PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVMENT DEVISION (STAD)DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT PADA MATA PELAJARAN PKn DI KELAS VII SMP NEGERI 11 BANDAR LAMPUNG TP. 2012/2013

(1)

MATA PELAJARAN PKN DI KELAS VII SMP NEGERI 11 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(Proposal Skripsi)

Oleh Dwi Widyastuti

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG


(2)

MATA PELAJARAN PKN DI KELAS VII SMP NEGERI 11 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh Dwi Widyastuti

913064001 SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Program Studi PPKn Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(3)

(4)

Judul Penelitian : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TipeStudent Team Achievment Devision(STAD) Dalam

Meningkatkan Keberanian Mengemukakan Pendapat Pada Mata Pelajaran PKn Di Kelas VII SMP Negeri 11 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

Nama Mahasiswa : Dwi Widyastuti

NPM : 913064001

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyetujui

1. Komisi Pembimbing,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Holilulloh, M.Si Yunisca Nurmalisa, S.Pd,M.Pd

NIP 19610711987031003 NIP19870602 200812 2 001

2. Mengetahui ,

Ketua Jurusan P. IPS, Ketua Program Studi PPKn,

Drs. Buchori Asyik, M.Si. Drs. Holilulloh, M.Si. NIP. 19560108 198503 1 002 NIP 19610711 198703 1 003


(5)

Judul Penelitian : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TipeStudent Team Achievment Devision(STAD) Dalam

Meningkatkan Keberanian Mengemukakan Pendapat Pada Mata Pelajaran PKn Di Kelas VII SMP Negeri 11 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

Nama Mahasiswa : Dwi Widyastuti

NPM : 913064001

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Holilulloh, M.Si Yunisca Nurmalisa, S.Pd,M.Pd

NIP 19610711987031003 NIP19870602 200812 2 001

Mengetahui , Ketua Program Studi PPKn,

Drs. Holilulloh, M.Si. NIP 19610711 198703 1 003


(6)

1. Tim Penguji

Ketua :Drs. Holilulloh, M.Si. ...

Sekretaris :Yunischa Nurmalisa, S.Pd,M.Pd. ...

Penguji

Bukan Pembimbing :Dr. Irawan Suntoro. M.S, ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003


(7)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

1. Nama : Dwi Widyastuti

2. NPM : 913064001

3. Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 4. Jur/ Fakultas : Pend.IPS/ FKIP UNILA

5. Alamat : Bandar Lampung

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

.

Bandar lampung, 20 November 2012 Materai 6000

Dwi Widyastuti NPM. 913064001


(8)

Penulis dilahirkan pada tanggal 1 Januari 1964 di Sleman D.I Yogyakarta, merupakan anak dari pasangan Bapak Saridja Widyopronoto dan Ibu Ngatiyam.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: 1. 1970–1975 SD Bantul Timur

2. 1976–1979 SMP Patria Bantul 3. 1979–1982 SPG PGRI Bantul 4. 1983–1984 D1 IKIP Yogyakarta

5. 2009–terdaftar sebagai mahasiswa S1 dalam jabatan Program Studi PPKn FKIP Unila


(9)

Skripsi ini kupersembahkan untuk

Suamiku tercinta yang telah mendukung dan memberikan semangat

saya untuk selalu maju dan tidak putus asa

Bapak dan Ibuku tercinta yang telah mendukung dan mendoakan

saya dalam menyelesaikan kuliah

Anak-anakku tersayang yang selalu memberi semangat dan dukungan

untuk cepat menyelesaikan kuliahku

Kakak dan adik,saudaraku yang selalu memberikan dukungan dan

bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah

Pembimbing skripsi Bapak Drs.Holilulloh M.Si.dan Ibu Yunischa

Nurmalisa, S.Pd., M.Pd yang telah memberikan bimbingan dalam

penulisan skripsi

Bapak/ Ibu dosen program studi Pendidikan Kewarganegaraan yang

telah memberikan bantuan untuk terselesainya skripsi ini

Bapak Kepala Sekolah dan Dewan guru SMP N II Bandar Lampung

yang telah memberi kesempatan dan dukungan moril

Almamater tercinta

Unversitas Lampung


(10)

Jalanilah hidup ini degan penuh kesabaran

dan perasaan bersyukur

(HR. Bukhori Muslim)

Ketahuilah bahwa bersama kesabaran ada kemenangan

Bersama kesusahan ada jalan keluar dan bersama

Kesulitan ada kemudahan

(H.R Tarmidzi)


(11)

SANWACANA

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah_Nya kepada peniliti, sehingga dengan kekuatan dan nikmat kesehatan peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TipeStudent Team Achievment Devision(STAD) Dalam Meningkatkan Keberanian Mengemukakan Pendapat Pada Mata Pelajaran PKn Di Kelas VII SMP Negeri 11 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

Peneliti menyadari keberhasilan dalam penyusunan ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Toha B.S Jaya, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(12)

5. Bapak Drs. Buchori Asyik,M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si., selaku Ketua Program Studi PKn sekaligus sebagai pembimbing akademik, pembimbing I skripsi yang telah banyak memberikan, bimbingan, pengarahan dan nasehat hingga penulisan skripsi ini selesai.

7. Ibu Yunischa Nurmalisa, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II yang senantiasa memberikan bimbingan, pengarahan, ilmu dan saran dengan penuh kesabaran hingga penulisan skripsi ini selesai.

8. Bapak Dr. Irawan Suntoro, M.S., selaku pembahas I dan penguji utama yang telah memberikan arahan, nasehat dan ilmu dan saran yang bersifat membangun kepada penulis.

9. Bapak-bapak staf administrasi Program Studi PPKn FKIP Unila yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis menempuh kuliah.

10. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PPKn yang telah memberikan bimbingan dan arahannya serta bekal kepada peneliti dalam menyusun skripsi.

11. Hj. Rosdihawati S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 11 Bandar Lampung yang telah memberikan ijin untuk melanjutkan studi S1 dalam jabatan serta ijin dalam melaksanakan penelitian di sekolah.

12. Ibu Misna, selaku guru mitra PKn SMP Negeri 11 Bandar Lampung yang telah membantu dalam proses pengumpulan data untuk penelitian ini.


(13)

13. Rekan-rekan mahasiswa S1 dalam jabatan Jurusan IPS Program Studi PPKn terimakasih atas persahabatan, semangat, dan bantuanya semoga kita semua sukses dan selalu dalam limpahan rahmatNya, Amin.

14. Rekan-rekan guru di SMP Negeri 11 Bandar Lampung yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

15. Siswa-siswi SMP SMP Negeri 11 Bandar Lampung yang telah membantu kelancaran penelitian.

16. Semua pihak yang telah membantu baik moral maupun material yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang berlipat ganda atas bantuan dan amal baiknya, Amin.

Saya sebagai peneliti menyadari atas keterbatasan kemampuan yang saya miliki, sehingga skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan.

Bandar lampung, Novermber 2012 Penulis,


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... ...i

ABSTRAK... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN PERNYATAAN... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN... vii

MOTTO... viii

SANWACANA... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9

E. Ruang Lingkup... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Belajar dan Pembelajaran ... 12

B. Pengertian Model Pembelajaran ... 18

C. Pengertian Pembelajaraan Kooperatif... 19

D. PembelajaraanStudent Team Achievment Division(STAD) ... 25

E. Tinjauan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 32

F. Tinjauan Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat ... 43

III.METODOLOGI PENELITIAN A. Metodelogi Penelitian ... 49

B. Prosedur Penelitian... 50

C. Teknik Pengumpulan Data ... 55

D. Teknik Analisis Data... 58


(15)

IV. HASIL DAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian ... 61

1. Siklus I ... 65

a. Perencanaan ... 65

b. Pelaksanaan ... 66

c. Observasi ... 68

d. Refleksi... 74

e. Rekomendasi ... 78

2. Siklus II ... 79

a. Perencanaan ... 79

b. Pelaksanaan ... 80

c. Observasi ... 82

d. Refleksi... 88

e. Rekomendasi ... 90

3. Siklus III... 92

a. Perencanaan ... 92

b. Pelaksanaan ... 93

c. Observasi ... 95

d. Refleksi... 101

e. Rekomendasi ... 102

B. Rekapitulasi Pelaksanaan Model Pembelajaran Examples Non Examples ... 102

C. Pembahasan ... 107

\ V. KESIMPULAN AN SARAN A. Kesimpulan... 119

B. Saran... 120

DAFTAR PUSTAKA... 121


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1.1 Hasil Wawancara Dengan Siswa di SMP N 11

