JUDUL INDONESIA: Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) Dalam Penerapan Panca Usahatani Jagung Serta Hubungannya Dengan Tingkat Kemajuan Usahatani Jagung Di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan JUDUL INGGRIS: (Agricultural Extension Workers’ Perf

(1)

Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) Dalam Penerapan Panca Usahatani Jagung Serta Hubungannya Dengan Tingkat Kemajuan Usahatani Jagung Di

Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan ABSTRAK

Oleh

Nyoman Riadi1, Irwan Efendi2, Begem Viantimala2

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Tingkat kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dalam penerapan panca usahatani jagung di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan. (2)Tingkat kemajuan usahatani jagung di Kecamatan Ketapang kabupaten Lampung Selatan. (3)Hubungan antara kinerja PPL dengan penerapan panca usahatani jagung dan tingkat kemajuan usahatani jagung di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian dilakukan di Kecamatan Ketapang, Kabupaten Lampung Selatan pada bulan September sampai oktober 2013. Responden dalam penelitian ini terdiri dari 10 PPL dan 30 kelompok tani yang dipilih secara sengaja. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan pengujian hipotesis menggunakan analisis statistik non parametrik Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan (1)Tingkat kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dalam penerapan panca usahatani jagung adalah tinggi. Kinerja PPL yang meliputi identifikasi masalah usahatani, penyusunan rencana kerja, pembinaan terhadap kelopok tani jagung, transfer ilmu dan teknologi pertanian juga tinggi kecuali pada kerjasama PPL dengan instansi terkait adalah sedang. (2)Tingkat kemajuan usahatani jagung di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan adalah tinggi. Indikator kemajuan usahatani jagung yang meliputi pendapatan, produktivitas dan penggunaan input modern secara keseluruhan juga tinggi. (3)Ada hubungan yang nyata antara kinerja PPL dengan penerapan panca usahatani jagung, namun tidak terdapat hubungan yang nyata antara kinrja PPL dengan tingkat kemajuan usahatani jagung dan penerapan panca usahatani jagung dengan tingkat kemajuan usahatani jagung.

Kata kunci: Kinerja PPL, Penerapan Panca Usahatani Jagung, Kemajuan Usahatani Jagung

1

Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Lampung 2


(2)

Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) Dalam Penerapan Panca Usahatani Jagung Serta Hubungannya Dengan Tingkat Kemajuan Usahatani Jagung Di

Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan

(Agricultural Extension Workers’ Performance in Implementing Panca Usaha Tani in Corn Farming and Its Correlation with the Advancement of Corn Farming In

Ketapang District South Lampung Regency)

Nyoman Riadi, Irwan Efendi, Begem Viantimala ABSTRACT

The objectives of this research are to find out (1) Agricultural Extension Workers’ performance level in implementing Panca Usaha Tani (Five Principles of Agricultural Modernization Package) in Ketapang district, South Lampung regency, (2) level of corn farming advancement in Ketapang district, South Lampung regency, (3) correlation between Agricultural Extension Workers’ performance and the implementation of Panca Usaha Tani in corn farming, and the level of corn farming advancement in Ketapang district, South Lampung. This research was conducted in Ketapang district, South Lampung regency from September to October 2012. Respondents in this research were 10 Agricultural Extension Workers and 30 farmer groups intentionally determined. The research method applied was a survey method. Data were analyzed through a descriptive method, and correlations among variables

were tested using Rank Spearman’s correlation. The results showed that (1) Agricultural Extension Workers’ performance level in implementing Panca Usaha Tani in corn farming was high. Agricultural Extension Workers’ performance including agricultural issues identification, work plan preparation, corn farmer groups fostering, knowledge and agricultural technology transfer were also high, yet, the cooperation of Agricultural Extension Workers with related agencies was fair. (2) the level of corn farming advancement in Ketapang district, South Lampung Regency was high. The indicators including income, productivity, and the use of modern input were also high overall. (3) There was a real correlation between Agricultural Extension Workers’ performance with the implementation of Panca Usaha Tani in corn farming, but there was no real correlation between Agricultural Extension Workers’ performance with the advancement of corn farming and the implementation of Panca Usaha Tani in corn farming with the advancement of corn farming.

Key words: Agricultural Extension Workers’ performance, implementation of Panca Usaha Tani in corn farming, advancement of corn farming


(3)

KINERJA PENYULUH PERTANIAN LAPANG (PPL) DALAM PENERAPAN PANCA USAHATANI JAGUNG SERTA HUBUNGANNYA DENGAN

TINGKAT KEMAJUAN USAHATANI JAGUNG DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(Studi Kasus di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan) Oleh

NYOMAN RIADI Skripsi

Sebagai Salah SatuSyaratuntukMencapaiGelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Program StudiAgribisnis

FakultasPertanianUniversitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Bali Agung Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan pada tanggal 29 Desember 1989. Penulis adalah putra ke dua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Made Juta dan Ibu Nyoman Mastri.

Penulis menyelesaikan studi Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Bali Agung Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2002, Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP Negeri 2 Palas pada tahun 2005, Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 10 Bandar Lampung pada tahun 2008. Penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis pada tahun 2008 melalui jalur Ujian Mandiri (UM).

Penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tirta Kencana, Kecamatan Pulung Raharjo, Kabupaten Tulang Bawang Barat. Penulis melakukan Praktik Umum (PU) di Sub Terminal Agribisnis (STA) PT. Mitra Tani Parahiyangan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012. Penulis pernah menjadi Bendahara Umum Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (HIMASEPERTA) masa kepengurusan periode 2011/2012.


(8)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat–Nya jualah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penyelesaian skripsi yang berjudul “Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dalam Penerapan Panca Usahatani Jagung serta Hubungannya dengan Tingkat Kemajuan Usahatani Jagung di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan ”, banyak pihak yang telah memberikan bantuan, nasehat, serta saran-saran yang membangun, karena itu dengan rendah hati penulis mengucapakan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Effendi, M. S., selaku pembimbing pertama yang telah membimbing dan mengarahkan penulis tentang penulisan skripsi,

2. Ibu Ir. Begem Viantimala, M.Si., selaku pembimbing yang senantiasa dengan sabar memberikan masukan, bimbingan dan motivasi dalam penulisan skrispi. 3. Ibu Ir Indah Nurmayasari, M.Sc selaku pembahas yang telah memberikan

saran dan arahan dalam penulisan skrispi.

4. Ibu Indah Listiana, S.P., M.Si selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan nasehat-nasehat yang memotivasi penulis dalam penulisan skripsi.


(9)

5. Dr. Ir. F. E. Prasmatiwi, M.S., selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. 6. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

7. Sembah sujud baktiku kepada kedua orang tuaku bapak dan Ibu tercinta, Made Juta dan Nyoman Mastri, yang selalu senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan, keringatnya yang merupakan suatu pengorbanan untuk penulis. 8. Teruntuk saudariku Made Eka Santi dan Ketut Putri terima kasih atas kasih

sayang, materi dan doanya yang selalu mengiringi langkah penulis untuk mencapai keberhasilan.

9. Sahabat-sahabatku Ariansah S.D, Anggi Nastiti, Edlin Sarasmitha, Finko H.N Haris Permaja, Khusnu Febriyanto, M. Fariando Marga, Rizki Fathonie, Riski Dwi Saputra, dan Vitho Yerriandha yang selalu ada dikala susah maupun senang, yang selalu membantu dan memotivasi jika sedang terjatuh hingga mencapai gelar ini. 10.Saudara-saudari kampusku, angkatan 2007 yang tidak bisa disebutkan satu

persatu namanya, serta angkatan 2008 Eka Fitriani, Fitria. M, Handini, Kartini, Lika Masesah, Bina M Zen dan kawan-kawan yang lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis,

11.Adek-adek Agribisnis angkatan 2009, 2010, dan 2011, Tika Leoni Putri, Dedeh Kurniasih, Kurniasih, Agum M Iqbal, Kemas M Fahri, Adriez F, Rendi Robian, Mandala, Doni Tri Harsetyo, M Faizal, Altri Septian, Riza


(10)

Alviansyah, Adin dan lain-lain yang telah memberikan bantuan, dukungan serta sarannya kepada penulis.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Februari 2014 Penulis


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 13

C. Kegunaan Penelitian ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka... 14

1. PPL dan peranannya dalam pembangunan pertanian ... 14

2. Kinerja penyuluh pertanian lapangan ... 20

3. Deskripsi komoditas jagung ... 26

4. Pengertian usahatani dan indikator kemajuan usahatani ... 31

5. Teknologi pertanian ... 36

6. Produktivitas ... 37

7. Referensi dari penelitian terdahulu ... 38

B. Kerangka Pemikiran ... 40

C. Hipotesis ... 44

III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi ... 45

1. Variabel bebas (X) ... 45

2. Variabel terikat (Y) ... 55

3. Variabel terikat (Z) ... 60

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 63

C. Metode Penelitian, Pengumpulan Data, dan Pengambilan Sampel ... 64

D. Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 64

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 66

B. Karakteristik Tanah dan Iklim ... 69

C. Sumber Daya Manusia... 70


(12)

1. Umur ... 75

2. Pendidikan ... 76

B. Deskripsi Variabel Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang dalam Penerapan Panca Usahatani Jagung dan Hubungannya dengan Kemajuan Usahatani Jagung ... 78

a. Identifikasi Masalah Usahatani Jagung ... 78

b. Penyusunan Rencana Kerja ... 80

c. Pembinaan terhadap Kelompok tani Jagung ... 82

d. Transfer Ilmu dan Teknologi Pertanian ... 83

e. Hubungan Kerjasama PPL dengan Instansi Terkait ... 85

C. Deskripsi Variabel Penerapan Panca Usahatani Jagung ... 89

a. Penggunaan Benih Unggul ... 90

b. Cara Bercocok Tanam/Pengolahan Lahan ... 91

c. Pengairan/Drainase ... 93

d. Pemupukan ... 94

e. Pemeliharaan/Pengendalian Organisme Pengganggu ... 95

D. Deskripsi Variabel Kemajuan Usahatani Jagung di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan ... 98

E. Pengujian Hipotesis ... 100

a. Hubungan antara Kinerja PPL dengan Penerapan Panca Usahatani Jagung ... 101

b. Hubungan antara Kinerja PPL dengan Kemajuan Usahatani Jagung ... 102

c. Hubungan antara Penerapan Panca Usahatani Jagung dengan Kemajuan Usahatani Jagung ... 103

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 105

B. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 107


(13)

Tabel Halaman

1. Sentral Produksi Jagung di Indonesia Tahun 2011 ... 7

2. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditas Jagung di Provinsi Lampung dari Tahun 2008-2012 ... 8

3. Produksi Jagung di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun 2011 ... 9

4. Data Luas Panen dan Jumlah Produksi (ton) Jagung di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2011 ... 10

5. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2011 ... 11

6. Nama desa dan Gapoktan di Kecamatan Ketapang ... 69

7. Jumlah Penduduk Menurut Umur ... 71

8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 71

9. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaannya ... 72

10. Jumlah Kelompok atau lembaga di Kecamatan Ketapang tahun 2011 ... 73

11. Jumlah Kelompok Tani Berdasarkan Kelas Kelompok Tani ... 74

12. Karakteristik responden PPL menurut umur ... 75

13. Karakteristik responden petani menurut umur ... 76

14. Karakteristik responden PPL menurut tingkat pendidikannya ... 77

15. Karakteristik responden petani menurut tingkat pendidikannya .... 77

16. Sebaran skor keterlibatan PPL dalam mengidentifikasi masalah usahatani jagung dan klasifikasi ... 79


(14)

