SOCIAL SKILLS DEVELOPMENT BASED MODULE FOR STUDENTS CLASS VIII SMP PENGEMBANGAN MODUL IPS BERBASIS KETERAMPILAN SOSIAL UNTUK SISWA SMP KELAS 8

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODUL IPS BERBASIS KETERAMPILAN SOSIAL UNTUK SISWA SMP KELAS 8

Oleh : Juwariyah

Penelitian dan Pengembangan ini dilatarbelakangi oleh terbatasnya buku paket di sekolah, kurang menariknya warna, tampilan gambar buku paket yang ada, buku paket sekolah sulit untuk dipahami isinya, ,perlunya keterampilan sosial bagi siswa, perlunya modul pembelajaran yang berbasis keterampilan sosial, dan mahalnya buku cetak. Penelitian bertujuan untuk untuk menghasilkan produk modul IPS berbasis keterampilan sosial dan untuk menganalisis efektifitas modul IPS berbasis keterampilan sosial.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R & D) Borg and Gall dengan dimodifikasi dengan pengembangan desain modul Dick and Carey. Populasi pada penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 3 Baradatu kelas 8.

Sampel diambil dengan teknik claster random sampling.

Produk modul ini divalidasi oleh ahli materi pembelajaran, ahli desain pembelajaran, ahli bahasa, guru dan siswa. Efektivitas produk diperoleh dengan menggunakan uji eksperimen pre test dan post test (control group deign). Data pre test dan post test dianalisis dengan menggunakan t test dan perbandingan gain ternormalisasi.

Hasil penelitian ini adalah terciptanya produk modul berbasis keterampilan sosial pada siswa SMP kelas 8 semester 1. Berdasarkan penilaian dari ahli bahasa, ahli desain modul dan ahli materi Modul IPS berbasis keterampilan sosial ini memperoleh tanggapan yang baik untuk dikembangkan. Modul tersebut efektif dengan dibuktikan melalui Uji efektivitas melalui perbandingan nilai gain ternormalisasi menunjukkan efektivitas tinggi dengan perolehan nilai gain sebesar 0,700.


(2)

ABSTRACT

SOCIAL SKILLS DEVELOPMENT BASED MODULE FOR STUDENTS CLASS VIII SMP

by Juwariyah

Research and development is motivated by the lack of textbooks in school, are less interesting color, image display existing textbooks, school textbooks is difficult to understand its content, the need for students' social skills, the need for module-based learning social skills, and the high cost of textbooks . Research for Development aims to produce IPS module-based social skills and to analyze the effectiveness of social skills-based IPS module.

This study is a research & development (R & D) with a modified Borg and Gall with the development of Dick and Carey module design. The population in this study were students of SMP Negeri 3 Baradatu grade 8.

Samples were taken with a random sampling technique claster. Product modules validated by expert instructional material, instructional design experts, linguists, teachers and students. The effectiveness of the product obtained using experimental test of pre-test and post-test (control group deign). Data pre-test and post-test were analyzed using t test and comparison of normalized gain.

The results of this research is the creation of a social skills-based module products in grade 8 students' junior semester 1. IPS module-based social skill. obtaining responses appropriate and good for development. The module effectively demonstrated through test effectiveness by comparing normalized gain value indicates a higher efficacy with the acquisition value gain of 0.700.


(3)

PENGEMBANGAN MODUL IPS BERBASIS KETERAMPILAN SOSIAL UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

KELAS 8

(TESIS)

OLEH JUWARIYAH

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN IPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(4)

PENGEMBANGAN MODUL IPS BERBASIS KETERAMPILAN SOSIAL UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

KELAS 8

OLEH JUWARIYAH

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar MAGISTER PENDIDIKAN IPS

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN IPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pringsewu 22 April 1979, sebagai anak ke satu dari empat bersaudara, dari pasangan orang tua penulis yaitu Bapak Mad Rusman dengan ibu Chotimah.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri III Madukoro Prokimal Kotabumi pada tahun 1991, dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri Prosernal Kotabumi pada tahun 1994, sedangkan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 2 Kotabumi pada tahun 1997 dan pada tahun 2001, penulis menyelesaikan pendidikan strata 1 pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Progam Studi Pendidikan Sejarah Uniiversitas Lampung.

Pada tahun 2008 penulis diterima dan diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS) yang ditugaskan mengajar di SMP negeri 3 Baradatu Kabupaten Way Kanan.


(9)

MOTTO

Berani berkata benar

Yang terbaik menurut kita belum tentu terbaik

menurut Alloh SWT, karena Alloh lebih


(10)

PERSEMBAHAN

Tesis ini dipersembahkan sebagai tanda cinta dan

terimakasihku kepada suamiku, Andriansyah, dan

anak-anakku tercinta, M. A. Azzam Miqdad dan

Aisyah Hanna Ajwa Putri

.


(11)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penyusunan dan penulisan tesis ini banyak melibatkan berbagai pihak yang telah membantu baik dalam pemikiran, tenaga dan juga material, sehingga tesis ini dapat diwujudkan walaupun belum sempurna. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S, selaku Rektor Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman , M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M. S. selaku Direktur Pascasarjana Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Pargito, M.Pd. selaku Ketua Program Pascasarjana PIPS FKIP Universitas Lampung, dan sekaligus pembimbing I yang sudah memberikan motivasi, semangat dalam penulisan tesis ini.

5. Bapak Dr. R. Gunawan S., S.Pd., S.E.,M.M. selaku Sekretaris Program Pascasarjana PIPS FKIP Universitas Lampung.

6. Ibu Dr. Herpratiwi, M.Pd., selaku Pembimbing II dalam penyusunan tesis ini. 7. Seluruh Bapak/ibu dosen Program Pascasarjana PIPS FKIP Universitas


(12)

peneltian ini.

9. Kedua Orang Tua dan Keluarga besar Urip Sumarsono yang memberikan dorongan semangat pada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

10.M.Zayadi, S.Pd dan Dra. Rohjayati selaku Kepala sekolah SMP Negeri 3 Baradatu yang telah memberikan bantuan dan ijn sebagai tempat penelitian. 11.Seluruh guru SMP Negeri 3 Baradatu dan siswa Kelas VIII yang telah

memberikan dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan tesis ini.

12.Bapak Bupati Way Kanan, Dinas Pendidikan dan Badan Kepagawaian Daerah Kabupaten Way Kanan yang telah member izin kuliah kepada peneliti.

13.Rekan seperjuangan, Hamidah, Susilawati, Maslina, Dwi Artini, Suyatno, Mustaqim, Muji, Jaya, Budi, Pak Muji, Susi Darwati, Merita, Ika, Umi Tarsih, Ferdesi, Aria, terimakasih atas dukungan dan kebersamaannya.

14.Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan bantuan moril dalam penyusunan tesis ini.

Demi kesempurnaan tesis ini, secara terbuka penulis mengharapkan saran dan krtitik yang bersifat membangun. Akhirnya, penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bandar lampung, Desember 2012


(13)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 10

1.3Pembatasan Masalah ... 11

1.4Perumusan Masalah ... 11

1.5Tujuan Penelitian Pengembangan ... 12

1.6Kegunaan Penelitian... 12

1.7Ruang Lingkup Penelitian ... 12

II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA FIKIR DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 15

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran ... 15

2.1.2 Modul ... 21

2.1.3Konsep Keterampilan Sosial ... 36

2.1.4 Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial ... 41

2.1.5 Pengertian Pengembangan ... 47

2.1.6 Model Pengembangan Modul ... 49

2.1.7 Prinsip-Prinsip Pengembangan Modul ... 49

2.1.8 Teori Pembelajaran yang dipakai dalam Penelitian ... 50


(14)

III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 61

3.2 waktu dan tempat penelitian... 62

3.3 ProsedurPengembangan ... 62

3.5 Populasi dan Sampel ... 70

3.5 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 71

3.6 Teknik Analisis Data ... 78

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengembangan Modul ... 81

4.1.1 Analisis Kebutuhan ... 82

4.1.2 Perencanaan ... 87

4.1.3 Pengembangan Modul ... 89

4.1.4 Ujicoba Produk Kelompok Kecil ... 114

4.2 Efektifitas Modul IPS Berbasis Keterampilan Sosial ... 116

4.2.1 Ujicoba Lapangan ... 116

4.2.2 Revisi Produk Utama Menghasilkan Produk Oprasional Modul ... 125

4.3. Pembahasan ... 126

4.3.1 Keunggulan Produk Hasil Pengembangan ... 128

4.3.2 Kelemahan Produk Modul ... 129

4.3.3 Keterbatasan Produk Hasil Pengembangan ... 129

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 131

5.2 Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pengelompokan Media ... 23

Tabel 2.2 Perbedaan Buku cetak dengan Modul ... 34

Tabel 3.1 Tahapan Penelitian Pengembangan ... 64

Tabel 3.2 Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 71

Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen penelitian need assasement untuk siswa ... 71

Tabel 3. 4 Kisi-kisi instrument penelitian pendahuluan untuk guru ... 72

Tabel 3.5 Kisi-kisi Uji ahli Materi ... 72

Tabel 3. 6 Kisi-kisi Uji Ahli Desain Modul ... 73

Tabel 3.7 Uji oleh Ahli Bahasa ... 74

Tabel 3.8 Penilaian Guru... 75

Tabel 3.9 Penilaian Guru... 76

Tabel 3.10 Kisi-kisi Soal Tes Formatif ... 77

Tabel 4.1 Analisis Kebutuhan Siswa ... 85

Tabel 4.2 data analisis kebutuhan modul terhadap guru ... 86

Tabel 4.3 Perencanaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 88

Tabel 4.4 Pemetaan Pencapaian Tujuan Keterampilan Sosial ... 92

Tabel 4.5 Pencapaian Indikator Keterampilan Sosial ... 94

Tabel 4.6 Peta Modul ... 100

Tabel 4.7 hasil Uji Ahli Materi ... 103

Tabel 4.8 Uji Ahli Desain Modul dan Pembelajaran ... 106

Tabel 4.9 Penilaian Uji Ahli Bahasa ... 108

Tabel 4.10 Penilaian Individu (Guru IPS)... 110


(16)

