TETY JULIANY SIREGAR

(1)

KEPEDULIAN MASYARAKAT DALAM PERBAIKAN

SANITASI LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH DI

KELURAHAN MATAHALASAN KOTA TANJUNGBALAI

TESIS

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan

Program Studi Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota

Oleh :

TETY JULIANY SIREGAR L4D008047

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER TEKNIK PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2010


(2)

KEPEDULIAN MASYARAKAT DALAM PERBAIKAN

SANITASI LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH DI

KELURAHAN MATAHALASAN KOTA TANJUNGBALAI

Tesis diajukan kepada

Program Studi Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Program Pascasarjana Universitas Diponegoro

Oleh :

TETY JULIANY SIREGAR L4D 008 047

Diajukan pada Sidang Ujian Tesis Tanggal 11 Maret 2010

Dinyatakan Lulus

Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Magister Teknik

Semarang, Maret 2010

Tim Penguji :

Ir. Artiningsih, MSi - Pembimbing Utama Landung Esariti, ST. MPS - Penguji Dr. Ir. Joesron Alie Syahbana, M.Sc – Penguji

Mengetahui Ketua Program Studi

Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Program Pascasarjana Universitas Diponegoro


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi. Sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diakui dalam naskah

ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila dalam Tesis saya ternyata ditemui duplikasi, jiplakan (plagiat) dari Tesis orang lain/Institusi lain maka saya

bersedia menerima sanksi untuk dibatalkan kelulusan saya dan saya bersedia melepaskan gelar Magister Teknik dengan penuh rasa tanggung jawab.

Semarang, Maret 2010

TETY JULIANY SIREGAR NIM L4D 008 047


(4)

SABAR DAN IKHLAS

DALAM MENJALANI SETIAP PROSES KEHIDUPAN AKAN MEMBUAHKAN HASIL YANG MANIS ...

Tesis ini kupersembahkan untuk :

Suamiku tercinta DEDY DARMA, S.Pi,

seseorang yang selalu mendukungku di setiap gerak

dan langkahku dalam menjalani hidup ini.

Kedua orang tuaku yang selalu bangga dengan segala kelebihan

anak-anaknya dan menerima segala kekurangannya.

Keluarga besarku, abang, kakak, adik-adikku,

dan yang paling aku sayangi ketiga anak-anakku yang lucu:

Rifat, Muthia, dan Alikha yang mau mengerti dan memahami

segala kondisi mamanya.


(5)

ABSTRAK

Kepadatan penduduk yang tinggi yang tidak sebanding dengan lahan yang tersedia untuk permukiman mengakibatkan ketidakteraturan dalam penataan tempat tinggal dan semakin tidak memadainya sarana dan prasarana dasar permukiman di Kelurahan Matahalasan Kota Tanjungbalai. Buruknya sanitasi lingkungan mempengaruhi keberlanjutan lingkungan hidup yang ada. Rendahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya sanitasi lingkungan permukiman yang sehat terlihat dari perilaku masyarakat yang kurang ramah pada lingkungannya. Hal ini ditandai dari masih adanya sebagian masyarakat yang melakukan pola hidup tidak sehat seperti memanfaatkan sungai sebagai sarana MCK dan air bersih untuk kebutuhan hidup, serta kebiasaan membuang limbah rumah tangga langsung ke sungai yang berpotensi sebagai penyebab penyebaran wabah penyakit.

Pemerintah Kota Tanjungbalai sudah berusaha untuk memperbaiki kondisi ini melalui program-program perbaikan lingkungan permukiman dengan konsep pemberdayaan masyarakat. Namun, pada kenyataannya tidak semua program dapat berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan tidak semua masyarakat memiliki kepedulian terhadap lingkungannya. Untuk itu perlu dikaji lebih lanjut bagaimana kepedulian masyarakat dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh di Kelurahan Matahalasan Kota Tanjungbalai.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana kepedulian masyarakat dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh di Kelurahan Matahalasan Kota Tanjungbalai. Adapun sasarannya : mengkaji keberhasilan perubahan perilaku masyarakat dalam perbaikan sanitasi lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepedulian masyarakat dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh.

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian ini kualitatif diawali pendekatan positivistik, yaitu dengan cara berpikir dari depan dengan melihat dan mengkaji variabel-variabel penelitian berdasarkan kajian literatur secara komprehensif kemudian variabel-variabel tersebut dianalisis pada fenomena yang terjadi di lapangan. Tahap awal yang dilakukan peneliti adalah mendeskripsikan bagaimana karakteristik masyarakat dan pengelolaan sanitasinya, kemudian mengkaji praktek perubahan perilakunya dalam perbaikan sanitasi lingkungan yang terjadi saat ini, selanjutnya mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi kepedulian masyarakat dalam pengelolaan sanitasi tersebut.

Hasil temuan penelitian kepedulian masyarakat dalam perbaikan sanitasi lingkungan di Kelurahan Matahalasan ditandai dari perilaku masyarakat yang selalu bertanggungjawab dan memperhatikan kepentingan orang lain. Bentuk Kepedulian masyarakat terlihat dari peran dan tindakannya terlibat dalam 8 proses perbaikan sanitasi lingkungan dimulai dari porses inisiasi awal sampai pada pengawasan dalam penggunaan MCK ++. Kepedulian masyarakat dimotivasi oleh peran pelopor yang memberikan pemahaman bagi masyarakat lainnya, sehingga muncul kesadaran, tanggung jawab, dan kemandirian masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan sanitasi lingkungan.

Rekomendasi dari penelitian ini yaitu melalui sosialisasi dan rembug warga yang melibatkan beragam stakeholder akan tersusun suatu perencanaan terpadu yang mudah dipahami dan dengan tujuan yang praktis dan aplicble, pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan kelompok swadaya masyarakat akan menumbuhkan kemandirian, kemampuan masyarakat dalam melakukan proses pembangunan berkelanjutan secara mandiri maupun berkelompok, dan akan menumbuhkan pengawasan sosial masyarakat dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program kegiatan yang berkelanjutan.


(6)

ABSTRACT

The high density of population that is not equal with the land available for settlement has caused irregularity of living place arrangement and the scarce of basic settlement infrastructure as what has happened at Kelurahan Matahalasan, Tanjungbalai City. The bad environment sanitation influences the sustainability of life at the area. Lack of knowledge and poor understanding on the importance of health sanitation at the settlement environment are seen through the unfriendly community behavior toward the environment. It is portrayed in half of the community having unhealthy life-style such as using river as a place for MCK (public bathing, washing and toilet facilities) as water for life, as well as their habit of throwing their domestic-waste right to the river which makes it potential for any illness spread.

Tanjungbalai government has tried to mend this condition through settlement’s environment upgrading program through community empowerment concept. Nevertheless, in reality not all programs are carried out well. It is caused by the fact that not all community cares about the environment. Thus, a further study is needed to examine the community’s concern upon the environment sanitation upgrading at slum settlement at Kelurahan Matahalasan, Tanjungbalai City.

This study aims to study how the community’s concern upon the environment sanitation upgrading at Tanjungbalai City’s slum settlement. The targets are: to study the success of community’s behavior in upgrading the environment sanitation and the factors influencing the community’s behavior in upgrading the environment sanitation.

The method used in this research is qualitative method started by posivistic approach that is by looking at and studying the variables of the research based on literary research and comprehensive best practice. The variables are then studied upon the phenomena occurred in reality. The first phase the researcher does is describing the community characteristic and their sanitation management and then studying the present behavior practice in upgrading environment sanitation. Afterwards, the researcher studies the factors influencing community’s concern in managing the sanitation.

The result of community’s concern in upgrading the environment sanitation is seen through the community’s role and involvement on the eight processes of environment sanitation upgrading.; starting from the first initiation process to the monitoring of MCK++ usage. The community’s concern is seen through the community’s influential role in upgrading the environment sanitation motivated by the role of figure who is the initiator giving understanding and learning to the other community which then resulting on community awareness, responsibility and self-help toward the importance of environment sanitation management.

The recommendation based on this research is is through socialization and focus discusion group involving diverse stakeholders will be composed of an integrated planning with easy to understand and practical goals and aplicble, community empowerment through the establishment of community based organizations will foster self-reliance, the ability of communities in sustainable development process independently both groups, and will foster community social control in monitoring and evaluating the implementation of sustainable program of activities.


(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Tesis ini merupakan persyaratan bagi penyelesaian studi pada Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro (MTPWK UNDIP), konsentrasi Pembangunan dan Pengembangan Perumahan Permukiman. Pengambilan tema penelitian tentang Kepedulian Masyarakat dan Sanitasi

Lingkungan ini lebih disebabkan ketertarikan yang sangat besar pada fenomena

rendahnya keinginan masyarakat untuk terlibat di dalam pengelolaan sarana maupun prasarana permukiman, terlebih lagi bila dikaitkan dengan kepedulian terhadap lingkungan. Penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjelaskan bagaimana hal tersebut dapat terjadi dengan penekanan pada kepedulian masyarakat terhadap perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh di Kelurahan Matahalasan melalui praktek perilakunya sehari-hari.

Keberhasilan penyusunan tesis ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, sehingga penyusun mengucapkan penghargaan dan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Pembinaan Teknik Penataan Lingkungan Permukiman atas beasiswa yang diberikan.

2. Para dosen pembimbing: Ibu Ir. Artingsih, M.Si atas bimbingan, arahan, pengetahuan, waktu, tenaga dan ketulusannya.

3. Ibu Landung Esariti, ST. MPS selaku dosen penguji 1 dan Dr. Ir. Joesron Alie Syahbana, MSc selaku dosen penguji 2 atas waktu dan kesempatan yang diberikannya.

4. Para narasumber, pimpinan dan teman-teman di jajaran Pemerintah Kota Tanjungbalai yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

5. Pengelola MP4 baik dari jajaran MTPWK UNDIP maupun jajaran Balai Kerjasama Pendidikan Magister dan Diploma PU, khususnya staf tata usaha MP4, mbak Lulu, mbak Yunita, mas Imam, dkk. atas perkuliahan dan pelayanannya.

6. Rekan-rekan MP4 Kelas A, atas kerjasama, kebersamaan dan tukar pikirannya; beserta segenap penghuni Mess LPPU Tembalang.

7. Suami dan anak-anakku serta keluarga besarku yang telah banyak memberikan kebahagiaan, bantuan, pengorbanan, perhatian, dorongan dan doa.