Bandar Lampung... ... 4

Tabel 1.2 Aktivitas Belajar Siswa... 5

Tabel 2.1 SK dan KD PKn Kelas VIII Semester Ganjil ... 40

Tabel 3.1 Kisi–kisi observasi aktivitas guru ... 49

Tabel 3.2: Kisi-Kisi Observasi Motivasi Belajar Siswa ... 51

Tabel 4.1 Rangkuman Motivasi Belajar Siswa ... 55

Tabel 4.2 Rangkuman Persentase Motivasi Belajar Siswa Persiklus ... 56

Tabel 4.3 Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII A SMP N 11 Bandar Lampung Dengan Menerapkan Model TPS pada Pelajaran PKn Tahun Pelajaran 2011-2012... 58

Tabel 4.4. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran Dengan Menerapkan Model TPS pada Pelajaran PKn ... 60

Tabel 4.5 Hasil Observasi Siklus I... 64

Tabel 4.6 Hasil Observasi Siklus II ... 74


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Model Penelitian Tindakan Kelas ... 54 2. Grafik peningkatan motivasi belajar siswa dengan menerapkan

model TPS pada pelajaran PKn ... 57 3. Grafik peningkatan aktivitas belajar siswa dengan

menerapkan model TPS pada pelajaran PKn ... 59 4. Grafik peningkatan aktifitas guru dalam


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus PKn Kelas VIII Semester

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus

3. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Melaksanakan Proses

Pembelajaran dengan ModelThink-Pair-ShareSMP Negeri 11 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 siklus

4. Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 11 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 siklus

5. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 11 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 siklus

6. Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus 7. Daftar Nama Kelompok Siklus 8. Foto Kegiatan Siklus

9. Rencana Judul Kaji Tindak/ Skripsi PTK 10. Pengesahan Komisi Pembimbing Skripsi/ PTK 11. Surat Keterangan Pelaksanaan Seminar Proposal 12. Surat Keterangan Pelaksanaan Seminar Hasil 13. Kartu Perbaikan Seminar Proposal

14. Kartu Perbaikan Seminar Hasil 15. Kartu Perbaikan Ujian Skripsi/ PTK 16. Surat Izin Penelitian

17. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari Sekolah 18. Rekomendasi Pembimbing


(19)

A. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, dinayatakan bahwa Pendidikan Nasional Indonesia yang berdasarkan Pancasila bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan demikian, pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan dilaksanakan dalam rangka program wajib belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah raga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global.

Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan merupakan wadah yang tepat untuk mengajar dan mendidik anak-anak agar siswa mempunyai bekal kemampuan dan keterampilan serta membentuk warganegara yang baik (Good Citizen) guna kehidupan disaat sekarang dan yang akan datang. Oleh karena itu ketercapaian


(20)

tujuan pendidikan tergantung pada seluruh komponen sekolah dimana seseorang melakukan proses belajar dan pembelajaran.

Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan juga memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan dan mewujudkan potensi yang dimiliki siswa. Pengembangan potensi tersebut dapat dimulai dengan menumbuhkan keterampilan dan kemampuan berpikir siswa. Kemampuan berpikir ini seperti berpikir kritis, kreatif, logis, sistematis, argumentatif dan lain-lain. Kemampuan-kemampuan berpikir itu merupakan sesuatu yang perlu dimiliki oleh siswa, sebagai bekal dalam menghadapi persoalan-persoalan yang akan dihadapi, baik persoalan-persoalan yang ada di sekolah maupun persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Sejalan dengan pemikiran tersebut, guru memiliki peranan sangat strategis dalam proses pembelajaran. Peran guru dalam proses pembelajaran ini memiliki dampak pada kompetensi yang dicapai siswa (pengetahuan, sikap, keterampilan). Kompetensi siswa akan berkembang secara optimal tergantung bagaimana guru memposisikan diri dan menempatkan posisi siswa dalam pembelajaran. Selama ini dalam pembelajaran, siswa diposisikan sebagai obyek, sedangkan guru memposisikan diri sebagai subyek pembelajaran. Akibatnya guru lebih aktif dan dominan dalam proses pembelajaran. Seharusnya, guru dalam pembelajaran lebih memposisikan diri sebagai fasilitator, motivator, dan mediator sehingga siswa dapat mengembangkan kompetensinya.

Kenyataan yang ditemui sehari-hari di kelas ialah bahwa seringkali guru melaksanakan pembelajaran secara tidak efektif. Guru menyajikan pembelajaran


(21)

yang berfokus kepada konsep yang abstrak yang sulit diterima siswa secara utuh dan mendalam. Pemahaman siswa hanya terbatas pada konsep yang diajarkan dan lebih banyak sebagai sesuatu yang diingat dan tidak terapresiasi secara mendalam, juga kurang mampu mengkomunikasikannya, serta lebih bersifat berpusat pada guru (teacher center) daripada berpusat pada siswa (student center).

Kenyaataan di lapangan bahwa ternyata proses pembelajaran yang dilakukan guru selama ini masih berifat teacher center dan baru sebatas penguasaan konsep, dimana hal tersebut juga tidak terkecuali dengan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Proses pembelajaran dan penilaian dalam Pendidikan Kewarganegaraan pada umumnya lebih menekankan pada dampak instruksional yang terbatas pada penguasaan materi atau dengan kata lain lebih menekankan pada dimensi kognitif saja. Pada hal Pendidikan Kewarganegaraan dalam konteks kurikulum persekolahan mempunyai kedudukan yang amat penting dan strategis dalam rangka mengemban tugas pembinaan terhadap warganegara Indonesia.

Seperti yang diketahui bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran wajib yang harus ditempuh oleh peserta didik, dimana setelah diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, maka mata pelajaran tersebut banyak mengalami perubahan, muatan materi yang terkandung di dalamnya juga banyak memuat konsep dan tidak lagi bersifat normatif.

Pada tingkat Sekolah Menengah Pertama, salah satu materi yang diajarkan dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yaitu kemerdekaan mengemukakan pendapat, yang merupakan bagian dari komponen utama yang diajarkan dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yakni masuk dalam


(22)

civic skill atau keterampilan warga negara. Dimana kemerdekaan mengemukakan pendapat juga merupakan salah satu hak yang dimiliki oleh warga negara, dan tentunya sebagai warga negara yang baik, harus mampu mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab, yakni menyampaikan pikiran secara lisan, tulisan, dan sebagainya dengan penuh tanggung jawab sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Upaya pembelajaran keterampilan mengemukakan pendapat yang dalam proses dirasa penting mengingat apabila kebebasan yang dilaksanakan tanpa batas dan tanpa aturan akan mengakibatkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain. Misalnya, seseorang yang mengemukakan pendapatnya di muka umum dengan cara menjelek-jelekkan kepribadian orang lain, menggunakan kata-kata yang tidak senonoh tentu akan menyakiti hati orang lain. Apalagi kalau kebebasan mengeluarkan pendapat dilakukan dengan tindakan anarki, seperti perusakan dan tindakan yang bisa menimbulkan kemarahan orang lain.

Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di SMP Negeri 11 Bandar Lampung Tahun pelajaran 2011/2012 tentang kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat, dapat diketahui seperti pada tabel 1.1 sebagai berikut :

Tabel 1.1 Hasil Observasi Siswa Dalam Mengemukakan Pendapat Pada Siswa Kelas VII SMP N 11 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.

No Kegiatan Belajar Baik Cukup Kurang

1 Mampu mengajukan pertanyaan 8 10 18

2 Mampu menjawab pertanyaan 9 12 15

3 Mampu mengemukakan Pendapat 10 8 18

4 Mampu menghargai pendapat 9 9 18

5 Mampu mengkritisi 7 6 23

6 Mampu mendengarkan pendapat teman 11 9 17


(23)

Berdasarkan tabel di atas, dalam proses kegiatan pembelajaran di kelas siswa cenderung kurang mampu mengemukakan pendapatnya bahkan beberapa siswa tidak berani dalam berbicara dalam forum diskusi kelas. Selanjutnya, berdasarkan pengalaman peneliti, masalah yang dihadapi kelas VII cukup banyak diantaranya kurangnya siswa yang mampu mengemukakan pendapat dan bertanya apabila tidak mengerti dan kurang paham tentang materi yang diajarkan pada waktu belajar mengajar berlangsung, biar pun ada itu karena disuruh guru pengajar, tidak ada inisiatif dari siswa itu sendiri atau bisa dikatakan siswa kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran. Kurangnya keaktifan siswa ini bisa mengakibatkan siswa hanya menghafal informasi yang disampaikan oleh guru atau pengajar tanpa memahami informasi itu. Hal ini berimbas pada nilai yang dibawah kriteria Ketuntasan Minimum karena pembelajaran yang tidak optimal baik dari segi pemahaman dan penggunaan pada kehidupan sehari –hari. Hal tersebut dapat saja terjadi, mengingat pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah ceramah diselingi tanya jawab, pemberian tugas dan diskusi. Penempatan posisi dan pemilihan metode dalam pembelajaran yang kurang tepat ini berpengaruh terhadap iklim kelas. Seringnya menggunakan metode ceramah yang diselingi tanya jawab, pemberian tugas, dan diskusi yang kurang terarah dalam pembelajaran mengakibatkan siswa kurang aktif. Kegiatan yang dilakukan siswa hanya mendengar dan kadang-kadang mencatat, itupun hanya dilakukan oleh sebagian kecil siswa. Sedangkan, siswa yang lain lebih banyak berbicara dengan teman duduk sebangku.


