting tanpa diikuti oleh perubahan bentuk


(33)

sikap siswa. Indikator sederhana untuk mengetahui perubahan bentuk sikap bisa dinyatakan melalui derajat tingkat pengukuran dari siswa menghargai mangrove yang ada disekitarnya (Ruyani et al. 2007 : 91).

G. Sikap siswa terhadap pembelajaran

Dalam upaya untuk mencapai pelestarian terhadap tumbuhan mangrove, hal utama yang harus ditumbuhkan dalam setiap pribadi manusia adalah sikap. Sikap sangat penting karena sikap erat hubungannya dengan penilaian seseorang tentang baik dan buruk, suka atau tidak suka, bernilai atau tidak bernilainya sesuatu bagi individu terhadap objek tertentu (MullerdalamKartawidjaya, 1996 : 254). Sikap merupakan

kecenderungan perbuatan dan respon terhadap sesuatu objek.

Kecenderungan sikap dapat berbentuk penerimaan dan penolakan terhadap suatu objek. Jika suatu objek diterima maka subjek cenderung mendekat kepada objek. Jika suatu subjek menolak objek maka subjek akan menjauh dari objek tersebut (Sukmadinata. 2005 : 112).

Menurut Muhibbinsyah (1997 : 73), sikap adalah suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Perwujudan prilaku tersebut ditandai dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru yang telah berubah lebih maju terhadap suatu objek, tata nilai, peristiwa, dan sebagainya. Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, dan lain-lain. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi


(34)

afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang tetap terhadap objek orang, barang, baik secara positif maupun negatif.

Pasaribu dan Simanjuntak (1984 : 54) mengatakan bahwa sikap adalah pandangan atau sikap perasaan yang disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap suatu objek. Pada diri individu terdapat suatu keyakinan, perasaan dan kecenderungan untuk bertindak sehingga sikap dapat dipandang sebagai suatu pola respon suatu

kecenderungan berpikir dan bertindak dengan suatu cara tertentu.

Menurut Pasaribu dan Simandjuntak (1984 : 56), sikap memiliki dua ciri yaitu ada yang bersifat khusus dan ada yang bersifat umum. Ciri sikap yang bersifat khusus adalah unsur-unsur sikap yang berupa perasaan, keyakinan dan kecenderungan bertindak. Ciri sikap yang bersifat umum adalah:

1. Sikap bukan dibawa orang sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya.

2. Sikap dapat berubah, oleh karena itu sikap dapat dipelajari oleh orang lain atau masyarakat.

3. Sikap mengandung relasi tertentu terhadap suatu objek.

4. Objek sikap dapat merupakan satu hal tertentu atau kumpulan dari beberapa hal.


(35)

membedakan sikap dan kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki seseorang.

6. Mempunyai arah dan tujuan artinya bahwa efek yang membekas yang dirasakan terhadap suatu objek dapat bersifat positif atau negatif.

Menurut Mar’at (1982: 85) adanya satu kesatuan antara sikap dengan tingkah laku yang merupakan suatu hubungan interaksi antara beberapa komponen sikap yang terdiri dari komponen kognisi yang berhubungan dengan ide dan konsep, komponen afeksi yang menyangkut kehidupan emosional, serta komponen konasi yang merupakan kecenderungan berperilaku.

Tabel 2.3 Persamaan dan perbedaan antara model kooperatif STAD dan model kooperatif GI pada pembelajaran tentang konservasi mangrove

No

Aspek yang

dipersiapkan/dilaksan akan

Model kooperatif STAD Model kooperatif GI

1 LKS Merancang kegiatan

dengan merujuk pada kegiatan menemukan dengan mengamati bentuk akar, bentuk daun, bentuk buah, bentuk batang, dll untuk mengetahui jenis dari mangrove dan siswa mengetahui habitan/ tempat hidup mangrove.

Merancang kegiatan dengan merujuk pada kegiatan menemukan dengan mengamati bentuk akar, bentuk daun, bentuk buah, bentuk batang, dll untuk mengetahui jenis

dari mangrove dan siswa mengetahui habitan/tempat hidup mangrove. 2 Pembagian kelompok -Anggota kelompok

terdiri dari 4-5 orang

-Anggota kelompok terdiri dari 2-6 orang


(36)

-Heterogen berdasarkan kemampaun akademik, jenis kelamin -Heterogen berdasarkan kebebasan memilih topik, kemampuan akademik dan jenis kelamin.

3 Pemilihan topik

pelajaran Biasanya guru Biasanya siswa 4 Langkah

pembelajaran Kegiataan awal : Apersepsi dan motivasi

- Menunjukkan gambar tumbuhan mangrove dan melihat pengetahuan mereka tentang tumbuhan mangrove -Menunjukkan tumbuhan mangrove dan memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui pengetahuan mereka tentang tumbuhan mangrove.

-Guru memberikan masalah yang berkaitan dengan jenis mangrove, habitat/tempat hidup, dan upaya melestarikannya. 5 Kegiatan inti: Persentasi kelas

-Guru menanamkan konsep-konsep penting pada siswa untuk membantu mereka dalam melakukan diskusi kelompok dengan cara demonstrasi

-Guru membimbing siswa menemukan permasalahan dari persentasi kelas

Eksplorasi -Siswa memilih

masalah dengan bantuan guru dan membagi kelompok berdasarkan topik permasalahan yang sama.