8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat, hidayah, petunjuk serta keselamatan pada kita semua. Semoga segala bantuan yang telah diberikan dapat diterima sebagai amal ibadah. Amin.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRAC ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan dan Sasaran ... 3

1.3.1 Tujuan ... 3

1.3.2 Sasaran ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Ruang Lingkup ... 4

1.5.1 Ruang Lingkup Substansial ... 4

1.5.2 Ruang Lingkup Spasial ... 5

1.6 Kerangka Pemikiran ... 7

1.7 Metode Penelitian ... 7

1.7.1 Pendekatan Studi ... 7

1.7.2 Metodologi Pelaksanaan Penelitian ... 9

1.7.3 Data Penelitian ... 9

1.7.4 Metode Pengumpulan Data Penelitian ... 10

1.7.4.1 Tahapan Pengumpulan Data ... 10

1.7.4.2 Teknik Pengumpulan Data ... 10

1.7.4.3 Informan Kunci (Key Informan) ... 13

1.7.5 Penyajian Data ... 15

1.7.6 Teknik Analisis Data ... 16

1.8 Keaslian Penelitian ... 19

1.9 Sistematika Pembahasan ... 19

BAB II KAJIAN LITERATUR TENTANG KEPEDULIAN MASYARAKAT TERHADAP KEBERLANJUTAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN ... 22

2.1 Paradigma Pembangunan Berkelanjutan ... 22


(9)

2.3 Peran Stakeholder dalam Pengelolaan Sanitasi Permukiman yang Berwawasan Lingkungan Gambaran Kepedulian

Masyarakat terhadap Lingkungan ... 27

2.4 Kepedulian Masyarakat terhadap Lingkungan dalam Upaya Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan ... 33

2.4.1 Kepedulian Masyrakat Merujuk pada Sikap dan Perilaku .... 33

2.4.2 Perubahan Perilaku Masyarakat yang Berwawasan Lingkungan Guna Mewujudkan Kepedulian Masyarakat terhadap Lingkungan ... 35

2.5 Sintesis Kajian Literatur ... 37

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA SANITASI LINGKUNGAN DI KELURAHAN MATAHALASAN ... 42

3.1 Karakteritik Masyarakat Kelurahan Matahalasan ... 42

3.1.1 Kondisi Sosial Masyarakat ... 43

3.1.2 Kondisi Perekonomian ... 44

3.1.3 Kondisi Fisik Lingkungan ... 46

3.1.3.1 Kondisi Lingkungan Permukiman ... 47

3.1.3.2 Kondisi Lingkungan Permukiman di sekitar Lokasi MCK ++ ... 50

3.2 Aktivitas Masyarakat Dalam Perbaikan Sanitasi Lingkungan ... 52

3.2.1 Aktivitas Masyarakat Sebelum Ada Perbaikan Sanitasi Lingkungan ... 52

3.2.1.1 Latar Belakang Kegiatan Dalam Pemenuhan Sanitasi Sebelum Ada Perbaikan Sanitasi Lingkungan ... 53

3.2.1.2 Aktivitas Masyarakat ... 54

3.2.2 Aktivitas Masyarakat Sesudah Perbaikan Sanitasi Lingkungan ... 55

3.2.2.1 Latar Belakang Kegiatan Dalam Pemenuhan Sanitasi Sesudah Ada Perbaikan Sanitasi Lingkungan ... 56

3.2.2.2 Aktivitas Masyarakat ... 58

BAB IV ANALISIS PRAKTEK PERILAKU DAN KEPEDULIAN MASYARAKAT DALAM PERBAIKAN SANITASI LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH DI KELURAHAN MATAHALASAN ... 62

4.1 Mengkaji Praktek Perilaku Masyarakat Dalam Perbaikan Sanitasi Lingkungan Permukiman Kumuh ... 62

4.1.1 Analisis Peran Stakeholder dalam Perbaikan Sanitasi Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Matahalasan ... 63

4.1.1.1 Peran Pemerintah Kota Tanjungbalai dan Swasta ... 63


(10)

4.1.2 Analisis Mekanisme Praktek Perbaikan Sanitasi Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan

Matahalasan ... 80

4.1.2.1 Tahap Inisiasi Awal dan Survey Kampung ... 81

4.1.2.2 Tahap Pembangunan ... 83

4.1.2.3 Tahap Pengelolaan dan Pemeliharaan ... 86

4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepedulian Masyarakat Dalam Perbaikan Sanitasi Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Matahalasan ... 91

4.2.1 Sebelum Ada Program Perbaikan Sanitasi Lingkungan ... 91

4.2.1.1 Minimnya Penyediaan Prasarana Sanitasi ... 93

4.2.1.2 Rendahnya Pengetahuan Masyarakat Tentang Sanitasi ... 94

4.2.1.3 Lemahnya Pengawasan ... 95

4.2.1.4 Tidak adanya Pencontohan (Voluntary) ... 96

4.2.2 Sesudah Ada Perbaikan Sanitasi Lingkungan ... 97

4.2.2.1 Dorongan Pemerintah dan Swasta ... 99

4.2.2.2 Adanya Pengetahuan ... 100

4.2.2.3 Adanya Kemauan dan Niat ... 102

4.2.2.4 Adanya Pencontohan (Voluntary) ... 103

4.2.2.5 Adanya Kemauan Untuk Membayar ... 104

4.2.2.6 Adanya Kontrol Sosial ... 105

4.3 Sintesis Hubungan Antara Peran Pelaku, Aktivitas Peran dan Faktor yang Mempengaruhi Perbaikan Sanitasi Lingkungan di Kelurahan Matahalasan ... 106

4.4 Temuan Studi ... 112

BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP ... 120

5.1 Kesimpulan ... 120

5.2 Rekomendasi ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 126


(11)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1.1 Ruang Lingkup Spasial Penelitian ... 6

GAMBAR 1.2 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 8

GAMBAR 1.3 Diagram Kerangka Analisis ... 17

GAMBAR 2.1 Tiga Pilar Pembangunan ... 23

GAMBAR 2.2 Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development) ... 25

GAMBAR 2.3 Konstruksi Jamban Sehat ... 28

GAMBAR 2.4 Detail Septic Tank ... 29

GAMBAR 3.1 Foto Udara Wilayah Kelurahan Matahalasan ... 46

GAMBAR 3.2 Kondisi Sungai Matahalasan Saat Ini ... 48

GAMBAR 3.3 Kondisi Permukiman Penduduk Di Lingkungan I Kelurahan Matahalasan ... 49

GAMBAR 3.4 Kondisi MCK ++ Di Lingkungan I Kelurahan Matahalasan ... 51

GAMBAR 3.5 Diagram Aktivitas Masyarakat Sebelum Ada Perbaikan Sanitasi Lingkungan ... 52

GAMBAR 3.6 Diagram Aktivitas Masyrakat Sesudah Ada Program Perbaikan Sanitasi Lingkungan ... 55

GAMBAR 3.7 Proses Survey Kampung Yang Melibatkan Masyarakat, Konsultan Dan Aparat Kelurahan ... 56

GAMBAR 3.8 Aktivitas Masyarakat Dalam Memanfaatkan Sanimas Di Lingkungan I Kelurahan Matahalasan ... 59

GAMBAR 4.1 Peran Pemerintah Dan Swasta Dalam Penyediaan MCK ++ ... 69

GAMBAR 4.2 Diagram Peran Masyarakat Dalam Penyediaan Dan Pengelolaan MCK ++ ... 78

GAMBAR 4.3 Diagram Proses Pemahaman Masyarakat Akan Pentingnya Pengelolaan Sanitasi Yang Baik ... 82

GAMBAR 4.4 Diagram Aktivitas Peran Masyarakat, Pemerintah Dan Swasta Dalam Proses Pembangunan MCK ++ ... 85

GAMBAR 4.5 Diagram Aktivitas Peran Masyarakat Dalam Pengelolaan Dan Pemeliharaan MCK ++ ... 89

GAMBAR 4.6 Diagram Faktor Pendorong Masyarakat Memanfaatkan Sungai ... 92

GAMBAR 4.7 Diagram Faktor Pendorong Masyarakat Mengelola Dan Memanfaatkan MCK ++ ... 97

GAMBAR 4.8 Diagram Sintesis Bentuk Dan Tingkat Kepedulian Masyarakat Dalam Perbaikan Sanitasi Lingkungan ... 112


(12)

DAFTAR TABEL

TABEL I.1 Daftar Kebutuhan Data Penelitian ... 11 TABEL I.2 Keaslian Penelitian ... 21 TABEL II.1 Variabel Penelitian ... 39 TABEL III.1 Persentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Latar Belakang

Pendidikan Di Kelurahan Matahalasan ... 45 TABEL IV.1 Peran Pemerintah Dan Swasta Dalam Penyediaan MCK ++

Di Kelurahan Matahalasan ... 65 TABEL IV.2 Peran Masyarakat Dalam Penyediaan Dan Pengelolaan MCK ++

Di Kelurahan Matahalasan ... 74 TABEL IV.3 Indikator Pengaruh Peran Stakeholder Dalam Perbaikan Sanitasi

Lingkungan Di Kelurahan Matahalasan ... 106 TABEL IV.4 Hubungan Antara Peran Pelaku, Praktek Perilaku Dan Faktor

Yang Mempengaruhi Perbaikan Sanitasi Lingkungan Di

Kelurahan Matahalasan ... 108 TABEL IV.5 Indikator Kepedulian Masyarakat Dalam Perbaikan Sanitasi

Lingkungan Di Kelurahan Matahalasan ... 114 TABEL. IV.6 Tingkatan Kepedulian Masyarakat Di Kelurahan Matahalasan


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Kategorisasi Wawancara ... 129 LAMPIRAN B Hasil Wawancara Dengan Masyarakat ... 130 LAMPIRAN C Cuplikan Hasil Wawancara ... 157


(14)

DAFTAR SINGKATAN

BAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

BAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BEST : Bina Ekonomi Sosial Terpadu

BORDA : Bremen Overseas Research Development Association

BPS : Badan Pusat Statistik

Ha : Hectare

IPAL : Instalasi Pengolahan Air Limbah

IPLT : Instalasi Pengolahan Limbah Tinja

KK : Kepala Keluarga

KPTS : Keputusan

KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat

Lk : Lingkungan

LPM : Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

MCK : Mandi Cuci Kakus

MCK ++ : Mandi Cuci Kakus Plus Plus

MOU : Memorandum of Understanding

PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum

PEMKO : Pemerintah Kota

PJKA : Perusahaan Jasa Kereta Api

PLN : Perusahaan Listrik Negara

PP : Peraturan Pemerintah

PRA : Participatory Rural Appraisal

TFL : Tenaga Fasilitator Lapangan

TPO : Tempat Penjualan Ombrengan

SANIMAS : Sanitasi Berbasis Masyarakat

SPM : Standar Pelayanan Minimal

WC : Water Closet


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelurahan Matahalasan Kota Tanjungbalai berada di sepanjang bantaran Sungai Silau dan Sungai Asahan dengan luas wilayah 16,1 Ha dan jumlah penduduk mencapai 3.381 jiwa (BPS, 2009), dengan kepadatan penduduk mencapai 210 jiwa/Ha. Tingginya kepadatan penduduk yang tidak sebanding dengan lahan yang tersedia untuk permukiman mengakibatkan ketidakteraturan dalam penataan tempat tinggal dan penyediaan sarana dan prasarana dasar permukiman.

Menurut Budiharjo (2009:94), padatnya penduduk di kota akan mengakibatkan semakin kurang memadainya sarana dan prasarana permukiman. Begitu juga yang terjadi di Kelurahan Matahalasan, kondisi tempat tinggal yang buruk, menurunnya kualitas infrastruktur jalan, drainase akibat genangan pasang surut air Sungai setiap bulannya. Kurangnya pengelolaan dan pemeliharaan terhadap infrastruktur yang terbangun memperburuk kondisi yang sudah ada.

