I . Tinjauan Pustaka PEMANFAATAN RHIZOBAKTERIA DARI TANAMAN SOLANACEAE UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN BAKTERI RHIZOBIUM SP DALAM PEMBENTUKAN BINTIL AKAR DAN MENGINDUKSI KETAHANAN SISTEMIK TANAMAN KEDELAI (GLYCINE MAX L. MERRIL).

6 2. Menghasilkan Biofertilizer Nitrogen pupuk hayati Nitrogen, yaitu bakteri Rhizobium yang mampu bersimbiosis dengan tanaman kedelai, bakteri tersebut mampu menambat Nitrogen dari udara dan menyediakan Nitrogen pada tanaman kedelai 3. Menghasilkan Biofertilizer Fosfat, ada beberapa Rhizobakteria pada akar tanaman kedelai merupakan Bakteri pelarut Fosfat, yang mampu melarutkan fosfat yang terikat pada butiran tanah dengan memakai enzym, sehingga fosfat tersedia bagi tanaman kedelai 4. Menghasilkan Biopestisida Pestisita hayati, beberapa bakteri pada akar tanaman kedele bersifat sebagai penginduksi ketahanan sistemik, dengan menghasilkan Protein PR. Protein ini mampu menginduksi setiap sel tanaman untuk mengaktifkan metabolisme sekunder hingga sel menghasilkan senyawa senyawa yang beracun terhadap patogen dan hama tanaman Keutamaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan : 1. Menambah pengetahuan ilmiah tentang perkembangan bakteri Rhizobium pada akar tanaman kedelai selain dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia tanah, juga dipengaruhi oleh hubungan antara Rhizobium dengan bakteri penghuni permukaan akar tanaman, dan beberapa diantaranya dapat memacu pertumbuhan populasi Rhizobium dan meningkatkan kemampuan Rhizobium menginfeksi akar tanaman 2. Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang adanya mikroba selain Rhizobium yang dapat digunakan sebagai pupuk dan pestisida hayati, dalam hal menunjang pertanian organik kedelai 3. Dari penelitian ini diharapkan akan dapat terwujudnya formulasi biopestisida dan Biofertilizer yang dapat di komersilkan untuk perkembangan pertanian Organik 4. Kegiatan ini akan memberikan pengetahuan praktis pada petani untuk dapat memproduksi kedelai bergizi, sehat dan aman bagi konsumen serta aman bagi kelestrarian lingkungan yang dibudidayakan secara organik

