Menurut Pokok Tindakan Komunikatif Habermas

31 kehendak semua volonté de tous – the will of all . Kehendak semua ini merupakan ancaman serius terhadap model negara Rousseau. Artinya, dalam pembentukan suatu negara akan ada pihak yang setuju dan pihak yang tidak setuju. Ia merancang langkah yang perlu dilakukan untuk mengatasi keadaan yang demikian, yaitu, “jika ada masyarakat yang berpihak mayoritas terhadap satu suara, mereka disarankan untuk memperbesar jumlahnya hingga mereka menjadi kehendak umum.” 43 Konsepsi seperti ini dapat dipahami sebagai suatu ajang komunikasi berbekal informasi yang memadai untuk membuat perbedaan menjadi kecil dan lama-kelamaan di dalam komunikasi itu akan memunculkan kehendak umum, dan keputusan yang diambil selalu baik. Komunikasi itu meliputi pendapat-pendapat warga berdasar pada kepentingan pribadi, yang jelas berbeda-beda, akan terhapus dan yang tinggal hanyalah resultan yang sama, ada dalam tiap individu, atau disebut juga mewakili kepentingan bersama. 44

2. Menurut Pokok Tindakan Komunikatif Habermas

Berdasarkan refleksi atas beberapa teori para tokoh yang menjadi acuan, Habermas menyimpulkan bahwa tindakan antar manusiainteraksi sosial di dalam sebuah masyarakat pada dasarnya bersifat rasional. Sifat itu tampak pada kenyataan bahwa aktor mengorientasikan diri pada pencapaian pemahaman satu sama lain. Kata “pemahaman” di sini dapat berarti mengerti suatu ungkapan yang diberikan, atau bisa juga berarti persetujuankonsensus, yang sering disebut sebagai pencapaian kesepakatan. Dengan kata lain, rasio komunikatif mengarahkan seluruh proses pemakaian bahasa, ungkapan-ungkapan non-verbal dan pengambil-alihan perspektif 43 Rousseau, The social…, 173. 44 Russel, History …, 724-25. 32 orang lain sedemikian rupa sehingga akhirnya dapat saling mengerti satu dengan yang lainnya. Kesaling-mengertian ini adalah syarat mutlak pencapaian konsensus bebas kekerasan, konsensus dicapai dengan penerimaan intersubjektif – tidak ada yang dipengaruhi untuk suatu orientasi keberhasilan subjektif apapun. 45 Seseorang yang telah memperoleh kompetensi interaktif pada level tertentu akan membentuk suatu kesadaran moral pada level yang sama sejauh struktur motivasional ini tidak menghalanginya ketika berpegang pada struktur tindakan sehari-hari dan juga dalam menyelesaikan konflik konsensual. 46 Manusia memiliki dua orientasi tindakan, yaitu pertama , tindakan yang berorientasi pada pencapaian sukses-strategis atau sering juga disebut tindakan rasional-bertujuan; kedua , tindakan yang berorientasi pada pencapaian konsensus atau tindakan komunikatif. 47 Model tindakan rasional-bertujuan berorientasi mencapai hasil, dengan telah disusun rapi ke dalam bentuk tujuan-tujuan yang jelas. Model tindakan ini dibagi menjadi dua, yaitu tindakan instrumental , yang bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dalam konteks relasi dengan dunia fisik, di mana mencapai sesuatu menggunakan aturan-aturan yang bersifat teknis; dan tindakan strategis , yang bertujuan untuk mempengaruhi orang lain demi mencapai beberapa tujuan yang bersifat partikular berdasarkan aturan-aturan pilihan rasional. 48 Namun, lain halnya dengan tindakan komunikatif . Orientasi utama aktor tidak diatur dengan kalkulasi egosentrisme keberhasilan, melainkan dengan tindakan-tindakan 45 Hardiman, Demokrasi …, 34-5. 46 Thomas McCathy, Teori Kritis Jürgen Habermas Bantul: Kreasi Wacana, 2009, 448. 47 Habermas, The Theory of Communicative Action Vol. 1 …,285. 48 Ibid. 33 pencapaian pemahaman. Para aktor mengejar tujuan-tujuannya asalkan mereka dapat mengharmoniskan rencana tindakan mereka berdasarkan pada definisi situasi yang sama. Mereka mencapai persetujuan dan kesalingpahaman antara dua aktor atau lebih tentang “sesuatu” yang ada di dunia. 49 Setiap aktor yang bertindak dengan komunikatif secara langsung sudah menerima berbagai klaim-klaim validitas di dalam ucapan dan tindakan, sehingga mereka mampu berargumentasi ketika validitas pernyataan mereka dipertanyakan. Suatu tindakan berbicara dapat dianggap sebagai tindakan komunikatif jika aktor-aktor memiliki situasi perbincangan ideal dan klaim-klaim validitas telah terpenuhi. 50 Dengan kata lain, konsensus tersebut hanya dapat dicapai melalui persyaratan- persyaratan validitas. 51 Arena diskursus untuk mencapai konsensus ini merupakan arena di mana setiap orang memandang diri mereka sebagai mahluk rasional yang mampu berargumentasi atas pernyataan-pernyataan mereka. Inilah yang disebut sebagai posisi deliberatif , di mana tiap orang bertindak rasional dan mengambil bagian dalam “kondisi keberpikiran.” 52 Deliberatif mempunyai arti menimbangmusyawarah. Pengertian ini berada di konteks publik politis. Hardiman mengatakan bahwa demokrasi liberatif lebih mementingkan prosedur dalam suatu diskursus dengan persoalan kesahihan keputusan-keputusan kolektif. Kesemua ini keluar sebagai opini publik dan Habermas 49 Ibid., 286. 50 Pauline Johnson, Habermas: Rescuing the Public Sphere New York: Routledge, 2006, 42. 51 Ibid. 52 Reza A. A. Watimena, Melampaui Negara Hukum Klasik: Locke-Rousseau-Habermas Jogjakarta: Kanisius, 2007, 106. LIhat juga Fred Rush ed., The Cambridge Companion to Critical Theory Cambridge: Cambridge University Press, 2004, 200. 34 mempunyai cara untuk mengatasi opini mayoritas yang diklaim legitimitasnya menjadi opini publik. 53 Tujuan-tujuan kolektif yang disepakati lewat diskursus-diskursus etis politis pada akhirnya masih dipersoalkan dengan menghadapkan kepentingan-kepentingan di dalamnya dengan asas universalisasi. Diskursus tersebut disebut diskursus moral, karena di dalamnya para aktor berupaya untuk menguji kontribusi-kontribusi yang masuk dengan pertanyaan apakah kontribusi-kontribusi itu dapat diuniversalkan sebagai kepentingan bersama atau dapat dijadikan acuan etis-pragmatis. Diskursus moral tidak hanya menuntut kesediaan untuk meninggalkan preferensi-preferensi subjektif, melainkan juga kesediaan untuk melampaui perspektif yang dibatasi oleh etnosentrisme mengambil jarak terhadap dunia kehidupan kultural dan konsepsi mereka tentang hidup yang baik. Dari sini timbullah perundingan-perundingan yang akan menemukan keseimbangan. “Apakah yang harus dilakukan orang jika nilai-nilai atau kepentingan-kepentingan yang didiskusikan bertentangan sehingga konsensus tentangnya menjadi mustahil? Bila orang hendak melanjutkan komunikasi, orang harus mencari kompromi berbagai pihak dengan cara menoleransi berbagai alasan atau keyakinan etis-politis dan menemukan keseimbangan. ” 54

