Prestasi Belajar Kajian Teori 1. Pola Makan

36 remaja secara seimbang melalui komunikasi efektif antara orangtua dan anak remaja. Baik secara fisik, intelektual, kesehatan reproduksi, mental emosioal, sosial dan moral spiritual. Program kelompok bina keluarga ini digunakan sebagai wadah yang berupaya untuk mendapatkan pemahaman yang tepat mengenai pengetahuan orangtua dalam mendidik anak yang benar. Keluarga anak dan remaja memiliki anak usia sekolah 6-13 tahun dan atau remaja 14-21 tahun. Kegiatan yang dilakukan oleh keluarga dalam bentuk kelompok kegiatan, dimana orangtua mendapatkan informasi atau pengetahuan anggota keluarga terhadap kelangsungan perkembangan anak remaja, yaitu tentang pentingnya hubungan yang setara dan harmonis pada satu keluarga dalam rangka pembinaan kepribadian anak dan remaja Departemen Kesehatan RI, 2006.

6. Prestasi Belajar

Prestasi belajar menurut Muhibin Syah 2008 adalah keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Prestasi belajar merupakan salah satu indikator yang penting dalam menetukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan. Fungsi lain prestasi belajar adalah sebagai indikator daya serap dan kecerdasan anak. Prestasi belajar dapat digunakan untuk menyusun dan mentapkan suatu keputusan atau langkah – langkah kebijaksanaan baik yang menyangkut anak, pendidikan maupun institusi yang mengelola program pendidikan. Dalam belajar, ada beberapa faktor yang memengaruhi keberhasilan belajar, antara lain Hakim, 2000: 37 a Faktor Internal, faktor internal meliputi dua hal, antara lain: Faktor jasmani, berupa kesehatan dan kesiapan fisik seseorang untuk belajar.Hal ini di luar faktor kecacatan yang dimiliki seseorang, yang memutuhka pelayanan pendidikan khusus. Seseorang yang sedang belajar saat ia sedang mengalami demam tinggi tentu hasilnya akan berbeda saat ia belajar dalam keadaan sehat. Dengan demikian, dibutuhkan kebugaran dengan istirahat yang cukup dan konsumsi makanan yang memadai agar kesehatan tetap terjaga. Faktor Psikis, dalam faktor ini termasuk juga inteligensi. Inteligensi dapat dijadian modal seseorang untuk berhasil dalam belajar.Meskipun demikian, inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menjadikan seseorang berhasil dalam belajar.Demikian dengan konsentrasi. Kemampuan konsentrasi seseorang dalam belajar tentunya akan mempengaruhi sejauh mana materi pelajaran dapat dicerna olehnya. Keberhasilan belajar juga dipengaruhi oleh faktor kepribadian. Orang yang memiliki kecemasan tinggi biasanya proses belajarnya terhambat oleh rasa cemas yang berlebihan. Namun, rasa cemas pada level tertentu dapat dijadikan pendorong atau pemacu dalam meningkatkan keinginan untuk belajar. Gaya belajar anak atau kekuatan anak dalam belajar, apakah secara visual, auditoris maupun kinestetis, mempengaruhi teknik apa yang cenderung digunakan anak dalam belajar sehingga apabila teknik tersebut tepat, akan dapat lebih mudah untuk memelajari suatu tugas. 38 b Faktor Eksternal, faktor eksternal meliputi beberapa hal, yaitu: Lingkungan keluarga, penelitian menunjukan bahwa siswa yang orangtuanya terlibat dalam kegiatan sekolah memiliki kehadiran yang lebih baik, prestasi yang lebih tinggi, dan sikap yang lebih positif terhadap sekolah IL Epstein dalam Ormrod, 2000. Selain itu dukungan orangtua, pola pengasuhan orangtua juga memengaruhi keberhasilan anak dalam belajar. Lingkungan sekolah, orangtua dapat memilih sekoah mana yang akan dijadikan tempat bagi anak untuk menuntut ilmu. Sekolah, sebagai institusi formal dimana seorang anak menuntut ilmu, memegang peranan penting dalam prestasi belajar anak. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan dalam melihat faktor sekolah, antara lain: lokasi sekolah, kualitas lulusan, fasilitas yang disediakan di sekolah, guru, serta tata tertib sekolah. Lingkungan masyarakat, perkembangan seseorang tidak terlepas dari pengaruh lingkungan masyarakat dimana ia tumbuh dan berkembang. Hubungan timbal-balik dengan lingkungan masyarakat, seperti tetangga, teman sebaya, media, budaya, dan sebagainya secara tidak langsung memengaruhi norma, kebiasaan, adat, pandangan, dan perilaku anak yang akhirnya juga memengaruhi kebiasaan belajar yang ia miliki. Waktu, bagaimana anak mengatur jadwal kegiatannya sehari-hari merupakan salahsatu hal penting dalam menentukan keberhasilan belajarnya.Masalah pengaturan waktu ini biasanya menjadi alasan utama seorang anak gagal dalam studinya.Setiap orang memiliki banyak kegiatan yang harus dilakukan dalam satu hari. Tiap-tiap kegiatan memiliki porsi dan bobot kepentingan yang berbeda-beda, yang tentunya akan selalu berbeda pada 39 masing-masing orang. Contohnya, seeorang atlet cenderung akan mementingkan waktu untuk berlatih yang lebih panjang dibandingkan waktunya untuk membaca buku. Sebaliknya, seorang guru cenderung akan menambah waktunya untuk membaca buku dan menentukan intisari bacaan dibandingkan untuk berolahraga. Dengan kebijaksanaan yang dimiliki masing-masing orang dalam memanfaatkan waktu dan membagi waktu secara lebih baik, diharapkan hasil yang dicapai juga lebih optimal.Hal ini juga berlaku bagi masing-masing anak. Dalam faktor ini, juga perlu diingat bahwa suatu keberhasilan memerlukan proses yang membutuhkan waktu. Misalnya, seorang anak yang belajar bab 8 pelajaran geografi dengan carasks sistem kebut semalam dan berharap mendapat nilai 10 pada pelajaran tersebut, cenderung tidak realistis. Ia perlu memahami kapasitas maksimal seseorang dalam memahami pelajaran. Sulit memperoleh nilai 10 hanya dengan belajar semalam.Dewasa ini, kemajuan teknologi yang semakin mempermudah hidup seseorang seperti menjadikan munculnya kecenderungan ini kemudian disamaratakan pada semua aspek kehidupan, termasuk belajar.Hal ini pula yang sering menjadi kesalahan bagi sebagian orang yang kemudian menyebabkan mereka putus asa dan menyerah dalam belajar. Dalam prestasi belajar adapun indikator –indikator yang harus dicapai agar sesuai dengan idelanya prestasi belajar dilakukan. Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa mrid, sangat sulit.Hal ini di sebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang 40 bersifat intangible tak dapat diraba.Oleh Karena itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis garis besar indikator penunjuk adanya prestasi tertentu dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak di ungkapkan atau diukur.

B. Hasil Penelitian yang Relevan