Tabel 4.14 Perhitungan Gain Skor ... 120

Tabel 4.15 Skor Pre test dan Post test kelas Kontrol ... 121

Table 4.16 Hasil Uji Normalitas Tests of Normality ... 121

Tabel 4.17. Hasil Uji Homogenitas ... 122

Tabel 4.18 Hasil Uji Statistik SPSS Uji-t ... 122


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Pembelajaran terpadu Webbed ... 45 Gambar 2.2 Kerangka Fikir ... 58 Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian Pengembangan menurut Borg

and Gall ... 61 Gambar 3.2 Desain model Pengembangan Dick and Carey

(Dick and C3arey2001: 3) ... 63 Gambar 4.1Langkah Penelitian Borg and Gall ... 82 Gambar 4.2 model desain pengembangan Dick and Carey ... 89


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Surat keterangan penelitian ... L1 Lampiran 2 Hasil Analisis Kebutuhan Siswa ... L2 Lampiran 3 Data Analisis Kebutuhan Modul terhadap Guru ... L3 Lampiran 4 Kisi-Kisi Instrument Penelitian Pendahuluan untuk

Siswa ... L4 Lampiran 5 Kisi-kisi Instrument Penelitian Pendahuluan untuk Guru ... L5 Lampiran 6 Kisi-kisi Uji ahli Materi ... L6 Lampiran 7 Kisi-kisi Uji ahli Desain Modul... L7 Lampiran 8 Uji oleh Ahli Bahasa ... L8 Lampiran 9 Kisi-kisi Penilaian Guru ... L9 Lampiran 10 Kisi-kisi Penilaian Siswa ... L10 Lampiran 11 Hasil Uji Ahli Materi ... L11 Lampiran 12 Hasil Uji Ahli Desain Modul dan Pembelajaran ... L12 Lampiran 13 Hasil Penilaian Uji Ahli Bahasa ... L13 Lampiran 14 Hasil Penilaian Individu (Guru IPS) ... L14 Lampiran 15 Hasil Konversi Penilaian Siswa ... L15 Lampiran 16 Hasil Uji Coba Kelompok Kecil (9 orang) ... L16 Lampiran 17 Hasil Gain Score ... L17 Lampiran 18 Hasil Uji Statistik SPSS Uji-t ... L18 Lampiran 19 Hasil Uji Lapang Siswa ... L19 Lampiran 20 Validitas Soal ... L20 Lampiran 21 Validitas Soal ... L21 Lampiran 22 Reliabilitas Soal ... L22 Lampiran 23 soalpost test ... L23


(19)

Lampiran 26 RPP ... L26 Lampiran 27 Produk Modul ... L27


(20)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu sektor pembangunan nasional yang memiliki peranan penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, memiliki kemampuan dan keterampilan sosial. Manusia yang berkualitas dapat ditandai dengan prestasi kerja dan dan produktivitas guru dalam pembelajarannya, hal ini dapat dilakukan dengan produk yang dihasilkan berupa modul Ilmu Pengetahuan Sosial.

Ruang lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah kehidupan sosial manusia di dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat menjadi titik sentral pembahasan dalam IPS dalam berbagai aspek kehidupan baik ekonomi, politik, sosial, budaya, sejarah, psikologi, geografi dan aspek-aspek kehidupan lainnya. Contoh untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia melakukan kegiatan ekonomi perdagangan, produksi, ditribusi dan konsumsi yang semuanya terjadi di masyarakat, oleh karena itu dijadikan sebagai sumber materi IPS.

Daya serap siswa akan lebih optimal apabila di tambah dengan fasilitas media pembelajaran yang memadai. Pembelajaran IPS pada umumnya memiliki tujuan


(21)

untuk mengembangkan keterampilan sosial (social skills) yang akan berguna dalam masyarakat.

Manusia sebagai makhluk sosial baik secara individu maupun kelompok tidak bisa lepas dari interaksi dengan lingkungannya, baik sesama manusia maupun lingkungan alamnya. Sosialisasi dengan sesama manusia dan lingkungannya memerlukan keahlian dan kematangan dalam bersikap dan bertingkah laku, sehingga dia dapat menyesuaikan diri dengan komunitas sosial dan lingkungan sekitarnya. Kemampuan dan keterampilan mutlak diperlukan dalam kehidupan agar mudah berinteraksi dengan lingkungannya. IPS merupakan progam pendidikan harus mampu memberikan pengertian mendasar, melatih berbagai keterampilan sosial dan mengembangkan moral yang akan berguna bagi dirinya sebagai mahluk individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Keterampilan sosial merupakan salah satu tujuan pembelajaran IPS yang harus diajarkan oleh guru IPS kepada siswa untuk mencapai tujuan utama pembelajaran IPS yaitu menjadi warganegara yang baik. Warga negara yang baik adalah warga negara yang dapat memajukan bangsa harus diajarkan bagaimana masyarakatnya dan bagaimana hidup, bergaul dengan masyarakat. Proses bersosialisasi dengan masyarakat diperlukan pembelajaran keterampilan sosial untuk besosialisasi. Keterampilan sosial akan menumbuhkan keberanian mengeluarkan pendapat, yang akan memberikan dampak keterampilan dalam bersosial dan berpolitik dalam kehidupannya yang akan datang.


(22)

Berdasarkan angket yang disebarkan peneliti dalam menghimpun data awal penelitian 90% dari seluruh guru IPS yang ada di SMP Negeri 3 Baradatu setuju jika dibuat modul yang berbasis keterampilan sosial. Modul yang memiliki tema keterampilan sosial akan membantu guru untuk memberi bahan diskusi bagi ana, sehingga dapat melatih keterampilan sosial siswa. Kekurangan penerapan keterampilan sosial adalah tidak semua tema keterampilan sosial cocok untuk diterapkan di daerahnya, pada kondisi tertentu mungkin tidak dapat untuk diterapkan di daerahnya.

Keterampilan yang dikembangkan yakni keterampilan berfikir kritis dan keterampilan untuk memecahkan masalah sosial yang dihadapinya. Keterampilan mengendalikan diri dalam menghadapi permasalahan sosial dan menghadapi orang lain.

Guru IPS yang profesional dituntut memiliki kreativitas yang tinggi sehingga dapat berperan sebagai inovator dan dinamisator dalam proses pembangunan. Keterampilan sosial dapat diterapkan di masyarakat, dengan melihat permasalahan yang dilihat dari berbagai aspek dengan pendekatan berbagai bidang studi ilmu sosial secara multidisipliner terintegrasi. Tujuan IPS adalah membantu generasi muda untuk mengembangkan kemampuan membuat keputusan yang rasional dalam masyarakat.

Guru memiliki peran aktif dalam aktif melaksanakan pembelajaran efektif perlu didukung oleh media pembelajaran guna menunjang terwujudnya siswa yang


(23)

memiliki keterampilan sosial yang dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Salah satu media pembelajaran yang digunakan guru dalam mewujudkan siswa yang memilki social skill adalah media pembelajaran berupa modul. Buku cetak yang tersedia tidak semua mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerapkan keterampilan sosial, sehingga diperlukan media pembelajaran yang berbasis keterampilan sosial.

Banyak media pembelajaran yang berada di sekolah, namun kurang memberikan konstribusi yang signifikan dalam membentuk keterampilan sosial siswa. Kemampuan yang dituntut dalam mendidik siswa bukan hanya kemampuan dari sisi akademik, tapi juga kemampuan dalam bidang sosial. Kemampuan untuk diterima masyarakat, kemampuan menyelesaikan masalah, kemampuan dalam berfikir kritis dan menganalisa suatu masalah juga diperlukan dalam pendidikan.

Permasalahan yang akan dihadapi kedepan amat kompleks, sehingga diperlukan media pembelajaran yang diharapkan mampu membantu guru dan siswa dalam menghadapi masalah-masalah sosial. Keterampilan sosial/IPS merupakan dasar bagi seseorang untuk dapat berhubungan dengan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Modul berbasis keterampilan sosial diperlukan dalam menunjang efektifitas pembelajaran IPS.

Modul IPS ini dibuat agar dapat memenuhi kebutuhan siswa akan media pembelajaran yang berbasis keterampilan sosial. Media pembelajaran yang dapat


(24)

membantu dan merangsang siswa untuk memiliki keterampilan sosial yang dibutuhkan untuk hidup di masyarakat.

Era globalisasi seperti sekarang ini peran guru sebagai penyampai pesan pendidian memerlukan media pembelajaran, agar pembelajaran dapat berjalan dengan optmal. Hal ini dikarenakan guru bukanlah satu-satunya sumber belajar siswa. Banyak sumber belajar lain yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar siswa.

Kurikulum berbasis kompetensi memiliki standar materi atau standar isi yang harus dikuasai oleh siswa. Dalam rangka memenuhi tuntutan kurikulum untuk menguasai standar isi maka siswa tidak akan dapat belajar hanya bersumber dari guru, akan tetapi juga memerlukan bahan belajar lainnya yang dijadikan rujukan siswa untuk belajar. Bahan belajar berupa modul berisi materi-materi yang akan dipelajari oleh siswa yang berisi uraian materi sesuai dengan standar isi kurikulum.

Siswa memiliki aktivitas belajar yang berbeda-beda. Menurut B. Diedrich dalam Munadi (2010: 190) mengemukakan 8 aktivitas belajar siswa sebagai berikut.

1. Visual activities, misalnya membaca, memperhatikan gambar, memperhatikan demonstrasi, percobaan dan pekerjaan lain.

2. Oral activities, seperti menyatakan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3. Lisening activities, contohnya mendengarkan uraian , percakapan, diskusi,

music, pidato/ceramah.