18. Sebaran skor keterlibatan PPL dalam pembinaan terhadap kelompok tani jagung dan klasifikasi ... 82 19. Sebaran skor kinerja PPL dalam transfer ilmu dan teknologi pertanian

terhadap kelompok tani jagung dan klasifikasi ... 84 20. Sebaran skor tingkat hubungan kerjasama Penyuluh Pertanian Lapang (PPL)

dengan instansi terkait dan klasifikasi ... 86 21. Rekapitulasi data hasil penelitian mengenai kinerja PPL ... 87 22. Sebaran skor tingkat kinerja PPL dalam melakukan pembinaan terhadap

kelompok tani jagung di wilayah Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Ketapang berdasarkan responden kelompok tani ... 88 23. Sebaran skor tingkat kinerja PPL dalam melakukan pembinaan terhadap

kelompok tani jagung di wilayah Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Ketapang berdasarkan responden kelompok tani ... 89 24. Tingkat klasifikasi penerapan panca usahatani jagung pada penggunaan

benih unggul ... 90 25. Tingkat klasifikasi penerapan panca usahatani jagung mengenai cara

bercocok tanam atau pengolahan lahan ... 92 26. Tingkat klasifikasi penerapan panca usahatani jagung pada sistem pengairan

... 93 27. Tingkat klasifikasi penerapan panca usahatani dalam pemupukan

... 94 28. Tingkat klasifikasi penerapan panca usahatani dalam pengendalian organism

pengganggu ... 95 29. Rekapitulasi data hasil penelitian mengenai penerapan panca usahatani

jagung ... 97 30. Sebaran skor tingkat penerapan panca usahatani jagung Kecamatan

Ketapang ... 98 31. Tingkat kemajuan usahatani jagung di Kecamatan Ketapang Kabupaten


(15)

jagung ... 100

33. Penerapan panca usahatani Jagung ... 112

34. Identifikasi masalah usahatani berdasarkan kelompok tani responden ... 113

35. Penyusunan rencana kerja ... 114

36. pembinaan terhadap kelompok tani ... 115

37. Transfer ilmu dan teknologi pertanian ... 116

38. Hubungan kerja sama PPL dengan instansi terkait berdasarkan kelompok tani responden ... 117

39. Hubungan kerja sama PPL dengan instansi terkait berdasarkan PPL responden ... 118

40. Total variabel x ... 119

41. Penerapan panca usahatani Jagung ... 120

42. Rekapitulasi data pendapatan (pemasukan) ... 122

43. Rekapitulasi data pendapatan (biaya benih dan pupuk) ... 125

44. Rekapitulasi data pendapatan (biaya tenaga kerja) ... 128

45. Rekapitulasi data pendapatan (biaya sewa) ... 138

46. Rekapitulasi data pendapatan (pendapatan bersih) ... 141

47. Produktivitas ... 146

48. Rekapitulasi skor produktivitas dan pendapatan ... 150

49. Rekapitulasi data input modern ... 151


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Paradigma Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dalam penerapan panca usahatani jagung dan Hubungannya dengan Tingkat Kemajuan


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

usahatani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam hayati dalam agroekosistem yang sesuai dan berkelanjutan, dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat. Sedangkan Petani, adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian, wanatani, minatani, agropasture,

penangkaran satwa dan tumbuhan di dalam dan di sekitar hutan yang meliputi hulu sampai hilir. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian, diakses pada tanggal 6 Oktober, 2010 )

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Hal ini

dikarenakan Indonesia memiliki berbagai potensi alam untuk mengembangkan sektor pertanian menjadi sebuah sektor maju. Pelaksanaan pembangunan pertanian di Indonesia memiliki beberapa tujuan yang mencakup upaya untuk meningkatkan produksi dan memperluas penganekaragaman hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan industri dalam negeri serta memperbesar nilai ekspor, meningkatkan taraf hidup petani, peternak dan nelayan, mendorong


(18)

perluasan dan pemerataan kesempatan berusaha dan lapangan kerja serta mendukung pembangunan daerah.

Di era globalisasi, petani sebagai produsen utama produk-produk pertanian secara langsung dan tidak langsung telah mengalami persaingan dengan

produsen-produsen lain. Para petani sebagai produsen produk-produk pertanian tidak hanya bersaing dengan produk – produk pertanian di pasar domistik tetapi juga dengan produk-produk pertanian luar negeri di pasar internasional. Dalam pasar global terbuka, suatu negara tidak boleh mengenakan proteksi dan

hambatan tarif terhadap komoditas yang masuk kewilayahnya. Dalam kondisi demikian persaingan menjadi semakin ketat, produsen kuat bersaing dengan produsen lemah, akibatnya produsen yang kalah bersaing akan semakin terpuruk. Keadaan demikian yang sekarang sedang terjadi dengan produk-produk pertanian khususnya produk pangan.

Pembangunan di bidang ketahanan pangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional. Pangan mempengaruhi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara dalam rangka menjamin stabilitas yang diperlukan bagi pertumbuhan ekonomi nasional, serta terwujudnya ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman sumber daya bahan pangan dalam jumlah dan mutu yang dibutuhkan pada tingkat harga yang terjangkau dengan

memperhatikan peningkatan pendapatan petani serta peningkatan produksi. Jagung merupakan salah satu komoditas yang strategis dalam rangka swasembada pangan nasional. Permintaan terhadap komoditas jagung akan


(19)

semakin meningkat. Peningkatan ini tidak terlepas dari semakin tingginya permintaan jagung untuk kebutuhan bahan pangan pokok, bahan baku industri maupun pakan ternak BPP Ketapang, 2010). Hal ini menunjukkan adanya implikasi bahwa komoditas jagung kini memiliki peranan yang sangat pentin, untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman jagung ini tidak terlepas dari kerjasama antara pemerintah, instansi terkait, dan masyarakat petani.

Pemerintah adalah sebuah lembaga yang menentukan kebijakan di sektor pertanian, maka pemerintah harus dapat mengeluarkan kebijakan yang

mendukung para pelaku usahatani. Kebijakan pemerintah harus selaras dengan kebutuhan dan keinginan petani agar tidak menimbulkan berbagai kerugian di pihak petani. Selain itu petani memerlukan sebuah lembaga atau institusi sebagai wadah untuk menyalurkan aspirasi mereka kepada pemerintah agar dapat

menetapkan kebijakan yang mampu mendukung usahatani mereka. Salah satu lembaga atau instansi tersebut adalah Balai Penyuluhan Pertanian (BPP).

Balai Penyuluhan Pertanian adalah sebuah lembaga atau instansi yang dibentuk oleh pemerintah untuk membantu para petani dalam menyelesaikan berbagai masalah usahataninya guna meningkatkan produksi komoditas pertanian dan mengurangi ketergantungan terhadap komoditas pertanian impor. Penyuluhan dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan) di kalangan masyarakat agar mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan atau keuntungan dan perbaikan kesejahteraan keluarga atau


(20)

masyarakat yang ingin dicapai melalui pembangunan pertanian. Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan luar sekolah (non formal) bagi petani dan keluarganya agar berubah sikap dan perilakunya untuk bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih baik (better bussines), hidup lebih sejahtera (better living) dan bermasyarakat lebih baik (better community) serta menjaga

kelestarian lingkungannya (better environment) (Departemen Pertanian, 2009).

Balai Penyuluhan Pertanian memiliki tenaga profesional yaitu Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) yang memiliki keahlian dalam bidang pertanian. Penyuluh Pertanian Lapang memiliki tugas pokok untuk membantu para petani dalam menyelesaikan berbagai permasalahan usahatani mereka, dengan cara menyampaikan berbagai inovasi baru di bidang pertanian dan melakukan

pembinaan kepada para petani dalam mengelola usahataninya. Pembinaan yang dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Lapang kepada para petani adalah mencakup perubahan pola pengetahuan, sikap dan keterampilan para petani. Tingkat pengetahuan petani yang masih rendah menyebabkan lambannya proses adopsi dan inovasi di bidang pertanian oleh petani.

Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) memiliki peranan yang penting dalam rangka mensukseskan berbagai kebijakan dan program pemerintah guna mewujudkan sektor pertanian menjadi sektor yang maju. Salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan sektor pertanian menjadi sektor yang maju adalah dengan cara melakukan pengesahanUU no 16 tahun 2006 mengenai sistem penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan Indonesia. Kegiatan penyuluhan


(21)

pembangunan terus menerus dikembangkan dalam rangka menggerakkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan agar mereka memiliki kemampuan menolong dirinya sendiri untuk mencapai tujuan perbaikan mutu hidup dan kesejahteraan yang dicita-citakan (Mardikanto, 1992)

Banyak pihak menyadari bahwa kegiatan penyuluhan pertanian masih sangat diperlukan oleh petani. Kondisi pertanian rakyat masih lemah dalam banyak aspek, sementara tantangan yang dihadapi semakin berat. Untuk mewujudkan kondisi penyuluhan pertanian yang baik memang tidak mudah, dan tidak mungkin dapat dilakukan dalam waktu singkat. Meskipun demikian, upaya-upaya perbaikan yang nyata perlu segera dilakukan, karena jika tidak kinerja penyuluhan pertanian yang memang sudah mengalami kemunduran besar akan semakin memburuk.

Keberhasilan kegiatan penyuluhan pertanian di tingkat petani tidak akan terlepas dari bagaimana kegiatan penyuluhan itu dilakukan, bagaimana tahapan-tahapan dari kegiatan penyuluhan tersebut dilakukan secara tepat dan petani dapat menilai bahwa kegiatan penyuluhan pertanian merupakan hal yang penting, sehingga mereka dapat berpartisipasi secara aktif dan dapat mengadopsi berbagai inovasi yang disampaikan oleh tenaga penyuluh untuk meningkatkan

pengetahuan mereka untuk berusahatani. Para petani akan berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan pertanian jika materi penyuluhan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka.


(22)

Menurut Sumardjo (1999), secara konseptual sebenarnya program penyuluh pertanian menrupakan langkah-langkah strategis dalam mewujudkan

pembangunan wilayah. Komponen instrument nya sudah jelas yaitu: adanya potensi wilayah, program dan yang terpenting adalah mengakomodasi dengan aspirasi petani. Penyuluhan pertanian merupakan salah satu bentuk pembangunan pertanian di suatu wilayah melalui pelakasanaan program yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sasaran dengan tujuan agar masyarakat sasaran ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, kegiatan peyuluhan pertanian harus mampu menciptakan kesadaran petani akan pentingnya partisipasi mereka dalam kegiatan pembangunan pertanian di Indonesia.