Problematika yang dihadapi masyarakat di kelurahan Matahalasan ini umumnya adalah masalah lapangan pekerjaan, kemiskinan yang meningkat, kerawanan sosial akibat meningkatnya angka kejahatan, pelayanan kesehatan dan pendidikan yang rendah, sebagian besar lahan permukiman penduduk adalah tanah milik PT Kereta Api Indonesia yang berada di bantaran Sungai Silau dan Sungai Matahalasan, kurangnya area-area penghijauan, timbunan sampah rumah tangga, masih ada yang melakukan kebiasaan buang air besar ke Sungai dan penggunaan air Sungai untuk kebutuhan rumah tangga karena tidak tersedianya sarana dan prasarana sanitasi lingkungan yang layak, yang berpotensi sebagai penyebab penyebaran wabah penyakit. Dibuktikan dengan tingginya angka penderita penyakit diare, disentri dan infeksi penyakit usus lainnya sebesar 15.755 jiwa dan penyakit kulit sebesar 14.128 jiwa di Kota Tanjungbalai (BPS, 2009) dan hampir 20% penderita adalah penduduk yang tinggal di bantaran Sungai Silau


(16)

termasuk Kelurahan Matahalasan, hal ini mengindikasikan buruknya sanitasi lingkungan yang ada.

Sanitasi lingkungan (Syahbana dalam Gunawan, 2006:2) adalah bagian dari kesehatan masyarakat yang meliputi prinsip-prinsip usaha untuk meniadakan atau menguasai faktor lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit melalui kegiatan yang ditujukan untuk (i) sanitasi air, (ii) sanitasi makanan, (iii) sistem pembuangan tinja, (iv) sanitasi udara, (v) pengendalian vektor dan roden penyakit, (vi) higienitas rumah. Ketika masalah sanitasi muncul di kawasan permukiman padat yang tidak tertata dengan baik dan juga tidak ditangani dengan cara yang tidak saniter maka akan mencemari lingkungan sekitar.

Pemerintah Kota Tanjungbalai sudah berusaha untuk memperbaiki kondisi ini melalui program-program perbaikan lingkungan permukiman dengan konsep pemberdayaan masyarakat, Program ini melibatkan peran serta masyarakat yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai pada tahap pemanfaatan dan pemeliharaan. Diharapkan dengan adanya peran serta masyarakat tersebut timbul rasa memiliki terhadap hasil-hasil pembangunan sehingga keberlanjutan dari program dapat tercapai. Namun pada kenyataannya tidak semua program dapat berjalan dengan baik, hal ini disebabkan tidak semua masyarakat memiliki kepedulian terhadap lingkungannya.

Latar belakang masalah tersebut di atas, menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai sejauh mana kepedulian masyarakat dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh di Kelurahan Matahalasan Kota Tanjungbalai.

1.2 Perumusan Masalah

Buruknya sanitasi lingkungan akan sangat berdampak bagi keberlangsungan lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup ini membutuhkan keterlibatan seluruh lapisan masyarakat tanpa ada pengecualian. Pola pembangunan yang berlangsung saat ini sudah banyak berubah, di mana banyak masyarakat yang dilibatkan di dalam pelaksanaannya melalui lembaga masyarakat yang telah di bentuk baik melalui rembug warga atau penunjukan sebagai syarat formalitas saja, tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan di


(17)

dalam konsep pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini terlihat masih ada masyarakat yang tidak terlibat dalam prakteknya di lapangan.

Dilihat dari kondisi nyata di lapangan, ditemukan fenomena rendahnya pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya sanitasi lingkungan permukiman yang sehat, serta perilaku masyarakat di Kelurahan Matahalasan yang tidak ramah pada lingkungan. Fenomena tersebut ditandai dengan :

• Sikap dan perilaku masyarakat yang cenderung tidak peduli dalam keterlibatan pengelolaan sanitasi lingkungan permukiman.

• Tidak adanya keberlanjutan terhadap peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh yang dilakukan secara mandiri.

• Masih ada masyarakat yang menjalankan pola hidup tidak sehat, seperti mencemari lingkungan alami dengan limbah rumah tangga.

Dari rumusan masalah tersebut, Research question pada penelitian ini adalah

“Bagaimana kepedulian masyarakat dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh di Kelurahan Matahalasan Kota Tanjungbalai”.

1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan perumusan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana kepedulian masyarakat dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh di Kelurahan Matahalasan Kota Tanjungbalai.

1.3.2 Sasaran Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian seperti disebutkan di atas, maka sasaran penelitian adalah :

a. Mengkaji praktek perilaku masyarakat dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh.

b. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi kepedulian masyarakat dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh.


(18)

1.4 Manfaat Penelitian

a. Manfaat penelitian yang akan diperoleh khususnya untuk Pemerintah Kota Tanjungbalai sebagai bahan masukan dalam penyusunan konsep-konsep program perbaikan perumahan dan permukiman di Kota Tanjungbalai untuk masa sekarang serta dimasa yang akan datang.

b. Penelitian ini akan menambah wahana pengembangan ilmu pengetahuan dalam pemberdayaan masyarakat, khususnya yang berhubungan dengan peran serta dan partisipasi masyarakat dalam perbaikan lingkungan permukiman.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian 1.5.1 Ruang Lingkup Substansial

Ruang lingkup substansi penelitian disesuaikan dengan sasaran penelitian yaitu terdiri atas :

1. Kajian praktek perilaku masyarakat terhadap perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh. Pada aspek ini akan dibahas tentang karakteristik perilaku masyarakat sebelum dan sesudah program perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh dilaksanakan dan adaptasi yang dilakukan masyarakat terkait dengan peran atau aktivitas sehari-hari dari masyarakat tentang penyediaan, pengelolaan, pemanfaatan dan pemeliharaan sanitasi lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan praktek perilaku masyarakat untuk meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan.

2. Kajian faktor-faktor yang mempengaruhi kepedulian masyarakat terhadap perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh. Kriteria penentu dari literatur tentang kepedulian yang merujuk kepada sikap dan perilaku menempatkan diri sendiri dalam konteks kepentingan yang lebih luas, berusaha untuk memperhatikan kepentingan pihak lain berdasarkan rasa memiliki dan tanggungjawab (Hikmat ed, 2004:131). Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas masyarakat sehari-hari juga mempengaruhi kepedulian dari masyarakat tersebut. Faktor-faktor tersebut mencakup faktor internal dan eksternal, dibentuk oleh karakteristik seseorang yang bersifat bawaan seperti : tingkat kecerdasan, jenis kelamin, dan lain-lain. Adapun


(19)

faktor eksternal dipengaruhi oleh lingkungan seperti lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, maupun kebijakan politik.

Pembahasan juga dibatasi pada perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh, yang dicirikan oleh kondisi sanitasi yang tidak memenuhi syarat atau terbatas (Komaruddin. 1997:83). Perbaikan sanitasi lingkungan ini tidak hanya dalam pelaksanaan pembangunan semata tetapi bagaimana pemeliharaan terhadap sanitasi lingkungan itu sendiri, sehingga lingkungan permukiman kumuh dapat meningkat dan terjaga kualitasnya.

1.5.2 Ruang Lingkup Spasial

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Matahalasan yang ada di Kota Tanjungbalai. Kota Tanjungbalai adalah satu daerah yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kota Tanjungbalai berada pada 2058’00’’ Lintang Utara, 99048’00” Bujur Timur dan 0 – 3 m dari permukaan laut. Kota Tanjungbalai dengan luas wilayah 6.052,90 Ha yang terdiri dari 6 kecamatan dan 31 kelurahan definitif termasuk Kelurahan Matahalasan. Kelurahan Matahalasan adalah kelurahan yang terkecil wilayah administrasinya dengan kepadatan penduduk cukup tinggi yang terletak di pusat kota. Pengaruh dari fungsi kelurahan ini sebagai kawasan jasa dan perdagangan, dimana terdapat pusat perdagangan TPO (tempat penjualan ombrengan) yang berada di bantaran Sungai Silau menarik minat penduduk untuk memilih tinggal di kelurahan ini, sehingga banyak bermunculan permukiman kumuh tanpa kelengkapan sarana dan prasarana permukiman yang layak terutama sanitasi lingkungan. Tahun 2007 kelurahan merupakan lokasi sasaran dari Program Perbaikan Sanitasi Lingkungan yang berbasis Masyarakat yang dilaksanakan di 8 Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah yang paling kecil di antara kelurahan yang lain tidak menghambat penyediaan lahan bagi terlaksananya perbaikan sanitasi lingkungan di kelurahan tersebut, hal inilah yang menarik bagi penulis untuk memilih lokasi tersebut, peta situasi lokasi dapat dilihat sebagai berikut :


(20)

(21)

6 Legenda :

Inset Peta Sumatra Utara

1: 15000

Inset Peta Sumatera Utara Skala Utara

1 : 15000 Kecamatan

Tanjungbalai Utara

Pasar TPO

Lokasi Penelitian Kelurahan Matahalasan

GAMBAR 1.1

RUANG LINGKUP SPASIAL PENELITIAN Sumber : Bappeda Kota Tanjungbalai, 2009


(22)

(23)

1.6 Kerangka Pemikiran

Kekumuhan yang sering terjadi akibat dari berbagai faktor seperti; tingginya kepadatan hunian, tidak seimbangnya penyediaan sarana dan prasarana lingkungan, pencemaran lingkungan alami, kerawanan sosial dan kesehatan, disamping itu pengetahuan, pemahaman dan tindakan dari stakeholder juga berkontribusi untuk meningkatkan atau menurunkan tingkat kekumuhan tersebut.

Saat ini pemerintah telah berupaya untuk memperbaiki kekumuhan tersebut dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam proses pembangunannya, namun karena keterbatasan kemampuan masyarakat, keberlanjutan terhadap proses pembangunan tidak dapat dilanjutkan. Disisi masyarakat selaku aktor yang terlibat di dalam proses pembangunan juga kurang menyadari tanggungjawabnya yang berakibat pada terputusnya keberlanjutan tersebut. Apakah ini pengaruh dari kepedulian atau ketidakpedulian masyarakat, sehingga menarik untuk dilihat, diamati dan dianalisis, dan kemudian direkomendasikan sebagai kajian baru di dalam menyusun rencana program yang berbasis masyarakat nantinya. Secara garis besar kerangka pemikiran yang mendasari rencana penelitian ini disusun Gambar 1.3, terlampir.

1.7 Metode Penelitian 1.7.1 Pendekatan Studi

Pendekatan penelitian merupakan cara pendekatan dalam mendapatkan informasi atau data yang dibutuhkan dalam penelitian. Dalam upaya untuk menemukan jawaban dari hasil perumusan masalah, maka dilakukan pendekatan penelitian untuk mengetahui praktek perilaku masyarakat dan kepedulian masyarakat terhadap perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini dimulai dari pendekatan positivistik. Menurut Comte dalam Silalahi (2009:69), positivistik menekankan pada “knowledge based on experience” atau ”observed facts”. Dalam pendekatan positivistik dimulai dengan cara berpikir dari depan, yaitu dengan melihat dan mengkaji variable-variabel penelitian berdasarkan kajian literatur serta best practice secara lebih komprehensif. Variabel-variabel tersebut dianalisis pada fenomena yang terjadi di lapangan.