(24)

Guru menyadari bahwa tindakan tersebut mengakibatkan situasi dan kondisi yang kurang mendukung untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh kerena itu, dalam pembelajaran dengan cepat merubah startegi dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. Maksudnya adalah agar siswa lebih perhatian terhadap materi yang dijelaskan. Namun demikian, pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan materi pembelajaran yang ditanyakan kepada siswa kurang direspon siswa dan hasilnya tidak seperti yang diharapkan, hanya sebagian kecil siswa yang menjawab, sedangkan siswa yang lain lebih banyak berdiam diri.

Pembelajaran satu arah yang dikembangkan guru selain membosankan dan kurang efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran juga berakibat pada aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. Akibat dari penerapan metode ceramah yang diselingi tanya jawab, pemberian tugas antara lain siswa memiliki sikap negatif terhadap pembelajaran, kurang berani mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan, malas bertanya dan menjawab pertanyaan, kurang serius dalam mengikuti pelajaran, kurang berminat dan termotivasi dalam belajar, serta kurang menghargai dan bekerjasama sesama siswa.

Permasalahan sebagaimana tersebut di atas harus segera diatasi atau di teliti sehingga akan meningkatkan kompetensi siswa antara lain keberanian mengemukakan pendapat, keberanian mengambil keputusan dengan pertimbangan moral, keberanian bertanya dan menjawab, kemampuan bekerjasama dan menghargai orang lain yang akhirnya akan meningkatkan hasil dan mutu pembelajaran. Namun, jika tidak segera diatasi atau diteliti akan memperoleh kerugian antara lain rendahnya kompetensi yang akan dicapai siswa (pengetahuan,


(25)

sikap, keterampilan), hasil belajar, mutu pembelajaran dan mutu pendidikan. Oleh karena itu, hal tersebut memerlukan kreatif dan inovatif dalam merancang pembelajaran mulai dari menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pengajaran (RPP) sampai dengan mengaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran sehingga akan menghasilkan siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran, berpikir kreatif, kritis dan rasional, serta memiliki hasil belajar yang baik.

Dilihat dari uraian di atas, maka peneliti ingin memberikan suatu alternatif dalam mengatasi permasalahan tersebut, sebagai alternatif adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajaran di kelas. Model pembelajaran kooperatif menjadi pilihan peneliti karena menurut Ibrahim dkk (2000: 53) “model pembelajaran ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, menumbuhkan kemampuan siswa bekerjasama, berfikir kritis, dan kemampuan membantu temanserta optimalisasi partisipasi siswa”

Tipe dari model pembelajaran kooperatif yang dipilih oleh peneliti adalah yang memungkinkan mampu meningkatkan keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran,baik berupa mengemukakan pendapat apabila berpendapat yang berbeda ataupun sama dan bertanya apabila kurang memahami materi pembelajaran agar tercipta pembelajaran yang maksimal.

Salah satu pembelajaran kooperatif yang memungkinkan dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi adalah pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Acievment Devitions(STAD), dimana dalam proses pembelajaran yang telaksana di kelas memberikan kesempatan kepada murid untuk mendapat perannya masing-masing dimana dalam satu kelompok kerja yang telah dibentuk terdapat tutor


(26)

sebaya yang dapat menjadi ujung tombak keaktifan murid selama belajar. Adanya peran tutor sebaya dalam suatu kelompok memungkinkan adanya saling koreksi, diskusi dan kerja sama yang baik antar murid dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan sebagai tugas yang harus diselesaikan. Hal ini juga dilakukan saat hasil akhir tugas yang diselesaikan masing-masing kelompok saling bertukar pekerjaan untuk mendapatkan koreksi dari kelompok lainnya, dan sesudah itu maka pekerjaan atau tugas yang telah dibuat dikumpulkan pada guru untuk memperoleh penilaian.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang penerapan pembelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe STAD sebagai upaya untuk meningkatkan keberanian mengemukakan pendapat siswa kelas VII A pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 11 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka fokus masalahnya adalah meningkatkan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIIA di SMP Negeri 11 Bandar Lampung.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :


(27)

1) Bagaimanakah peningkatan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VIIA pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 11 Bandar Lampung ?

2) Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VIIA SMP SMP Negeri 11 Bandar Lampung dalam meningkatan keberanian mengemukakan pendapat?

D. Tujuan Penelitian Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapaun tujuan penelitian ini yaitu :

1) Menjelaskan upaya peningkatan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VIIA pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 11 Bandar Lampung.

2) Menjelaskan penggunaan model model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VIIA SMP SMP Negeri 11 Bandar Lampung dalam meningkatan keberanian mengemukakan pendapat.

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis untuk mengembangkan konsep ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan yang mengkaji tentang Pendidikan Pancasila


(28)

dan Kewarganegaraan dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah.

b. Kegunaan Praktis

Penelitian ini berguna untuk guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan khususnya di SMP dalam meningkatkan kemampuan dan kemauan guru dalam menggunakan berbagai model pembelajaran salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD,

sekaligus sebagai panduan untuk melatih ketrampilan dalam dalam melakukan perbaikan pembelajaran. Penelitian ini juga berguna untuk siswa agar lebih meningkatkan kecintaan terhadap Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk ruang lingkup pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan dengan wilayah kajian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang membahas tentang pelaksanaan model pembelajaran model pembelajaran kooperatif STAD dalam upaya meningkatkan keberanian mengungkapkan pendapat pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

2. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran model pembelajaran kooperatif STAD dan kemampuan siswa dalam mengungkapkan pendapat pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.


(29)

3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa Kelas VII A SMP Negeri 11 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

4. Ruang Lingkup Wilayah

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 11 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini adalah sejak dikeluarkan surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan FKIP Unila sampai dengan penelitian ini selesai.


(30)

A. Konsep Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan suatu proses dari dalam yang dikontrol langsung oleh peserta sendiri serta melibatkan dirinya, termasuk fungsi intelek, emosi dan fisiknya. Belajar secara psikologik dipandang sebagai suatu proses pemenuhan kebutuhan dan tujuan. Ini berarti bahwa peserta merasakan adanya kebutuhan untuk belajar dan melihat tujuan pribadi akan dapat tercapai dengan bantuan belajar.

Menurut Arif (1990 : 7)“Suatu kecenderungan untuk memandang pendidikan sebagai informasi ditransmisikan dan melihat belajar sebagai suatu proses intelektual dalam menyimpan fakta-fakta”. Asumsi yang tersembunyi dari kecenderungan pendapat ini adalah bahwa belajar dipandang sebagai suatu proses yang bersifat eksternal dalam arti peserta didik belajar terutama ditentukan oleh kekuatan-kekuatan dari luar seperti guru yang terampil, bahan bacaan yang baik dan sejenisnya.

Belajar menurut Wilian Burton (1973:22) “Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks”. Sebagai tindak lanjut, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh


(31)

sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, mausia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar.

M. Joko Susilo (2009:23) menyatakan bahwa “proses belajar adalah perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara atau usaha pencapaiannya yang menitikberatkan pada interaksi antarindividu dengan lingkungan”.

“Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami”. (Hamalik, 208: 36).

Menurut Anthony Robbins, mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu(pengetahuan) yang baru. Dari definisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu :

(1) menciptakan hubungan, (2) sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah dipahami, dan (3) sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi dalam makna belajar,di sini bukan berangkat dari sesuatu yang benar – benar belum diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan yang baru. (Trianto.2010;15).

Menurut Slavin dalam Trianto, (2010:16) “Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada


(32)

yang berpendapat sebelum lahir. Bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat kaitannya”.

Menurut Cron Basch dalam Madrie (1989 : 66) “Belajar adalah perubahan perilaku yang ditunjukkan sebagai akibat dari pengalaman, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Pengertian ini menitikberatkan pada interaksi antara individu dengan lingkunganya, di antara interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman belajar.