Pada era globalisasi dan menghadapi pasar bebas, kebijakan penyuluhan mengalami perubahan yang awalnya untuk menjadikan petani hanya trampil berproduksi menjadi kebijakan yang menciptakan iklim untuk memotivasi petani agar lebih rasional dalam mengembangkan usahatani mereka berdasarkan

kemampuannya dan potensi pasar. Perubahan kebijakan ini menimbulkan konsekuensi terhadap perubahan organisasi penyuluhan pertanian terutama terhadap kinerja penyuluh pertanian lapangan, pemerintah harus berperan dalam membantu penyuluh pertanian lapang dengan cara memfasilitasi sarana dan prasarana penyuluhan yang memadai serta memberikan jaminan kesejahteraan kepada tenaga penyuluh pertanian lapang. Hal ini bertujuan agar penyuluh pertanian lapang dapat memberikan kinerja yang optimal dalam rangka


(23)

membantu masyarakat petani untuk meningkatkan hasil dan pendapatan usahataninya.

Lampung merupakan salah satu provinsi yang mempunyai potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan menjadi sektor pertanian yang maju dengan dukungan dari pemerintah daerah dan perusahaan pertanian. Salah satu

komoditas pangan yang berpotensi dan diunggulkan untuk dikembangkan yaitu jagung. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentral produksi jagung di Indonesia, dan menempati urutan ketiga terbesar di Indonesia setelah Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah. Adapun data mengenai produksi jagung di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Sentral Produksi Jagung di Indonesia Tahun 2011

No. Provinsi Produksi (ton)

1 2 3 4 5

Jawa Timur Jawa Tengah Lampung Sulawesi Selatan Sumatra Utara

5952268 2981460 1825292 1458412 1349874 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012.

Berdasarkan Tabel 1, Provinsi Lampung menempati urutan ketiga sentral produksi jagung di Indonesia. Sejauh ini pengembangan penanaman komoditas jagung di lampung belum begitu maksimal, hal ini disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah : fluktuatifnya harga jagung di Indonesia sehingga petani mengalih fungsikan produksinya ketanaman lain, kualitas sumber daya


(24)

manusia yang masih rendah, dan kurangnya dukungan pemerintah mengenai pembudidayaan tanaman jagung ini (BPP Ketapang , 2010).

Provinsi lampung berpotensi menjadi sektor pertanian yang maju, dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, hal tersebut dapat dilihat dari stabilnya luas panen dan produktivitas tanaman jagung dari tahun ke tahun di provinsi Lampung. Adapun data mengenai luas panen, produktivitas dan produksi tanaman jagung dari tahun 2008-2012 di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditas Jagung di Provinsi Lampung dari Tahun 2008-2012

Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha) 2008 2009 2010 2011 2012 387549 434542 447509 380917 378544 1.809.886 2.067.710 2.126.571 1.817.906 1.825.292 4,67 4,76 4,75 4,77 4,82 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012.

Produksi jagung di Provinsi Lampung berdasarkan Angka Badan Pusat Statistik (BPS) bisa dibilang stabil, karena tidak ada peningkatan dan penurunan jumlah produksi yang terlalu besar.

Lampung Selatan adalah kabupaten penyokong produksi komoditas jagung terbesar kedus di Provinsi Lampung. Jagung merupakan salah satu komoditas


(25)

andalan di Kabupaten Lampung Selatan. Adapun data jumlah produksi jagung di Kabupaten/kota Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Produksi Jagung di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun 2011

Sumber : Badan Pusat Statistik Bandar Lampung Tahun 2012.

Berdasarkan Tabel 3 dapat kita lihat bahwa Kabupaten Lampung Selatan berpeluang menjadi daerah pertanian yang maju, hal tersebut didukung oleh beberapa lembaga yang aktif, seperti : BPP, gapoktan, koperasi dan lain sebagainya.

Ketapang merupakan salah satu kecamatan penyumbang komoditas jagung terbesar yang membuat kabupaten Lampung Selatan menjadi sentral produksi jagung di provinsi Lampung. Adapun data luas panen dan jumlah produksi jagung di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2011 adalah sebagai berikut.

No Kabupaten/Kota Produksi (ton) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang bawang Pesawaran Pringsewu Masuji

Tulang Bawang Barat Bandar Lampung Metro 20.092 22.393 557.444 644.243 514.994 149.554 62.988 11.557 81.268 42.243 5.414 10.741 545 3.088


(26)

Tabel 4. Data Luas Panen dan Jumlah Produksi (ton) Jagung di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2011

Sumber : Pusat Statistik Bandar Lampung tahun 2012

Berdasarkan data luas panen dan jumlah produksi tanaman jagung di Kabupaten Lampung selatan pada tahun 2011 Sebagian besar lahan di daerah Ketapang merupakan lahan kering dan persawahan. Adapun data luas lahan menurut kegunaannya di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan disajikan pada Tabel 5.

No Kecamatan Luas Panen (Ha) Produksi (ton) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Natar Jati Agung Tanjung Bintang Tanjung Sari Katibung Merbau Mataram Way Sulan Sidomulyo Candipuro Way Panji Kalianda Rajabasa Palas Seragi Penengahan Ketapang Bakauheni 11.190 9.900 4.331 2.170 4.500 5.391 3.118 6.309 5.405 4.192 7.860 223 7.367 6.187 15.896 16.425 6.168 56.140,2 49.823,6 22.559,6 11.294,9 23.682,2 28.265,9 16.313,4 33.119,0 28.340,1 22.114,0 41.015,8 1.148,7 37.191,1 31.224,0 82.169,1 83.197,4 32.000,0


(27)

Tabel 5. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2011

Sumber : BPP Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan, 2012.

Tabel 5 menjelaskan bahwa penggunaan lahan di Kecamatan Ketapang sebagian besar (54 %) atau sekitar 7.826 berpotensi ditanami jagung.

Kecamatan Ketapang merupakan sentral produksi jagung terbesar di Kabupaten Lampung Selatan, namun hal tersebut tidak sesuai dengan keadaan ekonomi petani yang berbanding terbalik dengan potensi lahan yang mereka miliki. Harga jual komoditas jagung pada saat panen raya di bawah harga dasar, tidak ada kredit bagi petani sehingga petani kesulitan dalam memperoleh modal yang dampaknya para petani banyak yang terjerat oleh tengkulak dan terjadi

penurunan tingkat kesuburan tanah karena petani belum menyadari pentingnya penggunaan pupuk organik (BPP Ketapang, 2010). Dari masalah tersebut salah satu upaya untuk menanggulanginya adalah meningkatkan kinerja PPL.

No Jenis Penggunaan Lahan Jumlah Lahan (ha)

1 Pekarangan 1.180 2 Sawah 3.193 3 Perkebunan 535 4 Ladang 7.826 5 Kolam 52 6 Tambak 1.661


(28)

PPL sangat diperlukan untuk membantu kegiatan petani dalam mengelola kegiatan usahataninya, karena PPL memiliki fungsi sebagai berikut, 1)

memfasilitasi proses pembelajaran petani, 2) mengupayakan kemudahan akses petani, 3) meningkatkan kemampuan manajemen petani, 4) mengajarkan cara berorganisasi yang baik, 5) menumbuhkan kesadaran petani untuk berorganisasi, 6) menampung seluruh aspirasi petani kemudian di sampaikan kepada

pemerintah. (Rasyid, 2001)

Namun, masih ditemui berbagai permasalahan dan keterbatasan yang dirasakan PPL cukup menghambat pelaksanaan tugas mereka yaitu : 1) sarana dan

prasarana yang kurang memadai sehinga PPL kesulitan dalam menyuluhkan penerapan panca usahatani jagung di daerah tersebut, 2) terbatasnya kemapuan penyuluh dan 3) rendahnya partisipasi petani. Kondisi ini akan menyebabkan menurunnya kinerja penyuluh, dan penurunan kinerja penyuluh akan

berimplikasi pada tingkat kemajuan usahatani petani binaan PPL (BPP, 2010)

Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah : 1. Bagaimana tingkat kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dalam

menerapkan panca usaha tani jagung di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan.

2. Bagaimana tingkat kemajuan usahatani jagung di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan.

3. Apakah kinerja PPL mempengaruhi penerapan panca usahatani jagung dan tingkat kemajuan usahatani jagung di Kecamatan Ketapang.


(29)

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui :

1. Tingkat kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dalam penerapan panca usahatani jagung di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan. 2. Tingkat kemajuan usahatani jagung di Kecamatan Ketapang kabupaten

Lampung Selatan.

3. Hubungan antara kinrja PPL dengan penerapan panca usahatani jagung dan tingkat kemajuan usahatani jagung di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai :

1. Bahan masukan dan pertimbangan bagi Dinas Pertanian dalam penyelenggaraan program penyuluhan pertanian untuk komoditas subsektor tanaman pangan.

2. Bahan masukan dan pertimbangan bagi PPL untuk meningkatkan pembinaan petani terutama di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan. 3. Pengembangan ilmu pengetahuan dan referensi bagi penelitian sejenis.


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A.Tinjauan Pustaka

1. PPL dan Peranannya dalam Pembangunan Pertanian

Sektor pertanian menjadi prioritas utama dalam pembangunan pertanian di negara berkembang. Pembangunan pertanian di negara berkembang memiliki tujuan untuk memperbaiki mutu produk dan memenuhi kebutuhan bahan pangan secara nasional. Salah satu upaya untuk melaksanakan pembangunan pertanian adalah dengan cara mengadakan penyuluhan pertanian. Kegiatan ini mampu memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan produksi komoditas pertanian dan pendapatan petani. Keberhasilan penyuluhan pertanian

ditentukan oleh kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola sistem pertanian yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu pemberdayaan sumber daya manusia di bidang pertanian perlu ditingkatkan melalui pedidikan, pelatihan dan penyuluhan pertanian.

Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan luar sekolah (non formal) bagi petani dan keluarganya agar berubah sikap dan perilakunya untuk bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih baik (better bussines), hidup lebih sejahtera (better living) dan bermasyarakat lebih baik (better community) serta menjaga kelestarian lingkungannya (better environment). PPL adalah seorang


(31)

penyuluh pertanian yang profesional dan memiliki keahlian dibidang pertanian yang bekerja di Balai Penyuluhan Pertanian (Departemen Pertanian, 2009).

Mardikanto (1992) mengatakan bahwa semula peran utama penyuluh adalah menyampaikan inovasi dan mempengaruhi sasaran penyuluhan melalui teknik dan metode tertentu sehingga mereka sadar dan mampu mengadopsi inovasi yang disampaikan. Namun sesuai dengan perubahan kondisi maka peran penyuluh pertanian mengalami pergeseran meliputi: penyampai inovasi, mempengaruhi keputusan sasaran, menjadi jembatan penghubung antara pemerintah dan lembaga penyuluhan dengan petani, serta menggerakkan masyarakat agar mau berubah. Peran penyuluh yaitu membantu petani untuk memecahkan permasalahannya sendiri dengan kemampuan yang dimiliki sendiri, sehingga petani dapat menjadi lebih baik. Penyuluh juga memiliki peran untuk menyampaikan program-program pemerintah dan menyampaikan teknologi baru dalam meningkatkan produksi pada bidang pertanian.

Mosher (1997) menguraikan tentang peran penyuluh pertanian, yaitu: sebagai guru, penganalisa, penasehat, sebagai organisator, sebagai pengembang kebutuhan perubahan, penggerak perubahan, dan pemantap hubungan masyarakat petani. Kartasapoetra (1994) juga menjelaskan tentang peran penyuluh yang sangat penting bagi terwujudnya pembangunan pertanian

moderen yaitu pembangunan pertanian berbasis rakyat. Peran penyuluh tersebut adalah:


(32)

1. Sebagai peneliti; mencari masukan terkait dengan ilmu dan teknologi, penyuluh menyampaikan, mendorong, mengarahkan dan membimbing petani mengubah kegiatan usahataninya dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi.