E. Kesadaran Kolektif Menurut Emile Durkheim

Dokumen yang terkait

Bab 1 Berkomitmen Terhadap Pancasila Sebagai Dasar Negara

0 9 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi tentang Alasan Penerimaan Para Pendiri Negara terhadap Pancasila sebagai Dasar Negara

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi tentang Alasan Penerimaan Para Pendiri Negara terhadap Pancasila sebagai Dasar Negara T2 752010008 BAB I

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi tentang Alasan Penerimaan Para Pendiri Negara terhadap Pancasila sebagai Dasar Negara T2 752010008 BAB IV

0 0 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi tentang Alasan Penerimaan Para Pendiri Negara terhadap Pancasila sebagai Dasar Negara T2 752010008 BAB V

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Negara Hukum Pancasila (Analisis terhadap Undang-Undang Dasar 1945 Pra dan Pasca Amandemen) T2 322010004 BAB I

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Negara Hukum Pancasila (Analisis terhadap Undang-Undang Dasar 1945 Pra dan Pasca Amandemen) T2 322010004 BAB II

0 6 99

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Negara Hukum Pancasila (Analisis terhadap Undang-Undang Dasar 1945 Pra dan Pasca Amandemen) T2 322010004 BAB IV

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kemanusiaan Pancasila Perspektif Sukarno T2 752012006 BAB II

0 0 29

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA ADMINISTRASI_NEGARA ADMINISTRASI_NEGARA

0 0 7