1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan industri di dunia menyebabkan terjadinya perubahan dari teknologi yang sederhana atau tradisional menjadi teknologi maju. Teknologi
yang semakin maju dapat menimbulkan bahaya yang besar, sehingga memerlukan teknik pengendalian untuk mengurangi dampak negatif terhadap tenaga kerja,
masyarakat, serta lingkungannya Syahifudin, 2013. Budaya keselamatan adalah suatu konsep yang menyangkut manusia dimana memiliki aspek internal yang
tidak terlihat mind, dan aspek eksternal yang terlihat behavior yang keberadaannya hadir dalam suatu konteks sosial Tarwaka, 2015:10.
Kecelakaan kerja tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan kerugian materi bagi pekerja serta pengusaha, tetapi dapat mengganggu proses produksi
secara menyeluruh, merusak lingkungan, dan berdampak pada masyarakat luas. Kerugian yang terjadi berupa kerugian ekonomi seperti: kerusakan alatmesin;
bahan dan bangunan; biaya pengobatan dan perawatan; tunjangan kecelakaan; jumlah produksi dan mutu berkurang; kompensansi kecelakaan dan penggantian
tenaga kerja, kerugian non ekonomi seperti: penderitaan korban dan keluarga, aktivitas kerja berhenti sementara, dan hilangnya waktu bekerja Anizar, 2009:7.
Berdasarkan data International Labour Organization ILO, pada tahun 2012 jumlah kasus kecelakaan kerja di dunia mencapai 6.000 jiwa setiap
tahunnya. Pada tahun 2013, angka kematian dunia yang diakibatkan karena pekerjaannya yaitu mencapai 2,3 jutaan setiap tahunnya. Dari angka kejadian
kecelakaan kerja yang terjadi di tingkat dunia mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini dapat dikatakan bahwa minimnya sistem manajemen
suatu perusahaan yang berperan dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja Amirrudin, 2012.
Menurut PT. Jamsostek, jumlah kecelakaan kerja di Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 103.074 kasus dimana setiap hari tidak kurang dari 6 pekerja
meninggal dunia akibat kecelakaan kerja. Menurut data dari Kemenakertrans dalam Indra M, dkk 2014, menyebutkan bahwa sampai pada tahun 2013 di
Indonesia setiap hari tidak kurang dari 7 pekerja meninggal dunia akibat kecelakaan kerja. Indonesia merupakan negara yang tingkat keselamatan kerjanya
tergolong rendah. Angka tersebut tergolong tinggi dibandingkan negara Eropa yang hanya 2 orang meninggal per hari karena kecelakaan kerja Indra M, dkk,
2014. Berdasarkan data Depnakertrans, angka kecelakaan kerja di Indonesia
Triwulan IV tahun 2014 adalah 14.519 kasus, untuk jumah korban ada 14.257 kasus Depnakertrans, 2014. Pada triwulan I tahun 2015 dibandingkan dengan
tahun 2013 dan 2014, jumlah kecelakaan kerja secara nasional masih sangat tinggi yaitu 103.000 per tahun. Dari jumlah tersebut, 2.400 kasus diantaranya
menyebabkan pekerja meninggal dunia, sehingga rata-rata 8 orang meninggal dunia setiap harinya Anisa Rahmatika, 2015.
Berdasarkan data Disnakertrans pada tahun 2012 tercatat Provinsi Jawa Tengah menyumbangkan kasus kecelakaan kerja sebanyak 5.029 kasus 4,88
dari total kasus kecelakaan kerja. Pada tahun 2013, di Jawa Tengah mengalami
penurunan kasus kecelakaan kerja, yaitu sebesar 0,42 kasus kecelakaan kerja dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada triwulan ke IV tahun 2014, Jawa Tengah merupakan provinsi yang angka kecelakaan kerjanya tertinggi kedua setelah Jawa
Timur, dimana di provinsi inilah banyak perusahaan yang memperkerjakan orang dengan berbagai macam risiko yang berbeda. Jumlah kecelakaan kerja di Jawa
Tengah triwulan IV tahun 2014 yaitu sebesar 3.080 kasus, jumlah korbannya mencapai 3.107 jiwa Depnakertrans, 2014.
