7. Pola memanjat: merupakan motif yang disusun pada garis tegak lurus
kemudian motif memanjat atau naik dengan cara membelit atau merambat
ke atas pada garis tegak lurus. 8.
Pola menurun: merupakan motif yang disusun pada garis tegak lurus
kemudian motif menurun dengan cara membelit-belit atau merambat ke
bawah pada garis tegak lurus. 9.
Pola sudut: pola ini bertujuan untuk menghidupkan sudut benda dan tidak
dapat diletakkan pada bidang lingkaran. Selain itu, penempatan motif pada
sudut mengarah ke luar. 10.
Pola bidang berurutan: merupakan motif yang disusun pada bidang
geometris segi tiga, segi empat, dan sebagainya secara berurutan atau
beraturan. 11.
Pola memusat: merupakan motif yang disusun pada permukaan benda yang mengarah ke bagian benda atau ruangan.
12. Pola memancar: merupakan motif yang disusun pada permukaan benda
yang bertolak dari fokus pola hias. Pola memancar mengarah ke luar
seperti benda yang bersinar memancarkan cahaya.
E. Pengubahan Bentuk
Kartika 2004: 42 menjelaskan bahwa di dalam pengolahan objek akan terjadi perubahan wujud sesuai dengan selera maupun latar belakang sang
seniman.
Perubahan wujud tersebut antara lain:
1. Stilisasi
Merupakan cara penggambaran untuk mencapai keindahan dengan cara menggayakan objek atau benda yang digambar. Stilisasi dilakukan dengan
menggayakan setiap kontur pada objek atau benda yang digambar. Contoh karya seni yang banyak menggunakan bentuk stilisasi yaitu penggambaran
ornamen pada tatah sungging kulit, ukiran Jepara, ukiran Bali, motif batik, dan sebagainya.
2. Distorsi
Merupakan penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian karakter dengan cara menyangatkan wujud-wujud tertentu pada benda atau
objek yang digambar. Misalnya, pada penggambaran topeng berwarna merah dengan mata melotot untuk menyangatkan bentuk dari karakter figur tokoh
angkara murka pada topeng Raksasa dari Wayang Wong di Bali atau topeng Klana dari cerita Panji di Jawa.
3. Transformasi
Merupakan penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian karakter dengan cara memindahkan wujud atau figur dari objek lain ke objek
yang digambar. Contohnya seperti penggambaran manusia berkepala binatang pada pewayangan untuk menggambarkan perpaduan sifat antara manusia dan
binatang atau manusia setengah dewa di mana semuanya mengarah pada penggambaran wujud untuk mencapai karakter ganda.