-Siswa melakukan investigasi untuk mengambil data


(37)

Diskusi dan pemahaman konsep

dengan memberikan pertanyaan.

-pembagian kelompok

-pemberian LKS: gambar kura-kura dan mangrove sesuai dengan topik permasalahan yang

didapat

-Guru memberikan arahan dalam melakukan

diskusi/menjelaskan langkah kerja yang ada

-Siswa bekerja dalam kelompok, berdiskusi untuk memecahkan permasalahan atau menjawab pertanyaan

-Guru membagi perhatian

pada masing-masing kelompok : guru

-Guru membantu siswa

dalam melakukan investigasi : guru sebagai fasilitator dan mediator sehingga siswa menemukan konsep-konsep penting

-Setelah melakukan investigasi, siswa diberi LKS: gambar mangrove dan mangrove

sesuai dengan topik permasalahan yang didapat

-Guru memberikan arahan dalam melakukan

diskusi/menjelaskan langkah kerja yang ada

-Berdasarkan hasil investigasi , siswa berdiskusi untuk memecahkan masalah

atau menjawab pertanyaan. -Setelah beberapa

menit setiap kelompok


(38)

sebagai fasilitator

-Setelah beberapa menit setiap kelompok mengumpulkan

tugasnya

dan mempresentasikan ke depan kelas

-Guru memberikan komentar terhadap pekerjaan mereka. Guru juga memberikan lnformasi kembali kepada siswa.

tugasnya dan

mempresentasikan ke depan kelas -Guru memberikan

komentar terhadap pekerjaan mereka dan guru juga memberikan informasi kembali kepada siswa.

6 Kegiatan akhir: Pengembangan dan aplikasi

-Melakukan simulasi dalam upaya

penyelamatan dimana perwakilan salah satu siswa maju untuk meletakkan mangrove sesuai pada tempatnya dan menanyakan mengapa mereka meletakkan mangrove ditempat itu.

-Melakukan Tanya jawab untuk pengayaan seperti apakah mangrove dapat bertahan hidup, apa yang harus

-Melakukan simulasi dalam upaya

penyelamatan dimana

perwakilan salah satu siswa maju untuk meletakkan mangrove sesuai pada tempatnya dan menanyakan mengapa mereka meletakkan mangrove ditempat itu. -Melakukan Tanya

jawab untuk pengayaan seperti apakah mangrove dapat bertahan hidup, apa yang harus


(39)

kalian lakukan jika mangrove rusak, dll

kalian lakukan jika mangrove rusak, dll 7 Keterampilan kooperatif tingkat awal Keterampilan kooperatif tingkat menengah Keterampilan kooperatif tingkat mahir

-Terjadi pada saat diskusi dan pemahaman konsep yaitu pada saat pembagian kelompok

-Terjadi pada saat guru melakukan persentasi kelas dan siswa bekerja dalam

kelompok/melakukan diskusi kelompok -Terjadi pada saat

siswa mengumpulkan tugas dan

mempresentasikan ke depan kelas

-Terjadi pada tahap eksplorasi yaitu pada saat pembegian

kelompok berdasarkan

topik yang sama -Terjadi pada saat

siswa melakukan investigasi atau penyelidikan untuk mengumpulkan data

-Terjadi pada saat siswa melakukan diskusi dan

pemahaman konsep untuk menyelesaikan tugas mereka dan mempresentasikan ke depan kelas

Berdasarkan deskripsi persamaan dan perbedaan yang disajikan dalam tabel 2.3 menunjukkan bahwa pada pembelajaran baik yang menggunakan model

kooperatif STAD dan model kooperatif GI, peserta didik didorong untuk

menyelidiki masalah untuk mencari penjelasan-penjelasan dari masalah yang ada. Peserta didik akan memperoleh informasi, konsep diri menjadi bertambah dengan penemuan-penemuan yang diperoleh dan menggunakan sumber belajar berupa objek langsung yaitu mangrove sehingga membuat peserta didik memperoleh pengetahuan dari penemuan-penemuan yang mereka peroleh dan menjadi


(40)

kepemilikan yang sangat sulit dilupakan sehingga siswa merespon sikap positif dari pembelajaran yang telah dilakukan. Respon positif tersebut berupa menyukai, menyayangi dan mengetahui cara untuk melindungi dan melestarikan tumbuhan mangrove.

Pada pembelajaran yang telah dilakukan terdapat keterampilan-keterampilan kooperatif yang terdiri dari keterampilan kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir. Pada model kooperatif STAD, keterampilan kooperatif muncul pada tahap diskusi dan pemahaman konsep dimana pada saat pembagian kelompok, siswa melakukan keterampilan kooperatif tingkat awal yaitu berada dalam kelompok dan tugas, menyelesaikan tugas pada waktunya, menghormati perbedaan individu. Pada keterampilan kooperatif tingkat menengah terjadi pada saat guru melakukan persentasi kelas, dimana pada keterampilan ini siswa mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan dan menerima tanggung jawab yang diperlukan pada saat siswa melakukan diskusi.

Keterampilan kooperatif tingkat mahir terjadi pada saat siswa melakukan diskusi dan persentasi kelas dimana pada keterampilan ini siswa memeriksa dengan cermat pekerjaan mereka dan berkompromi.

