2. Pembahasan
Dalam bab ini diuraikan pembahasan tentang faktor-faktor keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam dikelompok lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban
Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi.
2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, penginderaan, penciuman,
rasa dan raba sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas pengetahuan presepsi teeerhadap objek-
objek. Sebagian besar pengethuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Notoadmodjo, 2003.
Pengetahuan individu tentang pentingnya untuk mempertahankan kesehatan juga diperlukan agar individu memiliki presepsi yang positif terhadap pelayanan
kesehatan, sehingga seseorang mau meningkatkan pelayanan kesehatan yang ada dengan optimal Efendy. 1998.
Berdasarkan hasil penelitian dikelompok lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi diperoleh hasil tentang senam
lansia mayoritas berpengetahuan baik yaitu sebanyak 90, dan minoritas berpengetahuan cukup sebanyak 10. Hal ini berbanding terbalik dengan hasil
penelitian mayoritas lansia yang mengikuti senam berpendidikan SD sebanyak
Universitas Sumatera Utara
56,6, dan minoritas berpendidikan tidak sekolah sebanyak 3,3. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Fahrun 2009 yang menyatakan tidak adanya pengaruh
tingkat pendidikan terhadap kunjungan lansia ke posyandu lansia tersebut mungkin saja terjadi karena pendidikan pada dasarnya tidak hanya dapat diperoleh dari bangku
sekolah formal tetapi juga lingkungan keluarga, masyarakat, dan dari media lainya majalah, berita dll.
Hasil yang sama juga dilaporkan dari hasil penelitian Sumiati 2013 pengetahuan lansia tentang posyandu lansia mempengaruhi keaktifan lansia dalam
memanfaatakan posyandu lansia. Hasil penelitian Widyastuti 2012 yang menyatakan semakin baik pengetahuan seseorang lansia mengenai senam lansia,
maka semakin aktif lansia mengikuti senam sehingga lansia tetap bugar dan harapan hidup lansia semakin tinggi.
2.2. Fasilitas Kesehatan Fasilitas kesehatan merupakan sarana dan prasarana yang digunakan dalam
kegiatan senam. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor fasilitas kesehatan dikelompok lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan
Kota Tebing Tinggi dalam kategori baik sebanyak 70 dan katagori cukup 30. Hal ini disebabkan lansia yang mengikuti senam mengatakan tempat diselenggarakan
senamnya nyaman dan lansia dapat melakukan pemeriksaan kesehatan gratis. Menurut lansia mereka mengikuti senam karena tempatnya nyaman, fasilitas yang
disiapkan oleh petugas kesehatan atau kader sudah memadai. Berdasarkan hasil
Universitas Sumatera Utara
penelitian Novarinda 2012 yang menyatakan bahwa salah satu faktor ketidakaktifan lansia untuk mengikuti senam adalah fasilitas senam yang diberikan kader kurang
mencukupi. Hasil penelitian Rifai 2004 juga menyatakan bahwa masyarakat memperhatikan fasilitas kesehatan, sehingga fasilitas merupakan hal yang
berpengaruh terhadap keikutsertaan masyarakat.
2.3 Letak Pelayanan Kesehatan Letak pelayanan kesehatan mengandung arti jarak yang harus ditempuh oleh
lansia dari tempat tinggalnya menuju tempat diselenggarakannya kegiatan senam. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa faktor letak pelayanan kesehatan dalam
kategori baik sebanyak 70 dan dalam kategori cukup sebanyak 30 terhadap keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam dikelompok lansia Mandiri Kelurahan
Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi. Lansia berpendapat bahwa mereka akan jarang mengikuti senam apabila tempat disenggarakannya kegiatan
senam dipindahkan dari lokasi yang jauh dari rumah mereka karena mereka akan merasakan keletihan dan mengeluarkan biaya untuk transportasi. Hal ini disebabkan
mayoritas lansia berjalan kaki untuk mengikuti senam. Hal ini mungkin sejalan dengan hasil penelitian mayoritas lansia yang mengikuti senam adalah berusia 45-54
tahun sebanyak 33,3, dan minoritas usia lansia 70 tahun sebanyak 13,4. Secara individu memasuki usia tua maka terjadi penurunan secara ilmiah, hal ini
menimbulkan masalah fisik, mental, sosial berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan mereka sehingga menyebabkan kebutuhan terhadap pelayanan
Universitas Sumatera Utara
kesehatan Notoatmodjo, 2007. Temuan Junardi 2012 yang menyatakan jarak posyandu yang dekat akan
membuat lansia menjangkau posyandu. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah
lebih serius maka hal ini akan mendorong meninat dan motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Hasil yang sama juga dilaporkan dari hasil penelitian
Henniwati 2008 yang menyatakan bahwa jarak tempat tinggal lansia ke tempat pelayanan mempengaruhi lansia dalam memanfatkan pelayanan kesehatan. Hal yang
sama juga dikatakan Pertiwi 2013 yang menyatakan bahwa semakin mudah pelayanan ksehatan untuk dijangkau maka semakin sering lansia menggunakan
pelayanan kesehatan tersebut. Hasil yang sama juga dilaporkan dari hasil penelitian Sumati 2012 yang menyatakan bahwa kemampuan lansia dalam mengakses
pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh jarak rumah dengan posyandu lansia yaitu semakin dekat jarak rumah dengan posyandu maka semakin aktif memanfaatkan
posyandu lansia.
