5. Menselaraskan integrasi antara program dan pelayanan kuratif UKM UKP
di puskesmas Yulia Astuti, 2014.
2.1.5 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Sakit yang dilayani dengan MTBS
Cakupan MTBS adalah cakupan anak balita umur 12-59 bulan yang berobat ke puskesmas dan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar MTBS di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Hal ini dapat diukur dengan rumus berikut : Rumus yang digunakan adalah :
Cakupan MTBS = Ʃ BS
x 100
Ʃ total Ʃ BS = Jumlah anak balita sakit yang memperoleh pelayanan sesuai tatalaksana
MTBS di Puskesmas disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Ʃ total = Jumlah seluruh anak balita sakit yang berkunjung ke Puskesmas disuatu
Wilayah kerja dalam 1 tahun
Jumlah anak balita sakit diperoleh dari kunjungan balita sakit yang datang ke puskesmas register rawat jalan di puskesmas. Jumlah anak balita sakit yang
mendapat pelayanan standar diperoleh dari format pencatatan dan pelaporan MTBS. Kemenkes RI, 2010.
2.2 Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Manajemen Tepadu Balita Sakit
MTBS
Berdasarkan Kemenkes RI 2011 keberhasilan penerapan MTBS di Puskesmas tidak terlepas dari adanya pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan tenaga kesehatan dalam melakukan MTBS, monitoring pasca pelatihan serta bimbingan teknis bagi perawat dan bidan yang dilakukan oleh kepala
puskesmas atau Dinas kesehatan setempat, dan kelengkapan sarana dan prasarana pendukung dalam pelaksanaan MTBS termasuk ketersediaan obat-obatan di
puskesmas. Bila dihubungkan dengan Teori Lawrence Green 1980, didapatkan
sebagai berikut : 1.
Faktor Predisposisi Predisposing factors
Faktor predisposisi merupakan faktor yang mempermudah terjadinya perubahan perilaku seseorang dalam hal ini orang yang dimaksud bisa juga dilihat
dari segi tenaga kesehatan, Faktor ini terwujud dalam umur, pengetahuan, sikap, keyakinan, dan sebagainya. Dalam hal ini yang dibahas pada faktor Predisposisi
dalam pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit di puskesmas adalah pengetahuan dan pelatihan. Husni, 2012
a. Pengetahuan
Menurut Notoatmojo 2009, Pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan pemicu awal dari tingkah laku termasuk tingkah laku dalam bekerja.
Pengetahuan sangat di perlukan dalam rangka perubahan pola pikir dan perilaku. Pengetahuan yang baik tentang suatu pekerjaan akan membuat seseorang menguasai
bidang pekerjaannya. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas tingkatan yang berbeda-beda dan secara garis besar dapat dibagi 6 tingkatan
pengetahuan yaitu : diawali dengan proses Tahu know, kemudian memahami