Warna Primer disebut juga dengan warna pokok atau warna yang tidak Warna Sekunder merupakan warna hasil pencampuran dua warna

Ngoko, sinjang disebut jarik. Ukuran sinjang biasanya 110 cm x 260 cm . Sinjang berbentuk kain batik yang cara pemakaiannya dibalutkan pada tubuh dengan batas atas dada sampai pergelangan kaki. Sinjang dan dodot atau kampuh merupakan bagian busana Jawa yang sangat penting. Penggunaan sinjang tidak boleh sembarangan. Pemakaian sinjang didahului dengan membuat wiru lipatan pada kain batiknya. Wiru ini bermakna manusia yang semula remaja akan tumbuh menjadi dewasa. Pembuatan wiru dimulai dari ujung kain batik yang dijahit. Kemudian dilipat bolak-balik sampai ¾ panjang sinjang. Lebar lipatan untuk laki-laki biasanya 7 cm atau jika diukur dengan menggunakan jari, umumnya selebar 3 jari. Sedangkan lebar lipatan wiru untuk wanita biasanya 3,5 cm atau selebar 1,5-2 jari. Lipatan yang pertama dilipat ke arah dalam, sehingga garis ujung sinjang yang berwarna polos tidak kelihatan ketika digunakan. Hal ini sesuai dengan wiron gaya Surakarta. Sebaliknya, wiron gaya Yogyakarta justru memperlihatkan garis wiron. Cara pemakaian sinjang yaitu dengan membalutkan sinjang pada tubuh dari kanan ke kiri. Wiru ditempatkan di tengah. Balutan bagian dalam harus lebih tinggi dari balutan luar sehingga ujung bawah sinjang nantinya tidak kelihatan karena tertutup ujung sinjang luar.

2. Selendang

Menurut Kamus Mode Indonesia 2011: 187, kain selendang merupakan kain panjang berukuran 0,50m x 1,25m. Kain selendang bisa dikenakan oleh wanita maupun pria, mulai dari bayi sampai orangtua dari zaman dulu hingga kini sebagai pelengkap pakaian atau penghangat badan. Cara pemakaian selendang bisa dengan diselempangkan atau disampirkan menurut selera si pemakai. Untuk bayi, selendang bisa digunakan sebagai lilitan Jawa: bedhong atau sebagai selimut. Gambar 15. Kain Sinjang Sumber: https:scontent.cdninstagram.comhphotos-xaf1t51.2885-15s320x320e35