(24)

GAMBAR 1.2

KERANGKA PEMIKIRAN PENELITIAN Lingkungan Permukiman kumuh :

• Kondisi hunian padat dan sempit

• Kondisi prasarana yang buruk akibat air pasang • Kondisi lingkungan alami tercemar

• Rentan terhadap wabah penyakit

Mengkaji kepedulian masyarakat dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh dalam keberlanjutan pembangunan

di Kelurahan Matahalasan Kota Tanjungbalai

Mengkaji praktek perilaku masyarakat dalam perbaikan

sanitasi lingkungan

Bagaimana kepedulian masyarakat dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh dalam keberlanjutan pembangunan

di Kelurahan Matahalasan Kota Tanjungbalai

• Sikap dan perilaku masyarakat yang cenderung apatis dalam pengelolaan lingkungan permukiman

• Tidak adanya keberlanjutan terhadap peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh secara mandiri.

• Masih ada yang menjalankan pola hidup tidak sehat

Bentuk dan tingkat kepedulian masyarakat dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman di

Kelurahan Matahalasan LATAR

BELAKANG

RUMUSAN MASALAH

RESEARCH QUETION

TUJUAN PENELITIAN

Sumber : Hasil Analisis 2009

Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi kepedulian masyarakat dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman


(25)

1.7.2 Metodologi Pelaksanaan Penelitian

Di dalam suatu penelitian terdapat suatu prosedur kerja yang dipandu oleh suatu metode tertentu yang disebut metode penelitian. Menurut Nazir (1983), metode penelitian merupakan satu kesatuan sistem dalam penelitian yang terdiri

dari prosedur dan teknik yang akan digunakan dalam penelitian. Prosedur mengarahkan urutan-urutan yang akan dilakukan, sedangkan teknik penelitian

memberikan alat atau cara apa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Bungin ed. (2003:53) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang bersifat unik dan kompleks. Padanya terdapat regularitas atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi (keragaman). Data atau informasi harus ditelusuri seluas-luasnya (dan sedalam mungkin) sesuai dengan variasi yang ada. Hanya dengan cara demikian, peneliti mampu mendeskripsikan fenomena yang diteliti secara utuh. Penelitian kualitatif tidak bermaksud untuk menggambarkan karakteristik populasi atau menarik generalisasi kesimpulan yang berlaku bagi suatu populasi, melainkan lebih terfokus pada representasi terhadap fenomena sosial yang ada.

Penelitian ini dilakukan untuk mencari kejelasan bentuk dan seberapa besar kepedulian masyarakat terhadap perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh di Kelurahan Matahalasan Kota Tanjungbalai. Terkait dengan praktek perilaku masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepedulian masyarakat tersebut akan dianalisis dari temuan data dan fenomena yang diperoleh dari penelitian lapangan yang akan disajikan pada laporan akhir penelitian. Hasil akhir dari penelitian kualitatif ini pada akhirnya sangat tergantung pada perkembangan di lapangan, yang didasarkan kepada kemampuan peneliti untuk menggali dan mengelola berbagai masukan yang diperoleh dalam penelitian lapangan

1.7.3 Data Penelitian

Dalam penelitian ini diperlukan masukan dari data berupa data sekunder dan data primer, sesuai variabel penelitian yang telah ditetapkan. Data sekunder yang dibutuhkan berupa dokumen resmi tentang data monografi, data demografi dan data tentang kebijakan program sanitasi lingkungan. Untuk memperkuat dan


(26)

memperjelas data sekunder tersebut akan ditambah dengan masukan hasil wawancara dengan aparat pemerintah dan tokoh masyarakat yang menangani permasalahan tersebut. Data primer lainnya yang dibutuhkan disesuaikan dengan sasaran penelitian ini, data yang ingin dicari dan dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel I.1 berikut.

1.7.4 Metode Pengumpulan Data Penelitian 1.7.4.1 Tahapan Pengumpulan Data

Tahapan pengumpulan data, dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Tahap Pra Survei

Tahap ini merupakan tahap persiapan awal sebelum survei secara langsung dilaksanakan. Persiapan yang ini terkait penyusunan daftar kebutuhan data, daftar wawancara, surat izin survei, proposal, peralatan pendukung survei seperti kamera, alat tulis dan alat perekam.

b. Tahap Survei

Tahap ini dilaksanakan survei sekunder maupun survei primer secara bersamaan, dimana survei primer dilakukan dengan cara observasi lapangan dan wawancara dengan narasumber secara mendalam terhadap subjek penelitian. Survei sekunder dilakukan dengan penjaringan informasi terhadap instansi-instansi terkait.

1.7.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ditujukan mendapatkan data yang dibutuhkan sebagai bahan masukan untuk setiap tahap analisis berikutnya. Dalam pengumpulan data terdapat 2 (dua) cara pengumpulan data yaitu :


(27)

TABEL I.1. DATA PENELITIAN

No Sasaran Data Jenis dan Bentuk Data Sumber

1. Mengetahui Praktek Perilaku Masyarakat terhadap perbaikan sanitasi lingkungan

• Karakteristik masyarakat dan aktivitas masyarakat sebelum dan sesudah adanya program perbaikan sanitasi

• Data primer (wawancara dengan informan) • Data sekunder (dokumen resmi kelurahan

seperti : data monografi, data demografi kelurahan, dll sebelum adanya program)

• Tokoh masyarakat yang memahami betul tentang program sanitasi • Aparat Kelurahan Matahalasan • Kronologis kegiatan masyarakat

dalam pemenuhan sanitasi lingkungan sebelum dan sesudah adanya program perbaikan sanitasi

• Data primer (wawancara dengan informan) • Data sekunder (kebijakan tentang pogram

sanitasi lingkungan)

• Tokoh masyarakat yang memahami betul tentang kronologis program sanitasi

• Aparat Kelurahan, Bappeda dan Dinas terkait.

• Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat

• Data primer (observasi terhadap aktivitas masyarakat sehari-hari dan wawancara dengan informan)

• Tokoh masyarakat yang memahami betul tentang perilaku masyarakat 2. Faktor- faktor yang

mempengaruhi kepe-dulian masyarakat terhadap perbaikan sanitasi lingkungan

• Latar belakang dan peran serta keterlibatan masyarakat dalam program perbaikan sanitasi lingkungan

• Data primer (wawancara dengan informan) • Tokoh masyarakat yang memahami betul tentang perilaku masyarakat dan program sanitasi

• Aparat Kelurahan, Bappeda dan Dinas terkait.

• Faktor-faktor yang mempengaruhi perbaikan sanitasi lingkung

• Data primer (observasi terhadap aktivitas masyarakat sehari-hari dan wawancara dengan informan)

• Data sekunder (dokumen program perbaikan sanitasi lingkungan)

• Tokoh masyarakat yang memahami betul tentang program sanitasi • Bappeda dan Dinas terkait.

Sumber: Hasil Analisis, 2009.

1

1


(28)

12 

 

1. Pengumpulan Data Primer

Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini berkaitan dengan praktek perilaku masyarakat dan pemahaman kepedulian masyarakat terhadap perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh. Dalam hal ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara :

a. Observasi, adalah pengamatan dan pencatatan dari suatu objek dengan

sistematika fenomena yang diselidiki. Menurut Sugiyono (2008:145) teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam dengan responden yang diamati tidak terlalu besar. Teknik observasi yang digunakan adalah observasi nonpartisipan, dalam hal ini peneliti berada di luar subyek yang diamati dan tidak ikut dalam kegiatan yang mereka lakukan (Sukandarrumudi, 2004:72). Berdasarkan cara pengamatan maka

observasi yang digunakan adalah observasi terstrukur karena penelitian

diarahkan pada pengamatan praktek perilaku masyarakat terhadap penggunaan, pengelolaan dan pemeliharaan prasarana sanitasi lingkungan permukiman kumuh di Kelurahan Matahalasan, di luar itu tidak akan diperhatikan. Disamping itu peneliti juga akan mengamati perubahan perilaku masyarakat setelah adanya perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh Kelurahan Matahalasan Kota Tanjungbalai.

b. Wawancara, merupakan cara untuk dapat menemukenali feomena tentang latar belakang praktek perilaku masyarakat, kepedulian masyarakat serta latar belakang perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh. Wawancaran ini dilakukan secara mendalam (in-depth interview) dan tidak terstruktur. Tokoh yang diwawancarai adalah para tokoh, warga masyarakat, dan pihak aparat pemerintah yang terkait. Wawancara ini dimaksudkan untuk mengetahui fenomena kepedulian masyarakat terhadap perbaikan sanitasi lingkungan yang terjadi di wilayah studi, yang akan diperiksa lagi dengan beberapa narasumber yang menjadi informan.


(29)

13 

2. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Data ini diperoleh dari hasil penelitian, artikel-artikel baik dari media cetak maupun elektronik, penelusuran pustaka dan dokumen resmi dari instansi terkait seperti Dinas Kebersihan dan Pasar, Bappeda, Kelurahan, dan lain lain.

1.7.4.3 Informan Kunci (Key Informan)

Dalam penelitian ini, responden yang dipilih merupakan responden yang memiliki tingkat pengetahuan dan pemahaman tertentu sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Hal tersebut pada akhirnya menuntun pada penerapan pola tertentu dalam pengambilan sampel. Bungin (2003:53) mengemukakan pendapatnya bahwa berkenaan dengan tujuan penelitian kualitatif, maka dalam prosedur sampling yang terpenting adalah bagaimana menentukan informan kunci (key informan) atau situasi sosial tertentu yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian.

Informan kunci yaitu orang yang sangat berpengetahuan dan bisa menyampaikan gagasan, orang yang pandangannya dapat menambah atau berguna dan memahami apa yang sedang terjadi (Patton, 2006:159). Informan kunci yang dipilih adalah tokoh dari kalangan masyarakat yang telah tinggal di lokasi objek penelitian lebih dari 25 tahun dan dianggap paling memahami tentang perubahan dan adaptasi perilaku masyarakat terhadap sanitasi lingkungan di Kelurahan Matahalasan. Informan kunci untuk mendukung pencarian dan penjaringan informasi ini adalah Bapak Ruhayat yang merupakan ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Matahalasan, yang pada saat pelaksanaan pembangunan MCK ++ di Kelurahan Matahalasan adalah ketua koordinatornya dan menjadi pembina bagi pengelola sarana MCK ++ yang telah terbangun . Hingga saat ini beliau tetap aktif memberikan masukan kepada pemerintah Kota Tanjungbalai terkait penyelesaian masalah-masalah yang terjadi di masyarakat, terutama penanganan kondisi lingkungan permukiman dan


(30)

14 

 

perekonomian masyarakat. Pemilihan Bapak Ruhayat sebagai salah satu informan Kriteria pemilihan informan utama yaitu :

a. Penduduk asli yang bertempat tinggal lebih dari 25 tahun di Kelurahan Matahalasan;

b. Berperan sebagai pelopor dan motivator masyarakat dalam pelaksanaan perbaikan sanitasi lingkungan;

c. Terlibat langsung dalam setiap tahapan proses perbaikan sanitasi lingkungan d. Mengetahui perilaku serta nilai-nilai sosial yang ada dan berkembang di

masyarakat.

Informan kunci lainnya adalah KSM pengelola MCK ++, pemilihan ini didasari oleh pertimbangan bahwa peran KSM pengelola sebagai pengelola MCK ++ mulai dari penyediaan air bersih, lampu untuk penerangan, dan operasional lainnya, serta pengutipan iuran warga demi keberlanjutan pemanfaatan MCK ++ di Kelurahan Matahalasan. Informan selanjutnya adalah TFL (tenaga fasilitator lapangan) yang dipilih oleh pemerintah untuk dapat mendampingi masyarakat dalam setiap proses tahapan perbaikan sanitasi lingkungan di Kelurahan Matahalasan. Responden lainnya adalah masyarakat pengguna MCK ++ itu sendiri. Kriteria pemilihan responden ini antara lain:

a. Penduduk asli yang bertempat tinggal di Kelurahan Matahalasan yang sudah lebih dari 25 tahun;

b. Masyarakat yang terlibat dalam setiap proses perbaikan sanitasi lingkungan di Kelurahan Matahalasan baik pada saat pembangunan MCK ++, saat pemanfaatan dan pengelolaan, maupun pemeliharaan dan pengawasan;

c. Pria dan wanita yang berusia antara 20-60 tahun.

Informan kunci untuk wawancara instansi meliputi pemerintah kota melalui Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Tanjungbalai, Kelurahan Matahalasan. Alasan responden ini dipilih karena merupakan instansi pemerintah yang terlibat langsung pada proses perbaikan sanitasi lingkungan di Kelurahan Matahalasan, serta dapat menjelaskan mengenai kebijakan program SANIMAS yang dilaksanakan pada saat itu. Konsultan pendamping LSM BEST BORDA merupakan aktor yang banyak memberikan inisiasi dan motivasi bagi masyarakat di Kelurahan Matahalasan khususnya untuk terlibat aktif dalam pelaksanaan


(31)

15 

perbaikan sanitasi dengan penyediaan sarana MCK ++ melalui program SANIMAS . Narasumber wawancara yang diperoleh selama survei dapat dilihat pada Tabel I.2 berikut :

TABEL I.2

NARASUMBER PENELITIAN

NO.  RESPONDEN  KODE 

RESPONDEN  NAMA  USIA  PEKERJAAN 

1  Ruhayat  52 Tahun  Wiraswasta  W_Rh 

2  Erlianto  35  Tahun  Buruh SPTI  W_Er 

3  Nurbaiti Panjaitan  39 Tahun  Ibu Rumah Tangga  W_Nr 

4  Drs. H. Arifin  68 Tahun  Pensiunan PNS  W_HA 

5  Arlian Putra, SE  37 Tahun  PNS Setdako  W_Ar 

6  Ir. H. Abren Siregar  56 Tahun  PNS Dinas KLH  W_AS 

7  Suharyadi  38 Tahun  TA LSM BEST  W_SD 

Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2010

1.7.5 Penyajian Data

Menurut Bungin ed. (2003:70) hasil pengumpulan data kualitatif tentu saja perlu direduksi (data reduction). Istilah reduksi data dalam penelitian kualitatif dapat disejajarkan maknanya dengan istilah pengelolaan data (mulai dari editing, pengkodean hingga tabulasi data). Kegiatan ini mencakup usaha penyusunan hasil pengumpulan data selengkap mungkin, dan memilah-milahkannya dalam satuan konsep tertentu, kategori tertentu, atau tema tertentu.

Teknik penyajian data pada dasarnya adalah teknik menyajikan hasil olahan data sekunder maupun data primer yang diperoleh melalui instrumen penelitian, berupa studi dokumen dan terutama hasil wawancara mendalam. Pengolahan data primer dan data sekunder yang didapat, kemudian dikategorikan berdasarkan kategori yang telah ditentukan. Pengkategorian data tersebut adalah untuk mempermudah didalam analisis selanjutnya.


(32)

16 

 

Dalam penelitian kualitatif, masukan data yang diperoleh lebih banyak berwujud kata-kata hasil wawancara dibanding suatu deretan angka numerik. Untuk mengelolanya maka penyajian data kualitatif lebih banyak dilakukan dengan pembuatan matriks-matriks yang sekaligus bertujuan untuk memudahkan analisis data. Penyajian data ke dalam bentuk matriks tersebut pada dasarnya untuk mempermudah proses reduksi data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Penyajian data dalam penelitian ini bertujuan untuk mempermudah kedua proses analisis tersebut yang boleh jadi dilakukan dalam konteks waktu bersamaan.

Seperangkat hasil reduksi data juga perlu diorganisasikan ke dalam suatu bentuk tertentu (display data) sehingga terlihat sosoknya secara lebih utuh. Itu mirip semacam pembuatan tabel atau diagram dalam tradisi penelitian kuantitatif. Ia bisa berbentuk sketsa, sinopsis, matriks atau bentuk-bentuk lainnya. Hal itu sangat diperlukan untuk memudahkan upaya pemaparan dan penegasan kesimpulan (conclution drawing and verification). Proses ini tidak terjadi sekali, melainkan secara berinteraktif, secara balik. Seberapa banyak proses bolak-balik tersebut sangat tergantung pada kompleksitas masalah yang ada dan seberapa tajam pisau analisis yang dipakai saat mengumpulkan data.

1.7.6 Teknik Analisis Data

Analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian (Nasution dalam Sugiyono, 2008:245). Pada penelitian kualitatif analisis data dilakukan mulai saat pengumpulan sampai selesai saat pengumpulan data. Menurut Miles dan Huberman (1992:15) dalam analisis kualitatif, data yang muncul berupa kata-kata dan bukan rangkaian angka. Kegiatan dalam menganalisis data terkait dengan data itu mungkin telah dimunculkan dalam beragam cara (observasi, wawancara, intisari dokumen, pita rekaman) dan yang biasanya diproses sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih tulis), tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas, analisis data dalam


(33)

17 

penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.

Reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar, untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis. Penelitian kualitatif ini pada dasarnya mengadopsi ketiga alat analisis kualitatif tersebut, namun penggunaannya disesuaikan dengan kondisi lapangan. Dalam konteks terapan, penelitian ini lebih banyak berupaya mengemukakan dan memberikan penjelasan (deskripsi) mengenai fenomena yang terkait dengan variabel penelitian. Proses pelaksanaannya lebih banyak menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.

Analisis data yang dilakuan sebagai berikut :

a. Tahap pertama : analisis untuk mengetahui karakteristik praktek perilaku masyarakat dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh di Kelurahan Matahalasan dengan teknik analisis deskriftif kualitatif dengan memperhatikan data hasil wawancara dan pengamatan tentang peran dan aktivitas masyarakat sebelum dan sesudah perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh di Kelurahan Matahalasan. Dan data monografi, data demografi dan hasil wawancara dengan informan tentang karakteristik dan latar belakang masyarakat.

b. Tahap kedua : analisis faktor-faktor penentu kepedulian masyarakat terhadap perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh yang dilihat dari karakteristik praktek perilaku masyarakat sebelum dan sesudah perbaikan sanitasi lingkungan dan hasil wawancara dengan informan tentang hal-hal yang memepengaruhi perilaku masyarakat.

Untuk mempermudah teknik analisis diperlukan suatu kerangka analisis yang merupakan acuan dalam tahapan-tahapan analisis secara diagramatis. Kerangka analisis ini memberikan proses analisis dimulai dengan suatu input (masukan) yang kemudian dilakukan proses analisis yang terkait dengan sasaran dan kemudian menghasilkan output (keluaran). Kerangka analisis tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.2 Diagram Kerangka Analisis.


(34)

18 

 

Sumber : Hasil Analisis. 2009

GAMBAR 1.3

DIAGRAM KERANGKA ANALISIS Kualitatif

Deskrifitf

Peran Pemko, Swasta dan masyarakat dalam perbaikan

sanitasi lingkungan

INPUT

PROSES

OUTPUT

Kronologis kegiatan perbaikan sanitasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Latar belakang keterlibatan

masyarakat Peran masyarakat yang terlibat

Aktivitas masyarakat sesudah perbaikan

Aktivitas peran stakeholder dalam perbaikan sanitasi

lingkungan mulai tahap inisiasi awal, pembangunan,

pengelolaan, pemeliharaan dan pengawasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Faktor yang mempengaruhi perbaikan sanitasi lingk.

Kualitatif Deskrifitf

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepedulian masyarakat dalam perbaikan

sanitasi lingkungan

Temuan Studi

Bentuk dan Tingkat Kepedulian Masyarakat dalam Perbaikan Sanitasi Lingkungan di Kelurahan


(35)

19 

1.8 Keaslian Penelitian

Kajian tentang kepedulian masyarakat dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh di Kelurahan Matahalasan Kota Tanjungbalai sejauh yang peneliti ketahui belum ada yang meneliti dan mengangkat dalam bentuk tesis. Adapun penelitian dengan tema yang sama pernah dilakukan oleh Indra Gunawan lokasi di Pasar Sarinah Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo, dan Maria Carolina J. Paba Wea lokasi di Banjarsari Jakarta.

Penelitian yang dilakukan sebelumnya tidak mempunyai mempunyai topik, lokasi, dan aspek penelitian yang sama dengan yang penulis teliti yaitu mengkaji kepedulian masyarakat dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh di Kelurahan Matahalasan Kota Tanjungbalai. Keaslian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan bila terdapat kesamaan adalah pada kajian pustaka atau teori yang melandasi penelitian ini. Tabel keaslian penelitian dapat dilihat pada Tabel I.2 terlampir.

1.9 Sistematika Pembahasan

Dalam penulisan dan proses penyusunan tesis ini, disajikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian, ruang lingkup penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN LITERATUR TENTANG KEPEDULIAN

MASYARAKAT TERHADAP KEBERLANJUTAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Memuat tentang paradigma pembangunan berkelanjutan, peran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup, peran stakeholder dalam pengelolaan sanitasi permukiman yang berwawasan lingkungan gambaran kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dalam upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan. dan terakhir sintesis kajian literatur.


(36)

20 

 

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN PRASARANA SANITASI

LINGKUNGAN DI KELURAHAN MATAHALASAN

Memuat karakteristik masyarakat Kelurahan Matahalasan yang berisikan kondisi sosial masyarakat, kondisi perekonomian dan kondisi fisik lingkungan serta aktivitas masyarakat sebelum dan sesudah adanya perbaikan sanitasi lingkungan

BAB IV ANALISIS KEPEDULIAN MASYARAKAT DALAM

PERBAIKAN SANITASI LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH

Memuat kajian praktek perilaku masyarakat dan faktor-faktor yang menentukan kepedulian masyarakat dalam perbaikan sanitasi lingkungan, serta hubungan antara peran pelaku, praktek perilaku dan faktor yang mempengaruhi perbaikan sanitasi lingkungan. BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP

Memuat kesimpulan tentang hasil temuan studi tentang kepedulian masyarakat dalam perbaikan sanitasi lingkungan di Kelurahan Matahalasan, sedang rekomendasi adalah bahan masukan bagi permasalahan sejenis di wilayah lain, sehingga diharapkan dalam kesempatan lain hasil pemberdayaan masyarakat dalam perbaikan lingkungan atau sejenisnya dapat lebih sempurna dan lebih baik lagi.


(37)

(38)

 

TABEL I. 2

KEASLIAN PENELITIAN

No.  Peneliti  Judul Studi  Tujuan   Metode  Hasil Studi 

1. 

 

Indra  Gunawan,  2006 

Pengetahuan Masyarakat tentang  Pengelolaan  Sanitasi  Berbasis  Masyarakat 

Untuk  mengetahui  pengetahuan 

masyarakat  di 

Kabupaten  Tebo 

tentang  pengelolaan  sanitasi  berbasis  masyarakat (Sanimas) 

Kualitatif  Deskriftif,  Tabulasi  Silang  (Crosstabs)  dan  Frequency 

Pengetahuan  masyarakat  tentang  program  sanimas  sangat  beragam dilihat dari heterogenitas jawaban  reponde. Proses  terjadinya fenomena tersebut diatas merupakan mata rantai  sebab‐akibat sebagaimana yang diuraikan dalam berbagai kajian  teori  studi  yang  menjelaskan  proses  interaksi  manusia  dan  lingkungannya, yang secara umum memiliki urutan stimulus‐ persepsi‐reaksi. 