Menurut Slameto (1991 : 2) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Pendapat di atas menyatakan bahwa seseorang dikatakan telah belajar jika ada perubahan dari tidak tahu menjadi tahu akibat dari interaksi dengan lingkungan. Belajar di sini merupakan proses pendidikan untuk mencapai tujuan. Yang kita perhatikan adalah pola perubahan pada pengetahuan selama pengalaman belajar berlangsung.

Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan.Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup.Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakiikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan


(33)

interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari makna ini jelas terlihat bahwa “pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya”.(Trianto.2010;17).

Proses belajar mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai diri anak didik, konsep di satu pihak serta sikap dan nilai di lain pihak harus dipadukan. Jika yang ditekankan pengembangan konsep tanpa memadukannya dengan pengembangan sikap dan nilai akibatnya adalah intelektualisme yang gersang tanpa humanisme.

Peran guru dalam belajar mengajar adalah memberi kesempatan dan dukungan kepada siswa untuk dapat belajar dengan baik. Selain itu guru dapat memberikan bantuan kepada siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan bernalar yang memberikan kemampuan kepada siswa untuk berfikir kritis. Dengan menciptakan situasi, memberikan dorongan dan bantuan, guru dapat membantu siswa bertanya dan menyaring gagasan yang siswa temui, misalnya dalam buku pelajaran, televisi, koran dan lain sebagainya.

Menurut Muhammad Ali, (1987 : 125) “Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan”. Dari pendapat di atas guru dituntut menguasai metode mengajar yang efektif sehingga proses belajar-mengajar dapat berhasil baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan.


(34)

Kesempatan yang diberikan guru mengacu pada aktivitas belajar di mana siswa diharapkan berpartisipasi dan mengacu pada tugas-tugas kognitif yang harus siswa selesaikan. Aktivitas dipandang sebagai wadah tugas-tugas yang diberikan guru misalnya mengisi lembar kerja dan tanya jawab dengan mengembangkan diri guru. Tugas-tugas yang dberikan bisa melibatkan pemerolehan dan mengingat kembali informasi, pemahaman secara mendalam dan pemikiran yang kritis.

Bertitik tolak dari hakikat belajar tersebut maka menurut Sardiman (1987 : 52) mengajar dirumuskan dalam batasan yang intinya memberikan tekanan kepada kegiatan optimal siswa. Belajar mengajar adalah usaha menciptakan kondisi kondusif agar berlangsung kegiatan belajar yang bermakna dan optimal.

Dukungan yang diberikan oleh guru dalam proses belajar mengajar ini bisa berupa materi, siswa mendapat dukungan dari guru untuk mengakui, menerima dan memotivasi usaha serta inisiatif siswa, guru yang selalu cukup memberi waktu berfikir menanggapi atau mengajukan pertanyaan. Dalam suasana seperti itu siswa merasa tidak takut mengeluarkan gagasan dan bertanya kepada guru.

“Guru memberi kesempatan dan dukungan berarti juga guru melaksanakan pengajaran. Pengajaran dideskripsikan sebagai sistem managemen yang memberikan kesempatan belajar, artinya guru sebagai mediator antara siswa dengan apa yang dipelajari” (Cornbleth, 1991 : 14) Pengajaran di sini tidak termasuk pemberian informasi saja melainkan memberi petunjuk atau


(35)

menawarkan umpan balik yang bersifat menguji dan memberikan kesempatan dan mendukung kepada siswa berinteraksi dengan sesama untuk dapat menganalisa permasalahan yang sedang dibahas, sehingga yang terjadi adalah guru dengan siswa berperan sebagai subjek dan materi pelajaran sebagai objeknya.

Proses belajar dan pembelajaran itu sendiri sangat dipengaruhi oleh banyak faktor dalam prosesnya. Berhasil tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor baik yang berasal dari dalam diri siswa maupun dari luar dirinya. Menurut Slameto (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut:

1) Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu terdiri dari: a) faktor jasmaniah, meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh;

b) faktor psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan belajar;

c) faktor kelelahan, baik berupa kelelahan jasmaniah maupun kelelahan rohaniah (bersifat psikis).

2) faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar individu yang terdiri atas:

a) faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik anak, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, perhatian orang tua dan latar belakang kebudayaan;

b) faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung dan tugas rumah;


(36)

c) faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Dari faktor-faktor di atas paling sedikit satu yang menyebabkan hasil belajar siswa berbeda. Faktor-faktor tersebut bisa mempengaruhi siswa baik secara positif maupun secara negatif.

B. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat – perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku–buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa “setiap model pembelajaran mengarahkan kita kedalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai”. (Trianto. 2010:22)

Arends menyatakan , ”The term teaching model refers to a particular particular approach to instruction that includes its goals, syntax, ebvironment,and management system. “ istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. (Trianto.2010:22).


(37)

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri – ciri tersebut ialah:

1) Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.

2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai)

3) Tingkah laku pengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan

4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat dicapai. (Trianto.2010;23).

C. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran merupakan perpaduan antara kegiatan pengajaran yang dilakukan guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh murid. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara murid dengan murid , interaksi antara guru dan murid , maupun interaksi antara murid dengan sumber belajar. Dari interaksi yang dibangun tersebut, diharapkan murid dapat membangun pengetahuan secara aktif, pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, serta dapat memotivasi peserta didik sehingga mencapai kompetensi yang diharapkan.

Menurut Muslimin (2000: 45) “pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa


(38)

dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran”. Sementara itu

menurut Wina (2006: 33) “model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan”.

Terdapat empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu adanya peserta dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai. Sementara menurut Anita dalam Cooperative Learning (2007: 2), model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta mengembangkan keterampilan sosial. Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama. Menurut Ibrahim dkk. murid yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan hanya jika murid lainnya juga mencapai tujuan tersebut. Untuk itu setiap anggota berkelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya. Murid yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.


(39)

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut Budijastuti (2009: 2) bahwa pembelajaran kooperatif memiliki tiga tujuan utama yaitu :

1) Meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja murid dalam tugas-tugas akademiknya. Murid yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi murid yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. 2) Pembelajaran kooperatif memberi peluang agar murid dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. 3) Mengembangkan keterampilan sosial murid . Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

Anita (2007: 6) mengemukakan bahwa :

Situasi dalam kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga murid mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Dalam interaksi ini, akan terbentuk suatu komunitas yang memungkinkan mereka untuk memahami proses belajar dan memahami satu sama lain. Diharapkan, guru dapat menciptakan situasi belajar sedemikian rupa sehingga murid dapat bekerjasama dalam kelompok serta mengembangkan wawasannya tentang pembelajaran kooperatif. Melalui pembelajaran kooperatif, diharapkan guru dapat mengelola kelas dengan lebih efektif.

Selanjutnya, Ibrahim, dkk (2000: 17) mengemukakan bahwa:

pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif untuk murid yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar yang signifikan. Keuntungan dari metode pembelajaran kooperatif, antara lain: 1) murid mempunyai tanggung jawab dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran, 2) murid dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, 3) meningkatkan ingatan murid , dan 4) meningkatkan kepuasan murid terhadap materi pembelajaran.

Nasution (2000: 19) menjelaskan bahwa unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut : 1) murid dalam kelompok haruslah beranggapan


(40)

bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama, 2) murid bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, 3) murid haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, 4) murid haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya, 5) murid akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok, 6) murid berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, dan 7) murid akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah yang menekankan pada pembelajaran kelompok dalam mencapai tujuan pembelajaran, sehingga unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif yaitu adanya peserta dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai.

Prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Muslimin (dalam Kamdi, 2009: 1) adalah : 1) Setiap anggota kelompok (murid) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya, 2) Setiap anggota kelompok (murid) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama, 3) Setiap anggota kelompok (murid) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya, 4) Setiap anggota kelompok (murid) akan dievaluasi, 5) Setiap


(41)

anggota kelompok (murid) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, 6) Setiap anggota kelompok (murid) akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Adapun yang menjadi ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah; 1) Murid dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai, 2) Kelompok dibentuk dari murid yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari suku atau agama yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender, dan 3) Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing individu.

Menurut Krismanto (2001: 9) “pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama di antara murid untuk mencapai tujuan pembelajaran”.

Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri : 1) untuk menuntaskan materi belajarnya, murid belajar dalam kelompok secara kooperatif, 2) kelompok dibentuk dari murid -murid yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, 3) jika dalam kelas terdapat murid -murid yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan 4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.


(42)

Terdapat 6 (enam) sintaks atau langkah dalam pembelajaran kooperatif sebagaimana dijelaskan Slavin (2009: 35) sebagi berikut :

Langkah 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi murid Guru

menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi murid. Langkah 2 : Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada

murid

Langkah 3 : Mengorganisasikan murid ke dalam kelompok-kelompok belajar, guru menginformasikan pengelompokan murid.