Pada model kooperatif GI, keterampilan kooperatif muncul pada tahap eksplorasi, dimana pada tahap ini siswa membagi kelompok berdasarkan topik permasalahan dan heterogen sehingga muncul keterampilan kooperatif tingkat awal yaitu menggunakan kesepakatan, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada dalam kelompok dan tugas, menyelesaikan tugas padawaktunya dan menghormati perbedaan individu. Keterampilan kooperatif tingkat menengah muncul pada saat


(41)

melakukan penyelidikan/investigation dimana siswa mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan dan menerima tanggung jawab. Sedangkan

keterampilan kooperatif tingkat mahir muncul pada saat siswa melakukan diskusi dan pemahaman konsep untuk menyelesaikan tugas mereka dan

mempresentasikan ke depan kelas dimana pada saat itu siswa memeriksa dengan cermat dari pekerjaan mereka dan berkompromi. Dari penjelasan di atas sehingga tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara pembelajaran model kooperatif STAD dengan model kooperatif GI tentang konservasi mangrove dan terjadi peningkatan pengetahuan.


(42)

Tabel 2.4 Adapun kerangka konseptual dari pembelajaran yang menggunakan model kooperatif STAD dengan GI

Model Kooperatif GI :

1. Mengidentifikasi topik dan

mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok

- Siswa menelaah sumber belajar, memilih topik

- Pembagian kelompok

berdasarkan ketertarikan topik yang sama dan heterogen - Guru membantu/memfasilitasi

dalam memperoleh informasi 2. Merencanakan tugas belajar

(direncanakan bersama-sama oleh siswa meliputi apa yang akan diselidiki, pembagian kerja) 3.Melaksanakan investigasi (siswa

mencari informasi, menganalisis data, bertukar pikiran, berdiskusi, membuat kesimpulan)

4.Menyiapkan laporan akhir 5.Mempersentasikan laporan akhir 6.Evaluasi

Model Kooperatif STAD :

1. Persentasi kelas (guru menyajikan pelajaran untuk memberi konsep penting dalam membantu siswa melakukan diskusi)

2.Pembentukan kelompok (siswa dikelompokkan dengan anggota 4-5 orang, heterogen)

3.Pelaksanaan kuis (seluruh siswa dikenakan kuis tentang materi yang diajarkan dan tidak boleh saling membantu)

4.Penentuan peningkatan skor individual (dilihat dari hasil sebelum dan sesudah pembelajaran)

5.Pemberian penghargaan

1.Siswa didorong untuk menyelidiki masalah untuk mencari penjelasan

penjelasan yang ada dengan menggunakan keterampilan-keterampilan ilmiah - Pada model kooperatif STAD, siswa saling membantu untuk menuntaskan

materi pelajaran dimana siswa yang berkemampuan tinggi

akan membagi informasi kepada siswa yang berkemampuan rendah.

- Pada model kooperatif GI, siswa saling membantu melakukan penyelidikan untuk mengumpulkan data.

2.Siswa akan memperoleh informasi dari pembelajaran yang telah dilakukan 3.Konsep diri menjadi bertambah dengan penemuan-penemuan yang

mereka peroleh

4.Menggunakan sumber belajar berupa objek langsung yaitu mangrove sehingga membuat siswa memperoleh pengetahuan dari penemuannya.


(43)

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari 2011 di SD Negeri 1 Gebang, Kecamatan Punduh Pedada, Kabupaten Pesawaran.

B. Jenis Penelitian

Berdasarkan tingkat eksplanasinya, penelitian ini tergolong penelitian komparatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian komparatif adalah sauatu penelitian yang bersifat membandingkan. Menguji hipotesis komparatif berarti menguji parameter populasi yang berbentuk

perbandingan (Sugiyono, 2005: 115). Metode ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai yaitu mengetahui perbedaan suatu variabel, yaitu pengetahuan dan sikap siswa.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan eksperimen yaitu suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat (Sugiono, 2005: 7). Metode eksperimen yang digunakan adalah metode eksperimental semu (quasi eksperimental design). Penelitian eksperimen semu dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati eksperimen. Bentuk penelitian


(44)

ini banyak digunakan di bidang ilmu pendidikan atau penelitian lain dengan subjek yang diteliti adalah manusia (Sukardi, 2009:16).

Penelitian ini merupakan eksperimen di bidang pendidikan sehingga dapat didefinisikan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan, tindakan, treatment pendidikan terhadap tingkah laku siswa atau menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh tindakan tersebut dibandingkan dengan tindakan lain. Berdasarkan tindakan tersebut maka tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk penelitian

pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda.

Penelitian ini bersifat quasi eksperimen dengan pola Penelitian ini bersifat

quasi eksperimendangan polanon-equifalent cantrol group design.

Penelitian quasi eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang yang mendekati eksperimen atau eksperimen semu. Bentuk penelitian ini banyak digunakan di bidang ilmu pendidikan atau penelitian lain dengan subjek yang diteliti adalah manusia (Sukardi, 2003: 16).

Kelompok sampel ditentukan secara random. kelas VIA melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai kelas eksperimen dan kelas VIB melaksanakan model pembelajaran koooperatif tipe GI sebagai kelas pembanding.