4. Writing activities, seperti mencatat poin-poin penting yang didengarkannya, menulis karangan, cerita menyusun angket, menyalin. 5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuatembuat grafik, peta,


(25)

6. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membua konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental activities, contohnya menanggapi mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, dembira, bersemangat, bergaiah, berani, tenang, gugup.

Siswa yang memiliki aktivitas belajar visual activities akan lebih mudah memahami pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar yang praktis, mudah difahami, menarik dan kreatif. Pada siswa yang melakukan aktivitas belajar ini cenderung lebih dapat menyerap pelajaran dengan aktivitas membaca, memperhatikan gambar, memperhatikan demonstrasi, percobaan dan pekerjaan lain. Dengan begitu siswa yang memiliki aktivitas visual activities ini dapat belajar secara mandiri dengan menggunakan modul.

Siswa yang memiliki aktivitas oral activities dan lisening activities dapat menerapkan keterampilan sosial dalam sistem belajarnya, karena pada aktiftas ini siswa memiliki kemampuan untuk menyatakan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi, mendengarkan uraian , percakapan, diskusi, musik, dan pidato/ceramah.

Keragaman aktivitas belajar siswa seperti diuraikan di atas jika didukung dengan media belajar yang memadai dan didukung dengan media pembelajaran yang baik maka akan memaksimalkan hasil belajar siswa. Menurut hasil penelitian awal 86,5 % siswa memerlukan modul untuk dijadikan sebagai media pembelajaran siswa, dan 19,6 % menyatakan bahwa IPS sulit dipahami, 80,4 % menyatakan bahwa IPS dirasakan mudah oleh siswa. Belum 100% siswa menyatakan IPS


(26)

perlu bahan belajar agar dapat mudah memahami dan mempelajari IPS. Sebesar 76,1 % siswa menyatakan buku paket di sekolah terlalu luas materinya dan 48,3 % siswa menyatakan buku paket lebih sulit dipelajari oleh siswa. 59,1 % siswa menyatakan bahwa buku paket disekolah tidak menarik untuk dlihat, hal ini karena warnanya yang hitam putih sehingga terlihat kurang menarik bagi siswa. 86,5 % siswa menyatakan membutuhkan modul yang menarik dan mudah difahami.

Hasil analisis kebutuhan yang diberikan terhadap 3 orang guru IPS di SMP Negeri 3 Baradatu diperoleh hasil bahwa 100% buku paket yang ada telah sesuai dengan kurikulum KTSP 2006 dan 85,7 % guru menyatakan bahwa buku paket yang ada telah memberikan solusi terhadap pembelajaran IPS, serta 100 % menyatakan bahwa buku paket yang ada belum mencukupi secara jumlah bagi siswa, sehingga 100 % menysatakan bahwa perlu dibuat/dikembangkan modul berbasis keterampilan sosial bagi siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpukan, media pembelajaran berbasis keterampilan sosial adalah salah satu alat bantu /media dalam kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar,dan materi pokok yang harus dikuasai oleh siswa. Tanpa pemahaman hal tersebut, maka seorang guru akan mengalami kesulitan dalam mendesain media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan. Media pembelajaran yang dsusun harus diturunkan dari Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) memilih


(27)

batasan media pembelajaran yang dikembangkan berupa modul pembelajaran. Modul yang dihasilkan sebagai suplemen dari kurikulum.

Selama ini banyak media pembelajaran berupa buku beredar dipasaran dengan berbagai penerbit. Media pembelajaran berupa buku cetak yang beredar saat ini menurut 46,5 % siswa masih terlalu luas dan rumit pembahasannya sehingga siswa masih membutuhkan bantuan orang lain (guru atau orang tua) untuk menjelaskan kandungan isinya. Buku apabila dilihat dari sifat penyajian pesannya lebih menekankan pada sajian materi dalam cakupan yang luas dan umum. Maka dari itu proses komunikasi yang berlangsung menjadi satu arah dan pembacanya cenderung pasif.Idealnya buku cetak yang tersedia memiliki bahasa yang mudah difahami, dan tidak terlalu luas pembahasannya.

Permasalahan yang timbul mengenai media pembelajaran berupa buku cetak yang tersedia disekolah sangat terbatas, sehingga siswa lelah mencatat dan tidak dapat optimal dalam pembelajaran, karena dua orang siswa hanya mendapat satu buku. Buku ajar yang ada juga kajiannya terlalu luas sehingga sulit difahami oleh siswa.SMP Negeri, buku paket yang tersedia jumlahnya hanya ada 40 buah dengan murid sebanyak 116 siswa, sehingga tidak mencukupi kebutuhan siswa yang ada. Satu kelas terdiri dari 28-30 siswa, apabila buku cetak dipakai oleh satu kelas saja dengan jam yang tidak sama antara 1 kelas dengan kelas yang lain, maka 40 buah buku mencukupi siswa 1 kelas bahkan lebih. Permasalahan muncul ketika buku tersebut dipakai secara bersamaan waktu/jam belajar antara kelas yang dipakai peneliti dengan kelas rekan kerja peneliti. Jumlah buku yang kurang


(28)

akan menimbulkan kegaduhan bagi siswa karena saling berebut buku cetak, proses kbm yang kurang kondusif karena menimbulkan kegaduhan saat siswa merapatkan bangku untuk menggunakan buku bersama rekannya, serta proses kbm kurang optimal karena siswa terkadang ribut masalah buku. Keadaan akan lebih efektif apabila siswa mendapatkan buku 1 orang 1 buku sehingga proses KBM akan menjadi optimal dan siswa dapat mempelajarinya di rumah.

Buku pelajaran yang beredar saat ini juga kurang memberikan konstribusi terhadap pendidikan ketrampilan sosial siswa. Pembahasan mengenai bagaimana dapat membentuk ketrampilan sosial siswa perlu dimasukkan ke dalam bahan ajar karena siswa perlu untuk mempersiapkan diri terjun ke masyarakat yang membutuhkan kematangan pribadi dan memiliki katerampilan sosial yang tinggi. Beberapa buku telah menerapkan konsep pembelajaran keteramplan sosial, jika dimodfikasi antara buku-buku yang menerapkan pembelajaran keterampilan sosial dalam 1 buah modul maka akan menjadi sebuah modul yang baik dan efektif dalam pembelajaran keterampilan sosial.

Berdasarkan angket yang diberikan kepada siswa 46,5 % menyatakan media pembelajaran berupa buku cetak yang beredar dipasaran harganya cukup mahal, hal ini membuat siswa enggan dan tidak mampu untuk membelinya. Modul memiliki harga yang relatif terjangkau dan uraian yang lugas, sehingga siswa mampu dan mau membaca bahkan memilikinya.


(29)

Media Pembelajaran modul yang berbasis keterampilan sosial diharapkan akan dapat menghasilkan efektifitas belajar siswa. Tanpa modul belajar mengajar siswa menjadi kurang efektif dan efisien, karena daya ingat dan penyerapan siswa terbatas serta berbagai tipe belajar yang dimiliki siswa. Uatan modul berbasis keterampilan sosial dirancang terlebih dahulu pemetaan terhadap SK/KD yang akan dibuat dalam modul.

Berdasarkan uraian di atas, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS sesuai harapan, maka perlu diadakan penelitian dan pengembangan modul pembelajaran IPS untuk siswa SMP Kelas 8.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah penelitiannya adalah sebagai berikut.

1. Terbatasnya sarana buku cetak di sekolah

2. Sangat sedikitnya pembelajaran keterampilan sosial pada buku cetak yang beredar saat ini

3. Buku cetak yang ada terlalu luas pembahasannya

4. Proses pembelajaran dengan modul memerlukan panduan dari orang lain

5. Siswa memerlukan bahan ajar yang dapat mudah dan praktis serta mudah difahami siswa


(30)

6. Siswa memiliki tipe belajar yang berbeda-beda sehingga beberapa tipe belajar siswa memerlukan modul

7. Siswa sulit memahami buku pelajaran yang rumit

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah.

1. Penelitian ini mengembangkan modul IPS berbasis keterampilan sosial untuk siswa SMP kelas 8 semester I.

2. Penelitian ini meneliti efektifitas modul IPS berbasis keterampilan sosial untuk siswa SMP kelas 8 semester I.

1.4Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah penelitian di atas maka rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana pengembangan modul IPS berbasis keterampilan sosial untuk siswa SMP kelas 8 semester I ?

2. Bagaimana efektifitas modul IPS berbasis keterampilan sosial untuk siswa SMP kelas 8 semester I?


(31)

1.5Tujuan Penelitian Pengembangan

1. Untuk menghasilkan produk modul IPS berbasis keterampilan sosial untuk siswa SMP kelas 8 semester I.

2. Untuk menganalisis efektifitas modul IPS berbasis keterampilan sosial untuk siswa SMP kelas 8 semester I.

1.6Kegunaan Penelitian

Pembuatan produk modul pembelajaran IPS ini adalah untuk .

1. Siswa SMP Negeri 3 Baradatu memiliki kemudahan belajar IPS dan memiliki keterampilan sosial.

2. Guru memiliki acuan pembelajaran yang berbasis keterampilan sosial pada mata pelajaran IPS.

3. Peneliti memiliki kemampuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, pembinaan dan pendidikan keterampilan sosial serta sebagai acuan proses pembelajaran IPS SMP kelas 8 semester I.

1.7Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian pengembangan akan difokuskan dalam ruang lingkup pengembangan dan ruang lingkup ilmu. Untuk mengetahui kedudukan keilmuan dalam cakupan Pendidikan IPS sebagai berikut.


(32)

1. Ruang Lingkup Pengembangan

Fokus ruang lingkup pengembangan yakni mengembangkan Modul Ilmu Pengetahuan Sosial untuk siswa kelas 8 di SMP Negeri 3 Baradatu.

2. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup kajian ilmu dalam penelitian dan pengembangan ini adalah Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Sekolah Menengah pertama. Mata Pelajaran IPS menjadi menarik dan bermakna bagis siswa dalam kehidupannya. Dalam kajian Ilmu IPS terdapat sepuluh tema utama yakni : budaya, waktu, kontuinitas dan perubahan, orang, tempat dan lingkungan, individu, kelompok dan lembaga, kekuasaan, wewenang, dan pemerintahan, produksi, distribusi dan konsumsi, sains, teknologi dan masyarakat, koneksi global, cita-cita dan praktek warganegara.

Pengembangan modul IPS berbasis Keterampilan Sosial memiliki 10 tema di atas sebagai satu keterpaduan yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.


(33)

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA FIKIR DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Peneliti akan menyampaikan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian dan pengembangan yang akan dilakukan dalam kajian pustaka ini. Teori-teori ini diharapkan dapat melandasi seluruh rangkaian penelitian pengembangan yang akan dilaksanakan. Selengkapnya akan diuraikan sebagai berikut.

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran

Pembahasan dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai belajar dan pembelajaran, dibawah ini akan diuraikan pengertian belajar dan pembelajaran. Belajar merupakan proses yang tidak pernah berakhir sejak lahir hingga akhir wafat. Belajar merupakan proses yang tidak mengenal usia, jenis kelamin, dan suku/golongan tertentu.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Dalam hal ini belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.


(34)

Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.

Belajar adalah perubahan prilaku prilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman(bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan)dan bias melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya pada pengetahuan lain sertamamp mengkomunikasikannya pada orang lain (Pidarta, 2000:197). Dalam belajar terjadi tindakan komunikasi umpan balik. Terjadi dalam diri peserta didik sesuai dengan perkembangan dan lingkungannya.

Belajar juga bersifat individual dan kontekstual, artinya belajar Peserta didik dapat belajar bukan hanya dari satu sumber dalam hal ini guru saja, melainkan dapat belajar melalui banyak sumber seperti modul, lingkungan, dan lain sebagainya.

Menurut pandangan konstruktivisme, belajar adalah menyusun pengetahuan dari pengalaman konkret, aktivitas kolaborasi, dan refleksi serta interpretasi. Proses belajar terjadi dalam diri individu meskipun proses belajar berlangsung dalam kelompok.

Menurut Thorndike dalam Suciati (2001:3) , belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa fikiran, perasaan, atau gerakan) dan respon (yang


(35)

juga bisa berbentuk fikiran perasaan atau gerakan). Menurut Thorndike, perubahan tingkah laku itu berwujud sesuatu yang konkret, atau yang tidak konkret. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana

reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu.

Seseorang telah dianggap belajar jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Dalam teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Menurut Watson dalam Suciati ( 2001:3 ) mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui


(36)

adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati..

Menurut UNESCO dalam Sanjaya: 2005: 110 belajar mengembangkan 4 plar pendidikan adalah sebagai berikut :

1. learning to know (belajar untuk mengetahui),

2. learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) dalam hal ini kita dituntut untuk terampil dalam melakukan sesuatu,

3. learning to be (belajar untuk menjadi seseorang),

4. learning to live to gether (belajar untuk menjalani kehidupan bersama) () Pendapat diatas mengemukakan bahwa proses belajar adalah untuk mengetahui sesuatu yang baru, belajar dalam bertindak dan melakukan sesuatu, belajar menjadi pribadi yang mandiri, dan belajar untuk bersosialisasi dengan sesame.

Bruner dalam Ika Umaya (2012 : 1) menjelaskan proses belajar yang terbagi menjadi tiga tahapan, yakni:

(1) tahap enaktif; dalam tahap ini peserta didik di dalam belajarnya menggunakan atau memanipulasi obyek-obyek secara langsung,

(2) tahap ikonik; pada tahap ini menyatakan bahwa kegiatan anak-anak mulai menyangkut mental yang merupakan gambaran dari obyek-obyek. Dalam tahap ini, peserta didik tidak memanipulasi langsung obyek-obyek, melainkan sudah dapat memanipulasi dengan menggunakan gambaran dari obyek. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep),

(3) tahap simbolik; tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan objek-objek. Anak


(37)

mencapai transisi dari pengguanan penyajian ikonik ke penggunaan penyajian simbolik yang didasarkan pada sistem berpikir abstrak dan lebih fleksibel. Dalam penyajian suatu pengetahuan akan dihubungkan dengan sejumlah informasi yang dapat disimpan dalam pikiran dan diproses untuk mencapai pemahaman.

Tahap enaktif merupakan tahap dimana pembelajaran langsung bersentuhan dengan obyek. Tahap ikonik menggunakan media gambar dan lain-lain yang menggambarkan kondisi obyek yang diplajari.tahap simbolik dimana anak sudah bisa diajak berfikir secara abstrak tanpa harus bersentuhan langsung dengan obyek yang sedang dipelajari.

Pembelajaran adalah proses yang sistematis dimana semua komponen antara lain guru, siswa, material dan lingkungan belajar merupakan komponen penting untuk keberhasilan belajar. Istilah pembelajaran holistik menempatkan siswa sebagai sumber kegiatan pembelajaran, artinya siswa merupakan komponen yang aktif dalam pembelajaran atau pembelajaran berpusat pada siswa bukan pada guru ataupun yang lainnya.

Pembelajaran yang dipengaruhi teknologi dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media seperti bahan-bahan cetak, progam televise, gambar, audio dan lain sebagainya, sehingga mendorong terjadinya perubahan guru dari sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran (Sanjaya, 2005: 78).


(38)

Lima jenis interaksi yang berlangsung dalam proses pembelajaran yaitu ; 1) interaksi antara pendidik dengan peserta didik; 2).interaksi antar sesama peserta didik atau antar sejawat; 3) interaksi antara peserta didik dengan narasumber; 4) interaksi peserta didik bersama dengan sumber belajar yang sengaja dikembangkan; dan 5) interaksi peserta didik bersama pendidik dengan lingkungan sosial dan alam (Miarso, 2008:3) pada interaksi peserta didik dengan sumber belajar yang sengaja dikembangkan dalam hal ini bias berupa bahan ajar berupa modul yang dikembangkan oleh pendidik.

Terdapat tiga teori pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran yaki teori behaviorisme, kognitivisme dan konstruksivisme. Prinsip dasar pembelajaran behaviorisme adalah menekankan pada perubahan prilaku, menggunakan prinsip penguatan, mengidentifikasikan karakter peserta didik dan lebih menekankan pada hasil belajar dari pada proses pembelajaran.

Prinsip dasar teori kognitivisme adalah pembelajaran merupakan suatu perubahan pengetahuan, peserta didik merupakan peserta aktif dalam proses pembelajaran, menekankan pada pembentukan pola piker peserta didik, berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya, menekankan pada pengalaman belajar dengan memandang pembelajaran sebagai proses aktif didalam diri peserta didik, menerapkan reward and punishment, informasi juga berasal dari cara peserta didik memperoleh informasi tersebut.

Prinsip dasar konstruktivisme adalah membangun interpretasi peserta didik berdasarkan pengalaman belajar, menjadikan pelajaran sebagai proses aktif dalam


(39)

membangun pengetahuan, kegiatan pembelajaranbertujuan untuk memecahkan masalah, pembelajaran bertujuan pada proses bukan hasil, pembelajaran berpusat pada peserta didik dan mendorong siswa dalam mencapai tingkat berfikir yang lebih tinggi.

Aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.

Teori Pembelajaran humanistik menerapkan prinsip bahwa dalam pembelajaran guru harus memperhatikan pengalaman emosional dan karakteristik khusus peserta didik seperti aktualisasi diri peserta didik. Pembelajaran akan bermakna bila peserta didik dilibatkan dalam proses pembelajaran.

Menurut teori kognitif pembelajaran pada prinsipnya harus memperhatikan perubahan kondisi internal peserta didik yang terjadi selama pengalaman belajar di dalam kelas. Guru harus memberikan pengalaman belajar yang bersifat penemuan yang memungkinkan peserta didik dapat memperoleh informasi baru dari pelajaran sebelumnya.

Prinsip pembelajaran menurut Bruner adalah bahwa kombinasi yang konkret, gambar kemudian aktivitas simbolis akan mengarah pada pembelajaran yang lebih efektif.

Langkah-langkah pembelajaran menurut teori ini seperti yang dinyatakan Suciati Suciati ( 2001: 37), yaitu :


(40)

1) menentukan tujuan pembelajaran,

2) menentukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar),

3) memilih materi pembelajaran belajar,

4) menentukan topic-topik yang dapat dipelajari peserta didik secara induktif, 5) mengembangkan bahan belajar yang berupa contoh-contoh , ilustrasi,

tugas, dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik,

6) mengatur topik-topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang kongkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif,ikonik, ke simbolik; dan 7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.

Mempertimbangkan hal ini perlu dikembangkan media pembelajaran yang berisi muatan materi yang mudah difahami, banyak contoh-contoh dan latihan-latihan. Contoh berupa gambar kongkret akan membantu siswa dalam menyerap maksud dari materi yang diajarkan.

2.1.2 Modul

2.1.2.1 Pengertian Modul

Modul merupakan salah satu media pembelajaran. Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium. Schram, dalam Rudi (2008:5) menyebutkan pengertian media adalah teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajan. Jadi media adalah perluasan dari guru. Memanfaatkan teknologi baik cetak maupun elektronik dalam pembelajaran akan membantu guru


(41)

dalam menyampaikan pesan pembelajaran. Media berperan juga bagi guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Dengan media yang ada pesan pembelajaran akan lebih cepat sampai ke siswa.

Media merupakan sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya (NEA, dalam Rudi:2008:5). Komunikasi tidak hanya disampaikan secara lisan saja, akan tetapi komunikasi juga dapat disampaikan secara tertulis salah satunya melalui modul.