Langkah 4 : Membimbing kelompok belajar, guru memotivasi serta memfasilitasi kerja murid untuk materi pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.

Langkah 5 : Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajartentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Langkah 6 : Memberikan penghargaan Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.

Slavin (dalam Kamdi, 2009: 5).

Dansereau dalam Widyantini, (2008: 40) langkah-langkah pembelajaran kooperatif meliputi :

1) Guru membagi murid untuk berpasangan.

2) Guru memberi wacana/materi tiap murid untuk dibaca dan membuat ringkasan.


(43)

3) Guru dan murid menetapkan siapa saja yang berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

4) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.

5) Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap.

6) Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.

7) Berukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya.

8) kesimpulan murid bersama-sama guru. 9) Penutup.

D. Pembelajaran Student Team Achievment Division(STAD)

Student Team Achievment Division (STAD) merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dicirikan oleh suatu struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif. Pelaksanaan strategi belajar ini, siswa ditugaskan untuk bekerja dalam satu kumpulan yang terdiri dari 4-5 orang setelah guru menyampaikan bahan pelajaran dan mengharuskan semua anggota menguasai pelajaran itu. Setelah melakukan kegiatan diskusi setiap anggota kelompok akan diberi ujian atau kuis secara individu. Nilai yang diperoleh setiap anggota dikumpulkan untuk memperoleh nilai kelompok. Sehingga untuk mendapatkan penghargaan, setiap siswa dalam kelompok harus membantu kelompoknya.


(44)

Pembelajaran kooperatif teknik STAD siswa belajar dan membentuk sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman dan kerjasama setiap siswa dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan kepada mereka, pada pembelajaran ini siswa dilatih untuk bekerjasama dan bertanggung jawab terhadap tugas mereka sedangkan guru pada metode pembelajaran ini berfungsi sebagai fasilitator yang mengatur dan mengawasi jalannya proses belajar.

Guru yang menggunakan STAD juga mengacu pada belajar kelompok siswa, menyajikan infomasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Secara individu, setiap minggu atau dua minggu siswa diberi kuis. Dalam STAD, diskusi kelompok merupakan komponen kegiatan penting, karena sangat berperan dalam aktualisasi kelompok secara sinergis untuk mencapai hasil yang terbaik dan dalam pembimbingan antara anggota kelompok sehingga seluruh anggota sebagai satu kesatuan dapat mencapai yang terbaik.

“ STAD ( Student Teams Achievement Division ). In this cooperative learning technique, students receive information via lecturea, films, readings,and so on, and then receive a worksheet to complete in teams of four. The teams, formed by teaches are typically heterogeneous, based on priorachievement, race, sex, language background, and other factors determined by instructor. Pernyataan di atas menyebutkan langkah – langkah pembelajaran STAD. Di samping itu Slavin ( 1990;71) menyatakan bahwa : STAD is one of the


(45)

simplest of all cooperative learning methods, and is a good model to begin wuth.

Berdasarkan dua keterangan ini maka dapat disimpulkan model pembelajaran STAD merupakan suatu pendekatan Kooperatif yang paling sederhana dan mudah untuk dilaksanakan pada pembelajran terutama bagi para guru yang beru menggunakannya. Kesederhanaan ini Nampak pada beberapa langkah kegiatan yang dilakukan dalam model STAD yaitu guru menyampaikan materi pelajaran, dengan berdiskusi siswa mengerjakan lembar kerja, dan secara individu siswa mengerjakan ulangan. Selanjutnya Slavin (1990;71) member ketegasan mengenai 5 komponen yang dilakukan pada pembelajaran kooperatif model STAD, yaitu :

1) Presentasi kelas (class presentation) 2) Belajar Kelompok (teams)

3) Kuis (quizzes)

4) Peningkatan skor individu( individual improvement scores) 5) Penghargaan Kelompok( team recognition)

Kelima komponen ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

1) Presentasi Kelas

Presentasi kelas dilakukan oleh guru. Bentuknya berupa pemberian penyajian materi pelajaran dengan cara berceramah. Pada tahapan ini


(46)

siswa dikondisikan supaya memperhatikan presentasi karena hal ini akan membantu siswa saat mengerjakan ulangan.

2) Belajar Kelompok

Kelompok terdiri atas 4 atau 5 siswa dengan memperhatikan perbedaan individu seperti tingkat kemampuan, jenis kelamin, kecepatan belajar, social budaya atau latar belakangnya. Setelah guru menyampaikan materi pelajaran, selanjutnya para siswa melakukan tugas kelompok. Para siswa mendiskusikan permasalahan bersama – sama membandingkan jawaban dan mengoreksi kesalah pahaman bila mana kawan satu kelompok ada yang salah mengira. Peran guru pada tahapan ini adalah or teachers who are new to the cooperative approach mengarahkan pada anggota kelompok untuk melakukan yang terbaik bagi anggota kelompoknya dan untuk kelompok memberikan yang terbaik bagi anggotanya.

3) Kuis

Setelah kurang lebih satu atau dua periode presentasi dan belajar kelompok, siswa diberi pertanyaan individu dalam bentuk ulangan. Pada tahapan ini para siswa tidak di ijinkan untuk melakukan kerja sama.

4) Peningkatan Skor Individu

Peningkatan skor merupakan poin yang diperoleh berdasarkan skor kuis yang melebihi skor dasar atas prestasi sebelumnya.


(47)

Kelompok yang telah berprestasi diberi penghargaan. Pemberian penghargaan ini berdasarkan criteria dari perolehan skor rata-rata masing-masing kelompok.

Apabila dianalisis masing-masing komponen yang terdapat pada model STAD yang diungkapkan Slavin nampak adanya proses belajar yang dilakukan siswa. Dengan menerapkan model STAD pada pembelajaran PKn tentu akan membentuk pengalaman belajar pada diri siswa.

Selanjutnya, pada pembelajaran kooperatif model STAD dikelompokkan menjadi 2 tahap, yaitu tahap persiapan dan proses. Untuk memperjelas pemahaman kita kiranya kedua tahapan ini dapat dijabarkan berikut ini :

1) Persiapan

Persiapan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sebelum proses dimulai. Persiapan dalam pembelajaran ini termasuk diantaranya menentukan materi, menugaskan siswa untuk membentuk kelompok dan menentukan skor prestasi awal.

a) Materi

Yang dipersiapkan dalam pembelajaran adalah materi yang dirancang oleh guru dan diwujudkan dalam lembar kerja siswa.

b) Menugaskan Siswa untuk Membentuk Kelompok

Memberi tugas kepada siswa untuk membuat kelompok dengan komposisi anggota beragam. Salah satu tujuannya agar terjadi distribusi siswa secara merata dengan harapan siswa tersebut dapat memberikan


(48)

bantuan bimbingan kepada teman lain yang tergabung dalam kelompoknya.

c) Menentukan Skor Prestasi Awal

Prestasi awal adalah prestasi yang diperoleh dari ulangan sebelumnya. Jika sebelum melakukan model pembelajaran STAD guru telah melakukan ulangan sebanyak 3 kali maka dasar prestasi awal ini adalah untuk mengukur peningkatan prestasi individu dan kelompok.

2) Proses Pembelajaran STAD

STAD dimulai dengan presentasi verbal/teks. Waktunya 1-2 jam pelajaran, meliputi pembukaan, pengembangan dan latiahan terbimbing.

(1) Pembukaan

- Menjelaskan kepada siswa apa yang akan dipelajari.

- Menjelaskan kepada siswa bekerja dalam kelompok menemukan konsep.

- Pemahaman.

- Cara singkat mengulas beberapa apersepsi dan informasi.

(2) Pengembangan

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. - Fokuskan pada makna belajar bukan hafalan. - Mengukur tingkat pemahaman siswa.

- Mendemontrasikan konsep secara aktif dengan alat bantu dan banyak contoh.

(3) Latihan Terbimbing


(49)

- Panggilah siswa secara acak

Selanjutnya, kegiatan/peranan guru dalam pembelajaran dengan model pembelajaran Tipe STAD, sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar,

2) Guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan peragaan (demonstrasi) atau teks,

3) Guru menjelaskan siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efisien, 4) Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka

mengerjakan tugas,

5) Guru mengetes materi pelajaran atau kelompok menyajikan hasil-hasil pekerjaan mereka

6) Guru memberikan cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Alasan dipilih pembahasan pembelajaran kooperatif tipe STAD karena pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, selain itu, dapat digunakan untuk memberikan pemahaman konsep materi yang sulit kepada murid dimana materi tersebut telah dipersiapkan oleh guru melalui lembar kerja atau perangkat pembelajaran yang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok murid , menyajikan informasi


(50)

akademik baru kepada murid setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Guru membagi murid menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dan terdiri laki-laki dan perempuan yang berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah.