Berdasarkan
Iranian Social Security Organization
2015, tingkat kecelakaan kerja di Iran mengalami peningkatan 65 dari tahun sebelumnya. Hal
tersebut ditunjukkan bahwa 80-90 kecelakaan kerja berkaitan dengan perilaku tidak aman dari pekerjanya. Menurut penelitian Abbasi dan dkk 2015, tindakan
tidak aman pekerja industri manufaktur menyumbang 59,2 kasus kecelakaan di Kermanshah, sedangkan pada industri oil dan gas menyumbang sebesar 24,5
dan 26,7. Menurut data dari
U.S. Bureau of Labor Statistics, U.S. Department of Labor
tahun 2013 didapat data kecelakaan kerja pada tahun 2010 dengan total kecelakaan kerja sebanyak 4.690 kasus di Iran. Dari 4.690 kasus kecelakaan kerja
tersebut, 329 kasus 7 terjadi di industri manufaktur, kasus di industri lainnya konstruksi, dll sebesar 93. Tahun 2011 total kecelakaan kerja mencapai 4.693
kasus, kecelakaan kerja di industri manufaktur sebesar 327 kasus 6,9. Tahun 2012, total kasus kecelakaan kerja mencapai 4.383 kasus, dengan 314 kasus
7,2 terjadi di industri manufaktur. Berdasarkan data kasus kecelakaan kerja
dalam tiga tahun terakhir tersebut, terlihat rata-rata kasus kecelakaan kerja yang disumbang dari kecelakaan kerja di industri manufaktur setara 7 Alvan, 2015.
Perusahaan Obat Nyamuk “X” merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dalam Consumer Good bidang Health, Hygiene, Home. Perusahaan
Obat Nyamuk “X” Semarang Factory adalah salah satu anak cabang perusahaan manufaktur obat nyamuk yang terletak di Jalan Raya Semarang-Demak KM. 15,
Kabupaten Demak. Saat ini, produk yang dihasilkan oleh Perusahaan Obat Nyamuk “X”, yaitu Durex, Strepsils Gavicson, Lysol, Dettol, Veet, Harpic, Bang,
Mortein, Tiga Roda, dan Vanish. Jumlah tenaga kerja pada tahun 2015 sebanyak 531 orang, yaitu jumlah tenaga kerja laki-laki sebanyak 218 orang 41 dan
perempuan sebanyak 312 orang 59. Proses produksi di Perusahaan Obat Nyamuk “X” melalui beberapa
tahapan, yaitu mixing, extruding, stamping, drying, packing, dan transit. Proses mixing yaitu proses awal produksi, pencampuran bahan baku dan bahan tambahan
dengan bahan-bahan kimia yang dilakukan dengan mesin menjadi adonan. Proses extruding yaitu proses penggilingan adonan obat nyamuk menjadi lembaran-
lembaran yang siap dialihkan ke mesin stamping. Proses stamping yaitu proses pencetakan lembaran-lembaran adonan menjadi ring
-
ring obat nyamuk yang siap dikeringkan dioven. Proses drying yaitu proses pengeringan hasil cetakan ring
-
ring obat nyamuk selama beberapa menit dengan suhu tertentu. Proses packing yaitu proses pengemasan obat nyamuk dengan berbagai kemasan yang sudah
tersedia, baik kardus maupun kaleng. Proses transit yaitu produk yang sudah
dikemas siap didistribusikan, namun sebelumnya ditempatkan pada gudang sementara sebelum didistribusikan oleh truk-truk.
Tahapan-tahapan proses produksi terdapat beberapa potensi bahaya, yaitu bahaya mekanik, bahaya fisik, bahaya kimiawi, bahaya biologis, dan bahaya
listrik. Potensi bahaya yang terdapat dalam proses mixing, antara lain: bahaya mekanis seperti: kejatuhan bahan benda saat bekerja, kejatuhan bahan baku,
tersayat katrol; bahaya kimia seperti: iritasi mata, dan pernapasan, keracunan karena penggunaan bahan kimia. Pada proses extruding terdapat beberapa potensi
bahaya, yaitu: bahaya mekanis seperti: terlindas anak dorong, terjepit roll berputar, tergores katrol; bahaya kimia seperti iritasi pernapasan.
Potensi bahaya yang terdapat dalam proses stamping, antara lain: bahaya fisik seperti: kebisingan, suhu panas, iritasi mata, dan pernafasan; bahaya
mekanis seperti: terjepit roll berputar, tergores pintu guarding mesin, terbentur mesin cetak; bahaya listrik, seperti: tersengat arus listrik saat pengoperasian
mesin. Pada proses drying terdapat beberapa potensi bahaya, antara lain: bahaya fisik seperti: suhu panas, kebisingan; bahaya listrik seperti: tersengat arus listrik
saat pengoperasian mesin. Potensi bahaya yang terdapat dalam proses packing, antara lain: bahaya mekanis seperti: terlindas trolley, terbentur trolley, kejatuhan
kaleng, terjepit roll berputar; bahaya listrik seperti: tersengat arus listrik saat pengoperasian mesin Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko, 2015.