Menurut Etin Solihatin dan Raharjo. dalam bukunya cooperative learning analisis model pembelajaran IPS (2009:24-25) mengungkapkan manfaat media pembelajaran Pengetahuan sosial adalah untuk :

1. menyampaikan materi pelajaran dapat diseragamkan, 2. proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, 3. efisiensi waktu dan tenaga,

4. meningkatkan hasil belajar siswa,

5. media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja,

6. media dapat menumbuhkan sikap positif siswa,

7. mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.

Menggunakan media sebagai sarana untuk menyeragamkan materi yang memiliki penafsiran untuk di sampaikan ke siswa. Dengan kata lain media sebagai sarana untuk menggurangi kesenjangan informasi materi pelajaran IPS di manapun siswa berada. Media yang dikemas dengan menarik akan membuat siswa lebih menyenangi pelajaran IPS yang diharapkan akan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Dengan media juga proses belajar menjadi lebih hidup dan interaktif., menghemat waktu, menumbuhkan sikap positif bagi siswa karena ketertarikannya pada mata pelajaran IPS setelah menggunakan media. Media


(42)

modul khususnya dapat membuat siswa lebih mandiri dalam belajar sehingga siswa dapat belajar di mana saja. Bagi guru yang aktif membuat media akan menjadikannya guru yang lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajaran.

Anderson dalam Etin Solihatin dan Raharjo (2009 : 26) mengelompokan media seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 Pengelompokan Media

No Golongan Media Contoh dalam Pembelajaran

1. Audio Kaset audio, siaran radio, cd dan

telepon

2. Cetak Buku pelajaran, modul, brosur, leaflet,

gambar

3. Audio Cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan

tertulis

4. Proyeksi Visual diam Overhead transparency (OHT), film bingkai (slide)

5. Proyeksi audiovisual diam film bingkai (slide) bersuara

6. Visual gerak Film bisu

7. Audio visual gerak Film gerak bersuara, video/vcd,

televisi

8. Objek fisik Benda nyata, model, spesimen

9. Manusia dan lingkungan Guru, pustakawan, laboran

10. Komputer CAI (pembelajaran berbantuan

komputer), CBI (pembelajaran berbasis komputer)

Berdasarkan pengelompokan media menurut Anderson di atas bahwa modul merupakan media cetak.


(43)

Pengklasifikasia media pembelajaran terdapat tujuh kelompok media penyaji ; yakni (a)kelompok kesatu; grafis, bahan cetak, dan gambar diam, (b) kelompok kedua; media proyeksi diam, (c) kelompok ketiga; media audio, (d) kelompok ke empat; media audio, (e) kelompok kelima; media gambar hidup/film, (f) kelompok ke enam; media televise, dan kelompok ketujuh;multi media. (Rudi : 2008: 13).

Dalam pengklasifkasannya modul merupakan media bahan cetak. Media bahan cetak yaitu media visual yang pembuatannya melalui proses pencetakan/printing atau offset. Pengertian modul sendiri yaitu paket progam yang disusun dalam bentuk satuan tertentu dan di desain sedemikian rupa guna kepentingan belajar siswa. (Rudi Susilana dan Cepi Riyana :2007:14).

Modul termasuk dalam kategori media bahan cetak. Media bahan cetak yaitu media visual yang pembuatannya melalui proses pencetakan/printing atau offset. Pengertian modul sendiri yaitu paket progam yang disusun guna kepentingan belajar siswa (Rudi Susilana dan Cepi Riyana :2007: 14)

Media visual merupakan jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indera penglihatan semata-mata oleh peserta didik. Beberapa media visual diantaranya media cetak seperti buku, modul, jurnal, peta, gambar, dan poster. Melalui media visual focus belajar siswa tergantung pada kemampuan penglihatannya. Agar dapat lebih efektif dan mengena, modul harus disusun secara menari, karena ini akan dapat mempercpat siswa dalam menangkap konsep yang ada dalam modul. Hal in wajar, karena secara alami mata akan lebih cepat tertarik dan terfokus pada


(44)

objek yang rapid an indah. Oleh karena itu modul harus disusun secara menarik menggunakan bahasa yang mudah difahami,dan sistematis.

Modul disebut juga media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri. Artinya, pembaca dapat melakukan kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar secara langsung. Bahasa, pola, dan sifat kelengkapan lainnya yang terdapat dalam modul ini diatur sehingga ia seolah-olah

merupakan “bahasa pengajar” atau bahasa guru yang sedang memberikan

pengajaran kepada murid-muridnya. Maka dari itulah, media ini sering disebut bahan instruksional mandiri. Pengajar tidak secara langsung memberi pelajaran atau mengajarkan sesuatu kepada para murid-muridnya dengan tatap muka, tetapi cukup dengan modul-modul ini. Modul yang dibuat harus mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik. (Rosyid:2010:1) Modul merupakan alat bantu pembelajaran yang dapat dipelajari secara mandiri oleh siswa tanpa bantuan/didampingi oleh guru.

Modul atau materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan. Jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, sikap dan nilai.

Materi yang termasuk jenis fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang. Sedangkan yang termasuk materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau bagian suatu obyek. Termasuk materi prinsip adalah dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan antar konsep yang menggambarkan hubungan sebab akibat.


(45)

Istilah modul pada mulanya diambil dari dunia teknologi yaitu sebagai alat ukur yang lengkap. Dalam dunia pendidikan istilah modul digunakan sebagai bahan tercetak yang disusun secara sistematis, dan bertujuan agar siswa mampu belajar secara mandiri. Goldschmid dalam (Sagala:2005:58) menjelaskan bahwa

“….module as self-contained, independent unit of a planned series of learning activities designed to help the student accomplish certain well defined objectives”

atau modul sebagai sejenis satuan kegiatan belajar yang terencana, didesain guna membantu siswa menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan menuut Russel menjelaskan bahwa modul merupakan suatu paket pembelajaran yang memuat satu unit konsep dari bahan pembelajaran. Dari pengertian-pengertian di atas modul adalah buku yang disusun secara sistematis dengan tujuan agar siswa mampu belajar secara mandiri.

2.1.2.2 Kelebihan Modul

Setiap media pembelajaran memiliki kelebihan masing-masing, adapun kelebihan pembelajaaran dengan modul menurut I Wayan Satyasa (2009:11) adalah sebagai berikut.

a. Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi deengan jelas dan sesuai dengan kemampuan. b. Setelah melakukan evaluasi guru dan siswa mengetahui benar pada modul

yang mana siswa telah berhasil pada bagian modul yang mana mereka belum berhasil.

c. Siswa mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya. d. Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester.

e. Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun menurut jenjang akademik.


(46)

Pembelajaran modul diharapkan siswai. dapat meningkatkan motivasi siswa dan guru dan siswa dapat melakukan evaluasi secara mandiri.

2.1.2.3 Kekurangan Modul

Menurut Eninadiron yang dikutip dari tesis Sumartinah (2012:21-22) modul memiliki keterbatasan sebagai berikut :

1. penyusunan modul yang baik membutuhkan keahlian tertentu, sukses tidaknya suatu modul tergantung pada penyusunannya,

2. sulit menentukan proses penjadwalan dan kelulusan serta membutuhkan menejemen pendidikan yang berbeda dari pembelajaran konvensional, karena setiap peserta didik menyelesaikan modul dalam waktu yang berbeda-beda, tergantung kecepatan dan kemampuan masing-masing, 3. dukungan pembelajaran berupa sumber belajar, pada umumnya cukup

mahal, karena setiap peserta didik harus mencarinya sendiri.

Berdasarkan hal tersebut di atas bahwa pembelajaran dengan modul harus diimbangi dengan penggunaan metode dan sumber yang lain sehingga pelajaran akan berlangsung efektif dan tidak menjenuhkan siswa. Modul disusun sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar dengan mandiri dan tertarik menggunakan modul sebagai media belajarnya. Modul yang dihasilkan/dibuat perlu direvisi setiap tahunnya sehingga dapat menghasilkan produk modul yang lebih berkualitas.


(47)

Tujuan sebagai berikut.

1. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal.

2. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik peserta belajar maupun guru/ instruktur.

3. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan motivasi dan gairah belajar; mengembangkan kemampuan dalam berin- teraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya yang memungkinkan siswa atau pebelajar belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya.

4. Memungkinkan siswa atau pebelajar dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya. Marwanard (2011 : 1)

2.1.2.4 Karakteristik Modul

Untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan minat belajar siswa, pengembangan modul harus memperhatikan karakteristik yang diperlukan sebagai modul.

Adapun Marwanardi (2011 : 1) sebuah modul bisa dikatakan baik dan menarik apabila terdapat karakteristik sebagai berikut.

1. Self Instructional; yaitu melalui modul tersebut seseorang atau peserta belajar mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instructional, maka dalam modul harus memiliki ciri sebagai berikut :

a. berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas,

b. berisi materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit kecil/ spesifik sehingga memudahkan belajar secara tuntas,


(48)

c. menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pema- paran materi pembelajaran,

d. menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memung- kinkan pengguna memberikan respon dan mengukur tingkat penguasa- annya,

e. kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan penggunanya,

f. menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif, g. terdapat rangkuman materi pembelajaran,

h. terdapat instrumen penilaian/assessment, yang memungkinkan peng-

gunaan diklat melakukan „self assessment,

i. terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya mengukur atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi,

j. terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga penggunanya menge- tahui tingkat penguasaan materi, dan

k. tersedia informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendu- kung materi pembelajaran dimaksud.

2. Self Contained, yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan pembelajar mempelajari materi pembelajaran yang tuntas, karena materi dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu unit kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan kompetensi yang harus dikuasai.


(49)

3. Stand Alone (berdiri sendiri), yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media

pembelajaran lain. Dengan menggunakan modul, pebelajar tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain untuk mempe- lajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika masih menggunakan dan bergantung pada media lain selain modul yang digunakan, maka media tersebut tidak dikategorikan sebagai media yang berdiri sendiri.

4. Adaptive, modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Adaptif disini apabila modul dapat

menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel digunakan. Dengan memperhatikan percepatan perkembangan ilmu dan teknologi pengembangan modul multimedia hendaknya tetap “up to date”. Modul yang

adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.