BAB I I . Tinjauan Pustaka

Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedalai juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa,kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau pulau lainnya Rukmana,dan Yuniarsih. 1996 7 Kebutuhan kedelai Glycine max L. Merril di Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan perkapita. Kedelai digunakan uintuk bahan makanan dalam bentuk tahu, tempe, tauco, kecap, dan tauge, sedangkan bungkilnya dapat digunakan untuk campuran pakan ternak Samsudin dan Djakamiharja, 1985. Kebutuhan kedelai secara nasional saat ini mencapai 2,2 juta ton per tahun, sementara produksi dalam negeri baru mampu memenuhi kebutuhan 35-40, sehingga kekurangannya dipenuhi dari import. Rata-rata produktivitas kedelai nasional masih rendah, yakni hanya 1,1 ton ha. Angka produktivitas itu sebetulnya masih dapat ditingkatkan menjadi 2,0 – 2,5 tonha, untuk itu perlu dilakukan penelitian yang mendalam agar dapat meningkatkan produksi kedelai di Indonesia Adisarwanto, dan Wudianto. 1999 . Salah satunya adalah dengan memperbaiki pertumbuhan bakteri Rhizobium, agar bakteri ini dapat berkembang dengan baik di dekat akar tanaman dan mempunyai kamampuan tinggi untuk melakukan penetrasi kedalam akar tanaman, di dalam jaringan akar bakteri akan membentuk bintil akar sebagai tempat tinggal bakteri Rhizobium, dan dalam bintil akar itulah bakteri mampu memfiksasi Nitrogen dari Udara untuk tanaman, dan bakteri hidup dalam bintil akar akan mendapat makanan dari tanaman baik berupa protein, karbohidrat dan vitamin Surtiningsih, et al,2009 Perbaikan kondisi lingkungan Rhizobium, yaitu dilakukan perbaikan secara biologis dengan cara meningkatkan populasi bakteri yang bermanfaat di sekitar bakteri Rhizobium, bakteri tersebut menguntungkan bagi Rhizobium, baik dalam memacu peningkatan populasi Rhizobium dan kemampuannya menginfeksi akar tanaman kedelai, tetapi juga bakteri tersebut mampu meningkatkan kesuburan tanaman baik sebagai pengyedia nutrisi maupun hormon tumbuh tanaman serta mikroba tersebut mampu menginduksi ketahanan sistemik tanaman sehingga tanaman tahan terhadap serangan hama dan penyakit tanaman. Bakteri yang menguntungkan bagi bakteri Rhizobium akan memproduksi protein dan karbohidrat yang berguna bagi Rhizobium, dan meranggsang pertumbuhan rambut akar tempat masuknia Rhizobium ke dalam jaringan akar. Bakteri Rhizobium Rhizobium adalah bakteri gram negatif yang merupakan bakteri penghuni tanah, bersifat aerob, bentuk batang, koloninya berwarna putih berbentuk sirkular, merupakan penambat nitrogen yang hidup di dalam tanah dan berasosiasi simbiotik dengan sel akar tanaman leguminoceae. Bakteri ini masuk melalui bulu-bulu akar tanaman berbuah polongan dan menyebabkan jaringan akar agar tumbuh berlebih-lebihan hingga menjadi kutil-kutil. Bakteri ini hidup dalam kutil pada akar tanaman dan memperoleh makanannya dari sel-sel 8 akar tanaman. Biasanya beberapa spesies Actinomycetes kedapatan bersama-sama dengan Rhizobium sp. dalam satu sel, untuk itu perlu diteliti fungsi keberadaan Actinomycetes terhadap pertumbuhan Rhizobium dalam bintil akar Surtiningsih,et al. 2009 Rhizobium masuk ke dalam akar kedelai salah satunya melalui rambut akar atau secara langsung ke titik munculnya akar lateral. Rhizobium menginfeksi akar leguminoceae melalui ujung-ujung bulu akar yang tidak berselulose, karena bakteri Rhizobium tidak dapat menghidrolisis selulose. Pada mulanya tanaman menghasilkan senyawa seperti flavonoids, sebagai akibat sekresi lipochitooligosaccharides LCOs oleh bakteri Rhizobium. Tahap berikutnya, LCOs membentuk nodul pada akar tanaman inang dan memicu proses infeksi sehingga sel berkembang abnormal sehingga membentul Nodul tempat hidup Rhizobium dalam hal bersimbiosa dengan tanaman dimana Rhizobium menambat nitrogen dari udara untuk tanaman dan Rhizobium mendapat makanan dar i sel tanaman disekitarnya Induksi Ketahanan Sistemik oleh Rhizobakteria Rhizobakteria dapat melakukan Indusi ketahanan sistemik atau Systemic acquired resistance SAR pada tanaman, yang mengakibatkan tanaman tahan terhadap serangan pathogen. Dalam hal ini, bakteri yang berada disekitar akar dapat memacu sel akar untuk menghasilkan senyawa yang mampu menghambat pertumbuhan pathogen, selanjutnya sel mengirimkan signyal ke sel lainnya agar menghasilkan senyawa toksik sehingga seluruh sel tanaman dikatakan tahan terhadap penyakit Kuc, J. 1983, Hanuddin dan B. Marwoto. 2003 . Ciri khas terjadinya peristiwa Systemic acquired resistance SAR pada tanaman, yaitu terjadinya akumulasi senyawa asam salisilat, asam jasmonik. ethylene serta pathogenesis related-protein PR-protein dalam tanaman yang sangat berperan dalam peningkatan ketahanan tanaman terhadap hama atau penyakit Ryals et al, 1996; Zhang, et al. 2002.. Ketahanan sistemik yang diinduksi oleh infeksi mikroorganisme baik yang patogenik maupun non patogenik telah banyak dipelajari pada tanaman Cucurbitae. Tanaman mentimun atau tanaman lain dari suku Cucurbitae dapat memperoleh ketahanan sistemik setelah sebelumnya diinfeksi dengan jamur Colletotrichum lagenarium terhadap patogen yang sama Kloepper, dan Tuzun, S. 2004 . Selain itu infeksi daun pertama dengan Tobacco Necrosis Virus TNV atau Cladosporium cucumerinum Ell. Et Arth. akan dapat melindungi tanaman dari serangan C. lagenarium. Perendaman benih semangka ke dalam suspensi inokulum Pseudomonas sp dapat mengurangi kerusakan tanaman karena penyakit antraknose. Demikian pula perlakuan benih mentimun ke dalam suspensi Pseudomonas mycophaga selama 24 jam dapat mengurangi antraknose sebesar 52-63 Caruso dan Kuc, 1979. Infeksi C. lagenarium atau TNV pada mentimun dapat pula menimbulkan ketahanan tanaman 9 terhadap serangan layu oleh Fusarium oxysporum f.sp. cucumerinum Snyder et Hansen Gessler Kuc, 1982. Bakteri Pelarut Fosfat Alternatif untuk meningkatkan efisiensi pemupukan Fosfat P dan untuk mengatasi rendahnya fosfat tersedia atau kejenuhan fosfat dalam tanah dapat dilakukan dengan memanfaatkan kelompok mikroorganisme pelarut fosfat sebagai pupuk hayati. Mikroorganisme pelarut fosfat adalah mikroorganisme yang dapat melarutkan fosfat sukar larut menjadi larut, baik yang berasal dari dalam tanah maupun dari pupuk, sehingga dapat diserap oleh tanaman. Ketersediaan P didalam tanah sangat rendah, karena P terjerap oleh mineral tanah dan senyawa organik serta terfiksasi Al,Fe,Mn,Ca dan dalam proses pelapukan bagan organic yang rendah. Bakteri Pelarut Fospat merupakan salah satu pupuk hayati yang dapat berperansebagai amelioran,penyedia unsur hara dan tidak terjadi pencemaran lingkungan. Berbagai spesies mikroba pelarut fosfat, antara lain Pseudomonas, Microccus, Azotobacter, Bacillus, Flavobacterium, Penicillium, Sclerotium, Fusarium, dan Aspergillus, berpotensi tinggi dalam melarutkan fosfat terikat menjadi fosfat tersedia dalam tanah, karena mikroba tersebut menghasilkan enzim fosfatase dan enzim fitase. Enzim fosfatase dapat memutuskan fosfat yang terikat oleh senyawa-senyawa organik menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman Marista et al 2013 Bakteri Penghasil Fitohormon Bakteri akar tanaman dapat menghasilkan fitohormon, misalnya, Azotobacter sp dan Azospirillum sp. Sebagai penghasil fitohormon, bakteri ini sangat berguna bagi tumbuhan karena dengan adanya fitohormon tersebut maka tanaman akan tumbuh dengan cepat. Fitohormon adalah hormon tumbuhan yang berupa senyawa organik yang dibuat pada suatu tempat dibagian tanaman dan kemudian diangkut ke bagian lain, yang dengan konsentrasi rendah menghasilkan suatu dampak fisiologis pada sel tanaman yang signifikan. Peran suatu hormon adalah merangsang pertumbuhan, pembelahan sel, pemanjangan sel, dan ada yang menghambat pertumbuhan Doke 1982; Istamar Syamsuri, 2007. Fitohormon yang dihasilkan bakteri ini adalah auksin, sitokinin, giberelin dan etilen. Hormon-hormon ini berperan penting dalam pertumbuhan tanaman dan masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda pada suatu fase pertumbuhan suatu tanaman. Jika bakteri tersebut menghasilkan hormon tumbuh di sekitar akar, maka akan merang pembentukan bulu akar di permukaan akar sehingga bakteri Rhizobium mudah mempenetrasi untuk masuk ke sel akar tanaman. 10