Berdasarkan data kecelakaan kerja yang terjadi di Perusahaan Obat
Nyamuk “X” Semarang Factory tahun 2012 sampai bulan Juli tahun 2015, angka kecelakaan kerja yang terjadi sebanyak 98 pekerja. Kecelakaan kerja tersebut
disebabkan oleh: terpeleset, terkena bahan kimia, kejatuhan benda, terjepit, dan terbentur yaitu 46 pekerja 46,94, kecelakaan yang disebabkan oleh listrik yaitu
11 pekerja 11,22, karena transportasi kerja yaitu 13 pekerja 13,27, terjatuh karena ketinggian yaitu 5 pekerja 5,1, dan karena mesin produksi yaitu 23
pekerja 23,47. Berdasarkan data jika dilihat dari tingkat keseriusan kecelakaan untuk kejadian sampai fatal belum pernah ada. Namun dari kecelakaan yang
terjadi karena mesin produksi menunjukkan luka yang serius dibandingkan dengan yang lain, yaitu amputasi pada bagian jari tengah.
Berdasarkan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko IBPR bulan November 2015, dari departemen produksi Perusahaan Obat Nyamuk “X”
Semarang Factory risiko bahaya yang paling tinggi terdapat di bagian stamping. Menurut hasil investigasi insiden departemen HSE, semua temuan kecelakaan
kerja disebabkan unsafe action pekerja dan kelelahan kerja. Unsafe action pekerja yang terdapat di bagian stamping, antara lain membersihan sumbatan dengan
kayu, membersihan sisa adonan di area mesin cetak, tidak menutup kembali guarding mesin, tidak memakai earplug, membalikkan tray dengan tangan, dan
duduk di pinggiran tray. Kecelakaan kerja yang terjadi di Perusahaan Obat Nyamuk “X” ini
disebabkan oleh unsafe action dan unsafe condition pekerja. Menurut data Safety Behavior Observation Reporting Bulan Mei tahun 2015 hingga April 2016,
terdapat 241 unsafe action pekerja bagian stamping antara lain tangan pekerja mengakses bagian bawah mesin konveyor, berlari atau bergegas di area sekitar
mesin, dan tidak mematikan mesin saat hendak membersihkan sumbatan adonan.
Hal tersebut dapat mengakibatkan kemungkinan terjadi kecelakaan kerja. Pekerja di bagian stamping pada bulan Januari 2015 mengalami kecelakaan kerja akibat
melakukan tindakan tidak aman yang menyebabkan total hari kerja yang hilang sebesar 10 hari, yaitu kecelakaan kerja yang menyebabkan jari telunjuk tangan
kanan diamputasi. Pencegahan kecelakaan kerja dilakukan dengan fokus mengurangi unsafe
action pekerja dengan melakukan identifikasi yang dilakukan dengan melalui pendekatan Behavior Based Safety BBS. Menurut Cooper 2009, Behavior
Based Safety BBS adalah proses kerjasama terkait keselamatan antara manajemen dan tenaga kerja yang berkelanjutan terhadap perhatian dan tindakan
seseorang dan orang lain serta perilaku selamat. BBS mendorong individu untuk mempertimbangkan potensi bahaya yang mengakibatkan insiden dan kecelakaan,
serta untuk menilai perilaku baik perilaku aman atau perilaku tidak aman. BBS lebih menekankan aspek perilaku manusia terhadap terjadinya kecelakaan di
tempat kerja
Health and Safety Authority
, 2013:3. Pada Perusahaan Obat Nyamuk “X” Semarang Factory, penerapan budaya
K3 safety culture dikembangkan melalui salah satu sistem yang diterapkan oleh Departemen HSE. Sistem tersebut adalah “Behavior Based Safety” yang
dirancang pada tahun 2013 oleh Perusahaan Obat Nyamuk “X” yang berlandaskan
DuPont Stop System,
kemudian dikembangkan menjadi sistem budaya K3. Sistem tersebut sudah dijalankan di semua departemen dan diawasi oleh Departemen
HSE agar angka kecelakaan kerja menurun. Behavior Based Safety BBS yang
ada di Perusahaan Obat Nyamuk “X” Semarang Factory telah dijalankan selama
tiga tahun terakhir. Dalam penerapan Behavior Based Safety BBS ini, semua pekerja diwajibkan mengobservasi pekerja lain dengan mengisi lembar observasi
minimal satu kali dalam sebulan. Data observasi tersebut menjadi tolok ukur dan bahan pertimbangan departemen Health Safety Environment HSE dalam
melanjutkan atau memperbaiki program K3 yang sudah ada. Penerapan Behavior Based Safety BBS ini, menjelaskan segala aktivitas
yang ada di perusahaan, baik aktivitas yang normal yang dilakukan pekerja tiap harinya maupun aktivitas abnormal yang dilakukan pekerja. Aktivitas normal
antara lain melakukan pekerjaan yang sesuai dengan peraturan dan prosedur K3 di perusahaan. Aktivitas abnormal antara lain pekerja melakukan unsafe action di
area kerja, pekerja melakukan kegiatan penyelamatan suatu kejadian yang dapat merugikan pekerja maupun perusahaan.