2. Sebagai pendidik; meningkatkan pengetahuan untuk memberikan informasi kepada petani, penyuluh harus menimbulkan semangat dan kegairahan kerja para petani agar dapat mengelola usahataninya secara lebih efektif, efisien, dan ekonomis.

3. Sebagai penyuluh; menimbulkan sikap keterbukaan bukan paksaan, penyuluh berperan serta dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan hidup para petani beserta keluarganya.

Peranan agen penyuluhan pertanian adalah membantu petani membentuk pola pikir dan membuat keputusan yang baik dengan cara berkomunikasi dan memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan petani. Peranan utama penyuluhan lebih dipandang sebagai proses membantu petani untuk mengambil keputusan sendiri dengan cara menambah pilihan bagi mereka, dan menolong petani mengembangkan wawasan mengenai konsekuensi dari masing masing pilihan tersebut. Menurut Rasyid (2001) belum optimalnya peranan penyuluhan pertanian dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat partisipasi petani terhadap penyuluhan pertanian sebagai akibat rendahnya mutu pelayanan penyuluhan pertanian. Selain itu lemah dan tidak sistematisnya sistem pendanaan juga menjadi penyebab rendahnya kinerja penyuluh pertanian dalam menjalankan


(33)

tugas dan fungsinya. Penyuluhan pertanian yang baik adalah penyuluh pertanian yang dapat menciptakan dirinya sebagai mitra dan fasilitator petani dengan melakukan peranan yang sesuai antara lain sebagai: penyedia jasa pendidikan( educator ), motivator, konsultan (pembimbing), dan pendamping petani (Mardikanto, 1992).

Rogers dan Shoemaker (1985) menyatakan ada tujuh peran agen pembaru dalam memperkenalkan inovasi kepada kliennya:

a. Membangkitkan kebutuhan untuk berubah. Ini berarti agen pembaru berperan sebagai katalisator bagi kebutuhan kliennya. Dalam memulai proses perubahan agen pembaru dapat mengemukan alternatif baru dalam mengatasi permasalahan yang ada. Bila perlu ia dapat juga mendramatisir permasalahan sehingga kliennya merasa yakin bahwa inovasi yang disodorkan memang betul-betul mampu memecahkan masalah mereka. b. Mengadakan hubungan untuk perubahan. Begitu kebutuhan untuk berubah

telah tumbuh maka agen pembaru harus membuka hubungan secara fisik dan sosial dengan kliennya, sebelum mereka diminta menerima inovasi yang dipromosikan.

c. Mendiagnosa masalah. Agen pembaru harus mampu menganalisis kebutuhan kliennya untuk menyatakan bahwa cara-cara yang sekarang digunakan kliennya sudah tidak mampu lagi mengatasi masalah yang ada. Untuk itu secara psikologis ia harus terjun ke dalam situasi klien agar dapat melihat dunia klien menurut pandangan klien itu sendiri.


(34)

d. Mendorong atau menciptakan motivasi untuk berubah pada diri klien. Agen pembaru harus membangkitkan motivasi untuk mengadakan perubahan serta menimbulkan dorongan untuk menerima, atau setidak-tidaknya menaruh minat, terhadap inovasi yang ditawarkan.

e. Merencanakan tindakan pembaruan. Agen pembaruan hendaknya berusaha mempromosikan pelaksanaan yang ia sarankan. Klien diharapkan tidak hanya menyetujui atau menaruh minat terhadap inovasi tetapi termasuk merencanakan tindakan dalam pelaksanaan pembaruan.

f. Memelihara progran pembaruan dan mencegahnya dari kemacetan. Agen pembaru diharapkan dapat memberikan berbagai informasi penunjang agar klien tetap merasa aman dan terasa segar melaksanakan pembaruan.

g. Mencapai hubungan terminal. Tujuan akhir dari tugas agen pembaru adalah

berkembangnya perilaku “memperbarui diri sendiri” pada kliennya. Untuk

itu agen pembaru harus berusaha agar kliennya dapat mengembangkan diri sehingga dapat berperan sebagai agen pembaru, paling tidak untuk dirinya sendiri.

Seorang penyuluh sesungguhnya adalah sebagai agen perubahan (change agent). Menurut Lippit et al (1958) dalam M. Thorik (2008) ada lima peran agen perubahan di dalam proses perubahan pada suatu masyarakat yaitu: a. Melakukan mediasi dan mendorong hubungan baru di dalam sistem klien.

Agen perubahan hendaklah mampu mendorong terciptanya hubungan baru antar bagian yang ada di dalam sistem dan mereorganisasi hubungan lama.


(35)

Hubungan baru yang lebih kondusif ini diperlukan untuk memungkinkan adanya perubahan di dalam masyarakat.

b. Menunjukkan pengetahuan keahlian dalam prosedur. Agen perubahan harus mampu meyakinkan kliennya bahwa prosedur perubahan yang ia tawarkan betul-betul dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Agen perubahan dapat melakukan hal ini dengan memperkenalkan pengalamannya sehingga memungkinkan kliennya dapat menggali sendiri pengetahuan dan pengalaman yang ada di lingkungan mereka.

c. Mendorong kekuatan dari dalam. Perubahan di dalam masyarakat sering menimbulkan konflik yang dapat menggagalkan proses perubahan itu. Oleh karenanya harus didorong munculnya kekuatan dari dalam sistem yang ada agar dapat menciptakan suasana yang kondusif untuk perubahan.

d. Menyediakan lingkungan khusus. Ada kalanya klien tidak bisa

mengembangkan dirinya dalam lingkungan yang ada. Oleh karena itu harus diciptakan lingkungan khusus yang memungkinkan mereka dapat belajar misalnya membentuk kelompok diskusi atau mengunjungi tempat tertentu. e. Memberikan dukungan selama proses perubahan. Proses membutuhkan

sering membutuhkan waktu yang panjang dan kompleks. Oleh karena itu agen perubahan harus memberikan dukung agar kliennya merasa yakin bahwa perubahan yang dilakukan merupakan suatu hal yang dapat terlaksana.


(36)

Pengalaman Indonesia pada tahun 1980-an menunjukkan peran penyuluh pertanian yang sangat besar dalam peningkatan produksi pertanian. Hasil penelitian Universitas Padjadjaran tahun 1981 yang dilaporkan oleh Sukaryo (1983) menunjukkan bahwa 50 persen dari informasi dan rekomendasi yang diterima oleh petani diberikan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan. Penyuluh dalam hal ini berperan mendampingi petani dalam menganalisis kebutuhan manajemen usahatani mereka agar memperoleh produksi yang optimal. Selain itu ditemui juga bahwa perkembangan kelompok tani sangat dipengaruhi oleh keberadaan penyuluh. Interaksi sosial antara anggota kelompok serta antar kelompoktani dan lembaga eksternal sangat ditentukan oleh keaktifan penyuluh. Dalam hal ini penyuluh berperan dalam melakukan identifikasi terhadap kendala utama dalam pengembangan interaksi kelompok atau hubungan petani dalam satu kelompok.

2. Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang

Kinerja adalah hasil yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan tanggung jawabnya, dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral atau etika ( Prawirosentono, 1999 ).

Kinerja penyuluh pertanian merupakan akumulasi dari berbagai aktivitas penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugasnya (Bimas, 1999). Rozi (2005) Kinerja adalah kemampuan seseorang melaksanakan atau melakukan tugas


(37)

untuk pekerjaan secara cepat dan tepat sesuai dengan prosedur kerja dan berkesinambungan yang didukung dengan tingginya rasa tanggung jawab. Profesionalisme penyuluh sebagai suatu jabatan fungsional merupakan suatu profesi yang dengan sendirinya mempunyai sifat pekerjaan profesi. Profesi mempunyai syarat – syarat tertentu yaitu : adanya kemandirian, adanya keahlian dan ketrampilan, adanya tanggung jawab yang terkait dengan kode etik profesi, dan adanya unsur terciptanya suatu panggilan jiwa yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut, sehingga seorang penyuluh pertanian yang telah dapat mengaplikasikan dan memenuhi prasyarat – prasyaratan profesi tersebut dapat dikatakan sebagai penyuluh pertanian yang profesional. (Subagyo, 1977)

Menurut Larsen yang dikutip Umar (1989), dan Sadarmayanti (1995), untuk kerja dan Job Performance yang baik dapat dipengaruhi oleh kecakapan dan motivasi. Kecakapan tanpa motivasi atau motivasi tanpa kecakapan sulit untuk mendapatkan output yang tinggi. Untuk mencapai produktivitas yang

maksimum, organisasi harus menjamin dipilihnya orang yang tepat dengan pekerjaan yang tepat serta kondisi yang memungkinkan mereka kerja optimal. Kartasapoetra (1994), sifat – sifat yang harus dimiliki penyuluh pertanian yang sebenarnya dapat menggambarkan kinerja PPL adalah memiliki disiplin kerja yang kuat, tekun, tahu akan tugasnya, dan tidak cepat putus asa.

Menurut Suhardiyono (1992), syarat – syarat yang harus ada dalam diri PPL adalah:


(38)

a. Mampu berkomunikasi dengan petani.

Agar dapat berkomunikasi dengan petani seorang PPL harus memiliki dasar – dasar pengetahuan praktik usahatani, dapat memahami bagaimana

kehidupan petani, kemampuan mengenal orang desa dan mau mendengarkan serta mau mengerti terhadap keluhan – keluhan yang disampaikan oleh mereka.

b. Mampu bergaul dengan orang lain.

Agar dapat menyatu dengan petani, maka seorang penyuluh harus memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain

c. Antusias terhadap tugasnya.

Dalam melaksanakan tugasnya seseorang PPL memerlukan tanggung jawab yang besar, karena sebagian besar waktunya dipergunakan untuk bekerja sendiri dengan bimbingan dan pengawasan yang sangat minim, sehingga sebelum bertugas seorang PPL harus mengerti dan menghayati berapa besar tanggung jawab yang harus dipikulnya.

d. Berfikir logis dan berinisiatif.

Berpikir logis merupakan pengertian praktis yang dimiliki seseorang, biasanya diperoleh dari pengalaman hidup, sedangkan inisiatif adalah kemampuan seseorang untuk melihat apakah ada suatu hal yang perlu dilakukan dan mempunyai keberanian untuk berusaha melakukan suatu hal tersebut tanpa perintah atau saran dari orang lain.


(39)

Menurut Rogers dan Shoemaker (1971, dalam Nasution, 1996) PPL sebagai agen perubahan memiliki tugas utama dalam melaksanakan difusi inovasi yaitu: 1) menumbuhkan keinginan masyarakat untuk melakukan perubahan,

2) membina suatu hubungan dalam rangka perubahan (Changerelationship), 3) mendiagnosa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat,

4) menciptakan keinginan perubahan di kalangan klien,

5) menerjemahkan keinginan tersebut menjadi tindakan yang nyata, 6) menjaga kestabilan perubahan,

7) mencapai suatu terminal tunggal yaitu satu-satunya agen perubahan.