2.4. Peran Petugas Kesehatan kader Peran petugas kesehatan kader posyandu lansia mempunyai peran yang
penting karena merupakan penyedia kesehatan healt provider yang setiap bulannya bertugas diposyandu membantu petugas kesehatan saat pelaksaan kegiatan posyandu
lansia di wilayahnya Departeman Kesehatan RI, 2006. Secara umum kader posyandu lansia mempunyai tiga peran role yaitu 1 sebagai pelaksanan, 2 sebagi
Universitas Sumatera Utara
pengelola dan 3 sekaligus dapat berperan sebagai pengguna posyandu lansia khususnya kader yang sudah memasuki usia lanjut usia Valen dkk, 2010.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa faktor peran petugas kesehatan kader dalam kategori baik sebanyak 83,3 dan dalam kategori cukup 16,7 terhadap
keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam di kelompok lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi. Hal ini disebabkan karena
petugas kesehatan kader menjalankan tugasnya sebagai motivator dan penyuluh kesehatan yang membatu para petugas kesehatan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang perilaku kehidupan sehat dan memotivasi mereka untuk melakukan tindakan pencegahan penyakit dengan menggunakan sarana yang ada.
Hal ini sesuai dengan hasil peneltian Maria 2008 yang menyatakan bahwa dukungan kader mempengaruhi keaktifan kunjungan lansia ke posyandu. Hal yang
sama juga dilaporkan hasil penelitian Comancho dkk 2009 tentang perbedaan status sosial ekonomi dan karakteristik institusional dalam pelayanan umum tindakan
preventif bagi lansia di Costa Rica yang menyatakan bahwa kebijakan kesehatan berpengaruh terhadap peningkatan status kesehatan lansia melalui upaya perawatan
kesehtan primer secara professional.
2.5. Peran Keluarga Peran keluarga adalah tingkah laku yang dilakukan seseorang dalam konteks
keluarga. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa faktor peran keluarga dalam kategori baik sebanyak 73,3 dan dalam kategori cukup sebanyak 26,7
Universitas Sumatera Utara
terhadap keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam dikelompok lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi. Hal ini
disebabkan salah satu peran keluarga memberikan dorongan untuk lansia tetap mengikuti kegiatan-kegiatan diluar rumah termasuk pengembangan hobi, dan
memberikan dorongan hidup sehat dan bersih. Sebahagian besar lansia merasa keluarga mereka sangat mendukung terhadap keikutsertaan dalam kegiatan senam.
Keluarga memiliki peran yang penting dalam kehidupan lansia terutaman terkait dengan pemanfaatan posyandu lansia. Sejalan dengan Stanley 2005, didalam
bukunya dijelaskan segala bentuk perhatian yang diberiakn keluarga khususnya maupun masyarakat termasuk petugas kesehatan pada umumnya, menumbuhkan
motivasi lansia untuk tetap berkarya dan eksis di kehidupannya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Fuad 2008 yang menyatakan bahwa dukungan keluarga menjadi
motivasi bagi lansia dalam memanfaatkan posyandu lansia. Hasil yang sama juga dilaporkan dari hasil penelitian Novarinda 2012 yang
menyatakan semakin tinggi tingkat dukungan keluarga maka semakin tinggi keaktifan lansia mengikuti senam. Tingkat dukungan keluarga yang cukup tentang senam lansia
sangat penting, sehingga resiko lansia mengalami kelemahan fisik dapat dicegah. hal yang sama juga disampaikan dan hasil penelitian Azizah 2011 yaitu
dukungan keluarga dibutuhkan dalam rangka membantu agar lansia tetap beraktivitas dalam rangka membantu lansia tetap beraktivitas. Hal ini sangat berkaitan sekali
dengan apa yang dikemukakan Friedman 2008 bahwa keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Dukungan tersebut dapat dilakukan dengan cara
Universitas Sumatera Utara
mengingatkan dukungan emosional, pengahargaan, instusional, dan informasi, yang diberikan oleh anggota keluarganya. Untuk dapat meningkatkan motivasi lanisa
dalam keikutsertaan senam lansia, hendaknya keluarga memberikan dukungan, seperti hanya dengan mengantarkan lansia mengikuti senam dan meningkatkan
semangat lansia untuk selalu aktif mengikuti senam siswanu, 2010.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN