Dengan ciri-ciri tersebut, usaha kecil dapat terhambat perannya yang sangat potensial dan secara nyata menunjang pembangunan di sector ekonomi,
yaitu: a.
Usaha kecil merupakan penyerap tenaga kerja; b.
Usaha kecil merupakan penghasil barang dan jasa pada tingkat harga yang terjangkau bagi kebutuhan rakyat banyak yang berpenghasilan rendah;
c. Usaha kecil merupakan penghasil devisa negara yang potensial, karena
keberhasilannya dalam memproduksi komoditi non migas. Memperhatikan ciri-ciri Usaha Kecil dan peranannya yang sangat
potensial bagi pembangunan di sektor ekonomi, maka Usaha Kecil perlu terus- menerus dibina dan diberdayakan secara berkelanjutan agar dapat lebih
berkembang dan maju.
2. Indikator Pengembangan Usaha Kecil
Adapun yang menjadi indikator pengembangan suatu usaha kecil adalah sebagai berikut:
a. Jumlah Pendapatan
Jumlah pendapatan merupakan total keseluruhan pendapatan yang diterima dari suatu unit usaha, perusahaan atau organisasi pada satu periode tertentu.
Peningkatan pendapatan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui pengembangan dari suatu usaha kecil.
Universitas Sumatera Utara
b. Cash-in flow
Tujuan utama dari cash-in flow adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas suatu usaha selama satu periode.
Para investor terlebih dahulu akan memperhatikan laporan arus kas dibandingkan laporan laba rugi, karena kas adalah harta lancar yang tingkat
likuiditasnya paling tinggi di antara semua harta lancar. c.
Jumlah Pelanggan Salah satu indikator pengembangan usaha kecil yaitu jumlah pelanggan.
Pelanggan merupakan konsumen tetap yang membeli produk atau jasa secara berulang-ulang pada satu tempat yang sama pada satu periode tertentu. Usaha
kecil dikatakan berkembang, bila jumlah pelanggan dari usaha kecil tersebut mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.
3. Kebijakan Pengembangan UMKM
Guritno menyebutkan pengembangan UMKM di Indonesia dapat ditilik dari empat tataran kebijakan pengembangan, yaitu tataran meta, tataran makro,
tataran meso, dan tataran mikro Akyuwen, 2005. Pada tataran meta, kemauan politik para pendiri Republik Indonesia telah memberikan dukungan berdasarkan
perundang-undangan yang jelas dan tegas kepada koperasi, sebagaimana tercantum dalam Pasal 33 UUD 1945 dan Penjelasannya. MPR-RI juga secara
tegas selalu mencantumkan perlunya pemberdayaan UMKM pada setiaap GBHN yang ditetapkan dan selanjutnya diperkuat dengan adanya Undang-Undang
Universitas Sumatera Utara
Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Kebijakan pada tataran makro akan menentukan kondusif atau tidaknya sistem dan kondisi perekonomian dengan pembangunan UMKM. Kebijakan pada
tataran makro akan menentukan struktur dan tingkat persaingan pasar yang dihadapi oleh pelaku usaha termasuk UMKM. Tugas Pemerintah pusat dan
daerah untuk menumbuhkan iklim yang kondusif bagi UMKM, dalam arti UMKM memiliki kesempatan berusaha yang sama dan menanggung beban yang
sama dengan pelaku usaha lainnya secara proporsional. Kebijakan makro bisa ditransfer ke dalam tataran mikro skala usaha
mikro, kecil dan menengah umumnya melalui mekanisme dukungan perkuatan pada tataran meso, dimana perkuatan ini dapat diberikan baik dalam bentuk
dukungan finansial danatau dukungan non-finansial. Proses transmisi dukungan perkuatan pada tataran meso ke tataran mikro memerlukan alat berupa proses
inovasi dan pemberdayaan, agar sasaran pelaku yaitu UMKM dapat bersifat antisipatif dan responsive terhadap kebijakan pada tataran meta, makro dan meso.
Dengan demikian, efektifitas pemberdayaan UMKM ditentukan oleh keselarasan dan sinergi kebijakan di tataran meta, makro, mikro, dan meso.
B. Kredit 1. Pengertian Kredit