(45)

Adapun jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen yaitu penelitian yang mengungkapkan hubungan antara 2 variabel/lebih atau mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya (Ibrahim dan Sudjana, 1990 : 70). Penelitian ini dilakukan dengan rancangan/desain Control group pre-test post- test untuk menguji hipotesis dengan rancangan penelitian dimana kedua sampel diberi perlakuan berbeda yaitu sebagai berikut :

Subjek Pengukuran

(Pre-test) Perlakuan

Pengukuran (Pos-test)

AR O X1 O1

BR O X2 O1

Ket:

AR dan BR : Kelas A dan Kelas B yang dilakukan secara acak dalam

menentukan model kooperatif STAD dan GI.

O : Pelaksanaan tes awal (pre-test) pada kedua kelompok sampel O1 : Pelaksanaan tes akhir (Pos-test) pada kedua kelompok sampel

X : Kegiatan belajar mengajar pada kelas A dengan menggunakan model koopertif STAD dan kegiatan belajar mengajar pada


(46)

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian pada suatu wilayah penelitian. Sampel adalah bagian dari jumlah populasi yang akan diteliti (Arikunto, 2002 : 15). Lokasi penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri 1 Gebang. Populasi penelitian adalah SD Negeri 1 Gebang. Sampel penelitian dilakukan secarapurposive random samplingyaitu penyampelan dipilih berdasarkan penilaian atau kriteria tertentu dan dilakukan secara acak. Penelitian ini termasuk penelitian populasi dimana subjek penelitian meliputi siswa yang terdapat di dalam populasi

(Arikunto, 2002 : 20). Sampel penelitian ini adalah kelas VI SD Negeri 1 Gebang dikarenakan memiliki dua kelas, mengapa kelas VI yang diambil kerena mereka memperoleh materi pelestarian mahluk hidup yang

berkaitan dengan konservasi mangrove. Untuk menentukan kelas VIA atau kelas VIB yang mendapatkan model kooperatif STAD atau GI maka dilakukan secara acak dengan undian. Sampel penelitian adalah 60 siswa dimana 30 siswa untuk kelas VIA dan 30 siswa untuk kelas VIB.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut.


(47)

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut : a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat diadakannya

penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan menjadi subjek penelitian.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.

d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS). e. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes/postes, dan lembar

angket sikap.

f. Melakukan uji ahli pada soal pretes/postes.

g. Membentuk kelompok diskusi bersifat heterogen pada kelas

eksperimen dan kontrol berdasarkan nilai akademik siswa semester genap. Setiap kelompok terdiri dari 4 - 5 siswa.

2. Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan PBMopen-ended

untuk kelas eksperimen dan PBMnon open-endeduntuk kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.


(48)

Kelas Eksperimen (Model Pembelajaran STAD) a. Kegiatan Awal

1) Siswa mengerjakan soal tes awal (pretes) dalam bentuk pilihan ganda untuk materi pokok pelestarian makhluk hidup tentang konservasi mangrove.

2) Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan penjelasan guru, ”mempelajari materi tentang konservasi mangrove”. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan pelestarian makhluk hidup, penyelamatan, dan pemanfaatan. 3) Siswa memperoleh motivasi dari guru, ”Dengan mempelajari

materi ini kita dapat mengetahui nilai/manfaat suatu keanekaragaman hayati Indonesia serta pentingnya usaha pelestariannya, sehingga keberlangsungan keanekaragaman hayati Indonesia akan tetap terjaga dan menjadi warisan berharga bagi generasi mendatang”.

b. Kegiatan Inti

1. Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 orang siswa. Tiap kelompok terdiri dari anggota yang heterogen, baik dari segi jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) dan segi kemampuan (tinggi, sedang dan rendah). Siswa duduk berkumpul di kelompoknya masing-masing.

2. Guru menyampaikan materi tentang hutan mangrove dan zonasi hutan mangrove.


(49)

3. Guru memberi materi diskusi kepada setiap kelompok untuk dibahas bersama oleh setiap kelompok. Materi diskusi berbentuk soal.

4. Masing-masing kelompok membahas materi atau soal yang diberikan oleh guru secara kooperatif, guru mengamati aktivitas siswa dalam kelompok dan membantu siswa jika menemui kesulitan.

5. Setelah diskusi selesai, salah satu siswa dalam setiap kelompok sebagai perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi.

c. Kegiatan Penutup

1) Siswa mengejakan post-tes.

2) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.

3) Siswa mengerjakan pekerjaan rumah.

Kelas Kontrol (Model Pembelajaran GI) a. Kegiatan Awal

1. Siswa mengerjakan soal tes awal (pretes) dalam bentuk pilihan ganda untuk materi pokok pelestarian makhluk hidup tentang konservasi mangrove.

2. Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan penjelasan guru, ”mempelajari materi tentang konservasi


(50)

mangrove”. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan pelestarian makhluk hidup, penyelamatan, dan pemanfaatan. 3.Siswa memperoleh motivasi dari guru, ”Dengan mempelajari

materi ini kita dapat mengetahui nilai/manfaat suatu keanekaragaman hayati Indonesia serta pentingnya usaha pelestariannya, sehingga keberlangsungan keanekaragaman hayati Indonesia akan tetap terjaga dan menjadi warisan berharga bagi generasi mendatang”.

b. Kegiatan Inti

1. Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 orang siswa. Tiap kelompok terdiri dari anggota yang heterogen, baik dari segi jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) dan segi kemampuan (tinggi, sedang dan rendah). Siswa duduk berkumpul di kelompoknya masing-masing dan mencatat ketua kelompoknya dan penyaji pada setiap kelompok.