Penerapan pembelajaran tipe STAD menempatkan murid dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian murid bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh murid dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. Tipe pembelajaran inilah yang akan diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas VII SMP Negeri 11 Bandar Lampung.

E. Tinjauan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan terdiri dari dua istilah yaitu “Civic Education” dan “ Citizenship Education “ yang keduanya memiliki peranan masing -masing yang tetap saling berkaitan. Civic Education lebih pada suatu rancangan yang mempersiapkan warganegara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakat. Sedangkan Citizenship Education adalah lebih pada pendiidkan baik pendidikan formal maupun non formal yang berupa program penataran atau program lainnya yang sengaja dirancang atau sebagai dampak pengiring dari program lain yang


(51)

berfungsi memfasilitasi proses pendewasaan atau pematangan sebagai warganegara Indonesia yang cerdas dan baik. Adapun arti warganegara menurut Aristoteles adalah orang yang secara aktif ikut ambil bagian dalam kegiatan hidup bernegara yaitu mereka yang mampu dan berkehendak mengatur dan diatur dengan suatu pandangan untuk menata kehidupan berdasarkan prinsip-prinsip kebajikan(goodness).

Kewarganegaraan berasal dari kata civics yang secara etimologis berasal

dari kata “Civicus” (bahasa latin) sedangkan dalam bahasa Inggris “Citizens”yang dapat didefinisikan sebagai warga negara, penduduk dari sebuah kota, sesama warga negara, penduduk, orang setanah air bawahan atau kaula.

Menurut Stanley E. Dimond dan Elmer F.Peliger (1970:5) “secara terminologiscivicsdiartikan studi yang berhubungan dengan tugas-tugas pemerintahan dan hak-kewajiban warganegara”. Namun dalam salah satu artikel tertua yang merumuskan definisi civic adalah majalah

education". “Pada tahun 1886 Civic adalah suatu ilmu tentang kewarganegaraan yang berhubungan dengan manusia sebagai individu dalam suatu perkumpulan yang terorganisir dalam hubungannya dengan

negara”(Somantri 1976:45).

Setelah menganalisis dari pengertian di atas dapat dipaparkan bahwa

pendidikan kewarganegaraan terdiri dari dua istilah yaitu “Civic Education” dan “Citizenship Education” yang keduanya memiliki peranan masing-masing yang tetap saling berkaitan. Civic Education


(52)

lebih pada suatu rancangan yang mempersiapkan warganegara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakat.

Citizenship Education adalah lebih pada pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal yang berupa program penataran/program lainnya yang sengaja dirancang/sebagai dampak pengiring dari program lain yang berfungsi memfasilitasi proses pendewasaan atau pematangan sebagai warganegara Indonesia yang cerdas dan baik. Adapun arti warganegara menurut Aristoteles adalah orang yang secara aktif ikut ambil bagian dalam kegiatan hidup bernegara yaitu mereka yang mampu dan berkehendak mengatur dan diatur dengan suatu pandangan untuk menata kehidupan berdasarkan prinsip-prinsip kebajikan (goodness).

Pendidikan kewarganegaraan sebagai “citizenship education” secara

substantif dan pedagogis didesain untuk mengembangkan warga negara yang cerdas terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan Undang Uundang Dasar 1945.

Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan pengetahuan dan sikap terhadap pribadi dan perilaku peserta didik. Peserta didik berasal dari latar belakang kehidupan yang berbeda, baik agama, sosio kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa. Hal ini bertujuan agar warganegara Indonesia menjadi cerdas, terampil, kreatif, dan inovatif serta mempunyai


(53)

karakter yang khas sebagai bangsa Indonesia yang dilandasi nilai-nilai Pancasila dan Undang Uundang Dasar 1945.

Menurut pasal 39 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional dalam Cholisin (2001:1) bahwa “Pendidikan

Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar hubungan warga negara dengan pemerintah agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh

bangsa dan negara”.

Menurut Tim Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah (2006:11), Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bidang kajian ilmiah dan program pendidikan di sekolah dan diterima sebagai wahana utama serta esensi pendidikan demokrasi di Indonesia yang dilaksanakan melalui :

1) Civic Intellegence

Yaitu kecerdasan dan daya nalar warga negara baik dalam dimensi spiritual, rasional, emosional, mupun sosial.

2) Civic Responsibility

Yaitu kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warg negara yang bertanggung jawab.

3) Civic Participation

Yaitu kemampuan berpartisipasi warga negara atas dasar tanggung jawabnya, baik secara individual, sosial, maupun sebagai pemimpin hari depan.


(54)

Menurut pendapat S. Sumarsono (2002: 6) :

Pendidikan Kewarganegaraan adalah usaha untuk membekali peserta didik dengan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara, agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

CICED (Center For Indonesian Civic Education) dalam Cholisin (2001:1) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan kewarganegaraan adalah :

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan proses transformasi yang membantu membangun masyarakat yang heterogen menjadi satu kesatuan masyarakat Indonesia, mengembangkan warga negara Indonesia yang memiliki pengetahuan dan kepercayaan terhadap Tuhan, memiliki kesadaran yang tinggi terhadap hak dan kewajiban, berkesadaran hukum, memiliki sensitivitas politik, berpartisipasi politik, dan masyarakat madani (Civic Society).

Maka untuk membentuk warganegara yang baik sangat dibutuhkan konsep pendidikan yang demokratis yang diartikan sebagai tatanan konseptual yang menggambarkan keseluruhan upaya sistematis untuk mengembangkan cita-cita, nilai-nilai, prinsip, dan pola prilaku demokrasi dalam diri individu warganegara,dalam tatanan iklim yang demokratis.

Sehingga untuk memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya masyarakat madani Indonesia yang demokratis dibutuhkan warganegara yang dapat menjalankan apa yang menjadi kewajibanya dan melaksanakan haknya.

Disinilah perwujudan pendidikan kewarganegaraan yang nyata dari sarana programatik kependidikan yang kasat mata, yang pada hakikatnya merupakan penerapan konsep, prosedur, nilai, dalam


(55)

pendidikan kewarganegaraan sebagai dimensi politik yang berinteraksi dengan keyakinan, semangat, dan kemampuan yang praktis serta konteks pendidikan kewarganegaraan yang diikat oleh subtansi idiil sebagai dimensi pronesis yakni truth and justice. (Carr dan Kemis :1986).

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan mata pelajaran Kewarganegaraan adalah untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan ( Depdiknas, 2003 ) sebagai berikut:

1. Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan masyarakat.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri dan pribadi berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya, dan

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan tekhnologi dan komunikasi.

Selain itu juga tujuan pendidikan kewarganegaraan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu :

 Manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan YME  Berbudi luhur

 Berkepribadian  Mandiri

 Maju  Tangguh  Cerdas


(56)

 Kreatif  Terampil  Berdisiplin  Beretos kerja  Profesional

 Bertanggung jawab

 Produktif, serta sehat jasmani dan rohani  Menumbuhkan jiwa patriotik

 Mempertebal rasa cinta tanah air  Meningkatkan semangat kebangsaan  Meningkatkan kesetiakawanan sosial  Meningkatkan kesadaran pada sejarah

 Meningkatkan sikap menghargai jasa para pahlawan  Berorientasi ke masa depan.

Visi pendidikan kewarganegaraan yakni menjadikan sumber nilai dan pedoman bagi penyelenggaraan program studi untuk mengembangkan kepribadian siswa sebagai warga negara indonesia dalam menerapkan Ipteks dengan rasa tanggungjawab kemanusiaan.

Misi pendidikan kewarganegaraan yakni membantu siswa agar mampu menanamkan nilai dasar, menjelaskan nilai dasar, mewujudkan nilai dasar dan memupuk nilai dasar kesadaran berbangsa dan bernegara dlm menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yg dikuasainya dgn rasa tanggung jawab kemanusiaan.

3. Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan

Berdasarkan dari fungsi dan tujuan kewarganegaraan, maka Cholisin (2007:11.4) mengemukakan bahwa terdapat tiga komponen penting yang


(57)

hendak dikembangkan, selanjutnya oleh penulis diuraikan sebagai berikut : a. Civic Knowledge(Pengetahuan Kewarganegaraan)

Pengetahuan kewarganegaraan (Civic Knowledge) merupakan materi substansi yang harus diketahui oleh warga Negara. Pada prinsipnya pengetahuan yang harus diketahui oleh warga Negara yaitu berkaitan dengan hak dan kewajiban/peran sebagai warga Negara dan pengetahuan yang mendasar tentang struktur dan sistem politik, pemerintahan dan sistem sosial yang ideal sebagaimana yang tercantum dalam Pancasila dan UUD 1945.

b.Civic Skill(Keterampilan kewarganegaraan)

Keterampilan kewarganegaraan (Civic Skill) merupakan keterampilan yang dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaran, agar pengetahuan yang diperoleh menjadi sesuatu yang bermakna, karena dapat dimanfaatkan dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan berbangsa dan bernegara.Civic Skillmencakup keterampilan intelektual dan keterampilan partisipasi. Keterampilan intelektual yang terpenting bagi terbentuknya warga Negara yang berwawasan luas, efektif dan bertanggung jawab antara lain adalah keterampilan berpikir kritis yang meliputi mengidentifikasi, mendeskripsikan, menjelaskan, menentukan dan mempertahankan pendapat yang berkenaan dengan masalah-masalah publik, sedangkan keterampilan partisipasi meliputi berinteraksi, memantau, dan mempengaruhi.

c.Civic Disposition(Karakter kewarganegaraan)


(58)

yang harus dimiliki setiap warga Negara untuk mendukung efektivitas partsipasi politik, berfungsinya sistem politik yang sehat, berkembangnya harga diri dan kepentngan umum.

Berdasarkan uraian di atas mengenai dimensi PKn, maka penulis menyimpulkan bahwa mata pelajaran PKn memiliki tiga ciri khas, yaitu pengetahuan, keterampilan dan karakter kewarganegaraan. Ketiga hal tersebut merupakan bekal bagi peserta didik untuk meningkatkan kecerdasan. multidimensional yang memadai untuk menjadi warganegara yang baik.

4. Ruang Lingkup Materi Pendidikan Kewarganegaraan di Persekolahan

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006:201) yaitu meliputi aspek -aspek sebagai berikut:

a. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara, Kesatuan Republik Indonesia,Keterbukaan dan jaminan keadilan.

b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturanperaturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional.


(59)

c. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

d. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga Negara.

e. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi, Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.

f. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

g. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.


(60)

F. Tinjauan Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat 1. Hakikat Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat

Kemerdekaan mengemukakan pendapat adalah hak yang dimiliki oleh setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran secara lisan, tulisan, dan sebagainya dengan penuh tanggung jawab sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sebagai warga negara kita memiliki kebebasan untuk mengemukakan pendapat. Setiap orang bebas berpendapat tentang apa saja, tapi harus tetap memperhatikan rambu-rambu yang sudah diatur dan tidak merugikan orang lain. Hak untuk menyampaikan pendapat ini wajib dijamin oleh pemerintah sesuai dengan undang-undang yang berlaku sebagai bentuk kewajiban Negara untuk melindungi warga negaranya.

Sebagai bahan tinjauan perlu kita ketahu apa yang dimaksud dengan mengemukan pendapat itu sendiri, adapun menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2005:236) bahwa arti “mengemukakan”merupakan suatu sikap mengeluarkan, mengangkat,menguaraikan, menjelaskan, menyimpulkan

suatu hal, sedangkan “pendapat” adalah pikiran atau gagasan tentang suatu

hal, sedangkan menurut Keraf (2004:3) bahwa arti “pendapat” adalah

suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan cara berpikir orang lain, agar mereka percaya dan bertindak sesuai dengan apa yang di inginkan oleh pembicara. Sementara menurut Parera (1991:185)

bahwa “mengemukakan pendapat adalah kemampuan menggunakan


(61)

Mengemukakan pendapat atau sebuah pendapat harusnya dilandasi oleh akal sehat dan logis atau masuk akal, dalam hal ini dikatakan logis jika pendapat tersebut berhubungan dengan pemasalahan yang dibahas, hal ini terlihat dari ungkapan bahasa yang digunakan dan keterkaitan dengan permasalahan yang ada. Hal tersebut dikemukakan juga oleh Ngadilh

(2007:102) bahwa “mengemukakan pendapat adalah kegiatan dalam rangka menyampaikan gagasan atau pikiran secara logis sesuai dengan

konteks”. Maksud konteks disini yaitu adanya hubungan antara orang yang

menyampiakan pendapat dengan orang yang di ajak berkomunikasi serta permasalahan yang sedang dibahas. Selain pendapat tersebut, mengemukakan pedapat ini di jelaskan juga dalam Undang Undang Nomor. 9 Tahun 1998 pasal 1 ayat 1 bahwa “mengemukakan pendapat

adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebaginya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan uraian di atas mengenai pengertian mengemukakan pendapat, maka penulis menyimpulkan bahwa mengemukakan pendapat adalah suatu keterampilan yang menitikberatkan pada pemahaman serta pemikiran seseorang sebagai bentuk argumen, ide, atau gagasan yang diungkapkan kepada orang lain baik dengan lisan maupun tulisan yang dilakukan secara bebas dan bertanggung jawab.

Kemerdekaan mengemukakan pendapat sangatlah dibutuhkan saat ini seiring perkembangan era pemerintahan. Dimana kebebasan menyatakan


(62)

pendapat adalah hak setiap warga negara yang telah dijamin oleh undang-undang dalam kehidupan sistem politik demokratis.

Kebebasan yang dilaksanakan tanpa batas dan tanpa aturan akan mengakibatkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain. Misalnya, seseorang yang mengemukakan pendapatnya di muka umum dengan cara menjelek-jelekkan kepribadian orang lain, menggunakan kata-kata yang tidak senonoh tentu akan menyakiti hati orang lain. Apalagi kalau kebebasan mengeluarkan pendapat dilakukan dengan tindakan anarki, seperti perusakan dan tindakan yang bisa menimbulkan kemarahan orang lain. Oleh sebab itu, kebebasan atau kemerdekaan mengemukakan pendapat harus diatur. Aturan-aturan yang diberlakukan itu bukan berarti menghambat seseorang mengemukakan pendapat. Akan tetapi, lebih ditujukan kepada tata cara mengemukakan pendapat yang baik, sopan, dan benar. Kemerdekaan mengemukakan pendapat merupakan hak asasi manusia yang berlaku secara universal dan wajib dijamin oleh pemerintah. Namun, pelaksanaan kemerdekaan mengeluarkan pendapat harus mengindahkan rambu-rambu hukum yang juga berlaku secara universal.

Selanjutnya, dapat kita ketahui bahwa kemerdekaan mengemukakan pendapat dapat dilakukan melalui dua bentuk, yaitu bentuk lisan dan tulisan.

a) Penyampaian pendapat dalam bentuk tulisan dapat dilakukan dengan menulis pendapat atau opini melalui media massa. Melalui media massa seperti surat kabar dan majalah, setiap warga negara bebas


(63)

mengemukakan pendapat tentang apa saja yang dianggap tidak sesuai dengan pendapatnya, terutama yang bertentangan dengan kepentingan umum.

b) Penyampaian pendapat dalam bentuk lisan dilakukan melalui penyampaian dengan suara, seperti berpidato, diskusi, wawancara, unjuk rasa atau demonstrasi, pawai (arak-arakan di jalan umum), rapat umum.

2. Landasan Hukum Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat

Kemerdekaan mengemukakan pendapat di Indonesia telah ada ketentuan yang mengatur dan menjamin kebebasan mengeluarkan pendapat dapat dilihat pada berbagai ketentuan seperti pada pasal 28 dan 28E Undang-Undang Dasar 1945, dan Undang-Undang-Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum. Berikut isi pasal 28 dan 28E Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang Undang Nomor. 20 Tahun 1998:

Pasal 28

“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan

lisan atau tulisan, dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.”

Pasal 28E

“Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.”

UU No. 9 Tahun 1998 Pasal 2

1) Setiap warga negara, secara perorangan atau kelompok bebas menyampaikan pendapat sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab


(64)

berdemokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2) Penyampaian pendapat di muka umum dilaksanakan sesuai dengan ketentuan undang-undang ini.

Berdasarkan peraturan perundangan yang mengatur tentang kemerdekaan mengeukakan pendapat tersebut di atas, maka sudah selayaknya setiap warga negara dapat menyampaikan pendapatnya dengan baik dan penuh tanggungjawab. Kemerdekaan mengeluarkan pendapat sebaiknya tidak stentang kememata-mata untuk kepentingan pribadi ataupun golongan, pendapat yang diutarakan sebaiknya bermutu dan bermanfaat bagi orang banyak, kemudian pendapat yang dikemukakan tidak menimbulkan perpecahan tetapi menyatukan antar individu untuk kemajuan bersama, serta sesuai dengan norma dan tidak menyakiti perasaan orang lain.

