10
BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL
A. Teori-teori Tindakan Komunikatif
Menurut Jurgen Habermas, setidak-tidaknya secara konseptual ada empat model tindakan, yaitu berturut-turut: 1 tindakan teleologis, 2 tindakan yang diatur secara
normatif, 3 tindakan dramaturgis, 4 tindakan komunikatif. Keempat tindakan itu ialah,
1
Pertama, teori tindakan teleologis
. Tindakan ini diorientasikan pada tujuan dari setiap langkah atau keputusan yang diambil, yang memanfaatkan sarana dan penerapan
cara yang tepat. Tindakan ini diperluas menjadi model tindakan strategis karena proses perhitungan sarana dan langkah-langkah yang tepat diambil untuk mencapai tujuan
bersama tentunya dengan persetujuan aktor lainnya. Tindakan ini dilihat sebagai pembuka aspek rasionalitas tindakan,
2
tindakan rasionalitas-bertujuan yang menyoroti aktivitas bertujuan. Habermas mengatakan bahwa dalam tindakan ini diyakini adanya
relasi antara aktor dengan keadaan yang sedang berjalansituasi pada saat itu.
3
Layaknya ada dua subjek yang sedang akan melakukan tindakan bertujuan untuk mencapai suatu tujuan bersama, salah satu subjek bertindak secara strategis dengan
1
Jürgen Habermas, The Theory of Communicative Action Vol. 1: Reason and Rasionalization of Society
adalah versi terjemahan karya Habermas oleh Thomas McCharty dari bahasa Jerman Theorie des Kommunikativen Handelsn, Band 1:
Handlungsrationalität und gesellschaftliche Rationalisierung Boston: Beacon Press, 1984.
2
Ibid ., 86.
3
Roger Bolton, “Habermas‟ Theory of Communicative Action and The Theory of Social Capital” makalah yang dibawakan pada rapat Association of American Geographers Denver: Colorado,
April 2005, 7.
11
membekali diri melalui kemampuan kognitif untuk membentuk keyakinan tentang segala keadaan yang melalui persepsinya sendiri dan mengembangkan maksud-maksud
dengan tujuan mewujudkan hal-hal yang diinginkan dalam sistem pengambilan keputusan.
4
Di sinilah dapat dilakukan klaim kebenaran dan efektifitas.
Kedua, teori tindakan yang diatur secara normatif
. Jikalau tindakan teleologis merupakan tindakan yang bergerak dengan model bawah subjek atau aktor menuju ke
atas kesepakatan yang akan dijalin bersama, maka tindakan ini bergerak dengan model dari atas ke bawah. Aktor diharapkan untuk pemenuhan perilaku terhadap norma yang
telah disepakati. Aktor di dalam lingkungannya mengorientasikan tindakannya kepada nilai-nilai bersama. Konteks sosial berisi konteks normatif yang jadi dasar bagi
interaksi-interaksi dalam totalitas yang relasi antar pribadi, artinya aktor selain berelasi terhadap keadaan situasinya dengan tujuan pribadinya pada saat itu, juga ia berelasi
dengan dunia sosial yang menjadi bagian dari aktor sebagai subjek yang memiliki peran tertentu. Di sinilah dapat dilakukan klaim terhadap ketepatan normatif klaim validitas
normatif, artinya klaim yang menyatakan validitas sesuatu kepada kelompok orang yang dituju. Suatu norma dikatakan valid secara ideal ketika dia memperoleh pengakuan
dari orang-orang yang terikat dengannya karena norma tersebut mengatur persoalan tindakan dalam kepentingan bersama.
5
Dalam tindakan ini juga terdapat model pembelajaran internalisasi nilai. Tindakan dinilai berdasarkan apakah tindakan tersebut sejalan atau menyimpang dari
konteks normatif yang ada, yaitu benar tidaknya tindakan tersebut berdasarkan konteks
4
Habermas, The Theory of Communicative Action Vol. 1 …, 87.
5
Ibid., 88.
12
normatif yang diakui keabsahannya. Aktor masih belum dapat atau diandaikan sebagai sebuah dunia yang bisa menjadi tempat dia melakukan refleksi.
6
Ketiga, teori tindakan dramaturgis
. Aktor mengungkapkan citra tertentu di hadapan masyarakat, suatu kesan tentang dirinya sendiri, mengungkapkan sisi
subjektivitasnya. Konsep presentasi diri yang mengakibatkan pembentukan ekspresi pengalaman sendiri untuk ditunjukkan kepada audiens. Model dalam tindakan ini
digunakan dalam deksripsi interaksi yang diorientasikan secara fenomenologis. Habermas mengakui tindakan dramaturgis ini diperkenalkan pertama kali oleh
Goffman.