2. Guru menyampaikan topik materi tentang hutan mangrove dan zonasi hutan mangrove.

3. Guru memanggil ketua kelompok untuk memilih subtopik materi pelajaran.

4. Siswa mendiskusikan subtopik materi pelajaran yang telah dipilih dengan teman satu kelompoknya, menganalisis dan mensintesis berbagai informasi dan merencanakan agar dapat


(51)

diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

5. Guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil investigasi kelompok mereka. Setiap kelompok

mempresentasikan hasilnya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari kelompok lain.

c. Kegiatan Penutup

1) Siswa mengerjakan post-tes

2) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.

3) Siswa diberikan pekerjaan rumah.

E. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen untuk memperoleh data pengetahuan dan sikap dalam penelitian ini adalah lembar tes dan angket. Lembar tes dan angket yang akan

digunakan dirujuk dari Modul Pegangan Guru Mengenal Jenis mangrove. Tes merupakan sederet pertanyaan atau latihan atau alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Arikunto, 2002). Lembar tes digunakan untuk mengukur pencapaian pengetahuan siswa setelah mempelajari sesuatu. Tes yang digunakan peneliti adalah tes tertulis yaitu tes yang digunakan dengan serangkaian daftar pertanyaan atau tugas secara tertulis dan jawabannya secara tertulis. Adapun bentuk dari tes yang akan diberikan adalah objektif berupa pilihan ganda yang


(52)

terdiri atas 40 butir pertanyaan dengan 4 pilihan. Tes dilakukan 2 kali yaitu tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Pre-tes dilakukan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa dan pos-tes dilakukan untuk mengukur sejauh mana proses pembelajaran yang diberikan dapat dipahami oleh siswa.

Hasil Pretes-Postes

Dari data nilai hasil skor test pada pembelajaran konservasi mangrove yang menggunakan model kooperatif STAD dan GI diperoleh nilai rata-rata hasil skor test pada kelas VIA(pembelajaran yang menggunakan

model kooperatif STAD) dan kelas VIB(pembelajaran yang

menggunakan model kooperatif GI) yang dapat disajikan pada tabel 3.1

Tabel 5.1 Nilai rata-rata pengetahuan siswa kelas VIA(pembelajaran yang

menggunakan model kooperatif STAD ) dan kelas VIB(pembelajaran

yang menggunakan model kooperatif GI)

Kelas N

Rata-rata Nilai Test Selisih rata-rata (Δ )nilai test Pre-Test Post-Test

VIA(model

kooperatif STAD)

VIB(model


(53)

Hasil Angket

Dari data nilai hasil pengisian angket setelah dilakukannya pembelajaran konservasi mangrove yang menggunakan model kooperatif STAD dan diperoleh nilai rata-rata hasil skor angket pada kelas VIAdan kelas VIByang di sajikan pada tabel 3.2.

Tabel 5.2 Distribusi nilai sikap siswa kelas VIA(pembelajaran yang

menggunakan model kooperatif STAD)

Interval Kategori f %

47 - 50 rendah 51 - 54 sedang 55 - 59 tinggi

Jumlah

Tabel 5.3 Daftar Nama Siswa Kelas VIA

(Kelas Eksperimen/Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD)

No. Induk

1. 8595

2. 8596

3. 8597

4. 8598

5. 8599

6. 8600

7. 8601

8. 8602

9. 8603

10. 8604 11. 8605 12. 8606 13. 8607 14. 8608 15. 8609 16. 8610 17. 8611 18. 8612 19. 8613


(54)

20. 8614 21. 8615 22. 8616 23. 8617 24. 8618 25. 8619 26. 8620 27. 8621 28. 8623 29. 8624 30. 8625

Tabel 5.4 Distribusi nilai sikap siswa kelas VIB(pembelajaran yang

menggunakan model kooperatif GI)

Interval Kategori f %

42 - 44 rendah 45 - 47 sedang 48 - 50 tinggi

Jumlah

Tabel 5.5 Daftar Nama Siswa Kelas VIB

(Kelas Kontrol/Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI) No. Induk 1. 8554 2. 8555 3. 8556 4. 8557 5. 8558 6. 8559 7. 8560 8. 8562 9. 8563 10. 8564 11. 8565 12. 8566 13. 8567 14. 8568 15. 8569 16. 8570 17. 8571


(55)

18. 8572 19. 8573 20. 8574 21. 8575 22. 8576 23. 8577 24. 8578 25. 8579 26. 8580 27. 8581 28. 8582 29. 8583 30. 8584

Angket merupakan butir-butir pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya. Angket diberikan bersamaan dengan pelaksanaan pos-tes. Tujuan dari pemberian angket ini adalah untuk mengetahui apakah setelah mengalami proses pembelajaran menggunakan model kooperatif STAD dengan GI tentang konservasi mangrove terjadi perubahan sikap pada siswa kelas VI Sekolah Dasar. Angket yang digunakan peneliti bersifat tertutup karena telah tersedia pertanyaan-pertanyaan dan siswa memilih jawaban yang disediakan. Adapun butir angket yang akan diberikan kepada siswa kelas VI setelah pembelajaran konservasi mangrove adalah berjumlah 15 butir.