5. User Friendl, modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk

user friendly.

Kriteria dalam pengembangan modul, yaitu : a. membantu siswa menyiapkan belajar mandiri,


(50)

b. memiliki rencana kegiatan pembelajaran yang dapat direspon secara maksimal,

c. memuat isi pembelajaran yang lengkap dan mampu memberikan kesempatan belajar kepada siswa,

d. dapat memomitor kegiatan belajar siswa, dan

e. dapat memberikan saran dan petunjuk serta infomasi balikan tingkat kemajuan belajar siswa.

Modul mampu membuat dapat membuat siswa dapat belajar secara mandiri dirumah tanpa harus didampingi seorang guru atau tutor. Modul juga dpat memberikan informasi tentang tingkat kemajuan belajar siswa.

Penulisan modul merupakan proses penyusunan materi pembelajaran yang dikemas secara sistematis sehingga siap dipelajari oleh pebelajar untuk mencapai kompetensi atau sub kompetensi. Penyusunan modul belajar mengacu pada kompetensi yang terdapat di dalam tujuan yang ditetapkan.

2.1.2.5 Struktur Modul

Menurut dalam Anshar ( 2011:165) modul terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian pembuka, inti, dan penutup.

Bagian Pembuka 1. Judul

Judul modul menggambarkan isi modul, sehingga judul perlu menarik dan memberikan gambaran khas tentang modul.


(51)

2. Daftar Isi

Daftar isi menyajikan topic-topik yang di bahas. Topik-topik diurutkan berdasarkan urutan dalam modul. Daftar isi mencantumkan nomor halaman untuk mempermudah pencarian dalam modul.

3. Peta Informasi

Peta informasi yang akan di bahas dalam modul. Pada peta informasi akan diperlihatkan antar topic-topik dalam modul.

4. Daftar Tujuan Kompetensi

Tujuan Kompetensi untuk mengetahui pengetahuan, sikap, atau keterampilan yang akan dkuasai.

5. Tes Awal

Untuk mengetahui pengetahuan awal apa saja yang diperlukan untuk dapat menguasai materi dalam modul. Pre-tes bertujuan memeriksa apakah siswa mengetahui prasyarat untuk mempelajari modul.

Bagian Inti

1. Pendahuluan, untuk memberikan gambaran umum mengenai isi materi modul, mengaitkan materi, petunjuk mempelajari modul.

2. Hubungan dengan materi atau pelajaran lain, semua materi perlu yang perlu dipelajari tersedia di dalam modul.

3. Urian materi, apabila materi terlalu luas maka dapat diuraikan : Kegiatan Belajar 1

a. Tujuan/Kompetensi b. Uraian materi c. Tes formatif


(52)

d. Tugas e. Rangkuman Kegiatan Belajar 2 a. Tujuan/Kompetensi b. Uraian materi c. Tes formatif d. Tugas e. Rangkuman

Dst….

4. Penugasan 5. Rangkuman

Bagian Penutup

1. Glossary, berisikan daftar istilah berisikan definisi-definisi konsep yang dibahas dalam modul

2. Tes akhir 3. Indeks

2.1.2.6 Perbedaan Modul dengan Buku Cetak

Perbedaan buku cetak dengan modul sangat signifikan. Modul merupakan salah satu bahan belajar yang dapat digunakan oleh siswa untuk belajar secara mandiri dengan bantuan yang minimal dari orang lain. Hal ini dikarenakan modul dibuat berdasarkan progam pembelajaran yang utuh dan sistematis agar siswa dapat


(53)

belajar secara mandiri. Cakupan bahasan modul lebih fokus dan terukur dan mementingkan aktivitas belajar pembacanya, serta bahasa yang digunakan lebih komunikatif karena bersifat dua arah.

Penggunaan modul akan membuat siswa dapat belajar secara mandiri dirumah walaupun tidak dibimbing oleh guru. Modul membuat siswa lebih optimal dalam pembelajaran di sekolah maupun di rumah. Modul dapat dikemas semenarik mungkin sehingga siswa dapat tertarik untuk membacanya di rumah secara mandiri. Dengan bahasa yang lugas dan mudah difahami menjadi ciri khas modul yang dibuat oleh guru. Modul dapat disesuaikan dengan lingkungan sekitar kita, hal ini berbeda dengan teks yang kebanyakan terbitan Jawa dimana banyak yang tidak sesuai untuk lingkungan disekitar kita.

Perbedaan modul dengan buku teks biasa dapat diuraikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.2 Perbedaan Buku cetak dengan Modul

NO Buku Cetak Modul

1. Untuk keperluan umum/tatap muka

Dirancang untuk system

pembelajaran mandiri 2. Bukan merupakan bahan ajar yang

terprogam

Progam pembelajaran yang utuh dan sistematis

3. Lebih menekankan sajian materi ajar

Mengandung tujuan,

bahan/kegiatan dan evaluasi 4. Cenderung informatif, searah Disajikan secara komunikatif /dua

arah 5. Menekankan fungsi penyajian

materi/informasi

Dapat mengganti beberapa peran pengajar

6. Cakupan materi lebih luas/umum Cakupan bahasan terfokus dan terukur

7. Pembaca cenderung pasif Mementingkan aktifitas belajar pemakai


(54)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa modul diirancang untuk sistem pembelajaran mandiri, disajikan secara komunikatif /dua arah, dapat mengganti beberapa peran pengajar sehingga siswa dapat belajar sendiri di rumah tanpa harus di dampingi oleh guru. Bahwa modul mengandung tujuan, bahan/kegiatan dan evaluasi yang memberikan umpan balik terhadap siswa.

2.1.2.7 Prinsip Penyusunan Modul

Penyusunan modul didasarkan pada prinsip belajar.

1. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai kepada siswa 2. Membuat tes untuk mengukur ketercapaian tujuan tercapai atau tidak 3. Bahan ajar diurutkan agar sesuai dengan siswa mudah memahaminya 4. Diperlukan umpan balik .

2.1.2.8 Manfaat Pembelajaran dengan Modul

Menurut Suprawoto dalam makalahnya (2009:3) menyatakan modul memiliki berbagai manfaat baik ditinjau dari kepentingan peserta didikmaupun dari kepentingan guru. Bagi peserta didik modul bermanfaat antaralain;(1) peserta didik memiliki kesempatan melatih diri belajar secara mandiri,(2) belajar menjadi lebih menarik karena dapat dipelajari diluar kelas dan diluar jam pembelajaran,(3) berkesempatan mengekspresikan cara-cara belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya,(4) berkesempatan menguji kemampuan diri sendiri dengan mengerjakan latihan yang disajikan dalam modul,(5) mampu membelajarkan diri sendiri,(6) mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya. Bagi


(55)

guru, penyusunan modul bermanfaat karena;(1) mengurangi ketergantungan terhadap ketersediaan buku teks,(2) memperluas wawasan karena disusun dengan menggunakan berbagai referensi, (3) menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman dalam menulis bahan ajar, (4) membangun komunikasi yang efektif antara dirinya dengan peserta didik karena pembelajaran tidak harus berjalan secara tatap muka,(5) menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku danditerbitkan.

2.1.3 Konsep Keterampilan Sosial

2.1.3.1 Pengertian Keterampilan Sosial

The social studies curriculum is designed to help students attain the know-edge, attitudes, and skills needed to participate effectively in a democratic society, chapter 3 describes the knowledge components of the social studies curriculum, which include heigher-level concepts and genetilizations needed by citizens to make reflective decisions.

Skills are an important component of the social studies progam and are discussed in several chapters in this book. social science inquiry skills are discussed in chapter 3; value inquiry and decisions-making skills in chapter 15. this chapter discusses skills that should be an important part of and decision-making-focused sosial studies curriculum: thinking skills, map, and globe skills, time and chronology skills, group skills, and writing skills. (Banks: 1990 :139)

Kurikulum ilmu sosial dirancang untuk membantu siswa mencapai tujuan, sikap, dan keterampilan yang dibutuhkan untuk berpartisipasi secara efektif dalam suatu masyarakat demokratis, komponen pengetahuan dari kurikulum studi sosial, yang meliputi tingkat konsep tertinggi dan menyeluruh dibutuhkan oleh warga negara untuk membuat keputusan reflektif. Keterampilan yang harus menjadi bagian penting dari pembuatan dan keputusan berfokus pada kurikulum studi Sosial: keterampilan berfikir, peta, dan keterampilan dunia, waktu dan keterampilan kronologi, keterampilan kelompok, dan keterampilan menulis.


(56)

Pada intinya ketrampilan sosial dalam buku James A. Banks yang harus dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yakni .

1. Keterampilan berfikir kritis dan pemecahan masalah 2. Keterampilan dan kemampuan membaca peta dan globe

3. Keterampilan menyusun kronologi berdasarkan urutan kejadian dan waktu 4. Keterampilan berkelompok dan bersosialisasi

5. Keterampilan menulis dan melakukan penelitian

Keterampilan sosial yang perlu dimiliki siswa, menurut John Jarolimek (1993 : 9), mencakup :

1. living and working together; taking turns; respecting the rights of others; being socially sensitive,

2. learning self-control and self-direction, 3. sharing ideas and experience with others.

Dari pendapat Jarolimek di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial terdiri dari aspek-aspek keterampilan untuk hidup dan bekerjasama, keterampilan untuk mengontrol diri dan orang lain,keterampilan untuk saling berinteraksi antara individu, saling bertukar pikiran dan pengalaman sehingga tercipta suasana yang menyenangkan bagi setiap anggota dari kelompok tersebut.

Keterampilan Sosial anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu. Keterampilan sosial ini antara lain adalah : kerja sama, komunikasi, dan mau mendengarkan pendapat orang lain (Pargito : 2010: 16). Konsep keterampilan sosial diterapkan dalam pembelajaran IPS, dapat dalam bentuk diskusi, bermain peran, musyawarah dan lain sebagainya.