2.  Maria  Carolina  J.  Paba  Wea,  2009  

Keberlanjutan  Pengelolaan  Lingkungan  Melalui  Pem‐ bentukan  Komunitas  Berkela‐ njutan : Belajar dari Keber‐hasilan  Gerakan  Hijau  dan  Bersih  Komunitas Banjarsari Jakarta  

Mengkaji  praktek  penglolaan lingkungan  melalui  pembentukan  komunitas  berkelan‐ jutan  di  Kelurahan  Banjarsari Jakarta. 

Kualitatif  Deskriftif 

Kepeloporan  satu  pihak  yang  dijadikan  contoh  mampu  mendorong preferensi perilaku yang pro lingkungan. Mekanisme  kepeloporan Komunitas Banjarsari dalam aktivitas penghijauan  dan pengelolaan sampah yang berkelanjutan dicapai melalui  pembentukan komunitas berkelanjutan 

2. 

 

Tety  Juliany,  2010 

Kepedulian  Masyarakat  dalam  Perbaikan  Sanitasi  Lingkungan  Permukiman Kumuh di Kelurahan  Matahalasan Kota Tanjungbalai 

Untuk  mengkaji 

kepedulian 

masyarakat  dalam  perbaikan  sanitasi  lingkungan 

permukiman kumuh di  Kelurahan 

Matahalasan  Kota  Tanjungbalai 

Kualitatif  Deskriftif  

Kepedulian masyarakat ditandai dari perilaku masyarakat yang  selalu  bertanggung  jawab  dan  memperhatikan  kepentingan  orang  lain.  Bentuk  Kepedulian  masyarakat  yang  tinggal  di  lingkungan I dalam perbaikan sanitasi lingkungan terlihat dari  peran dan tindakannya terlibat dimulai dari porses inisiasi awal  sampai  pada  pengawasan  penggunaan  MCK  ++.  Kepedulian  masyarakat dimotivasi oleh peran pelopor yang memberikan  pemahaman  bagi  masyarakat  lainnya,  sehingga  muncul  kesadaran,  tanggung  jawab  dan  kemandirian  masyarakat   terhadap pentingnya pengelolaan sanitasi lingkungan 

Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2010. 2


(39)

(40)

22 

BAB II

KAJIAN LITERATUR TENTANG KEPEDULIAN

MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN

PERMUKIMAN

Kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya bermula dari pengetahuan yang disampaikan baik itu melalui forum-forum resmi dari pemerintah maupun pihak swasta atau melalui diskusi-diskusi ditingkat masyarakat lokal. Pemahaman terhadap pengetahuan terutama tentang kerusakan lingkungan dan dampaknya terhadap keberlangsungan hidup. Jika pemahaman telah diperoleh akan muncul perhatian terhadap lingkungan, dan terlihat atau tercermin dari sikap dan perilakunya. Sikap dan perilaku yang berwawasan lingkungan akan menginspirasi, mendorong, dan memotivasi masyarakat untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan melalui tindakan nyata dengan peningkatan kualitas lingkungan.

Pengalaman yang ada dari best practice komunitas lain dalam menerapkan pembangunan berkelanjutan akan menjadi pembelajaran dan pembanding. Dengan adanya pengetahuan dan pemahaman terhadap upaya-upaya masyarakat dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan, diharapkan menjadi motor penggerak bagi terbentuknya perilaku masyarakat yang peduli lingkungan. Pembangunan berkelanjutan melalui perbaikan dan pemeliharaan sanitasi lingkungan dalam penelitian ini diartikan sebagai upaya masyarakat dalam meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat tersebut untuk mewujudkan komunitas masyarakat yang peduli lingkungan.

2.1 Paradigma Pembangunan Berkelanjutan

Paradigma pembangunan beberapa tahun terakhir ini telah bergeser dari pembangunan yang bersifat top-down kearah pembangunan yang bersifat bottom-up, paradigma pembangun berkelanjutan ini melalui pendekatan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat, fokus perhatian terletak pada pembangunan sosial. Konsep pembangunan berkelanjutan muncul ketika terjadi


(41)

23 

Society

“kegagalan” pembangunan, di mana prosesnya bersifat top-down (arus informasi yang terjadi hanya satu arah dari atas ke bawah) dan jika ditinjau dari sisi lingkungan, sosial, dan ekonomi proses pembangunan yang terjadi ternyata tidak berkelanjutan.

Menurut WCED, dalam Hadi (2005:2), ada dua kunci konsep utama dari defenisi pembangunan berkelanjutan, yaitu konsep kebutuhan (needs) yang sangat esensial untuk penduduk miskin dan perlu prioritas serta konsep keterbatasan (limitation) dari kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan yang akan datang. Dalam pengertian ini pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang menggunakan dan memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana untuk meningkatkan kesejahteraan secara adil.

Konsep pembangunan berkelanjutan menempatkan pembangunan dalam perspektif jangka panjang. Konsep tersebut menuntut adanya solidaritas antar generasi (Salim dalam Hadi, 2005:2). Secara implisit mengandung arti memanfaatkan keberhasilan pembangunan sebesar-besarnya dengan tetap memelihara kualitas sumber daya alam. Oleh sebab itu, pembangunan berkelanjutan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan generasi sekarang tanpa mengurangi kemungkinan bagi generasi masa depan untuk meningkatkan kesejahteraannya.

Economy

GAMBAR 2.1

TIGA PILAR PEMBANGUNAN Sumber : Purba ed. 2005

Environment

Tomorrow’s generation Today’s


(42)

24 

Gambar 2.1 diatas menggambarkan paradigma pembangunan berkelanjutan berkaitan dengan tiga pilar pembangunan berkelanjutan yang terbagi dalam sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan harus dapat terintegrasi dan terkoordinasi dalam pelaksanaannya. Pembangunan dilaksanakan dengan tujuan untuk kesejahteraan manusia (termasuk di dalamnya pembangunan bidang ekonomi) dan kelestarian lingkungan hidup. Menurut Purba ed., (2005:17).

Menurut Roberts (2000), pembangunan berkelanjutan di Kota Leicester diprioritaskan pada :

1. Peningkatan kualitas hidup melalui peningkatan kesejahteraan di bidang ekonomi, sosial masyarakat, dan dilingkungan alam.

2. Perlunya penanganan secara terpadu terhadap masalah ekonomi, sosial, dan isu-isu lingkungan.

3. Memperhitungkan dampak pembangunan guna mendukung kegiatan manusia pada lingkungan alam dalam setiap pengambilan keputusan. 4. Pentingnya keseimbangan antara hak individu dan tanggungjawab secara

kolektif.

5. Membangun kerjasama dengan para tokoh yang berpengaruh dan anggota masyarakat dalam memastikan setiap pembangunan untuk memenuhi kebutuhan rakyat.

Pendekatan ini merupakan upaya untuk menciptakan visi yang mampu menyatukan beragam kepentingan dan organisasi, dan kesempatan untuk dialog, kemitraan, meningkatkan saling pengertian dan dengan tindakan progresif. Dari uraian di atas dapat diambil satu kesimpulan bahwa dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan tidak semata-mata diperuntukkan bagi kesejahteraan masyarakat saja, tetapi harus melihat aspek lingkungan dan aspek ekonomi melalui kemitraan antar beragama kepentingan agar dapat saling mengerti dan bertanggungjawab dalam pelaksanaannya.


(43)

25 

GAMBAR 2.1

KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE DEVELOPMENT)

2.2. Peran Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-undang nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa masyarakat memiliki kewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Lebih lanjut pasal menyebutkan bahwa setiap orang memiliki hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup dan untuk berperan dalam rangka pengelolaan hidup.

Kewajiban seseorang dalam pengelolaan lingkungan hidup ini tidak terlepas dari kedudukannya sebagai anggota masyarakat, yang mencerminkan harkat manusia sebagai individu dan mahluk sosial. Adanya hak dan kewajiban akan melibatkan masyarakat untuk turut berperan disetiap pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup. Menurut Sugandhy dan Hakim (2007:24-25) peran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan dengan cara :

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

KEMITRAAN ANTARA BERAGAM

STAKEHOLDER

- ASPEK

LINGKUNGAN - ASPEK EKONOMI - ASPEK SOSIAL KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT

Melalui

Memperhatikan Guna

Meningkatkan Akan Meningkatkan


(44)

26 

1. Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan. 2. Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat.

3. Menumbuhkan ketanggapan masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial. 4. Memberikan saran pendapat.

5. Menyampaikan informasi dan/atau menyampaikan laporan.

Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan berkelanjutan melalui pengelolaan lingkungan hidup dimulai dari pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Pemerintah selaku regulator dalam menyusun dan menjalankan suatu kebijakan dalam pelaksanaannya harus melibatkan peran serta masyarakat secara sadar atau tidak. Adanya penyampaian informasi kepada masyarakat melalui sosialisasi dan penyuluhan tentang pentingnya pengelolaan lingkungan hidup, masyarakat akan lebih memahami maksud dan tujuan program dan akhirnya diharapkan menumbuhkan kesadaran dan motivasi mereka untuk ikut terlibat. Upaya ini dilakukan pemerintah sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat, dimana pemberdayaan adalah upaya untuk membangun kemampuan masyarakat, dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki dan berupaya untuk mengembangkan potensi itu menjadi tindakan nyata (Eddy dalam Zubaedi, 2007:42).

Akhirnya manusia sebagai masyarakat dan bangsa yang memiliki hak dan kewajiban juga dituntut untuk berperan dalam pembangunan bangsanya. Untuk itu setiap orang dalam suatu masyarakat dan bangsa dituntut untuk memiliki visi dan misi kedepan, melalui tindakan aktif dan kreatif, mengembangkan potensi diri, menjaga dan menjamin secara adil dan pasti untuk semua kebutuhan dasar bagi kehidupan dimasa depan.

2.3. Peran Stakeholder dalam Pengelolaan Sanitasi Permukiman yang Berwawasan Lingkungan Gambaran Kepedulian Masyarakat terhadap Lingkungan

Permukiman adalah perumahan dengan segala isi dan aktivitas yang ada didalamnya. Perumahan merupakan wadah fisik, sedang permukiman merupakan perpaduan antara fisik rumah, sarana, dan prasarana dengan lingkungannya.


(45)

27 

Permukiman berwawasan lingkungan merupakan permukiman yang mampu mengakomodasikan dan mendorong proses perkembangan kehidupan didalamnya secara wajar dan seimbang dengan memadukan kepentingan ekonomi, ekologi, dan sosial (Hadi, 2005:104). Dalam pelaksanaannya sangat dibutuhkan adanya keseimbangan aktivitas antara masyarakatnya dengan pemanfaatan sumber daya alami maupun sumber daya buatan. Keseimbangan itu dapat diwujudkan melalui kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya.

