20
pinggangpinggul untuk menilai obesitas abdominal. Namun demikian WHO lebih menganjurkan lingkar pinggang dibandingkan rasio lingkar pinggang pinggul
WHO, 2002. Lingkar pinggang dikatakan memiliki korelasi yang tinggi dengan jumlah
lemak intraabdominal dan lemak total dan telah digunakan secara mandiri maupun bersama-sama tebal lemak subkutan untuk mengembangkan suatu korelasi regresi
untuk mengkoreksi massa lemak intraabdominal. Pengukuran ini telah divalidasi dalam sebuah penelitian yang telah dilakukan di Belanda. Pengukuran dengan
menggunakan lingkar pinggang saja disesuaikan untuk umur, menunjukkan prediksi lemak tubuh yang baik pada subyek orang Belanda r
2
= 78 Sudoyo, 2006.
Terdapat berbagai cara untuk melakukan pengukuran lingkar pinggang. Menurut WHO 2000 dalam Cahjono 2007, untuk memperoleh ukuran lingkar
pinggang, subyek berdiri tegak dengan kaki sedikit terbuka berjarak 25-30 cm. berat badan ditumpukan merata pada kedua kaki. Buat titik tengah garis vertical
antara tulang iga terbawah dengan krista iliaka pada sisi kanan dan kiri. Buat lingkaran horizontal melalui kedua titik tengah tersebut. Pemeriksa mengukur
keliling lingkar tersebut pada posisi mata sejajar dengan lingkaran tersebut. Pengukuran dilakukan tanpa melakukan penekanan pada jaringan lunak pinggang
dan dilakukan pada akhir dari ekspirasi normal. Lingkaran diukur dengan ketelitian 0,1 cm.Kriteria lingkar pinggang Asia Pasifik yakni ≥90 cm untuk laki-
laki dan ≥80 cm untuk perempuan Sudoyo, 2006.
21
2.3 Kadar Glukosa Darah
2.3.1 Definisi
Kadar glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi glukosa darah, atau tingkat glukosa serum, diatur
dengan ketat di dalam tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas- batas yang sempit sepanjang hari 70-150 mgdl. Tingkat ini meningkat setelah
makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang
makan Henrikson, 2009. Ada beberapa tipe kadar gula darah yakni :
1 Kadar Glukosa Puasa
Kadar glukosa darah puasa yakni jumlah glukosa dalam darah yang didapatkan setelah melakukan puasatidak makan selama delapan sampai 10 jam
D’adamo, 2006. Glukosa darah dalam keadaan puasa merupakan cerminan ambilan glukosa oleh jaringan atau glukoneogenesis dan glukogenolisis oleh
hepar. Ketidakpekaan insulin di sel-sel hepar dan jaringan tepi terutama otot rangka mengakibatkan produksi glukosa oleh hepar tidak terbendung sementara
ambilan dan penggunaan glukosa justru berkurang Arisman, 2011.
Tabel 1. Kadar Glukosa Darah Puasa Sebagai Patokan Penyaring Dan Diagnosis DM
HASIL GLUKOSA DARAH PUASA DIAGNOSA
90 mgDl Normal
90 - 109 mgdL Pre-diabetes
≥110 mgdL
Diabetes Sumber : Perkeni, 2006
2 Kadar Glukosa Darah Dua jam PP
Pemeriksaan kadar glukosa darah dua jam PP dilakukan setelah pemeriksaan kadar glukosa darah puasa. Tingkat glukosa darah diukur segera
sebelum dan dua jam setelah seseorang menerima beban cairan yang
22
mengandung 75 gram glukosa yang dilarutkan dalam air. Apabila kadar glukosa darah dua jam setelah pemberian beban adalah antara 140 dan 199 mgdL, berarti
seseorang memiliki peningkatan risiko diabetes Manaf, 2009.
Tabel 2. Kadar Glukosa Darah 2 Jam PP Sebagai Patokan Penyaring Dan Diagnosis DM
HASIL GLUKOSA 2 JAM PP DIAGNOSA
139
– 139 mgdL
Normal 140
– 199 mgdL
Pre-diabetes
200 - 200 mgdL Diabetes
Sumber : Manaf, 2009
3 Kadar Glukosa Darah Sewaktu
Disebut juga tes glukosa plasma kasual, mengukur glukosa darah tanpa memperhatikan apa yang dikonsumsi oleh orang yang sedang diuji. Tes ini
bersamaan dengan penilaian gejala, digunakan untuk mendiagnosis diabetes tetapi bukan pre-diabetes Manaf, 2009. Kadar glukosa darah sewaktu adalah salah satu
jenis pemeriksaan kadar glukosa dalam darah yang diambil kapan saja, tanpa memperhatikan waktu makan Laboratorium Kesehatan, 2010.
Tabel 3. Kadar Glukosa Darah Sewaktu Sebagai Patokan Penyaring Dan Diagnosis DM
HASIL GLUKOSA DARAH SEWAKTU DIAGNOSA
90 mgdL Normal
90 - 199 mgdL Pre-diabetes
≥200 mgdL
Diabetes Sumber : PERKENI, 2006
2.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Glukosa Darah
Kadar glukosa darah puasa dipengaruhi oleh faktor endogen. Faktor endogen yaitu humoral faktor seperti hormon insulin, glukagon, kortisol sistem
reseptor di otot dan sel hati. Insulin puasa bekerja dengan menghambat produksi glukosa endogen yang berasal dari proses glukogenolisis. Insulin puasa ini
berperan melalui efek inhibisi hormon glukagon terhadap mekanisme produksi