Penyimpangan yang mengganggu kewajaran penyajian laporan keuangan

cxviii pemeriksaan BPK tersebut masih menunjukkan beberapa penyimpangan yang perlu mendapatkan perhatian, antara lain sebagai berikut93 :

a. Penyimpangan yang mengganggu kewajaran penyajian laporan keuangan

a Biaya Langsung Personil atas Kegiatan Jasa Konsultansi Tidak Didukung dengan Daftar Gaji yang Telah Diperiksa Audited Payroll dan Bukti Setor Pajak Sebesar Rp. 77.068.166,66. b Biaya Langsung Non Personil belum dilengkapi dengan bukti Pertanggungjawaban atas Pengeluaran yang Sebenarnya At Cost Sebesar Rp. 112.710.500,00. b. Penyimpangan terhadap kriteriaperaturan yang telah ditetapkan a Pajak Penghasilan atas Tenaga AhliKonsultan Belum Dipotong dan Disetorkan ke Kas Negara Sebesar Rp. 187.963.875,00. b Pajak-pajak atas Pelaksanaan Pekerjaan yang Dibiayai Dana Tak Terduga Belum Dipungut dan Disetor ke Kas Negara Sebesar Rp. 855.971.672,72. c Nama Pemilik Obligee pada Jaminan Uang Muka dan Jaminan Pelaksanaan Beberapa Proyek Subdin Bina Marga Dibuat Tidak Atas Nama Pengguna Anggaran Dinas Pekerjaan Umum Sebesar Rp. 4.177.210.450,00. d Terdapat Kekurangan Volume pada Beberapa Paket Kegiatan di Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bengkulu Sebesar Rp1.007.335.339,54. c. Penyimpangan yang Dapat Mengakibatkan Tidak Tercapainya Program yang Dilaksanakan, yaitu: 93BPK. Hasil Pemeriksaan atas Belanja Daerah Provinsi Bengkulu Tahun Anggaran 2007. Hal. 2. www.BPK.go.id cxix a Pembuatan Bundaran Jalan di Muara-Pelabuhan Pulau Baai Terlambat dari Jadual sesuai Kontrak dan Rekanan seharusnya Didenda Rp7.416.000,00. b Terdapat 19 Paket Kegiatan dari 33 Paket Kegiatan Pembangunan Jalan dan Jembatan pada Subdin Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bengkulu Berada dalam Kondisi Kritis dan Berpotensi Mengalami Keterlambatan. Penyelewengan dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa serta konsekuansi yang diakibatkannya menjadi bukti bahwa penerapan tata kepemerintahan yang baik dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah pada pemerintah Provinsi Bengkulu belum terlaksana dengan maksimal. Resiko diatas dibuktikan dengan hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia terhadap Anggaran Belanja Pemerintah Provinsi Bengkulu Tahun 2007 sebagaimana dijelaskan diatas. Tindakan Penyelewengan dalam pengadaan bertentangan dengan tujuan pengadaan pemerintah, mengingat pengadaan barang dan jasa merupakan instrumen strategis bagi pemerintah meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sektor ini menyerap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah paling besar dan juga dapat menimbulkan resiko kerugian negara yang besar pula akibat korupsi dan ketidakefisienan pengadaan. 3.8 Upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi Bengkulu untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam rangka penerapan Tata Kepemerintahan yang baik penyelenggaran pengadaan barang dan jasa pemerintah cxx Mencermati perkembangan kebijakan pengadaan barang dan jasa pemerintah, kebijakan pengadaan saat ini berorientasi pada mekanisme pasar dan mengadopsi prinsip-prinsip universal yang diterima secara internasional, dimana para peserta lelang bersaing secara bebas satu sama lain. Hal ini mengisyaratkan empat prinsip dasar bagi suatu sistem pengadaan pemerintah yang baik, berikut ini:

a. Memaksimalkan prinsip ekonomi dan efisiensi.