BAB I I I . METODA PENELI TI AN

Dokumen yang terkait

Respons Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max(L.) Merrill) Terhadap Pemberian Debu Vulkanik Hasil Erupsi Gunung Sinabung Dan Pupuk Kandang Sapi

1 49 79

Evaluasi Karakteristik Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.) Hasil Mutasi Kolkisin M2 pada Kondisi Naungan

1 85 58

Evaluasi Karakter Vegetatif Dan Generatif Beberapa Varietas Kedelai Hitam ( Glycine max ( L ) Merrill )Terhadap Pemberian Vermikompos Pada Tanah Masam

1 41 91

Respons Dua Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merrill.) Pada Pemberian Pupuk Hayati Dan NPK Majemuk

2 74 74

Uji Ketahanan Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.) Di Luar Musim Tanam Terhadap Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi Syd.) Di Lapangan

3 63 80

Seleksi Massa Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L. Meril) Terhadap Radiasi Sinar Gamma Pada Turunan Kedua

7 121 76

Respons Pertumbuhan Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.) Terhadap Beberapa Konsentrasi Garam NaCl Secara In Vitro

0 44 76

PENGARUH TIGA INOKULAN BAKTERI Rhizobium TERHADAP PEMBENTUKAN BINTIL AKAR TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merril).

0 0 11

PEMANFAATAN RHIZOBAKTERIA DARI TANAMAN SOLANACEAE UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN BAKTERI RHIZOBIUM SP DALAM PEMBENTUKAN BINTIL AKAR DAN MENGINDUKSI KETAHANAN SISTEMIK TANAMAN KEDELAI (GLYCINE MAX L. MERRIL).

0 0 36

PEMANFAATAN RHIZOBAKTERIA DARI TANAMAN SOLANACEAE UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN BAKTERI RHIZOBIUM SP DALAM PEMBENTUKAN BINTIL AKAR DAN MENGINDUKSI KETAHANAN SISTEMIK TANAMAN KEDELAI (GLYCINE MAX L. MERRIL).

0 1 807