Samsudin (1976), menyatakan bahwa seorang PPL harus memiliki kemampuan untuk menyebarkan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian, membantu petani dalam berbagai kegiatan usahatani, membantu dalam rangka

meningkatkan pendapatan petani, membantu petani untuk menambah

kesejahteraan keluarganya, mengusahakan suatu perangsang agar petani lebih aktif, menjaga dan mengusahaakan iklim sosial yang harmonis, agar petani dapat dengan aman menjalankan kegiatan usahataninya, mengumpulkan masalah – masalah dalam masyarakat tani untuk bahan penyusunan program penyuluhan pertanian. Menurut Havelock (1973, dalam Nasution 1989) seorang penyuluh harus melakukan tugas utamanya yaitu :

a. Sebagai katalisator, menggerakan masyarakat untuk mau melakukan perubahan.


(40)

c. Sebagai pembantu proses perubahan : membantu dalam proses pemecahan masalah dan penyebaran inovasi, serta memberi petunjuk mengenai bagaimana : mengenali dan merumuskan kebutuhan, mendiagnosa permasalahan dan menentukan tujuan, memilih atau menciptakan pemecahan masalah, menyesuaikan dan merencanakan pentahapan pemecahan masalah.

d. Sebagai penghubung dengan sumber atau instansi terkait yang diperlukan untuk pemecahan masalah yang dihadapi.

Menurut Kartasapoetra (1994), para PPL akan mengembangkan tugas pokok sebagai berikut : menyebarkan informasi pertanian yang bermanfaat,

mengajarkan keterampilan yang lebih baik, memberikan saran – saran atau rakomendasi bagi usahatani yang menguntungkan, membantu mengikhtiarkan sarana produksi, fasilitas kerja serta bahan informasi pertanian yang diperlukan para petani mengembangkan swakarya dan swasembada para petani agar taraf kehidupannya lebih meningkat.

Adapun tugas – tugas pokok yang dilakukan PPL yaitu : (1) Mengajarkan PKS ( pengetahuan, keterampilan, dan sikap) kepada petani dan melakukan

percontohan , (2) mengembangkan swadaya dan swakarsa petani, (3) menyusun program penyuluhan pertanian (4) membantu mengajar pada kursus tani (5) mengajar pada kursus tani (6) membantu dan melaksanakan pengujian, survey, dan evaluasi, (7) melatih dan membimbing penyuluh pertanian di bawahnya,


(41)

(8) membantu dan menyiapkan petunjuk informasi pertanian, (9) menulis karya ilmiah, (10) merumuskan arah kebijaksanaan kelembagaan penyuluhan

(BIPP, 2000).

Menurut Kartasapoetra (1988) dalam Thorik (2008) kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap organisasi manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan organisasi penyuluhan dalam mengelola dan mengalokasikan sumberdaya pertanian. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi tenaga PPL dalam mencapai sasaran

organisasi penyuluhan dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuat tindakan dan hal yang diharapkan. Pengukuran kinerja juga sangat bermanfaat nantinya untuk evaluasi kinerja organisasi penyuluh. Evaluasi kinerja adalah proses membandingkan antara kinerja aktual dengan target yang telah direncanakan oleh manajemen, untuk mengidentifikasi tindakan – tindakan perbaikan yang perlu dilakukan untuk menjamin tercapainya tujuan organisasi penyuluhan dan untuk

mengkomunikasikannya terhadap pihak – pihak yang berwenang.

Secara umum kinerja PPL dapat digambarkan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi PPL, sehingga untuk mennetahui kinerja PPL dalam penerapan panca usahatani serta hubungannya dengan pengembangan usahatani jagung di wilayah binaannya dapat dilihat dari beberapa tugas pokok PPL yaitu : (1) identifikasi masalah usahatani jagung, 2) menyusun rencana kerja, (3)


(42)

pembinaan terhadap kelompok tani, (4) transfer ilmu dan teknologi pertanian serta (5) hubungan kerja sama PPL dengan instansi terkait (Thorik, 2008)

3. Deskripsi Komoditas Jagung

Jagung (Zey mays) termasuk keluarga (family) Gramineae (rumput-rumputan), tetapi tanaman yang memiliki spesies tunggal seperti pada rumput-rumputan yang lain, akar tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik pada kondisi tanah yang memungkinkan untuk pertumbuhan tanaman (AAk, 1993).

Sistem perakaran jagung terdiri atas akar-akar primer, akar lateral, akar

horizontal, dan akar udara. Akar primer adalah akar yang pertama kali muncul pada saat benih berkecambah dan tumbuh ke bawah. Akar lateral adalah akar yang tumbuh dari bulu-bulu di atas permukaan tanah (Danarti dan Najiyati, 1995). Sistem perakaran jagung yang didukung dengan pengolahan tanah yang kedalamannya 10 cm, jumlah akarnya 68 akar, kedalaman 50 cm, jumlah akarnya 23 akar, dan kedalaman 70 cm, jumlah akarnya 6 akar, sehingga batang tidak mudah rebah.

Batang jagung tidak berlubang, tidak seperti batang padi, tetapi padat dan berisi oleh berkas-berkas pembuluh sehingga semakin memperkuat tegaknya

tanaman. Hal ini juga didukung oleh jaringan kulit yang keras dan tipis yang terdapat pada bagian batang sebelah luar. Batang jagung beruas dan pada bagian pangkal batang mempunyai ruas yang pendek dengan jumlah ruas


(43)

berkisar antara 8-21 ruas. Jumlah ruas tersebut tergantung pada varietas yang mempunyai panjang batang antara 50-60 cm, namun rata-rata panjang batang pada umumnya 150-300 cm. Jumlah daun yang menempel pada tanaman yaitu antara 8-48 helai, tetapi biasanya berkisar antara 12-18 helai. Danarti dan Najiyati (1995) dalam Agustina (2001), menuliskan bahwa daun jagung tumbuh di setiap ruas batang. Daun ini mempunyai lebar 4-15 cm dan panjang 30-150 cm, serta didukung dengan pelepah daun yang menyelubungi batang.

Tanaman jagung menghendaki daerah-daerah yang beriklim sedang hingga beriklim subtropis atau tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 1-50o LU hingga 0-40o LS. Temperatur yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-30oC, sedangkan temperatur optimum adalah antara 23-27 oC. Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dataran rendah sampai dataran tinggi yang memiliki ketinggian antara 1000-1500 m dpl, dengan kemiringan tanah kurang dari 8 %.

Tanaman jagung dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, karena jagung tidak memerlukan persyaratan khusus. Akan tetapi tanaman jagung yang ditanam pada tanah gembur, subur, dan kaya akan humus dapat memberikan hasil baik. Untuk tanah yang bersifat asam, sebaiknya dilakukan pengapuran terlebih dahulu. Tanah dan tempat pertanaman hendaknya memperoleh sinar matahari dan udara yang cukup.


(44)

Menurut AAK (1993), dalam usahatani jagung, benih harus disiapkan terlebih dahulu, karena benih merupakan modal pokok dalam budidaya jagung. Pada umumnya benih jagung yang dibutuhkan tergantung pada :

(a) Kesehatan benih

Faktor kesehatan benih berasal dari dalam benih meliputi keadaan embrio yang baik, normal, dan sehat, sehingga memungkinkan biji tumbuh dengan baik, keadaan cadangan makanan dalam benih cukup sebagai persediaan selama proses pertumbuhan benih, dan benih tidak terinfeksi oleh hama dan penyakit.

(b) Kemurnian benih

Benih murni tidak tercampur oleh kotoran dan benih lain. (c) Daya tumbuh benih

Daya tumbuh benih yang baik mencapai 90 %.

Peranan benih dalam usaha peningkatan produksi sangat besar, sehingga penyediaan benih dalam pembangunan pertanian merupakan faktor yang menentukan berhasil tidaknya usaha pertanian. Benih merupakan sarana produksi yang sangat penting dalam meningkatkan produktivitas suatu

tanaman, sedangkan sarana produksi lainnya seperti pupuk dan pestisida hanya akan memberikan dukungan yang positif, apabila disertai dengan penggunaan benih bermutu.


(45)

Keuntungan menggunakan benih bermutu dibandingkan dengan benih lokal adalah (a) Benih bermutu (berlabel) telah memenuhi syarat dan dijamin oleh pemerintah. (b) Benih bermutu mempunyai kemurnian tinggi, sehingga memberikan kepuasan tersendiri bagi petani (c) Pertanaman yang dihasilkan tumbuh serempak, merata serta masaknya juga serempak, sehingga akan memudahkan pemanenan.

Arsyad (1988) menyatakan bahwa lokasi penanaman jagung sebaiknya di daerah terbuka seperti persawahan, sebab tanaman jagung adalah tanaman yang memerlukan cahaya yang banyak. Selain itu bebas dari genangan air, tidak terendam dan dapat diairi jika diperlukan. Suhu yang dibutuhkan selama pertumbuhan tanaman jagung adalah berkisar antara 33o C-35o C. Curah hujan yang baik bagi tanaman jagung adalah berkisar antara 100 mm – 123 mm setiap bulan dengan penyebaran merata. Tanaman jagung baik ditanam pada tanah lempung berdebu, lempung, dan lempung berpasir, pada pH tanah sekitar 5,5-7,5 dengan kemiringan tanah tidak lebih dari 8 %.

Waktu tanam jagung yang baik adalah pada musim hujan sekitar bulan September – November, musim kemarau sekitar bulan Februari – April. Pada saat tanam, tanah harus lembab tetapi tidak becek. pada lahan jenis sawah, penanaman dapat dilakukan pada musim labuhan, musim marengan, dan musim kemarau. Khusus untuk penanaman pada musim labuhan sebaiknya dipilih varietas genjah (umurnya pendek), sehingga tersedia waktu untuk persiapan


(46)

penanaman padi. Pada saat penanaman, tanah harus cukup lembab tetapi tidak becek. Jarak antara tanaman diusahakan teratur agar ruang tumbuh tanaman seragam dan pemeliharaan tanaman mudah. Dengan populasi 50.000

tanaman/ha, jagung dapat ditanam dengan jarak tanam 100 cm x 40 cm dengan dua tanaman per lubang atau 100 cm x 20 cm dengan satu tanaman per lubang atau 75 cm x 25 cm dengan satu tanaman per lubang. Lubang yang dibuat sedalam 3-5 cm, setiap lubang diisi 2-3 biji jagung kemudian lubang ditutup dengan tanah.

(AAK, 1993)

Untuk pemupukan, pupuk yang diberikan berupa pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik yang diberikan berupa pupuk kandang yang diberikan sebagai pupuk dasar dan diberikan pada saat pengolahan tanah, sedangkan pupuk anorganik yang diberikan sebagai pupuk dasar dan pupuk susulan. Untuk jagung hibrida, pupuk yang diberikan adalah pupuk urea 1/3 bagian dari dosis anjuran, TSP dan KCl diberikan seluruhnya, sisa dari pupuk urea diberikan pada 3 minggu setelah tanam dan 6 minggu setelah tanam masing-masing 1/3 dari dosis anjuran, untuk jagung non hibrida, pupuk urea diberikan 1/3 dari dosis yang dianjurkan disertai pupuk TSP dan KCl pada saat penanaman, 2/3 pupuk urea diberikan pada saat tanaman berumur 3 minggu setelah tanam. Kebutuhan pupuk per hektar adalah: untuk jagung hibrida pupuk urea yang dibutuhkan sebesar 250-300 kg, TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg. Sementara untuk jagung yang bukan hibrida, per hektar dibutuhkan urea 200-250 kg, TSP


(47)

75-100 kg, dan KCl 50-100 kg. Jenis atau tingkat kesuburan sangat mempengaruhi jumlah pupuk yang diberikan.

Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi : penjarangan tanaman pada umur 2-3 hari setelah tanam, penyulaman (dilakukan pada umur 1 minggu setelah tanam), penyiangan (dilakukan pada saat tanaman berumur 15 hari setelah tanam) penyiangan kedua dilakukan pada waktu pemupukan kedua yaitu dengan pembubunan. Pembubunan dilakukan untuk memperkokoh batang dan untuk memperbaiki drainase. Tanaman jagung yang sudah tua dan siap dipanen berumur 7 minggu setelah berbunga. Produksi jagung dengan

penggunaan benih jagung hibrida yang diikuti dengan dosis pemupukan yang optimum dan dengan bercocok tanam yang baik, dapat menghasilkan 4-5 ton/ha. (AAK, 1993)

4. Pengertian Usahatani dan Indikator Kemajuan Usahatani

Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk memperoleh hasil selanjutnya (Adiwilaga, 1992).

Menurut Mubyarto (1989) dan Soekartawi (1995), biaya usahatani dibedakan menjadi: Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya


(48)

tetap meliputi sewa tanah, pajak, alat pertanian, dan iuran irigasi; Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, seperti biaya saprodi (tenaga kerja, pupuk, pestisida, dan bibit). Pendapatan kotor usahatani atau penerimaan usahatani sebagai nilai produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Untuk menaksir komoditas atau produk yang tidak dijual, digunakan nilai berdasarkan harga pasar yaitu dengan cara mengalikan produksi dengan harga pasar (Soekartawi, dkk, 1995). Soeharjo dan Patong (1973) dan Hernanto F (1989) menyatakan penerimaan usahatani dapat berupa: (1) hasil penjualan tanaman, ternak, ikan, atau produk yang akan dijual; (2) produk yang dikonsumsi pengusaha dan keluarganya selama melakukan kegiatan; dan (3) kenaikan nilai investasi.

Usahatani memerlukan faktor – faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Faktor produksi usahatani adalah input yang digunakan untuk

menghasilkan barang – barang dan jasa (Tedy, dkk, 2001) atau dalam hal ini pengertian faktor produksi adalah semua pengorbanan yang diberikan tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan produk pertanian yang baik. Faktor produksi memang sangat menentukan jumlah produk yang

dihasilkan.

Produksi merupakan kombinasi dan kordinasi material – material dan keluaran – keluaran (input faktor, sumberdaya atau jasa – jasa produksi) dalam


(49)

pembuatan barang atau jasa. Dengan kata lain produksi merupakan tolak ukur dari seluruh kegiatan usahatani. Produksi juga dapat diartikan sebagai segala kegiatan dalam rangka menambah kegunaan (utility) suatu barang atau jasa untuk kegiatan dimana dibutuhkan faktor – faktor produksi yang dalam ilmu ekonomi terdiri dari modal, tenaga kerja, dan manajemen. Produksi juga merupakan alat ukur dari pendapatan usahatani (Tedy, 2001).

Pendapatan usahatani merupakan hasil pengurangan dari total penerimaan usahatani dengan total biaya yang dikeluarkan. Besarnya pendapatan yang diterima merupakan balas jasa untuk tenaga kerja dan modal yang digunakan dalam proses produksi usahatani (Tjakrawiralaksana, 1985). Analisis

pendapatan usahatani biasanya digunakan untuk mengukur keberhasilan usahatani. Analisis pendapatan usahatani menggambarkan keadaan sekarang dari suatu usahatani sehingga dapat melakukan evaluasi dengan peranan dan tindakan pada masa yang akan datang, (Soeharjo dan Patong, 1973).

Kegiatan usahatani dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern, faktor intern meliputi 1) manajemen sumberdaya manusia, 2)

tekhnologi yang digunakan, 3) tanah, 4) modal, 5) petani pengelolah, 6) jumlah keluarga, sedangkan faktor ekstern meliputi 1) transportasi, 2) pasar, 3)

fasilitas, 4) sarana penyuluhan.

Keberhasilan dari usahatani atau indikator keberhasilan dari suatu usahatani adalah produksi dan pendapatan usahatani. Produksi dan pendapatan


(50)

merupakan suatu alat ukur dari tingkat berhasilnya sebuah usahatani, (Tjakrawiralaksana, 1985).

Soekartawi (1987), usahatani bisa dikatakan maju bila petani sudah

menggunakaninput modern. Soekartawi menjelaskan bahwa dalam usahatani modern tersedianya sarana atau faktor produksi (input) belum berarti

produktivitas yang diperoleh petani akan tinggi. Namun bagaimana petani melakukan usahanya secara efisien adalah upaya yang sangat penting. Efisiensi teknis akan tercapai bila petani mampu mengalokasikan faktor produksi

sedemikian rupa sehingga produksi tinggi dapat tercapai. Berikut uraian dari masing-masing faktor produksi dalam usahatani

a) Tanah

Petani hendaknya mempelajari sistem atau klasifikasi usahatani apa yang harus digunakan. Bagaimana pola, tipe, struktur, corak dan bentuk usahataninya. Kecocokan tanah adalah kemampuan tanah untuk ditanami dengan berbagai jenis tanaman, atau kemampuan tanah untuk berproduksi. Kemampuan tersebut, dapat dilihat dari segi : lereng, drainase, kedalaman tanah, tekstur bawah, konselerasi/ derajat kelembaban, resiko kebanjiran dan lain-lain Tanah merupakan faktor terpenting dalam usahatani, dalam

usahatani modern petani harus menentukan pupuk yang digunakan untuk pengolahan tanah dan sebaiknya mengikuti anjuran penyuluh, alat – alat yang digunakan juga hendaknya mengikuti perkembangan teknologi, dulu


(51)

petani membajak tanahnya menggunakan bantuan hewan, memberantas hama secara manual dan sebagainya namun di era modern sudah

menggunakan alat – alat modern seperti pengolahan tanah dengan traktor yang lebih efisien, sprayer beserta obat gulma untuk memberantas gulma. b) Tenaga Kerja

Untuk memperoleh produksi yang tinggi petani harus mampu menghitung ukuran satuan kerja. Petani juga dapat mengefisiensikan biaya yang mereka keluarkan. Berikut adalah contoh menghitung ukuran satuan kerja :

Cabang Usaha : Jagung, Cabang Usaha : Ubi Jalar Hari Kerja : 178 Hari Kerja : 525 Hasil : Rp 19.400 Hasil : Rp 10.500 Produktivitas (Rp/HK): 108,99 Produktivitas (Rp/HK): 20

Masing-masing cabang usaha mempunyai produktivitas yang berbeda. Dengan perhitungan satuan kerja tersebut, dapat dilihat oleh petani manakah cabang usaha yang dapat memberikan keuntungan bagi petani

c) Modal

Modal adalah input yang sangat penting untuk usahatani. Usahatani akan berjalan jika petani memiliki cukup modal, dalam hal ini sistem yang efisien untuk memperoleh modal adalah dengan sistem kemitraan, dengan sistem kemitraan ini, selain petani memperoleh modal dari mitra kerja petani juga tidak mengalami kesulitan dalam menjual produknya, harga produksinya pun sudah disepakati secara bersama.


(52)

d) Manajemen

Cooperative Farming Complexes (CFC) adalah konsep sistem pengelolaan lahan satu hamparan secara efisien oleh sekelompok petani dalam suatu manajemen bersama. Model ini sejak lama berkembang dan dipraktekkan oleh beberapa negara maju seperti Jepang dan negara-negara Eropa dalam menghadapi masalah inefisiensi produksi.

5. Teknologi Pertanian

Teknologi pertanian dapat diartikan sebagai suatu cara dan metode baru untuk menghasilkan atau menyelesaikan suatu produk dan meningkatkan hasil produksi. Pengertian teknologi dalam arti luas dapat mencakup semua cara atau prosedur yang oleh masyarakat dianggap baru dan untuk menghasilkan atau menyelesaikan suatu produk serta pekerjaan dengan biaya, tenaga dan waktu yang lebih hemat ( Sugihen, 1996 ).

Mubyarto (1989) mengartikan tekhnologi pertanian sebagai cara – cara bertani. Penerapan teknologi pertanian dimaksudkan untuk menaikan produktivitas baik produktivitas tanah, modal, atau tenaga kerja. Teknologi yang senantiasa berubah merupakan syarat mutlak dalam pembangunan pertanian. Apabila tidak ada perubahan teknologi maka pembangunan pertanian akan berhenti. Teknologi di pedesaan dapat membantu warga desa meningkatkan


(53)

mendapatkan nafkah dalam usahataninya. Tujuan utama dalam menggunakan teknologi adalah untuk meningkatkan produktivitas (Sayogyo, 1985).

Penggabungan beberapa teknologi menghasilkan paket teknologi yang disebut panca usahatani yaitu meliputi:

a) Penggunaan benih unggul yang bermutu, b) Perbaikan cara bercocok tanam, c) Pengairan dan drainase, d) Pemupukan berimbang. e) Pengendalian organisme pengganggu tanaman.

Menurut Mosher (1986), untuk meningkatkan produktivitas setiap petani semakin lama semakin bergantung pada sumber – sumber luar lingkungannya. Petani harus dapat mewujudkan 5 syarat fasilitas dan jasa (servis) jika pertanian hendak dimajukan.

Kelima syarat fasilitas dan jasa (servis) itu adalah : a. Pasaran untuk hasil usahatani

b. Teknologi yang selalu berubah.

c. Sarana produksi dan peralatan secara local yang harus tersedia. d. Perangsang produksi bagi petani.

e. Pengangkutan

6. Produktivitas

Menurut Beattle dan Taylor (1994), produksi adalah proses kombinasi dan kordinasi material – material dan kekuatan – kekuatan (input), faktor sumber daya atau jasa – jasa Produksi dalam pembuatan suatu barang atau jasa (output).


(54)

Produksi merupakan suatu proses yang dapat mengubah barang dan jasa (input) menjadi barang atau jasa lainnya (output), sedangkan untuk meningkatkan produk usahatani diperlukan teknologi yang berkembang.

Menurut Mubyarto (1989), produktivitas adalah tingkat efektifnya serangkaian atau satu faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa yang ekonomis dalam satu tahun dalam satuan kuantitas per faktor produksi. Produktivitas merupakan perbandingan hasil yang telah diperoleh dengan jumlah faktor produksi yang digunakan yaitu : tenaga kerja, lahan dan input lainnya (Hernanto, 1991).

7. Referensi dari Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Fahrul Rozi tentang Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang Pria dalam Meningkatkan Kemampuan Kelompok Tani kodya metro tahun 2005 menyatakan, kinerja PPL merupakan akumulasi dari berbagai aktivitas

penyuluh dalam melaksanakan tugasnya. Adapun aktivitas penyuluh antaralain : (1) pencapaian angka kredit sesuai jenjang jabatan, (2) kepemimpinan, (3) pembinaan kelompok tani, (4) transfer teknologi dan rekayasa sosial, (5) produktivitas komoditas di wilayah kerja PPL, (6) rencana kerja PPL, (7) gabungan kerjasama PPL dengan instansi terkait, (8) hasil karya khusus PPL, dan (9) karya tulis ilmiah PPL.


