FAKTOR-FAKTOR KEIKUTSERTAAN LANSIA DALAM

2.6. Pakaian Senam Menurut Pujiastuti 2003, pakaian yang digunakan sebaikanya mempertimbangkan hal-hal berikut. a. Tidak menghalangi gerakan ketatkendur. b. Cukup ventilasi. c. Mudah menyerap keringat, d. Tampak rapi dalam penampilan. e. Bahan katun murni. f. Sepatu datar supaya tidak menghalangi peregangan betis.

3. FAKTOR-FAKTOR KEIKUTSERTAAN LANSIA DALAM

KEGIATAN SENAM Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultasi dari berbagagi faktor, baik internal maupun eksternal lingkungan. Pada garis besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yaitu, aspek fisik, psikis, dan sosial, Akan tetapi dari ke 3 asspek tersebut sulit untuk dipastikan aspek mana yang paling mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terinci perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak minat, motivasi, presepsi, sikap dan sebagainya Notoadmodjo, 2010. Universitas Sumatera Utara Beberapa teori telah dicoba untuk mengungkapkan derminan perilaku berangkat dari analisi faktor faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan antara lain teori Lawrence Green 1980. 3.1. Teori Lawrence Green Lawrence Green mencoba mengenalisis perilaku manusia, ia mengatakan bahwa kesehatan individumasyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu, faktor perilaku dan faktor diluar perilaku non-perilaku Noorkasiani, 2009. Selanjutnya faktor perilaku itu sendiri ditentukan oleh tiga kelompok faktor, yakni : 3.1.1 Faktor Predisposisi Faktor predisposisi merupakan faktor pencetus yang berfungsi untuk memotivasi individu atau kelompok untuk melakukan tindakan yang terwujud diataranya pengetahuan. 1. Pengetahuan pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas pengetahuan presepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Notoadmodjo, 2003. Pada dasarnya seseorang menggunakan jasa pelayanan kesehatan dipengaruhi perilakunya yang terbentuk antara lain dari pengetahuannya. Kencendrunagn Universitas Sumatera Utara seseorang untuk tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan didasari oleh pengetahuan orang yang bersangkutan akan pengatahuan yang berhubungan dengan suatu program maupun dengan pelayanan kesehatan tersebut. Sementara itu jumlah pengetahuan yang ada pada setiap orang yang terbentuk dari seberapa jauh orang tersebut mendapatkan informasi yang berkaitan dengan masalah kesehatan Tukiman, 1994. Berdasrkan hasil penelitian Fratika 2013, pengatahuan berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian Zuraidah 2006, tingkat pengetahuan lansia tentang senam lansia adalah 56,9 yang dapat dikatagorikan dalam tingkat pengetahuan cukup. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu, aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan mementukan sikap seseorang semakin banyak aspek positf dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu Wawan, 2011. Semakin banyak informasi yang diterima oleh masyarakat tentang pelayanan kesehatan semakin baik presepsi terhadap pelayanan kesehatan tersebut. Pengetahuan individu tentang pentingnya untuk mempertahankan kesehatan juga diperlukan agar individu memiliki presepsi yang positif terhadap pelayanan kesehatan, sehingga seseorang mau memanfaatkan pelayanan kesehtan yang ada dengan optimal Effendy, 1998. Universitas Sumatera Utara 3.1.2. Faktor Pendukung Faktor-faktor yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana-saran kesehatan misalnya, puskesmas dan sebagainya. 1. Fasilitas Kesehatan Menurut UUD No.36 Tahun 2009 tentang kesehtan fasilitas kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat. Sarana dan prasarana untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di kelompok lanjut usia, dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang, antara lain; tempat kegiatan gedung, ruangan atau tempat terbuka; meja kursi; alat tulis; buku pencatatan buku register bantu; kit lanjut usia, yang berisi, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensimeter, peralatan laboraturium sederhana, termometer; kartu menuju sehat KMS lanjut usia; buku pedoman pemeliharaan kesehatan BPPK lanjut usia. 2. Letak Pelayanan Kesehatan Letak pelayanan kesehatan yang dimaksud disini adalah jarak ke tempat pelayanan kesehatan. Jarak dalam hal ini diartikan secara fisik yakni berapa jauh lokasi tempat tinggal dengan lokasi pelayanan dalam satuan kilometer. Pelayanan kesehatan yang lokasinya terlalu jauh dari daerah tempat tinggal tentu tidak mudah dicapai. Apabila keadaan ini sampai terjadi, tentu tidak akan memuaskan pasien. Universitas Sumatera Utara Semakin jauh jarak kelokasi fasilitas pelayanan kesehatan, maka semakin rendah pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian Henniwati 2008, menunjukkan bahwa jarak tempat tinggal lansia ke tempat pelayanan mempengaruhi lansia dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Semakin mudah pelayanan kesehatan untuk dijangkau maka semakin sering lansia menggunakan pelayanan kesehatan tersebut Pertiwi, 2013. Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa terus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan keamanan atau kecelakaan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu salah satunya senam Pertiwi, 2013. 3.1.3 Faktor Pendorong Faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan prilaku petugas kesehtan atau yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. 1. Peran Petugas Kesetahan. Petugas kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan professional dibidang kesehtan baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan Universitas Sumatera Utara maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam upaya kesehatan. Menurtut WHO 1998 kader kesehatan adalah laki-laki atau wanita yang dipilh oleh masyarakat dekat dengan tempat-tempat pemberi pelayanan kesehatan. Kader adalah anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh masyarakat, mau dan mampu bekerja bersama dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan secara sukarela. Kader posyandu lansia mempunyai peran yang penting karena merupakan penyedia pelayanan kesehatan health provider0 yang setiap bulannya bertugas di posyandu membantu petugas kesehatan saat ada pelakasanaan kegiatan posyandu lansia di wilayahnya Departeman Kesehatan RI, 2006. Secara umum kader posyandu lansia mempunyai tiga peran role, yaitu 1 sebagai pelaksanan, 2 sebagai pengelola dan 3 sekaligus dapat berperan sebagai penggunan posyandu lansia, khususnya kader yang sudah memasuki lanjut usia fallen dan budi Dwi K, 2010. Peran anggota masyarakat kader adalah sebagai motivator atau penyuluh kesehatan yang membantu para petugas kesehatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perilaku hidup sehat dan memotivasi mereka untuk melakukan tindakan pencegahan penyakit dengan menggunakan sarana kesehatan yang ada Sarwono, 2004. Menurut WHO kader masyarakat merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam pelayanan kesehatan di masyarakat. Menurut Depkes RI, 2003 peran kader posyandu lansia, menyiapkan alat dan bahan, melaksanakan pembagian tugas, menyiapkan materimedia penyuluhan, mendaftar lansia, mencatat kegiatan sehari-hari lansia, mengajak usia lanjut untuk hadir dan Universitas Sumatera Utara berpartisipasi dalam kegiatan kelompok usia lanjut, menggali dan menggalan sumber daya termasuk pendanaan yang bersumber masyarakat, membuat catatan kegiatan posyandu. 2. Peran Keluarga Peran keluarga adalah tingkah laku yang dilakukan seseorang dalam kontek keluarga. UU kesehatan No.23 tahun 1992 pasal 5 menyebutkan setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan perorangan, keluarga dan lingkungan. Menurut Maryam 2008, dalam melakukan perawatan pada lansia, setiap anggota keluarga memiliki peran yang sangat penting, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga dalam melaksanakan peranannya terhadap lansia yaitu, melakukan pemberian terarah, mempertahankan keluaraga, memberi kasih sayang, menghormati dan menghargai, bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia, memberi dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan-kegiatan diluar rumah termassuk pengembangan hobi, memberi dorongan untuk tetap hidup bersih dan sehat. Berdasarkan hasil penelitian Siswanu 2010, adanya hubungan antara faktor dukungan keluarga dengan keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam. Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesehatan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingin atau mengantar Universitas Sumatera Utara lansia ke posyandu. Mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengikuti segala permasalahannya bersama lansia Pertiwi, 2013. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

1. KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasi tentang faktor- faktor keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam, untuk dapat mengidentifikasi hal tersebut maka peneliti mencoba mengembangkan berdasarkan teori perilaku Green 1980 yang mengatakan bahwa sesorang dipengaruhi oleh faktor predisposisi yang terwujud diantaranya Pengetatahuan. Faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fasilitas kesehatan, letak pelayanan kesehatan. Faktor pendorong yaitu dari orang-orang yang memepunyai pengaruh diantaranya dukungan petugas kesehatan kader dan dukungan keluarga. Skema 1. Kerangka konseptual Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam “ Berdasarkan Teori Perliaku Green 1980”. Faktor-faktor keiutsertaan lansia dalam kegiatan senam 1. Faktor Pengetahuan 2. Faktor Fasilitas Kesehatan 3. Faktor Letak Pelayanan Kesehatan 4. Faktor Peran Petugas Kesehatan Kader 5. Faktor Peran keluarga Baik, Cukup, Kurang Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Kualitas Hidup Wanita Lansia di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu Tebing Tinggi

10 79 87

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pada Lansia Di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung

7 124 87

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi Ibu-ibu lansia dalam kegiatan Bina Keluarga Lansia

0 10 115

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN LANSIA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI DESA Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Lansia Dalam Kegiatan Posyandu Di Desa Plumbon Kec.Mojolaban Sukoharjoul.

0 1 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN LANSIA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI DESA Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Lansia Dalam Kegiatan Posyandu Di Desa Plumbon Kec.Mojolaban Sukoharjoul.

0 1 16

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI KELOMPOK LANSIA DI KOTA BANDUNG DALAM MEMANFAATKAN WAKTU LUANG UNTUK REKREASI.

4 18 52

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN POSYANDU Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Lansia Dalam Mengikuti Kegiatan Posyandu Lansia Di Desa Kauman Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten.

0 0 15

PENDAHULUAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Lansia Dalam Mengikuti Kegiatan Posyandu Lansia Di Desa Kauman Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten.

0 5 6

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN POSYANDU Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Lansia Dalam Mengikuti Kegiatan Posyandu Lansia Di Desa Kauman Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten.

0 1 13

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEIKUTSERTAAN SISWA DALAM KEGIATAN SENAM AEROBIK DI SMK NEGERI SE KABUPATEN SUMEDANG.

0 0 46