(56)

ANGKET SIKAP Tabel 5.6. Angket Sikap

Variabel Indikator Sikap Butir Angket SS S TS STS Sikap Mengenal dan

mencintai tumbuhan mangrove

1.Mangrove adalah tumbuhan yang tidak ada manfaatnya 2.Mempelajari mangrove

menumbuhkan rasa cinta dan peduli pada lingkungan 3.Sebaiknya mangrove

ditebang saja

4.Pohon mangrove bisa dijadikan untuk kayu bakar 5.Mangrove hanya sebagai

perusak bagi tumbuhan lain Melindungi dan

Menjaga

1.Apabila menemukan tumbuhan mangrove sebaiknya dijaga dan dilindungi

2.Mangrove lebih baik ditebang dan dijadikan tambak

3.Mangrove dapat mencegah naiknya air laut ke daratan 4.Mangrove tempat ikan

berlindung dan mencari makan

5.Pohon mangrove dapat dimanfaatkan kayunya dan dapat dijual

Melakukan Konservasi

1.Apabila mangrove ditebang maka akan terjadi Tsunami 2.Banyak sekali manfaatnya

apabila mangrove dijaga dan dilestarikan

3.Mengajak masyarakat untuk menyelamatkan mangrove 4.Melakukan pembibitan

mangrove

5.Melakukan penanaman dan pemeliharaan disekitar pesisir pantai dan dilokasi yang mangrovenya rusak atau tidak ada


(57)

F. Tehnik Analisa Data

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini lebih dahulu akan dilakukan: 1 . Uji Normalitas Distribusi

Uji normalitas data dilakukan menggunakan ujiLillieforsdengan program SPSS versi 16.

a. Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

b. Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung< Ltabelataup-value> 0,05, tolak Ho untuk

harga yang lainnya (Pratisto, 2004:5).

2. Uji Homogenitas

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan dengan menggunakan program SPSS versi 16.

a. Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda

b. Kriteria Uji

- Jika Fhitung< Ftabelatau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima

- Jika Fhitung> Ftabelatau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak


(58)

3. Uji Hipotesis (Uji-t)

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 16. a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

1) Hipotesis

H0= Rata-rata N-gainkedua sampel tidak berbeda secara

signifikan.

H1= Rata-rata N-gainkedua sampel berbeda secara signifikan.

2) Kriteria Uji

- Jika–ttabel< thitung< ttabel, maka Ho diterima

- Jika thitung< -ttabelatau thitung> ttabelmaka Ho ditolak

(Pratisto. 2004:13).

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis

H0= Rata-rata N-gainpada kelompok eksperimen sama dengan

kelompok kontrol.

H1= Rata-rata N-gainpada kelompok eksperimen lebih tinggi

dari kelompok kontrol. 2) Kriteria Uji :

- Jika–ttabel< thitung< ttabel, maka Ho diterima

- Jika thitung< -ttabelatau thitung> ttabel, maka Ho ditolak


(59)

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan :

1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan siswa yang menggunakan model kooperatif STAD dan GI dalam pembelajaran konservasi mangrove.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap siswa yang menggunakan model koopertif STAD dan GI dalam pembelajaran konservasi mangrove.

3. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan pembelajaran tentang konservasi mangrove dengan model pembelajaran STAD dan GI yang diterapkan oleh peneliti dikelas eksperimen dan kontrol.

B. Saran

Dari hasil penelitian ini ada saran yang ingin disampaikan oleh penulis yaitu : 1. Bagi guru pada pembelajaran IPA yang melaksanakan sebaiknya dapat

digabungkan dengan model kooperatif melalui langkah-langkah apresiasi, eksplorasi, tahap diskusi dan pemahaman konsep serta tahap pengembangan dan aplikasi.


(60)

2. Sikap bersifat kecenderungan berprilaku sehingga untuk penyadaran konservasi melalui pembelajaran tetap dilakukan secara

berkesinambungan melalui berbagai mata pelajaran secara terintegrasi disesuaikan dengan kompetensi dasar pada masing-masing mata pelajaran.

3. Dalam menentukan waktu pengerjaan soal evaluasi, hendaknya guru mempertimbangkan kemampuan siswa dalam menjawab soal, sehingga alokasi waktu pada kegiatan pembelajaran tidak menyimpang dari RPP yang sudah dirancang.


(61)

iv

SISWA TENTANG KONSERVASI MANGROVE DI DESA GEBANG KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

Oleh

Endro Sucipto

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(62)

xiii

ABSTRAK...i

DAFTAR TABEL... ii

DAFTAR GAMBAR... iii

DAFTAR LAMPIRAN...iv

BAB I. PENDAHULUAN Halaman A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...10

C. Tujuan Penelitian ...11

D. Hipotesis Penelitian ...11

E. Manfaat Penelitian ...12

F. Batasan Masalah ...12

G. Ruang Lingkup penelitian ...13

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembelajaran ...14

B. Model Pembelajaran Kooperatif ...18

C. Model Kooperatif Tipe STAD ...23

D. Model Kooperatif Tipe GI ...25

E. Konservasi/Pelestarian Mangrove ...27

F. Pengetahuan Siswa Sekolah Dasar ...30

G. Sikap Siswa Terhadap pembelajaran ...33

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat penelitian...43

B. Jenis Penelitian ...43

C. Populasi Dan Sampel Penelitian ...46

D. Prosedur Penelitian ...46

E. Tehnik Pengumpulan Data ...51

F. Tehnik Analisa Data ...57

1. Uji Normalitas Distribusi ...57

2. Uji Homogenitas ...57


(63)

xiv

1. Hasil Pretest - Postest ...59

2. Hasil Angket ...60

3. Hasil Uji Prasyarat ...63

4. Hasil Uji Hipotesis ...64

B. Pembahasan ...65

1. Deskripsi Pretest - Postest ...65

2. Deskripsi Hasil Angket ...69

3. Analisis Hasil Uji Hipotesis ...72

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...76

B. Saran ...76

DAFTAR PUSTAKA ...78 LAMPIRAN


(64)

xv

Tabel Halaman

Tabel 1.1 Nilai KKM kelas VI SDN 1 Gebang ...4

Tabel 2.1 Perbedaan antara kelompok pembelajaran kooperatif Dengan kelompok biasa ...21

Tabel 2.2 Fase-fase pembelajaran kooperatif ...22

Tabel 2.3 Persamaan dan perbedaan antara model kooperatif STAD dan model kooperatif GI pada pembelajaran tentang konservasi mangrove...35

Tabel 2.4 Kerangka konseptual ...42

Tabel 3.1 Penilaian pengetahuan siswa...52

Tabel 3.2 Distribusi nilai sikap kelas eksperimen...53

Tabel 3.3 Daftar nama siswa kelas eksperimen...53

Tabel 3.4 Distribusi nilai sikap kelas kontrol...54

Tabel 3.5 Daftar nama siswa kelas kontrol...54

Tabel 3.6 Angket sikap...56

Tabel 4.1 Nilai rata-rata pengetahuan siswa (menggunakan model kooperatif STAD dan GI)...59

Tabel 4.2 Distribusi nilai sikap kelas eksperimen...60

Tabel 4.3 Daftar nilai tes kemampuan kelas eksperimen...60

Tabel 4.4 Distribusi nilai sikap kelas kontrol...61


(65)

xvi

Gambar Halaman

Gambar 1. Aktivitas di dalam kelas ...205 Gambar 2. Aktivitas di luar kelas ...206


(66)

xvii

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Silabus...81

Lampiran 2. RPP kelas eksperimen ...83

Lampiran 3. RPP kelas kontrol ...95

Lampiran 4. Daftar nama siswa kelas eksperimen ...106

Lampiran 5. Daftar nama siswa kelas kontrol ...107

Lampiran 6. Daftar nama kelompok kelas eksperimen ...108

Lampiran 7. Daftar nama kelompok kelas kontrol ...109

Lampiran 8. Modul mangrove ...110

Lampiran 9. Lembar kerja siswa ...166

Lampiran 10. Kisi-kisi soal ...183

Lampiran 11. Soal pretest dan postest ...185

Lampiran 12. Kunci jawaban soal pretes dan postest ...197

Lampiran 13. Lembar angket ...198

Lampiran 14. Hasil pretest dan postest kelas eksperimem ...200

Lampiran 15. Hasil pretest dan postest kelas kontrol ...201

Lampiran 16. NilaiN-gainkelas eksperimen ...202

Lampiran 17. NilaiN-gainkelas kontrol ...203

Lampiran 18. Data SPSS Pretest ...204

Lampiran 19. Data SPSS postest ...206


(67)

xviii

Lampiran 23. Uji barlet homogenitas ...211

Lampiran 24. SPSS ujiN-gainkesamaan dan perbedaan ...212

Lampiran 25. Foto aktivitas di kelas ...215


(68)

vi 1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed. __________

Sekretaris : Pramudiyanti, S. Si., M. Si. __________

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Arwin Achmad, M.Si. __________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 196003151985031003


(69)

vii Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Endro Sucipto

Nomor Pokok Mahasiswa : 0513024025 Program Studi : Pendidikan Biologi Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang pernah diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan

sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Desember 2012 Yang menyatakan

Endro Sucipto NPM. 0513024025


(70)

v

Achievement Division(STAD) DenganGroup Investigation(GI) Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Siswa Kelas VI Tentang Konservasi Mangrove Di Desa Gebang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran

Nama Mahasiswa : Endro Sucipto Nomor Pokok Mahasiswa : 0513024025 Program Studi : Pendidikan Biologi Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed. Pramudiyanti, S. Si., M. Si. NIP. 195711071986031002 NIP 19730310 199802 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(1)

vi

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed. __________

Sekretaris : Pramudiyanti, S. Si., M. Si. __________

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Arwin Achmad, M.Si. __________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si.

NIP 196003151985031003


(2)

vii

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Endro Sucipto

Nomor Pokok Mahasiswa : 0513024025 Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang pernah diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan

sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Desember 2012 Yang menyatakan

Endro Sucipto NPM. 0513024025


(3)

v

Judul Skripsi : Perbandingan Antara Pembelajaran

Menggunakan Model KooperatifStudent Teams-Achievement Division(STAD) DenganGroup Investigation(GI) Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Siswa Kelas VI Tentang Konservasi Mangrove Di Desa Gebang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran

Nama Mahasiswa : Endro Sucipto Nomor Pokok Mahasiswa : 0513024025 Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed. Pramudiyanti, S. Si., M. Si. NIP. 195711071986031002 NIP 19730310 199802 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(4)

ix

MOTTO

Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,

sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar (Al-baqorah : 153)

Barang siapa memberikan kemudahan kepada orang yang mengalami kesulitan

maka Allah akan memberikan kemudahan kepadanya di dunia dan di akhirat

(H.R. Muslim)

Sesungguhnya Allah itu lemah-lembut, Ia mencintai Kelemah lembutan dalam

segala hal dan Ia akan memberi apa saja yang Ia tidak berikan kepada kekerasan

(Shahih Bukhari)

Orang kaya bukanlah orang yang memiliki segala hal tetapi orang yang dapat

menikmati apapun yang dimiliki dan hidup akan lebih bahagia jika kita dapat

menikmati apa yang kita miliki Modal terbesar adalah kemandirian, Keberanian

terbesar adalah kesabaran,Kehormatan terbesar adalah kesetiaan, Rekreasi terindah

adalah bekerja dan kegagalan terbesar adalah keputus asaan

(Ali Bin Abutholib)

Jika ada senyum yang pertama kali aku temui, itulah senyum kedua orang tua ku.

Jika ada kasih sayang yang pertama kali aku temui, itulah kasih sayang kedua

orang tua ku. Jika ada pengorbanan yang tiada meminta balasan, itulah

pengorbanan orang tua ku. Doa yang selalu aku ucapkan dari lidah ku adalah

untuk kedua orang tua ku. Jika kebahagian menghampiri ku, ku persembahkan

untuk kedua orang tua ku. Tetapi, kesedihan terberat bagi ku adalah ketika kedua

orang tua ku meningggalkan ku untuk selama-lamanya

(Endro Sucipto)


(5)

x

Dengan Menyebut Nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

PERSEMBAHAN

Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Syukur Alhamdullilah Segala puji hanya Milik-Mu dan atas Ridho-Mu

akhirnya dapat ku rasakan juga kebahagiaan yang tak ternilai harganya.

Liku-liku perjalanan menuju kesuksesan untuk meraih cita-cita tak luput

dari cobaan-Mu yang penuh dengan maghfiroh dan hidayah-Mu.

Atas kebahagian ini kupersembahkan skripsi ini untuk :

Allah SWT sebagai sandaran dan tempat harapanku, Rasulullah dan

Agamaku Tercinta. Ayahanda tercinta (A. Anshori) dan Ibunda (Sugiyem).

Ibunda tersayang yang telah memberikan kasih sayang, doa serta dengan

tulus dan sabar menanti keberhasilanku. Adik ku tersayang (Rahmat

Arifin) yang selalu memberikan kasih sayang, semangat dan selalu

mendoakan keberhasilanku.

Sahabat-sahabatku yang ku sayangi, terimakasih banyak atas segala

bantuan kalian, kebersamaan, suka duka, membuat semuanya sangat

berarti dan tidak dapat aku lupakan. Buat Pandawa Lima (love you

friends).


(6)

viii

Riwayat Hidup

Endro Sucipto merupakan anak pertama dari 2 bersaudara pasangan suami istri bapak A. Ansori dan ibu Sugiyem. Lahir di Tanjung Karang pada tanggal 22 Sepetember 1987.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah TK Amarta Tani, Kedaton Bandar Lampung (1992-1993), SDN 3 Rajabasa Bandar Lampung (1993-1999), SMP Al-Kautsar Bandar Lampung (1999-2002), SMA Al-Al-Kautsar Bandar Lampung

(2002-2005). Pada tahun 2005, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur SPMB.

Berbagai macam kegiatan yang diikutinya tidak membuatnya berpuas diri dan bahkan terus berupaya ditingkatkannya. Semangat untuk bertindak telah merubah cara pandang dalam dirinya. Disamping kuliah, maka pada tahun 2007 Endro panggilan akrabnya mengikuti kegiatan pemberdayaan masyarakat pesisir laut dan pulau-pulau kecil di Lampung dengan terlibat aktif di Lembaga Swadaya

Masyarakat Mitra Bentala sebagai Staf Pendidikan, yaitu mengembangkan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di sekolah-sekolah.

Penulis adalah Juara 1 Pemuda Pelopor Tingkat Propinsi Lampung (20120, Juara 2 Pemuda Pelopor Tingkat Nasional (2010), dan salah satu dari 4 Pemuda se-Indonesia yang dipilih oleh Team BBC London dalam kegiatan Get Inspired di 3 Kota (2011).

Prinsipnya menyelamatkan lingkungan harus dimulai sejak usia dini sehingga akan tumbuh rasa kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan. Sehingga dengan dalih apapun lingkungan tidak akan dikorbankan apalagi hanya untuk kepentingan sesaat semata.


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pendekatan kooperatif teknik: student team achievement divisions (STAD) dan teknik Group Investigation (GI)

0 36 221

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sdit Bina Insani ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Sdit Bina Insani Kelas V Semester Ii Serang-Banten )

0 3 184

Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation siswa kelas IV SD Negeri Sukamaju 3 Depok

0 6 189

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION) DENGAN STAD (STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) MELALUI METODE EKSPERIMEN

0 7 52

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (Group Investigation) DAN STAD (Student Teams Achievement Divisions) DENGAN METODE EKSPERIMEN

3 30 78

Perbedaan Sikap Ilmiah Siswa antara yang Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Group Investigation (GI) pada Konsep Fungi

0 18 288

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

PERBANDINGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DAN PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT Perbandingan Pembelajaran Group Investigation (GI) Dan Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Terhadap Hasil Belajar Biologi Peserta Didik Kela

0 2 16