(57)

Keterampilan sosial merupakan dasar bagi seseorang untuk hidup bermasyarakat, NCSS dalam Abdul (2009:65)mengemukakan kerterampilan yang harus dimiliki oleh seorang siswat adalah (1) keterampilan penelitian(research skill), (2) keterampilan berfikir(thinking skills), (3) keterampilan berpartisipasi sosial

(social participation skills), (4) keterampilan berkomunikasi (communication skills).

Keterampilan penelitian meliputi keterampilan mengumpulkan dan memproses data, keterampilan berfikir akan memberikan konstrbusi terhadap pemecahan masalah, dan berpartsipasi dalam kehidpan social, serta keterampilan untuk berrfikir kritis dan berfikir keatif, keterampilan berpartispasi social dapat melatih siSwa untuk bekerja sama dengan orang lain, dan keterampilan berkomunikasi melatih siswa untuk dapat memahamia orang Keterampilan dan kemampuan membaca peta dan globe.

Dalam pembelajaran IPS keterampilan sosial dijabarkan dalam empat macam keterampilan, yaitu :

a. keterampilan berfikir, keterampilan menguraikan,

menjelaskan,menggabungkan dan menggolongkan, merangkum, memperkirakan, membandingkan, mempersamakan dan membedakan, b. keterampilan sosial: kemampuan bekerjasama di dalam kelompok

(besar-kecil), menyumbangkan dan menerima pendapat di dalam tugas dan diskusi, emngembangkan kepemimpinan,


(58)

c. keterampilan akademis yaitu; kemampuan membaca, menulis, berbicara, mendengarkan, menafsirkan, menyimpulkan, memetakan, menjelaskan, dan menerangkan,

d. kemampuan meneliti ; kemampuan berkreasi dan menemukan hal-hal baru.

Menurut David dan Richard dalam Yulia (2009:38) menjelaskan bahwa keterampilan sosial adalah :

1. keterampilan penyelesaian konflik (Conflict Resolution Skills), dimana siswa diharapkan dapat menyelesaikan pembahasan mengenai konflik yang sering terjadi di dalam masyarakat,

2. keterampilan penelitian dan analisis (Reaearch and Analysis Skills), dalam hal ini memanfaatkan table, diagram, kurva, foto, gambar sejarah, gambar ekspresif untuk menggali informasi yang benar baik sebab maupun dampaknya,

3. keterampilan kronologi (chronology Skills), kemampuan mengenai urutan waktu, bagaimana memahami manusia, tempat- tempat berita yang mengarah pada waktu,

4. keterampilan keruangan, yang diawali dengan keterampilan menggunakan peta dan globe, menghitung skala dengan membandingkannya dengan jarak sebenarnya dimuka bumi, mengerti konsep arah angin, mengerti keterhubungan fenomena, konsep lokasi relative, hubungan jarak dan waktu,


(59)

5. keterampilan mengenal dan menggunakan referensi, seperti membaca atlas, peta, globe, eksiklopedia sejarah maupun eksiklopedia geografi, buku-buku referensi lain dan album sejarah.

Pembelajaran yang mengajarkan keterampilan sosial dapat menunjang pembelajaran IPS terutama membentuk warga Negara yang baik dan bertanggung jawab kepada bangsa dan Negara. Keberhasilan pembelajaran ketrampilan social akan didapat peserta didik dengan indikator.

2.1.3.2 Pengembangan Keterampilan Sosial dalam pembelajaran IPS

Sikap yang dimiliki oleh siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran yakni setiap siswa memiliki sikap ketampilan sosial. Ketrampilan social merupakan sikap yang dimiliki oleh setiap orang sebagai hasil dari proses belajar, tetapi sikap ini hanya sebagian saja yang diperoleh siswa di dalam kelas. Ketrampilan sosial akan terlihat apabila siswa dapat merealisasikan apa yang diperoleh dari hasil belajar mereka. Sebagai contoh tanggap akan keamanan di kelas, tanggap akan masalah kebersihan di kelas, tanggap akan iuran di kelas, tangap akan kewajiban sebagai individu, masyarakat dan sebagai warga Negara.

Upaya yang dilakukan salah satunya oleh seorang pendidik adalah minat sosial, menyusun bahan ajar yang berbasis ketrampilan social. Memasukkan social skill ke dalam penyusunan kurikulum pembelajaran. Memasukkan tujuan-tujuan dari berfikir sosial(Keterampilan berfikir kritis dan pemecahan masalah), kemampuan memahami fakta sosial, sikap-sikap sosial, kepercayaan, dan nilai-nilai misalnya


(60)

posisi dasar personal., keadaan sosial, minat terhadap kegiatan social dan Keterampilan menulis dan melakukan penelitian.

2.1.4 Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial

2.1.4.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu sosial (social science) atau ilmu pengetahuan sosial (social studies) adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia. Ilmu sosial menekankan penggunaan metode ilmiah. IPS tidak memusatkan diri pada satu topik secara mendalam melainkan memberikan tinjauan yang luas terhadap masyarakat.

Pendekatan interdisiplin dan lintas-disiplin dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor sosial dan lingkungan yang mempengaruhinya telah membuat banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu sosial.

Isi IPS tidak menekankan pada bidang teoritis saja, melainkan lebih pada bidang-bidang praktis dalam mempelajari masalah-masalah sosial yang terdapat di masyarakat. Studi Sosial tidak perlu akademis teoritis, pengetahuan praktis yang dapat di ajarkan pada tingkat persekolahan, yaitu mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi. Pendekatan IPS berbeda dengan pendekatan yang digunakan dalam Ilmu Sosial. Pendekatan IPS bersifat interdisipliner atau bersifat multidisipliner dengan menggunakan berbagai bidang keilmuan, sedangkan pendekatan yang digunakan Ilmu Sosial (Social Sciences) bersifat disipliner.


(61)

Proses pembelajaran pendidikan IPS dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Jenis pembelajarannya disesuaikan dengan apa yang terjadi dalam kehidupan sesuai dengan fakta tidak mengada-ada.

IPS program pendidikan tidak hanya menyajikan tentang konsep-konsep pengetahuan semata, namun harus pula mampu membina peserta didik menjadi warga negara dan warga masyarakat yang tahu akan hak dan kewajibannya, yang juga memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan bersama yang seluas-luasnya. Ilmu Pengetahuan Sosial menurut NCSS menjelaskan bahwa materi IPS merupakan perpaduan dari ilmu-ilmu social yaitu ekonomi, geografi, sejarah, ilmu politik dan sosiologi yang telah disederhanakan untuk tujuan pengajaran. (Sapriya, 2009:10)

Pembelajaran IPS merupakan kurikulum untuk mengembangkan kopetensi dan keterampilan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dam bernegara melalui Ilmu Sosial yang disederhanakan.

Ilmu Pengetahuan Sosial terdiri dari beberapa disiplin ilmu yang diuraikan sebagai berikut. Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana usaha manusia untuk dapat memenuhi kebutguhan hidupnya Ilmu ekonomi menjelaskan tentang bagaimana manusia memanfaatkan, mengelola sumberdaya untuk kebutuhannya.

Ilmu sosiologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana orang (sesame manusia) interaksi antr individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Ilmu geografi mempelajari bumi dan segala yang ada diatasnya dimana


(62)

saling ketergantungan satu sama lain. Geografi membahas interaksi manusia dalam berinteraksi dengan alam, yang terdiri dari ruang dan waktu.

2.1.4.2 Model-model Pembelajaran IPS

Salah satu prinsip utama dalam KTSP adalah pemberian kebebasan secara penuh kepada sekolah untuk merancang, dan merencanakan sendiri pembelajaran sesuai dengan kemampuan sekolah. Dalam hal ini analisis kebutuhan dan daya dukung serta kemampuan sekolah dengan sendirinya menjadi acuan dan pertimbangan dalam penyusunan, perancangan, dan perencanaan pembelajaran.

Model pembelajaran terpadu merupakan implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang terutama jenjang pendidikan dasar mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD/MI) maupun Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTS). Pembelajaran terpadu membawa peserta didik mendapat pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menyimpan konsep yang dipelajari sehingga peserta didik belajar secara menyeluruh, bermakna, autentik dan aktif. Pembelajaran terpadu dikemas dengan Tema yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami peserta didik.

Menurut Trianto tujuan model pembelajaran terpadu adalah ;

1. Memberikan wawasan bagi guru tentang apa, mengapa dan bagaimana pembelajaran terpadu pada tingkat pendidikan dasar dan menengah

2. Memberikan bekal ketrampilan kepada guru untuk dapat menyusun rencana pembelajaran .


(63)

Adapun model pembelajaran terpadu jenisnya pembelajaran terpadu model connected, model webbed, model integrated, model nested.

a. Model Terhubung (Connected)

Fogarti (dalam Trianto:2010) mengatakan bahwa Model terhubung (Connected)

merupakan model integrasi interbidang studi. Model ini mengintegrasikan satu konsep, ketrampilan, atau kemampuan yang ditumbuhkembangkan dalam pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang dikaitkan dengan konsep, ketrampilan atau kemampuan pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan lain dalam satu bidang studi.dengan konsep ini diharapkan pembelajaran akan lebih bermakna dan efektif.

Pembelajaran terpadu model connected memiliki kelemahan diantaranya; (a) dengan pengintergrasian ide-ide bidang studi, maka siswa memiliki gambaran yang luas sebagaimana suatu bidang studi yang terfokus kepada aspek tertentu, (b) siswa dapat mengembangkan konsep-konsep kunci secara terus menerus, sehingga terjadilah proses internalisasi, (c) mengintegrasikan ide-ide dalam interbidang studi memungkinkan siswa mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide dalam memecahkan masalah. (Trianto,2010: 40)

Sedangkan kelemahannya adalah berbagai bidang setudi masih tetap terpisah dan Nampak tidak ada hubungan meskipun hubungan-hubungan itu telah disusun secara eksplisit didalam satu bidang studi. (Trianto,2010: 41)


(64)

Gambar 2.1 Model Pembelajaran terpadu Webbed

b. Model Webbed

Pembelajaran tipe ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pengembangan pembelajaran dimulai dengan penentuan tema tertentu. Tema ini bias dikembangkan dari kesepakatan antara guru dan siswa, setelah tema disepakati kemudian dibuat sub-sub tema.