Konsekuensi dari adanya peraturan perundangan yang mengatur tentang kemerdekaan mengeukakan pendapat tersebut di atas sudah barang tentu tentu mengandung hak dan kewajiban bagi warga negara yang akan menyampikan pendapatnya. Sehingga perlu dipahami oleh setiap warga untuk mengerti hak dan kewajiban warga negara dalam mengemukakan pendapat. Berikut ini hak dan kewajiban warga negara dalam mengemukakan pendapat:

1) Hak

Warga negara yang menyampaikan pendapat di muka umum berhak untuk:

- Mengeluarkan pikiran secara bebas, dan - Memperoleh perlindungan hukum.


(1)

60

8 Mampu memberikan pendapat secara rasional dan bertanggung jawab sebagai warga negara yang demokratis

Jumlah Skor Prosentase aktifitas siswa

Kategori aktifitas siswa

3) Ananlisis Data Tingkat Pemahaman Siswa

Tingkat pemahaman siswa tentang konsep kemerdekaan mengemukakan pendapat adalah dengan menggunkan tes yang dibuat oleh guru sesuai dengan Standar Kompetensi dan Komptensi Dasar serta materi yang telah diajarkan. Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaranSTADdiambil dari persentase ketuntasan belajar siswa setelah diadakan tes pada setiap akhir siklus. Siswa dikatakan tuntas jika mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 70,00. (KKM). Selanjutnya untuk menentukan persentase siswa tuntas setiap siklusnya dengan menggunakan rumus :

E. Kriteria Keberhasilan

Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini dinyatakan berhasil apabila aktifitas guru dan siswa yang memiliki kemampuan mengemukakan pendapat sebanyak 75% dari total jumlah siswa.

Jumlah Siswa yang Tuntas


(2)

119

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran STAD pada siswa kelas VII A SMP Negeri 11 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Hasil pengamatan keberanian mengemukakan pendapat siswa dengan menggunakan model pembelajaran STADcenderung membaik pada setiap siklusnya. Pada siklus III 77,7% siswa elah berani mengemukakan pendapat dengan baik dan benar dan hasil ini lebih baik dari siklus I yang hanya mencapai 52,7% dan siklus II yang mencapai 67,6%. Rata-rata keberanian mengemukakan pendapat siswa pada siklus ketiga mencapai nilai sebesar 77,7% lebih tinggi dari pada model klasikal dengan nilai sebesar 47%. Oleh karena itu, jika dibandingkan dengan model konvensional maka model pembelajaran STADhingga siklus ketiga terjadi peningkatan keaktifan siswa sebesar 24,93%.

2. Pelaksanaan model pembelajaran STAD pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di VII A SMP Negeri 11 Bandar Lampung cenderung membaik pada setiap siklusnya. Pada siklus III 73% guru telah aktif melaksanakan pembelajaran dan hasil ini lebih baik dari siklus I yang hanya mencapai 50,47% dan siklus II yang mencapai 60%.


(3)

120

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitihan tindakan kelas yang telah dilakukan maka penulis menyarankan agar :

1) Guru dalam kegiatan pembelajaran menyampaikan materi atau konsep Pendidikan Kewarganegaraan menerapkan model pembelajaran, contohnya Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk mengembangkan dan menambah variasi dan strategi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

2) Guru dalam melaksanakan proses pembelajaran hendaknya berperan sebagai fasilitator dan motivator yang mampu menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggungjawab dalam melakukan proses pembelajaran.

3) Pihak sekolah hendaknya memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan motivasi, keaktifan siswa dan dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ali. M. 1995.Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung. Angkasa.

Anni, Catharina Tri. 2005.Psikologi Belajar. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Anita Lie. 2002. “Cooperative Learning”. Jakarta : grasindo.

Andayani. 2007.Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka.

Aqib, Zainal. 2009.Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. Arifin, Zainal.1991.Evaluasi Instruksional Prinsip-teknik-prosedur. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Arief S Sadiman. 2009.Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Bambang Purnomo. 1991.Cara Belajar Siswa Aktif. Tiga Serangkai, Solo. Budijastuti, Widowati. 2001.Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri

Surabaya. (www.wikipedia.org.id),diakses bulan maret 2012-06-30. Burton, William H. (1973).The Guidance of Learning Activities. New York:

Appleton Century-Crofts.

Cornbleth, C. (1991).Social Studies Teaching and LearningNew York : Macmillan Publishing Company.

Cholisin, 1999, Modul 3:Hubungan Warga Negara dengan Negara, Universitas Terbuka, Jakarta.

, 2000,Ilmu Kewarganegaraan, Laboratorium PPKN, Fakultas Ilmu Sosial UNY, Yogyakarta.

Dimyati. 1999.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: rineka Cipta. Gino, dkk. 1995.Belajar dan Pembelajaran. Surakarta: UNS.


(5)

Haling, Abdul. 2006.Belajar dan Pembelajaran. Makasar: Badan Penerbit UNM. Hamalik, Oemar. 2005.Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara. Ibrahim, Muslimin. 2000.Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press. Ismail. 2003.Media Pembelajaran (model-model Pembelajaran). Jakarta: Proyek

Peningkatan Mutu SLTP.

Joko Susilo. 1997.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Kamdi, Waras. 2008.Siklus Belajar, Pembelajaran Kooperatif dan Media

Pendidikan Dalam Pembelajaran Fisika. www. Wikipedia.org.com, diakses tanggal maret 2012.

Keraf. 2001.Ilmu Pengetahuan, Jakarta : Kanisius.

Krismanto.2003.Beberapa Teknik Model, dan Strategi Dalam Pembelajaran. Yogyakarta .

. 2001.Belajar Secara Kooperatif Sebagai Salah Satu Pembelajaran Aktif.Yogyakarta .

Mohamad Nur. 2005.Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA

Moleong, L.J. 1999.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Muslimin Ibrahim. 2001.Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA. Nasution, S. 2000.Didaktis Asas-asas Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Ngalim Purwanto.2004.Psikologi Pendidikan.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Noehi Nasution. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka Nurhadi. 2002.Pembelajaran Dengan Pendekatan Kontekstual. Jakarta:

Depdiknas.

Parera, Jos Daniel. 1993.Leksikon Istilah Pembelajaran Bahasa.Jakarta : PT Gramedia Pustaka.

Sardiman. 2009.Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Rajawali Pers Slavin, Robert. 2009.Cooperative Learning (Teori, riset dan Praktik). Cetakan


(6)

Slameto. 2003.Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Saidihardjo. 2004.Pengembangan Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial. PPs UNY.

Sugiyanto. 1997.Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Surakarta: UNS. Suharsimi Arikunto. 1992.Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Soemantri, nuuman, 2001.Menggas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Rosda

Sumantri, Mulyani, dan Permana Johar, (1998/1999).Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Ditjen Dikti, Debdikbud.

Sumarsono. 2001. Civic Indonesian.Jakarta : Prestasi Pustaka

Trianto. 2007.Model Pemebelajaran inovatif berorientsi kontruktif.Jakarta : Prestasi Pustaka.

. 2010.Model Pembelajaran Terpadu : Konsep, Strategi dan

Implementasinya Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Bumi Aksara.

Wakhinudin. 2009.Evaluasi Hasil Belajar. Wwwwordpress.com, diakses bulan maret 2012.

Widyantini. 2008.Penerapan Pendekatan Koopertatif STAD. Yogyakarta. Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidika Dan Tenaga Kependidikan. Wina, S. 2006.Strategi Pembelajaran beorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana Prenada Media.

2003.Kurikulum 2004. Jakarta: Depdiknas.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 11 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 14 72

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVMENT DEVISION (STAD)DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT PADA MATA PELAJARAN PKn DI KELAS VII SMP NEGERI 11 BANDAR LAMPUNG TP. 2012/2013

0 11 83

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DEVISION BAGI SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 2 SERDANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 12 32

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVMENT DEVISION (STAD) DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT PADA MATA PELAJARAN PKn DI KELAS VII SMP NEGERI 11 BANDAR LAMPUNG TP. 2012/2013

0 15 76

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PELAKSANAAN DEMOKRASI PADA MATA PELAJARAN PKn DI KELAS VIII SMP NEGERI 2 KETAPANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

2 23 86

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVMENT DIVISIONS (STAD) DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 GAYAU SAKTI TP 2012/2013

0 11 69

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIERVEMENT DIVISIONS) DI KELAS VII.1 SMP NEGERI 1 KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 61

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 4 TANGKIT SERDANG TANGGAMUS

0 22 51

UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN DRIBLE DALAM SEPAKBOLA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 30 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 5 63

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN DAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP TERHADAP MATA PELAJARAN IPS TERPADU PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG

4 25 94