7
Melalui perspektif tindakan ini, dapat dipahami bahwa tindakan sosial sebagai perjumpaan yang di dalamnya partisipan membentuk sesuatu yang bersifat
publik yang dapat diperlihatkan dan saling ditampilkan.
8
Habermas menekankan pada perkataan „perjumpaan‟ dan „pertunjukan‟ sebagai konsep kuncinya. Menurutnya, suatu pertunjukan memungkinkan sang aktor
menampilkan dirinya di hadapan orang lain dengan cara tertentu, dalam menampilkan sesuatu yang berasal dari subjektivitasnya, ingin diperhatikan publik dengan cara
tertentu. Bagaimana pun juga, hal itu bersifat konstitutif bagi interaksi sosial secara umum selama hal-hal tersebut hanya dilihat di dalam aspek pribadi-pribadi yang
berjumpa satu sama lain.
9
Dalam kaitan dengan penampilan diri, apakah saat itu aktor mengekspresikan pengalaman yang dimilikinya, apakah dia bersungguh-sungguh dengan yang dia
katakanekspresikan, atau dia hanya mengarang pengalaman yang dia ekspresikan kesan palsu. Bagi Habermas, sangat tepat jika tindakan dramaturgis dikelompokkan
6
Ibid., 89.
7
Lih.juga E. Goffman, The Presentation of Self in Everyday life New York, 1959.
8
Habermas, The Theory of Communicative Action Vol. 1.
9
Habermas, The Theory of Communicative Action Vol. 1 …, 91.
13
sebagai konsep yang meyakini adanya dua dunia, yaitu dunia internal dan dunia eksternal. Ujaran-ujaran ekspresif menampilkan subjektivitas sebagai suatu yang
terpisah dari dunia eksternal, aktor siap mengobjektifkan dirinya terhadap dunia eksternal.
10
Keempat, teori tindakan komunikatif
. Tindakan ini mengacu pada interaksi dari paling tidak dua orang subjek yang dapat berbicara dan bertindak, yang
membangun hubungan antar personal. Aktor berusaha mencapai pemahaman tentang situasi tindakan dan rencana bertindak untuk mengoordinasikan tindakan mereka
melalui kesepakatan. Masing-masing aktor melakukan interpretasi terhadap definisi- situasi yang menjurus kepada terjadinya konsensus. Habermas menekankan bahasa
media linguistik sangat penting dalam tindakan komunikatif ini.
11
Dalam hal tindakan ini harus dijelaskan pengertian seperti apa tercapainya pemahaman dalam bahasa dipandang sebagai mekanisme yang mengoordinasikan
tindakan. Habermas dengan sengaja menekankan hanya dalam tindakan komunikatif, karena tiga alasan:
perta ma,
dalam tindakan teleologis, bahasa digunakan hanya sebagai media pembicara yang ingin mencapai keberhasilannya sendiri.
Kedua,
dalam hal tindakan normatif, di mana bahasa digunakan sebagai media yang mentransmisikan
nilai-nilai budaya dan membawanya ke suatu konsensus yang semata-mata direproduksi lewat tindakan pemahaman tambahan masing-masing. Artinya, bahwa tindakan
konsensual dari orang-orang yang hanya mengaktualisasikan kesepakatan normatif yang
10
Ibid., 93.
11
Ibid., 86. Lih.juga bunga rampai Arbeitsgruppe Beilefelder Soziologen, Alltagswissen, Interaktionund gesselschaftliche Wirklichkeit
, jilid 2 Hamburg, 1973; Lih.juga H. Steinert, “Das Handlungsmodell des symbolischen Interaksinionismus” dalam H. Lenk, ed., Handlungstheorien,4
Munich: 1977.
14
telah ada.
12
Ketiga
, dalam hal tindakan dramaturgis bahasa digunakan sebagai media presentasi-diri. Bahasa diasimilasikan ke dalam bentuk ekspresi stilistik, yaitu
penggunaan bahasa dan gaya bahasa dan estetis.
13
Sedangkan tindakan komunikatif lebih mengutamakan bahasa sebagai media komunikasi bebas tekanan, di mana
pembicara dan pendengar dalam berelasi dan berkomunikasi secara simultan merujuk pada hal-hal yang ada di dunia objektif
– yang sedang terjadi.
14
B. Konsep Komunikasi dalam Pandangan Habermas