(55)

Hasil penelitian M. Thoriq tentang Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang dan Hubungannya dengan Tingkat Kemajuan Usahatani Jeruk di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2000 menyatakan, kinerja seorang PPL dapat dilihat dari tugas pokok PPL tersebut. Adapun tugas pokok seorang PPL antara lain :

(1) identifikasi masalah usahatani, (2) penyusunan rencana kerja, (3)

pembinaan terhadap kelompok tani, (4) transfer ilmu dan teknologi pertanian, dan (5) hubungan kerjasama PPL dengan instansi terkait.

Hasil penelitian Fadli tentang Tingkat Keberhasilan dalam Pelaksanaan tugas dan Hubungannya dalam Pencapaian Tujuan Penyuluh di Wilayah Kerja Balai Penyuluhan (WKBPP) di Kecamatan Jati Agung Tahun 2006 menyatakan, tugas – tugas dari seorang PPL antaralain : (1) mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh petani, (2) menginventarisasi data wilayah kerjanya sebagai bahan dasar dalam dalam penetapan materi penyuluhan sumberdaya, (3) membantu menyusun program penyuluhan pertanian, (4) menggali dan mengembangkan sumberdaya, (5) mengembangkan swakarsa petani, (6) mengupayakan kemudahan petani dalam mendapatkan saprodi, (7) meningkatkan pengetahuan petani, dan (8) menyusun laporan.

Hasil penelitian Paryani tentang Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Petani dalam Budidaya Jagung di Kecamatan Candipuro menunjukan, untuk mendorong kinerja PPL diperlukan adanya motivasi kepada petani,


(56)

motivasi itu sendiri adalah dorongan untuk memuaskan suatu kehendak untuk mencapai suatu hasil, kepuasan terjadi apabila hasilnya sudah tercapai.

B.Kerangka Pemikiran

Penyelenggaraan penyuluhan pertanian di masa lalu masih menggunakan

pendekatan dari atas kebawah (top down) sehingga belum dapat mengakomodasi aspirasi dan peran aktif yang sebenarnya dari petani dan pelaku usahatani lainnya. Paradigma baru manajemen pembangunan adalah mendorong dan memberikan kesempatan seluas – luasnya bagi masyarakat untuk berpartisipasi, jadi tidak lagi menggunakan pendekatan “top down”.

Pembangunan pertanian di masa mendatang perlu memberikan perhatian yang khusus terhadap penyuluhan pertanian, karena penyuluhan pertanian merupakan salah satu kegiatan yang strategis dalam upaya pencapaian tujuan pembangunan pertanian. Melalui kegiatan penyuluhan, petani ditingkatkan kemampuannya agar dapat mengelola usahataninya dengan produktif, efisien dan menguntungkan, sehingga petani dan keluarganya dapat meningkatkan kesejahteraan.

Meningkatnya kesejahteraan petani dan keluarganya adalah tujuan utama dari pembangunan pertanian.

Pertanian sebagai sektor penting dalam perekonomian nasional memerlukan sumberdaya manusia yang berkualitas dan berdaya saing untuk dapat menghadapi berbagai tantangan global, pada saat ini dan di masa yang akan datang. Untuk


(57)

membangun pertanian menjadi tulang punggung pertanian Indonesia perlu dilaksanakan penyuluhan pertanian yang efektif dan efisien.

Salah satu upaya untuk menciptakan sumberdaya manusia yang berkualiatas dilakukan melalui penyuluhan pertanian. Oleh karena itu penyuluhan pertanian merupakan salah satu hal yang strategis dalam mencapai tujuan pembangunan pertanian. Penyuluhan pertanian merupakan upaya pemberdayaan petani dan pelaku usaha pertanian lain sebagai sumberdaya pelaku pembangunan pertanian.

Banyak faktor yang menyebabkan kinerja PPL belum optimal dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya sehingga menyebabkan proses pembangunan pertanian tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah dan organisasi penyuluhan harus dapat memberikan

kontribusi secara nyata dalam rangka memotivasi PPL, agar dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Keterbatasan pengetahuan petani mengakibatkan sistem manajemen dan teknis pengolahan usahatani menjadi kurang optimal sehingga menyebabkan jumlah produksi dan pendapatan usahatani menurun. Kegiatan penyuluhan pertanian mampu memberikan informasi mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang pertanian kepada petani, sehingga dapat membantu meningkatkan produksi dan pendapatan mereka. Keberadaan PPL sangat penting bagi petani, suatu usahatani tidak akan berkembang jika tidak ada PPL yang membantu petani memberikan informasi dan melakukan identifikasi – identifikasi terhadap kegagalan usahatani sebelumnya. Petani membutuhkan


(58)

pendampingan dari PPL dalam pelaksanaan usahataninya untuk meminimalisir kesalahan yang dilakukan petani. Kegiatan usahatani membutuhkan transfer ilmu dan teknologi dari PPL guna meningkatkan produktivitas dan pendapatan mereka, transfer ilmu dan teknologi tersebut dapat berupa tata cara penerapan panca usahatani. Penerapan teknologi panca usahatani itu sendiri terdiri dari :

penggunaan benih unggul bermutu, perbaikan cara bercocok tanam, pengairan dan drainase, pemupukan berimbang, pengendalian organism pengganggu.

Paket teknologi panca usahatani tersebut dapat diterapkan pada tanaman jagung yang merupakan komoditas subsektor tanaman pangan melaui pembinaan yang dilakukan oleh PPL kepada para pelaku usahatani. Keberhasilan penerapan panca usahatani jagung tersebut memberikan dampak positif terhadap peningkatan produktivitas usahatani jagung.

Kinerja PPL adalah akumulasi dari seluruh aktivitas penyuluh dalam

melaksanakan tugasnya (Rozi, 2005), sehingga kinerja PPL dapat dinilai dari pelaksanaan tugas pokok, dan fungsi penyuluhan pertanian lapang dalam melakukan pengembangan usahatani jagung di wilayah binaannya yang terdiri dari : Identifikasi masalah usahatani jagung, penyusunan rencana kerja, pembinaan terhadap kelompok tani, transfer ilmu dan teknologi pertanian dan hubungan kerja sama PPL dengan instansi terkait.


(59)

Kinerja PPL yang baik dapat meningkatkan penerapan panca usahatani yang baik, dengan kinerja PPL dan penerapan panca usahatani yang baik akan mempengaruhi peningkatan kemajuan suatu usahatani

Kinerja PPL dalam penelitian ini mengacu kepada penelitian Thorik yang meliputi : Identifikasi masalah usahatani jagung, penyusunan rencana kerja, pembinaan terhadap kelompok tani, transfer ilmu dan teknologi pertanian dan hubungan kerja sama PPL dengan instansi terkait. Penerapan panca usahatani jagung pada

penelitian ini mengacu kepada penelitian Fahrul Rozi yang meliputi : penggunaan benih unggul bermutu, perbaikan cara bercocok tanam, pengairan dan drainase, pemupukan berimbang, pengendalian organism pengganggu. Kemajuan usahatani pada penelitian ini mengacu pada buku usahatani (Tjakrawiralaksana. 1985) yang meliputi : input modern, produktivitas dan pendapatan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat digambarkan paradigma kerangka pemikiran dalam penelitian ini, seperti yang tertera pada Gambar 1.


(60)

Gambar 1. Kerangka pemikiran

Gambar 1. Paradigma Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dalam penerapan panca usahatani jagung dan Hubungannya dengan Tingkat Kemajuan Usahatani Jagung

C. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ;

1. Adanya hubungan yang nyata antara kinerja PPL dengan tingkat penerapan panca usahatani di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan

2.Adanya hubungan yang nyata antara kinerja PPL dengan kemajuan usahatani jagung di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan

3. Ada hubungan yang nyata antara penerapan panca usahatani jagung dengan tingkat kemajuan usahatani jagung di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan

Variabel X Kineja PPL (1) Identifikasi masalah

usahatani jagung. (2) Penyusunan rencana

kerja.

(3) Pembinaan terhadap kelompok tani. (4) Transfer ilmu dan

teknologi pertanian. (5) Hubungan kerjasama

PPL dengan instansi tekait. Variabel Z Tingkat kemajuan usahatani jagung 1. Menggunakan input modern 2. Produktivitas 3. Pendapatan Usahatani Variabel Y Penerapan Panca Usahatani Jagung 1) Penggunaan benih

unggul. 2) Perbaikan cara

bercocok tanam. 3) Pengairan. 4) Pemupukan . 5) Pengendalian

organisme pengganggu .


(61)

III. METODE PENELITIAN

A.Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, secara operasional dapat diuraikan tentang definisi operasional, pengukuran, dan klasifikasi variabel – variabel yang diteliti.

1. Variabel Bebas (X)

Kinerja PPL adalah akumulasi dari berbagai aktivitas penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugasnya yang meliputi:

a. Identifikasi masalah usahatani jagung adalah kinerja PPLyang mencakup keterlibatan dan peran PPL sebagai agen pembaharu dalam membantu menanggulangi masalah usahatani jagung di wilayah binaannya. Kinerja PPL diukur dengan menggunakan pertanyaan yang berjumlah 5 pada PPL dan kelompok tani responden dan setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1 -3, dengan demikian diperoleh skor tertinggi 15 dan terendah 5, selanjutnya skor tersebut diklasifikasikan menjadi tinggi (11,68 – 15,00) sedang 8,34 – 11,67) dan rendah (5,00 – 8,33) dan rendah (3,00 – 5,00). Pertanyaan yang digunakan berdasarkan pada :

1) Keterlibatan dan peran PPL dalam mengidentifikasi masalah usahatani jagung binaannya.

a) Jika PPL selalu ikut berperan dan ikut membantu mengidentifikasi masalah petani jagung binaannya = 3.


(62)

b) Jika PPL kadang – kadang berperan dalam mengidentifikasi masalah petani jagung binaannya = 2.

c) Jika PPL tidak pernah berperan dalam mengidentifikasi masalah petani jagung binaannya =1.

2) Keterlibatan dan peran PPL dalam proses pemecahan masalah petani jagung binaannya.

a) Jika terdapat masalah, PPL aktif membantu dan ikut memecahkan masalah = 3.

b) Jika terdapat masalah, PPL hanya memberikan pemecahan masalah = 2.

c) Jika terdapat masalah, PPL tidak pernah aktif membantu dan ikut memecahkan masalah = 1.

3) Proses pengambilan keputusan

a) Jika PPL melakukan musyawarah bersama kelompok tani jagung binaannya dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan suatu permasalahan usahatani jagung = 3.

b) Jika PPL melakukan musyawarah hanya dengan rekan seprofesi dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan suatu

permasalahan usahatani jagung = 2.

c) Jika PPL tidak pernah melakukan musyawarah dengan petani dan rekan seprofesi dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan permasalahan usahatani jagung = 1.

4)Jumlah dalam sebulan PPL melaksanaan penyuluhan pertanian ?. a) Dalam 1 bulan 3 – 4 kali, skor = 3.


(63)

b)Dalam 1 bulan 1 – 2 kali, skor = 2.

c) Tidak pernah melakukan penyuluhan, skor = 1.

5) Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) melakukan pendampingan

kelompok tani jagung dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi.

a) Melakukan pendampingan terhadap kelompok tani jagung dan dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah disampaikan pada kegiatan penyuluhan pertanian, skor = 3.

b)Melakukan pendampingan terhadap kelompok tani jagung dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah disampaikan pada kegitan penyuluhan pertanian secara tidak rutin, skor = 2.

c) Tidak pernah melakukan pendampingan terhadap kelompok tani jagung dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah disampaikan pada kegiatan penyuluhan pertanian, skor = 1.

b. Penyusunan rencana kerja adalah kinerja PPL dalam hal penyusunan Program kerja, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan penyuluhan pertanian di wilayah Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Ketapang Kabupaten Lampung Selatan. Penyusunan rencana kerja diukur dengan

menggunakan pertanyaan yang berjumlah 6 pada kelompok tani dan PPL responden dan setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1 – 3, dengan demikian diperoleh skor tertinggi 18 dan terendah 6, selanjutnya skor tersebut diklasifikasikan menjadi tinggi (14,02 – 18,00), sedang (10,01 –


(64)

14,01) dan rendah (6,00 – 10,00). Pertanyaan yang digunakan berdasarkan pada :

1)Penyusunan rencana kerja / program penyuluhan pertanian.

a) Jika PPL menyusun rencana kerja / program penyuluhan pertanian secara rutin sebelum melakukan kegiatan penyuluhan

pertanian = 3.

b) Jika PPL menyusun rencana kerja / program penyuluhan pertanian secara tidak rutin sebelum melakukan kegiatan penyuluhan

pertanian = 2.

c) Jika PPL tidak menyusun program perencanaan kerja / program penyuluhan pertanian sebelum melakukan kegiatan penyuluhan pertanian = 1.

2)Keterlibatan PPL dalam menyusun perencanaan kerja / program penyuluhan pertanian.

a) Jika PPL selalu hadir dan memberikan ide / gagasan dalam menyusun program mengenai kegiatan – kegiatan yang akan dilakukan = 3.

b) Jika PPL kadang – kadang hadir dan memberikan ide / gagasan menyusun program mengenai kegiatan – kegiatan yang akan dilakukan = 2.

c) Jika PPL tidak pernah hadir dan memberikan ide / gagasan penyusunan program mengenai kegiatan – kegiatan yang akan dilakukan = 1.


(1)

105

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan tentang kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) terhadap penerapan panca usahatani jagung dan hubungannya dengan tingkat kemajuan usahatani jagung maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Tingkat kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) terhadap penerapan panca usahatani jagung adalah tinggi. Kinerja PPL yang meliputi identifikasi masalah usahatani, penyusunan rencana kerja, pembinaan terhadap kelopok tani jagung, transfer ilmu dan teknologi pertanian dan kerjasama PPL dengan instansi terkait secara keseluruhan juga tinggi.

2. Tingkat kemajuan usahatani jagung di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan adalah tinggi. Indikator kemajuan usahatani jagung yang meliputi pendapatan, produktivitas dan penggunaan input modern secara keseluruhan juga tinggi

3. Ada hubungan yang nyata antara kinerja PPL dengan penerapan panca usahatani jagung, namun tidak terdapat hubungan yang nyata antara kinrja PPL dengan tingkat kemajuan usahatani jagung dan penerapan panca usahatani jagung dengan tingkat kemajuan usahatani jagung.


(2)

106

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka disarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Untuk pemerintah maupun dinas pertanian dan dinas lainnya yang terkait dengan penelitian ini agar lebih memperhatikan lagi fasilitas – fasilitas yang mendorong peningkatan kinerja PPL dalam memajukan usahatani .

2. Kepada Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) agar ditingkatkan lagi kinerjanya dalam menjalin hubungan dengan instansi – instansi pemerintah maupun swasta agar dapat membantu petani dalam melakukan kegiatan usahatani serta meringankan petani dalam memperoleh sarana produksi pertanian.

3. Perlu penelitian selanjutnya mengenai peranan pemerintah dan instansi – instansi pertanian dalam menunjang kinerja PPL guna memajukan usahatani jagung di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1993. Tehknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius. Jogyakarta Adiwilaga, A. 1992. Ilmu Usahatani. Cetaken ke – III. Alumni. Bandung. Arsyad S. 1988. Konversi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.

Bachtiar R, Hernanto. 1991. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya. Barata, A.A. 2006. Dasar – Dasar Pelayanan Prima. Alexmedia Komputindo.

Jakarta

Beattle dan Taylor Robert. 1994. Ekonomi dan Produksi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Bimas. 1999. Pedoman Peningkatan Kinerja Penyuluh Pertanian. Sekretariat Badan Pengendali Bimas. Jakarta

BIPP. 2000. Program Penyuluhan Pertanian Kodya Mtro. Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian. Kodya Metro.

Danarti dan Najiyati, S. 1995. Palawija Budidaya dan Analisis Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Departemen pertanian.2009. Program Penyuluhan BPP Ketapang Tahun 2009. Dinas Pertanian Ketapang Kabupaten Lampung Selatan. Ketapang 30 hlm Deptan. 2007. Undang – Undang Sitem Penyuluhan Pertanian. Dinas

Pertanian dan Ketahanan pangan Provinsi Lampung. 22 hlm. Hernanto F. 1989. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya

Kartasapoetra. (1994). Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara: Jakarta Klotler. (2000). Marketing Management. Millenium Edition. New york. Lippit Et Al. (1958). Pengaruh Penyuluh Terhadap Keputusan Petani.


(4)

Mardikanto, T. (1992). Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret Press.

Masri Singarimbun.1991. Metode Penelitian, Yogyakarta : LP3S. Mosher. (1997). Menggerakan dan Membaangun Pertanian. Yasaguna:

Jakarta.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian.. LP3ES. Jakarta. 305 hlm.

Nasution, Z. 1989. Prinsip – Prinsip Komunikasi Untuk Penyuluhan. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. 85 hlm.

Nasution, Z. 1996. Komunikasi Pembangunan. P.T. Rajagrafindo Persada. Jakarta. 207 hlm.

Padli. 2006. Tingkat Keberhasilan dalam Melaksanakan Tugas Pokok dan Hubungannya dalam Pencapaian Tujuan Penyuluhan Pertanian. Skripsi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.

Paryani Desi. 2007. Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Petani Dalam Budidaya Jagung. Skripsi Pertanian. Fakultas Pertanian.

Universitas Lampung. Pengertian Pertanian.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian.diakses pada tanggal 6 oktober Prawiro, Ruslan H. 1983. Kependudukan , Teori, Fakta dan Masalah.

Bandung: Alumni.

Prawirosentono. 1999. Manajemen Sumberdaya Manusia. Gramedia: Jakarta Priyono. 2009. Penyusunan Program Penyuluhan. www.ilmu peternakan.com.

diakses pada tanggal 23 november 2012.

Rasyid, M.A. 2001. Sangat Diperlukan Kegiatan Penyuluhan Pertanian. Extensia. Vol 13 tahun VII. September 2001

Rogers, dan Shoemaker. (1985). Masyarakat Ide Baru. Usaha Nasional: Surabaya

Rozi Fahrul. 2005. Kinerja Penuluh Pertanian Lapang Pria dalam

Meningkatkan Kemampuan Kelompok Tani di Kodya Metro. Skripsi Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Lampung.


(5)

Sayogyo, P. 1985. Peranan Wanita Dalam Perkembangan Masyarakat Desa. YHS dan CV. Rajawali. Jakarta. 379 hlm.

Samsudin, U. 1989. Dasar – Dasar Penyuluhan dan modernisasi Penyuluhan. Bumi Aksara. Bandung 171 hlm.

Siegel, S. 1988. Statistik Nonparametrik. Untuk Ilmu – Ilmu Sosial. Gramedia. Jakarta. 374 hlm.

Simamora Hendry. (2006). Manajemen Sumberdaya Manusia. Gramedia Pustaka: Jakarta

Soeharjo, A dan Patong. 1973. Sendi – Sendi Pokok Usahatani. Jurusan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor : Bogor

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta

Soekartawi, 1984, Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk pengembangan petani kecil, UI-Press- Jakarta

Subagyo. 1997. Meningkatkan Profesionalisme Penyuluh Pertanian Melalui Revitalisasi Penyuluhan Pertanian dalam Pertanian Modern. Prosiding Seminar FP Unila. Bandar Lampung. 20 hlm

Sugihen. 1996. Sosiologi Pedesaan. Jakarta : Raja Grapindo Persada

Suhardiyono, L. 1992. Seuntai Pengetahuan : Usahatani Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta. 439 hlm.

Sukaryo, D.G. 1983. Farmer Participation In The Training and Visit System and the Role of the Village Extension Worker : Experience in Indonesia. Di dalam Agricultural Extension by Training and Visit. The asian Axperience. Hal.17 – 31. The World Bank. Washington DC. Sumardjo. (1999). Transformasi Model Punyuluhan Pertanian Menuju

Pengembangan Kemandirian Petani. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Suprapto, H. 1995. Bercocok Kedelai. Penebar Swadaya : Jakarta

Tedy Herlambang, dkk. 2001. Teori Ekonomi Makro. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta


(6)

Thoriq. M. 2000. Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang dan Hubungannya dengan Tingkat Kemajuan Usahatani Jeruk di Kabupaten Tulang Bawang. Skripsi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Tjakrawiralaksana, A. 1985. Usahatani. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian.

Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Umar, H. 1989. Sumberdaya Manusia Dalam Organisasi. P.T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 439 hlm.

Usahatani maju

www.scribd.com/analisa usahatani di akses pada tanggal 6 januari 2013 Y. Kurniawan. 2006. Memberi Motivasi Kerja Karyawan.


Dokumen yang terkait

Analisis Usahatani Dan Pemasaran Jagung (Studi Kasus Desa Pamah, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi)

2 43 142

Dampak Otonomi Daerah Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kabupaten Karo

0 21 94

Peranan Penyuluh Pertanian Dalam Peningkatan Usahatani Padi Sawah (Kasus: Desa Sei Mencirim, Kecamatan sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

59 279 88

Analisis Ekonomi Usahatani emiri Serta Hubungannya Dengan Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Tanah...

0 20 4

JUDUL INDONESIA: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA METRO\ JUDUL INGGRIS: IMPLEMENTATION OF INCLUSIVE EDUCATION IN METRO CITY

1 56 92

JUDUL INDONESIA: IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (Studi Kasus di SMPN 3 Kotabumi Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara) JUDUL INGGRIS: THE IMPLEMENTATION OF SCHOOL BASED MANAGEMENT (Case Study on SMPN 3 Kotabumi in South Kotabumi Dist

0 13 93

JUDUL INDONESIA: SENGKETA BATAS WILAYAH INDONESIA-MALAYSIA DI PERAIRAN AMBALAT JUDUL INGGRIS: TERRITORY BORDER DISPUTE OF INDONESIA-MALAYSIA IN AMBALAT WATERS

0 74 108

JUDUL INDONESIA: Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) Dalam Penerapan Panca Usahatani Jagung Serta Hubungannya Dengan Tingkat Kemajuan Usahatani Jagung Di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan JUDUL INGGRIS: (Agricultural Extension Workers’ Perf

0 18 96

Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas Abstract - Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas

0 1 9

Analisis Usahatani Dan Pemasaran Jagung (Studi Kasus Desa Pamah, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi)

1 4 52