Permukiman yang berwawasan lingkungan seharusnya dilengkapi dengan pengolahan air limbah rumah tangga (sanitasi) yang secara ekologis layak. Salah satu ciri dari permukiman kumuh dapat dilihat dari kondisi prasarana sanitasi lingkungan yang buruk (Komaruddin, 1997:83). Bila ditinjau dari defenisinya. Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan (Azwar, 1990).

Sanitasi lingkungan merupakan hal yang penting, sebab tingkat kesehatan masyarakat berhubungan erat dengan kondisi sosial ekonomi dan lingkungan. Sifat hubungan ini juga timbal balik, dimana pembangunan sosial ekonomi akan mempengaruhi kualitas lingkungan dan sebaliknya kualitas lingkungan akan mempengaruhi kesehatan, kita ketahui bahwa kesehatan merupakan modal dasar dalam pembangunan dibidang apapun. Demikian juga dengan lingkungan permukiman kumuh, kondisi sanitasi yang buruk akan menggambarkan kondisi kesehatan masyarakatnya.

Prasarana sanitasi lingkungan permukiman kumuh seperti pembuangan limbah cair rumah tangga jarang sekali dirancang dengan baik oleh penduduk di lingkungan permukiman kumuh, hal ini diakibatkan oleh minimnya lahan dan rendahnya pengetahuan yang dimiliki masyarakat. Fungsi sanitasi lingkungan terutama sekali MCK merupakan kebutuhan dasar permukiman dan sangat mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat. Untuk itu sangat diperlukan adanya perencanaan pengelolaan sanitasi lingkungan yang melibatkan masyarakat yang sesuai dengn standar kesehatan.


(46)

28 

Menurut pedoman penentuan standar pelayanan minimal (SPM) (Lampiran Kepmen Kimpraswil No. 534/KPTS/M/2001) bahwa dalam pengelolaan prasarana sanitasi lingkungan permukiman harus ada antara lain :

™ Cakupan pelayanan minimal dapat melayani 50 s/d 70% dari jumlah penduduk di permukiman tersebut atau 80 s/d 90% dari jumlah penduduk untuk kepadatan > 300 jiwa/Ha.

™ Untuk sarana sanitasi individual dan komunnal minimal dalam bentuk MCK dan tangki septic yang disesuaikan oleh masyarakat. Konstruksi jamban yang sehat dapat dilihat seperti Gambar 2.3 berikut :

GAMBAR. 2.3

KONSTRUKSI JAMBAN SEHAT

• Untuk pelayanan penampungan lumpur tinja minimal memiliki mobil tinja 4 m3 yang dapat melayani maksimum 120.000 jiwa.

• IPLT sistem kolam dengan debit 50m3/hari.

• Pengosongan lumpur tinja 5 tahun sekali, dan minimal mobil tinja melayani 2 tangki septic setiap hari.


(47)

29 

GAMBAR. 2.4 DETAIL SEPTICK TANK

Dalam pengelolaan prasarana sanitasi lingkungan agar dapat berkelanjutan sangat diperlukan kemitraan antara beragam stakeholder. Peran-peran stakeholder terlihat dari aktivitasnya dalam pengelolaan prasarana tersebut. Dengan adanya pendekatannya, keterkaitan antara peran atau intervensi pemerintah, khususnya pemerintah lokal dapat diwujudkan lebih pada proses dan bukan target, lebih pada keberlanjutan dan bukan membangun fasilitas semata melalui pendekatan terpadu yang melibatkan semua pihak berkepentingan (pemerintah, LSM, swasta, masyarakat). Hal ini menguatkan konsep keberlanjutan yang tidak bisa melepaskan pendekatan partisipasi masyarakat didalamnya dengan bantuan pemerintah dan pihak ketiga (fasilitator).

Ada sepuluh prinsip-prinsip yang diutarakan oleh Choguill (1996:395-400) dalam pengelolaan prasarana yang berkelanjutan yaitu sebagai berikut :

1. Harus disadari bahwa dalam pengelolaan prasarana terdapat dua sektor, yakni formal dan non formal.


(1)

10 makanya saya bawa 1 orang dari KSM Pengelola, saya bawa ke Medan, begitu pulang perobahan dilaksanakannya langsung, kenapa dengar pedapat dengan daerah-daerah lain di Sumut di Hotel Garuda, langsung saya lepas dia karena dia KSM Pengelola, saya lepas dia, dia dari masyarakat biar dia tahu sendiri, dia yang merasa kek mana tingkat kehidupan masyarakat lain selain dari kita ini contohnya, jadi masing-masing KSMnya melapor jadi diapun ikut nimbrung berbicara disana

FPs/W-Rh_13

11 makanya begitu pulang banyak yang dia robah, tersentak, masyarakat tadi tersentak karena di robah tadi masalah pengendalian dana, masalah kelengkapan assesoriesnya yang mana harus dirobah yang mana yang harus diganti, masalah kebersihannya semua ikut jadi terlibat masyarakat dibawah ini

FPs/W-Rh_14

12 bicaranya soal sanitasi semua kan gitu, jadi pasti mengerti, tanpa moderator, masing-masing membuka apanya, ilmunya sendiri maka ditariklah sebuah kesimpulan apa yang terbaik untuk dilaksanakan di masyarakat kan berfikir sendiri karena problemanya ini disini, yang disana problemanya ini, kesulitannya ini, jadi kita buat kesimpulan apa yang harus kita perbuat untuk kelangsungannya

FPs/W-Rh_15

13 karena mereka belum merasa itu kebutuhannya jadi makanya system masyarakat ini seluruh sosialisasi, penyuluhan, teori yang kita berikan harus dengan prakteknya, tapi dari mana, kek mana sistemnya, campur tangan pemerintah dalam hal ini sebagai support, karena ujung-ujungnyakan dana

FPs/W-Rh_16

14 mereka sudah dibentuk, mereka sudah datangi daerah lain, saya biarkan saja, saya biarkan mereka belajar sendiri, karena system masyarakat tadi memang kek gitu agak susah diatur jadi dibiarkan aja mereka belajar dari ilmu yang baru didapatnya tadi

FPs/W-Rh_17

15 Jadi kalau perilaku mulai berobah tingkat kepatuhannya akan naik, kesadaran untuk memperbaiki lingkungnnya pun akan bertambah, macam mereka tiba-tiba bikin iuran untuk tabungan

FPs/W-Rh_18

16 Saya rasa 90% ada perobahan adaptasinya, memang harus sabarlah kita, jadi yang selama ini mereka bikin tak betul, tapi pola pikir yang berobah tadi menambah tingkat kepatuhan tadi walaupun kenaikannya mungkin 10 sampai 20%, secara berkala karena contoh tadi, kan itu aja kuncinya, tapi kalau hanya sekedar penyuluhan, sosialisasi nggak ada bukti, nggak ada prakteknya nonsen, itulah yang sebenarnya terjadi di masyarakat secara umum itulah

FPs/W-Rh_19

17 hubungan pemerintah dengan masyarakat bukan hanya sekedar omongan saja, sekedar penyuluhan saja tapi juga praktek langsung dan itu memang harus ada yang menerapkan langsung di masyarakat

FPs/W-Rh_20

18 Makanya pertama rasa tanggung jawab itu, kalau kita-kita juga membilangkan sama mereka sama saja, dia dengar dari kita yang selama ini tidak didengarnya mana mungkin dia ikut, tapi bagi yang mungkin dibawa langsungkan, mungkin didengarnya dari orang lain secara sendiri, jadi timbul rasa was-was seandainya aku bicara ini kalau mereka nanti datang ke daerahku bagaimana pertanggung jawabanku


(2)

19 muncullah dengan sendirinya rasa kesadaran itu, yang dibicarakan-bicarakan tuh supaya benar, makanya dia benahi sendiri setelah mendengar dari sana tuh di buat apa yang terbaik, jadi dibikin sendiri, jadi banyak perobahan, macam tambah kran air, tambah kunci-kunci, tempat bak air, tampat cuci, jadi makanya tahap sekarangkan mereka masih merencanakan mereka panggil karena beratnya masalah pembayaran air mereka merencanakan untuk program PNPM untuk rancangan pembangunan sumur bor, maksudnya airnya jangan tergantung daripada PDAM sama sekali, mereka berencana pakai sumur bor

FPs/W-Rh_22

21 makanya harus ada system ikut kesana kemari biar mereka tahu sendiri

FPs/W-Rh_24

22 tapi kalau ada penyuluhan bahwasanya itu salah dan itu bisa dikenakan sanksi, intervensi dari pemerintah baru timbul kesadaran, pasti dia bilang kurang banyak lagi yang dibangun pasti itu yang dibilangnya

FPs/W-Rh_25

23 kembali lagi peranan pemerintah sangat diutamakan karena itu kalau tak dibenahi tak sampai 30 tahun kedepan pasti Indonesia tak jadi satu Negara saja akibat dari pola pikir tadi

FPs/W-Rh_26

24 nomor dua sistim penataan lingkungan, jadi umpamanya masyarakatnya sudah seperti apatis, harusnya pemerintah peduli, maka program itu sangat perlu walaupun masyarakat tidak peduli, pemerintahnya harus peduli duluan, kenapa nanti masyarakatnya belajar karena pemerintah menjalankan program. Jadi Pemerintah ini nanti jadi pendorong, penggerak dan memfasilitasi. Jadi masyarakat itu bukan diberitahu saja tapi diajar langsung belajar mengenai sanimas tadi walaupun dia tak tau kalau kita tarok mau tak mau dia harus ikut

FPs/W-Rh_27

25 Kebiasaan beratus tahun – tahun tadi berobah setelah setahun saja, perilaku masyarakat itu sudah nampak dimana permasalahannya, tinggal kita terus membenahinya, makanya kita harus mendorong, jadi harus ada orang-orang yang mau ditiru

FPs/W-Rh_28

26 Jadi nomor satunya tangan pemerintah memfasilitasi hal-hal yang begitu : pertama memberikan penyuluhan dimasyarakat yang paling bawah tadi, dikelas yang sudah mempunyai fasilitas tapi masih perilakunya ikut mempunyai kontribusi untuk mencemarkan lingkungan tadi itu yang perlu diberikan penyuluhan, bagaimana cara pola pikirnya nanti memikirkannya, sistim apa yang harus kita bikin, program apa yang harus kita bentuk supaya sama dengan yang dibawah tadi, itu yang harus dipikirkan ke depan

FPs/W-Rh_29

27 mungkin nanti diperlukanlah kembali tokoh-tokoh yang mau berkorban baik waktu, pemikiran seluruhnyalah disana makanya dorongan dari pemerintah karena disana membutuhkan dana kan gitu pastikan nanti masyarakatnya mau terlibat, hubungan baik antara masyarakat dengan pemerintah harus terus dijalin dan dijaga, karena disana diperlukan tunjangan-tunjangan financial dalam membenahi masyarakat ini


(3)

28 tapi syukur masih tahap pengenalan, baru tahap pembelajaran nanti ada siklusnya, mungkin nanti baru ditingkat pengamalan, kalau sudah ditingkat pengamalan yang muda-muda aja nanti tinggal melakukan sedikit dorongan saja mereka secara drastis mau ikut

FPs/W-Rh_31

29 Dengan adanya pengetahuan baru tadi ada perobahan perilaku namun rentannya inilah dalam era perobahan ini rentannya inilah siapa yang dikorbankan, siapa yang rela berkorban disana disitu letaknya, siapa yang sudi perubahan-perubahan itu terjadi siapa yang jadi pahlawannya