Pargito (2010: 44) menerangkan bahwa kelebihan model webbed atau jaring laba-laba ini adalah ; Model Pembelajaran terpadu Integrated :

1. bagi guru dapat memberikan wawasan yang luas dalam memandang suatu konsep dan model ini tidak sulit untuk diterapkan bahkan oleh guru baru sekalipun,


(65)

2. bagi siswa ada variasi terutama dalam melatih cara berfikir atau cara meninjau suatu masalah dan dapat memberikan suatu paying yang jelas dalam mempelajari berbagai konsep.

Kekurangan dari model ini adalah kesulitan dalam menentukan tema yang sesuai untuk beberapa bidang studi yang pela berfikirnya sangat berbeda. Juka tema yang terpilih bersifat dangkal sehingga tak mampu menyentuh konsep-konsep dasar yang menjadi tujuan sebenarnya dari kurikulum.

c. Model Integrated

Model ini menggunakan pendekatan antar bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan ketrampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa bidang studi. Pertama guru menyeleksi konsep-konsep , ketrampilan dan sikap yang diajarkandalam satu semester dari berbagai bidang studi dari beberapa bidang studi, dan dipilih konsep, sikap dan ketrampilan yang mempunyai keterhubungan eratdan tumpang tindih diantara bidang studi yang bermacam-macam.

Kelebihan model integrated adalah adanya kemungkinan pemahaman antar bidang studi, karena dengan memfokuskan pada isi pelajaran, strategi berfikir, ketrampilan sosial dan ide-ide penemuan lain, satu pelajara dapat mencakup banyak dimensi sehingga siswa, pembelajaran menjadi semakin diperkaya dan berkembang, mivasi siswa dalam belajar dan memberikan perhatian pada berbagai


(66)

bidang yang penting dalam satu saat, guru tidak perlu mengulang kembali materi yang tumpang tindih, sehingga tercapailah efektivitas pembelajaran.

Kekurangannya model integrated antara lain terletak pada guru, yakni guru harus menguasai konsep, sikap dan ketrampilan yang diprioritaskan, sulit menerapkan tip ini secara penuh, memerlukan tim antar bidang studi, baik perencanaan maupun pelaksanaannya, pengintegrasikan kurikulum dengan konsep masing-masing bidang studi.

2.1.5 Penelitian Pengembangan

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan (R & D). Penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunaan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. (Sugiono: 2010:; 407). Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang akan menghasilkan produk yang akan diuji keefektifan dari produk yang dibuat melalui penelitian pengembangan.

Penelitian pengembangan memiliki 3 komponen utama, yaitu; model pengembangan, prosedur pengembangan dan uji coba produk. Model pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan dihasilkan. Model pengembangan terdiri dari tiga model yakni model procedural, model konseptual dan model teoritik. Model procedural merupakan model yang bersifat deskiptif dengan menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti dalam membuat suatu produk. Model konseptual merupakan model yang bersifat


(1)

80

(g) = Tf – Ti Si-Ti Keterangan :

(g) = Gain Ternormalisasi Tf = Skor Post Test

Ti = Skor Pre Test Si = Nilai ideal

Kriteria Gain Ternormalisasi adalah bagai berikut - (g)≥ 0,70 memiliki kriteria tinggi - O,70>(g) ≥0,30 memiliki kiteria sedang - (g) < 0,30 memiliki kriteria rendah


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan deskrips, analisis data, dan pengembangan modul pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Berbasis Keterampilan Sosial untuk siswa kelas 8 semester 1 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Proses mengembangkan modul berbasis keterampilan sosial siswa kelas 8 semester I ini menggunakan alur penelitian pengembangan Borg and Gall dan desain pengembangan Dick and Carey. Hasil need asasement menggugah peneliti untuk mengembangkan modul yang mudah difahami oleh siswa, menarik dari sisi warna dan tampilan, dan bermanfaat dalam meningkatkan kompetensi dan motivasi siwa dalam pembelajaran.

2. Pembelajaran IPS menggunakan modul IPS berbasis keterampilan Sosial siswa SMP Kelas 8 lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan buku paket di sekolah. Keefektifan penggunaan modul berbasis keterampilan sosial ini dibuktikan melalui uji efektivitas menggunakan perbandingan nilai gain ternormalisasi dengan menunjukkan hasil efektivitas yang tinggi yakni 0,700. Uji statistik juga menunjukkan adanya perbedaan skor rata-rata pre test dan post test siswa kelas 8 yang diajarkan dengan modul


(3)

132

dengan siswa yang diajarkan menggunakan buku paket. Kendatipun hasil perhitungan statistiknya efektif produk modul yang dihasilkan memiliki kelemahan diantaranya Kelemahan dari modul yang dihasilkan adalah dari sisi kefektifan penggunaan bahasa yang kurang efektif dan efisien sehingga uraian materi menjadi panjang dan beberapa siswa sulit memahami. Keterbatasan peneliti dalam ilmu komputer membuat tata letak modul yang mungkin kurang pas dan menarik. Taraf perbaikan lebih lanjut akan dilakukan selanjutnya jika akan dimanfaatkan bagi khalayak banyak pada akhirnya, oleh karena itu produk yang dihasilkan belum sempurna dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan tersebut, maka saran-saran yang dapat diberikan Saran.

1. Bagi Guru agar dapat mengembangkan media pelajaran berupa modul, sebaiknya dilakukan untuk meningkatkan kreativitas dan upaya meningkatkan kualitas belajar mengajar.

2. Bagi siswa agar dapat memanfaatkan modul ini dengan benar maka pelajari sebaik-baiknya dan mintalah petunjuk guru apabila ada yang tidak difahami.

3. Bagi rekan mahasiswa yang akan melakukan penelitian pengembangan modul ini diharapkan dapat menjadi ide untuk lebih kreatif dalam mengembangkan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Azis. 2009. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka.

Andy, Sapta. 2009. Penelitian Pengembangan Research. [Online], (http://andy

sapta.blogspot.com/2009/01/pengembangan-bahan-ajar-6.html)

Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta : Gaung Persada Pres.

Arman. 2011. Keterampilan Sosial. [Online],

(

http://pendidikannasionalarman.blogspot.com/2011/02/keterampilan-sosial.html) di akses pada tanggal 28 Desember 2011

Banks, James. A dan Ambrose. A.Clegg. J. R. 1990. Teaching Strategies For The

Social Studies. Longman: New York & London.

Dick, W. & Carey. L. 2001. The Sistemic Desaign of Instruction (5 thed). New York: Addision-Wesley Educational Publisher Inc.

Jarolimek. J. 1993. Social Studies in Elementary Education. New York : Mc.Millan Publishing.

Marwanard. 2011. Pengertian dan Karakteristik Modul. [Online],

(

http://marwanard.blogspot.com/2011/11/modul-merupakan-bahan-ajar-cetak-yang.html.), di akses pada tanggal 28 Desember 2011

Meredith Damien Gall. 1989. Educational Research. New York: Longman. Miarso, Yusuf . Hadi. 2008. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi

dalam Pendidikan di Era Globalisasi, Makalah Seminar Nasional The

Power of ICT in Education. Jakarta: PPS Cipta.

Munadi, Yudhi. 2010. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta : Gaung Persada Press.

Pargito. 2009. Penelitian dan Pengembangan Bidang Pendidikan, Bandar Lampung.


(5)

Pargito. 2010. IPS Terpadu. Bandar Lampung.

Pidarta, Made. 2000. landasan Kependidikan, stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak

Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta.

Ranee. 2009. Teori Belajar menurut BF. Skinne., [Online],

(

http://raneefiqolby.blogspot.com/2009/11/teori-belajar-menurut-bf-skinner.html, di akses pada tanggal 25 Februari 2012.

Rosyid. 2010. Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Penulisan Modul. [Online],

(

http://www.rosyid.info/2010/06/pengertian-fungsi-dan-tujuan-penulisan.html, diakses pada tanggal 20 Desember 2012).

Sagala, Saiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran . Alfabeta : Bandung. Satria, 2011. Pengertian Keterampilan Sosial (Social Skill). [Online],

(

http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/2176661-pengertian-keterampilan-sosial-social-skill/, diakses pada tanggal 20 Desember 2012).

Sanjaya, Wina. 2005. Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Solihatin, Etin dan Raharjo. 2009.Cooperative Learning. Analsis Model

Pembelajaran IPS. Jakarta : Bumi Aksara.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Suprawoto. 2009. Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul. [Oline]

(

http://www.scribd.com/doc/16554502/Mengembangkan-Bahan-Ajar-dengan-Menyusun-Modul).

Susilana Rudi dan Cepi Riyana. 2007. Media Pembelajaran. Bandung : Wacana Prima.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta.

Suciati dan Irawan Prasetya. 2001. Media PembelajaranTeori Belajar dan

Motivasi, Jakarta : Depdiknas, Dirjen, PT. PAU-UT.

Smith, Mark K. 2009. Teori Pembelajaran dan Pengajaran. Yogyakarta : Mirza MediaPustaka.

Saputri. Sri. 2012. Kondisi Belajar Robert Gagne. [Online],

(http://10008ss.blogspot.com/2012/09/kondisi-belajar-robert-gagne.html) .


(6)

Santyasa Wayan I. 2009. Metode Penelitian Pengembangan dan Teori

Pengembangan Modul. Denpasar : Universitas Ganesya.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Umaya, Ika. 2012. Teori Belajar Bruner. [Online],

(http://umayaika.wordpress.com/2012/04/16/teori-belajar-bruner. diakses