Budaya K3 merupakan sebuah kesatuan dari tiga aspek, yaitu aspek nilai- nilai K3 dan persepsi K3 dari setiap pekerja, aspek perilaku K3 dalam bekerja dan
aspek Organisasi dan Manajemen K3 yang ada di perusahaan. Ketiga aspek tersebut saling berinteraksi dan berkaitan dan tidak dapat berdiri sendiri secara
terpisah Tarwaka, 2015: 10. Berdasarkan jurnal yang meneliti tentang
safety culture
, ada beberapa faktor yang mendukung terciptanya
safety culture
di perusahaanindustri. Faktor- faktor tersebut adalah komitmen manajemen, keterlibatan pekerja,
safety leadership
, komunikasi pekerja, peraturan dan prosedur K3, kompetensi pekerja, lingkungan kerja, pengaruh rekan kerja, pengetahuan K3, perilaku aman,
motivasi, dan
safety management practice
. Keterlibatan pekerja merupakan
komponen penting untuk menciptakan
safety behavior
dan
safety condition
di tempat kerja. Keterlibatan pekerja dalam melaksanakan
safety culture
dapat meningkatkan produktivitas dan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja Wieke
Yuni dkk, 2012:83; Andi dkk, 2005:127; Erzin Hani et al, 2012:176; Herbert Charles et al, 2004; Md Sirat Rozlina et al, 2012.
Komitmen Perusahaan Obat Nyamuk “X” Semarang Factory terhadap keselamatan kerja yaitu dengan menerapkan sistem manajemen K3 berstandar dan
persyaratan pendukung untuk keselamatan pekerja, dimana sistem ini diakui secara internasional. Perusahaan Obat Nyamuk “X” mengintegrasikan QMS
Quality Management System dengan menerapkan ISO 9001, EMS Environment Management System dengan ISO 14001, dan OHSAS Occupational Health
Safety Assessment Series dengan OHSAS 18001 menjadi suatu sistem manajemen terpadu.
Upaya pencegahaan kecelakaan kerja yang sudah dilakukan di Perusahaan Obat Nyamuk “X” Semarang Factory, melakukan induksi K3, Safety Behaviour
Training, First Aid Training, Basic Fire Drill Training, Evacuation Drill, fire emergency team, training ergonomi, pembuatan Safety Behavior Observation,
pembuatan form General Work Permit dan special permit, Standart Operating Prosedure SOP, Working Instruction WI, pemasangan rambu-rambu
peringatan safety poster, dan penyediaan Personal Protective Equipment PPE. Menurut hasil wawancara yang telah dilakukan saat observasi awal pada
bulan Agustus Health Safety Environtment Supervisor HSE spv. menyatakan bahwa “Kecelakaan kerja yang terjadi di area stamping disebabkan oleh kelalaian
para pekerja perilaku, mereka beranggapan bahwa tempat kerja selalu aman dari kecelakaan kerja. Pada awal tahun 2015, di area stamping terjadi kecelakaan yang
sangat parah yaitu jari terjepit mesin cetak dan harus diamputasi pada bagian jari tengah tangan pekerja wanita pada shift 3 setelah pemasangan mesin guarding.
Selain itu, perlu adanya refresh tentang safety behavior training dan SOP training agar pekerja mengingat kembali pentingnya prosedur keselamatan dan kesehatan
kerja selama bekerja.” Kejadian kecelakaan kerja yang dialami pekerja di bagian stamping yang
disebabkan oleh unsafe action tergolong tinggi untuk beberapa tahun terakhir ini, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Gambaran
Behavior Based Safety sebagai Upaya Penurunan Unsafe Action Pekerja Bagian Stamping Perusahaan Obat Nyamuk “X” Semarang Factory”
1.2. RUMUSAN MASALAH