FPs/W-Rh_32

30 kalau saya tinjau pola pikirnya sama, hanya saja kesenjangan diantara masyarakat dan pemerintah, disana letaknya nanti tidak sinergi tidak menyambung system program-program pemerintah itu yang sepihak, selama inikan seringnya itu dari atas saja harusnya kan ada yang dari bawah juga supaya masyarakat ini mau dan terpancing

FPs/W-Rm1_9

31 Setelah ada pengetahuan tadi, ada niat muncul minat, kemudian awalnya itu hanya pengenalan, pembelajaran, pengamalan secara tidak langsung masyarakat itu ingin terus akan berlanjut terus, akan terpelihara terus, akan dimanfaatkan terus, keberlanjutan itu nantinya ada niat seperti itu setelah mereka merasakan perubahan, manfaat yang mereka rasakan

FPs/W-Rh_33

32 taraf pengenalan ini untuk yang tua-tua, yang sulit kita merobah pola pikirnya, tapi kita harapkan juga berobah, makanya saya bilang tadi yang taraf pengenalan ini di zaman in, tapi di zaman bawahnya itu justru taraf pembelajaran dia, jadi naik, ada apa ini, yang biasanya ke sunge sekarang ini ada perubahan ada system bio, airnya kemana keluarnya tak kelihatan, kok ada WC yang nggak bau. Itulah pembelajaran, sesudah pembelajaran, ditingkat bawahnya itu ditingkat pengamalan, rasa sayang yang timbul, mungkin makanya yang dibutuhkan kesabaran, dia berevolusi nggak bisa terus spontanitas kan itu dasar kita tadi cuman kek mana ilmu menerapkannya bagi masyarakat itu

FPs/W-Rh_34

33 jadi makanya harus ada kerjasama baik dari tim penyuluhanya, pembimbing mungkin juga kepala daerah, mungkin juga yang berkuasa di lingkungan itu, umpamanya bapak keplingnya, lurahnya, harus sejalanlah, harus sinkron tidak boleh ada yang tidak terlibat, itulah yang paling utamanya

FPs/W-Rh_35

34 tapi yang kita harapkan ini didalam 1 tahun atau 2 tahun pola pikirnya atau persepsinya sama, walaupun dia tidak terlibat, tidak ikut memanfaatkan, tapi dia setuju bahwasanya itu untuk satu kebersihan lingkungan

FPs/W-Rh_36

35 makanya sekarang ini masyarakat itu dua kali diajar yaitu belajar berhemat dan belajar menabung, dan belajar disiplin cara membayarnya, karena berapa harga yang harus dibayar masyarakat itu yang berembug masyarakat itu sendiri tanpa dipaksakan

FPs/W/Rh_37

36 Memang mereka ada minta pendapat dengan saya kalau saya pasti setuju saja karena itu baik berarti sudah bertambah pengetahuan mereka untuk menjadi lebih baik lagi lingkungan mereka


(4)

37 Jadi pelajaran itupun jangan hanya di atas saja, tapi kalau bisa turunlah langsung ke masyarakat, memberikan penyuluhan-penyuluhan, karena kadang-kadang seperti sanimas ini seperti yang tabu untuk dibicarakan, karena dari Dinas Kesehatan atau Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup jarang sekali membicarakan masalah pentingnya kesehatan MCK, yang paling sering itu dibicarakan adalah jauhi sampah, buang sampah pada tempatnya, pelihara drainase tapi masalah MCK hampir tidak pernah disentuh

FPs/W-Rh-39

38 Sebenarnya produk itu sudah ada namun mungkin pendekatan-pendekatan yang selama ini salah, makanya sekarang yang pertama kali dibenahi adalah masyarakatnya, baik itu minatnya, pengetahuannya, kemampuannya barulah sarananya diberikan

FPs/W-Rh-40

39 Kalau melihat apa, Alhamdulillah ku tengok kesadaran masyarakat berobahlah kebiasaannya, Cuma tinggal kesabaran kamilah KSM membina orang nih

FPs/W-Er_1

40 ada rencana kami itu mau bikin proposallah entah kemana, kami minta tolong sama Pak hayatlah sebagai Pembina KSM agar dibikin satu tangki, dimana kira-kiranya rencana mau dibikin pendistribusian air itu nggak lagi ke dalam MCK tapi kami mau bikin krannya diluar. Jadi dibikinlah lagi satu tangki untuk pencucian itu, jadi dia dialirkan ke luar melalui pipa sekalian kran 3 biji, 4 biji supaya masyarakat tak palalah masuk lagi kesini, cukup disamping pagar itu saja, jadi lingkungan sanimas ini tetap bersih

FPs/W-Er_2

41 ya itulah ada jugalah kesadaran orang itu untuk menjaga perkakas atau perlatan sarana MCK ini, ada kurangnyalah, walaupun ada sebagian bagusnya, ada jugalah yang nggak bagusnya

FPs/W-Er_3

42 jadi disana salutlah orang itu melihat kita, kami tukar pikiran macam mana bentuk bangunan fisiknya, macam mana pemeliharaan Sanimas, perawatannya, jadi dianggaplah Tanjungbalai sebagai kiblatnya, cukup baiklah dalam pembangunannya, karena dianggap bagus

FPs/W-Er_4

43 kalau untuk lingkungan banyaklah manfaatnya, kesadaran masyarakat itu sudah mau menjaga kebersihan, dan orang itupun tidak mau lagi katakanlah di MCK ini kebiasaan mereka itu buang sampah, buang sisa makanan itu biasanya dibuang aja begitu, setelah kami kasih pengarahan dan kita jalankan bersama, orang itu ngerti dan mau membuangnya ke keranjang sampah yang udah kami tarok, jadi kamilah nanti membuangnya kalau udah malam

FPs/W-Er_5

44 misalnya kalau datang motor sampah mereka rame-rame mengantar sampahnya, jadi mana yang dari rumah keranjangnya nanti dibawa pulang kembali

FPs/W-Er_6

45 Kami mau ada pendalaman pengetahuan tentang kebersihan lingkungan hidup, pengelolaan lingkungan kepada KSM dari Pemerintah, jadi kami bisa menerangkan ke masyarakat dengan mengadakan sosialisasi sehingga warga jadi lebih tahu. Tapi yang penting lagi maunya ada intervensi dari pemerintah agar masyarakat ada sedikit rasa takutnya


(5)

46 sebenarnya kita sudah sering memberikan sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, karena disinikan ada kegiatan PKK setiap bulannya, nah disitu biasanya ada penyuluhan yang diberikan oleh kader-kader PKK dan utusan dari Dinas Kesehatan dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan KB yang selalu memberikan penerangan tentang pentingnya kesehatan lingkungan itu

FPs/W-Ar_1

47 tapi begitupun kita selaku aparat pemerintah selalu memberikan sosialisasi dan penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan lingkungan

FPs/W-Ar_2

48 yang mempelopori umumnya kita-kita ini ya dari Pemerintah tapi ada juga tokoh-tokoh masyarakat yang sudah sering terlibat dengan Program Pemerintah yang memberikan penyuluhan agar merubah perilaku yang tidak ramah lingkungan tadi. Kalau saat itu Pak Ruhayat itu selaku Ketua LPM yang saya perhatikan banyak memberikan dorongan dan bantuan ya kepada masyarakat untuk mau merobah perilaku mereka menjadi ramah lingkungan

FPs/W-Ar_3

49 Umumnya sumber pengetahuan tersebut dari penyuluhan yang disampaikan oleh tim penyuluhan dari brosur-brosur yang dibagikan konsultan, stiker-stiker yang kemarin banyak ditempelkan di dinding rumah penduduk untuk merubah cara hidup yang sehat dan praktek penggunaan dan pemeliharaan MCK yang kemarin disampaikan konsultan pada awal penggunaan Sanimas tersebut

FPs/W-Ar_4

50 kondisi lingkungan itu sendiri, dan sarana dan prasarana yang tersedia. Maksudnya kalau kondisi lingkungan itu memang kumuh tidak dilengkapi sarana dan prasarana yang baik masyarakat itu terutama masyarakat yang tidak mampu tadi akan menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya. Tapi kalau dilengkapi dengan kondisi sarana dan prasarana yang baik mereka juga akan memanfaatkannya kok

FPs/W-Ar_5

51 ada penyuluhan, jadi yang memberikan penyuluhan itu dari Medan melalui LSM BEST, mereka datang ke Tanjungbalai memberikan penjelasan kepada masyarakat secara langsung di lokasi MCK

FPs/W-HA_1

52 Jadi memang dengan adanya pengetahuan baru tentang sistem sanitasi yang baru itu MCK kayak yang ada di Matahalasan sepatutnya dikembangkan di tempat-tempat lain di Tanjungbalai ini, karenakan kebersihan pangakal kesehatan, dan itu budaya yang harus dijalankan terus menerus. Dan itu ciri-ciri orang yang berbudaya bu


(6)

Tety Juliany Siregar, dilahirkan dari pasangan H. Bachtiar Effendi Siregar dan Hj. Paken Br. Ginting pada tanggal 08 Juli 1973 di Kota Langga Payung, merupakan anak ke 3 dari 5 bersaudara. Masa kecil penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di Kota Pinang, dan menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas dihabiskan di Kota Rantauprapat, salah satu Kabupaten yang berjarak ± 400 km dari Kota Medan Ibukota Propinsi Sumatera Utara. Kota ini juga terkenal sebagai penghasil sawit dan karet di Sumatera Utara.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Inpres No. 112243 Kota Pinang pada tahun 1985, kemudian menamatkan pendidikan menengah di SMPN II Rantauprapat pada tahun 1988. Pendidikan menengah atas penulis selesaikan di SMAN I Rantauprapat pada tahun 1991 dan melanjutkan pendidikan di Institut Teknologi Medan (ITM) Sumatera Utara jurusan teknik sipil. Gelar sarjana teknik sipil penulis dapatkan pada tahun 1998. Setelah lulus, penulis pernah bekerja sebagai tenaga konsultan pengawasan selama 2 (dua) tahun di beberapa kabupaten/kota di Sumatera Utara. Pada bulan Maret tahun 2000 penulis diterima bekerja sebagai pegawai negeri sipil di lingkungan Pemerintah Kota Tanjungbalai dan ditempatkan di Bagian Penyusunan Program Sekretariat Kota Tanjungbalai, tahun 2002 ditempatkan di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tanjungbalai dan tahun 2002 ditempatkan di Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjungbalai hingga saat ini. Pada tahun 2008 penulis berkesempatan mengikuti pendidikan pascasarjana (S-2) di Universitas Diponegoro, jurusan Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota, Semarang. Kesempatan ini diperoleh berkat dukungan Departemen Pekerjaan Umum Ditjen Cipta Karya, khususnya dari program Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP). Pada bulan Maret 2009 penulis telah berhak menyandang gelar Magister Teknik dari Universitas Diponegoro.

Saat ini penulis tinggal di Kota Tanjungbalai dan telah menikah dengan seorang pria tampan dan berwibawa, Dedi Darma. S.Pi, yang bekerja di Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Tanjungbalai. Dari pernikahan ini penulis telah dikaruniai 3 orang anak yang manis dan lucu-lucu, Rifat Zulkarnain 7 tahun, Dwi Muthia Ramadhani 5 tahun dan Anasthia Zulaikha 3 tahun.