Dengan adanya jawaban dari masyarakat tersebut, maka semakin memperkuat bahwa program ALADIN merupakan program yang sangat ditunggu-tunggu
masyarakat. Program yang manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh masyarakat. Program yang pelaksanaanya dapat langsung dilihat dan diawasi oleh masyarakat.
Bahakan program tersebut memang melibatkan masyarakat secara langsung dalam implementasinya.
3.4 Kedudukan Program Apakah Sudah Tepat Dalam Bidang Dari Organisasi Pelaksana
Untuk lebih memahami kedudukan masing-masing anggota dalam kepanitiaan program ALADIN 2009 di Kota Medan maka penulis melakukan wawancara pada
ketiga instansi pemrintah yang terlibat didalamnya, yakni BPP KB, Bappeda Kota Medan dan Kecamatan Medan Sunggal.
Dan pertama sekali peneliti mengajukan pertanyaan kepada Panitia program ALADIN tahun 2009, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana yaitu
Bapak Azhar dan Ibu Isma dengan pertanyaan yang sama. Yaitu sebagai berikut: Menurut pendapat BapakIbu mengapa pihak KB yang diberikan tanggung jawab oleh
walikota Medan untuk melaksanakan program ALADIN tersebut? dan beliau menjawab:
“ Program ALADIN sesuai dengan Surat Walikota : 47612318 tanggal 19 Agustus 2009 perihal bantuan perbaikan Rumah ALADIN menyatakan bahwa BPP
KB menjadi badan yang ditugaskan untuk melaksanakannya. Sesuai dengan bentuk dan jenis bantuan yang bersifat sosial dan berhubungan langsung dengan masyarakat,
maka badan KB dianggap badan yang paling berkompeten untuk bertanggungjawab. Apalagi dalam proses pelaksanaanya, masyarakat penerima bantuan ALADIN
diutamakan adalah keluarga yang mengikuti program KB. Jadi, kegiatan program
Universitas Sumatera Utara
ALADIN ini sekaligus ingin lebih memperkenalkan kepada masyarakat tentang program KB.”
Maka, dari pendapat diatas dapat diketahui bahwa kedudukan BPP KB sebagai badan pelaksana program ALADIN sudah lah tepat. Apalagi dengan adanya
program ALADIN tersebut, diharapkan masyarakat dapat lebih mengenal lagi program KB. Sehingga laju pertumbuhan penduduk masyrakat kota Medan akan semakin
menurun.
3.5 Seluruh Implementator Yang Akan Melaksanakan Kebijakan Tersebut
Argumen pertama yang penulis dapat dari informan yaitu Sekretaris Panitia pelaksanaan program ALADIN Medan dari BPP KB, yakni Ibu Dra. Isma Navida
Situmorang. Dan pertanyaan yang diajukan adalah: dalam pembentukan progam ALADIN kota Medan, siapa saja yang dilimpahkan wewenang dan tugas untuk
menjalankan program ALADIN kota Medan untuk tahun 2009? Dan Beliau menjawab: ”ALADIN perbaikan Atap, Lantai dan Dinding merupakan program bantuan
dari pemerintah kota Medan untuk mengatasi kemiskinan berupa perbaikan rumah yaitu dari segi pemenuhan kebutuhan primer berupa papan. Program ini tidaklah
ditangani oleh BPPKB kota Medan sendiri, ada suatu panitia yang dibentuk dalam pelaksanaannya. Karena dalam pengerjaannya diperlukan adanya berbagai kerjasama
dan koordinasi dari berbagai pihak baik dari instansi pemerintah maupun masyrakat sendiri. Yakni, Badan Pemeberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
BPPKB sebagai badan yang ditugasi oleh Walikota Medan bekerjasama dengan pihak Kecamatan sendiri yaitu Camat serta koordinator KB kecamatan, Lurah, Kepala
Lingkungan, serta Bappeda kota Medan sebagai pengarah kegiatan. Dan tentu saja kerjasama dari masyrakat sangat dibuthkan untuk mensukseskan program ini.”
Dari pernyataan diatas penulis menyimpulkan bahwa program ALADIN merupakan program yang dilakukan secara bersama-sama oleh aparatur pemerintahan
Universitas Sumatera Utara
dengan adanya kerjasama dan koordinasi dari pihak lain selain Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana BPPKB sendiri. Yakni, kerjasama dengan
pihak Kecamatan Medan Sunggal, Masyarakat Medan Sunggal yang kemudian bersama-sama melakukan proses pendataan, survey lapangan dan dokumentasi rumah
masyarakat Medan Sunggal yang dianggap tidak layak huni dan memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan dalam Surat Walikota Medan Nomor : 47612318 tanggal 19
Agustus 2009 perihal bantuan perbaikan Rumah ALADIN. Kemudian untuk lebih memperjelas mengenai adanya kerjasama dan koordinasi,
maka penulis menayakan kepada Koordinator KB Kecamatan Medan Sunggal mengenai proses pelaksanaan ALADIN di lapangan, yaitu pada kecamatan Medan
Sunggal. Pertanyaan yang diajukan adalah: Apakah memang terdapat adanya kerjasama dan koordinasi pihak KB dengan petugas di lapangan ? dan Beliau menjawab :
”Ya, tentu saja terdapat adanya kerjasama dan koordinasi dengan petugas yang lapangan yang melakukan pendataan maupun pengawasan di lapangan. Misalnya saja,
kami petugas KB dari Kecamatan selalu melakukan rapat koordinasi dengan pihak kelurahan dan kepling yang dilakukan seperlunya. Apalagi dalam hal pendataan, yang
paling tahu mengenai kondisi dan kebutuhan masyarakatnya disekitarnya adalah orang yang dekat dengan masyarakat itu sendiri. Maka dalam hal ini, lurah dan kepala
lingkungan juga kami libatkan untuk proses pendataan untuk delapan 8 rumah yang benar-benar memenuhi kriteria penerima bantuan ALADIN yaitu keluarga pra
sejahtera, rumah tidak layak huni, memiliki surat tanah tanah milik sendiri serta tidak berada di jalur hijaualiran sungai dan daerah terlarang lainnya. Hal ini sangatlah
dibuthkan karena kita merupakan suatu tim yang bekerja sama dalam menyukseskan program ini. Yang tentunya kami tidak dapat berjalan sendiri-sendiri. Kerjasama yang
baik tentunya akan lebih memudahkan dan mempercepat pelaksanaan program ALADIN tersebut”
Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa program ALADIN dilakukan dengan mempertimbangkan kebijakan yang memang mendorong
Universitas Sumatera Utara
target grup untuk melaksanakannya. Dalam hal ini yang menjadi target grup ialah badan pelaksana yang ditunjuk oleh Walikota Medan untuk mensukseskan program ALADIN
tahun 2009 di Kota Medan. Dapat kita lihat bahwa memang terdapat adanya koordinasi yang kemudian akan membentuk suatu kerjasama yang solid diantara para
implementor, sehingga implementasi dari kebijakan itu sendiri akan menjadi tepat sasaran dan sesuai dengan rencana awal.
Universitas Sumatera Utara
BAB V ANALISA DATA