Upaya Peningkatan Manfaat Rencana Tata Ruang Dalam Mekanisme Perencanaan Program Pembangunan Di Kota Medan

(1)

U P AYA P EN IN GKATAN MAN FAAT

REN CAN A TATA RU AN G D ALAM MEKAN IS ME

PEREN CAN AAN PROGRAM PEMBAN GU N AN

D I KOTA MED AN

T E S I S

Ole h :

BAH RIAN EFFEN D I

0 5 7 0 0 3 0 1 0 / PW D

SEKOLAH PASCASARJAN A

UN I V ERSI TAS SUM ATERA UTARA

M E D A N

2 0 0 7


(2)

U P AYA P EN IN GKATAN MAN FAAT

REN CAN A TATA RU AN G D ALAM MEKAN IS ME

PEREN CAN AAN PROGRAM PEMBAN GU N AN

D I KOTA MED AN

T E S I S

Un t u k M e m pe r ole h Ge la r M a gist e r Sa in s

D a la m Pr ogr a m St u di Pe r e n ca n a a n Pe m ba n gu n a n W ila y a h da n Pe r de sa a n Pa da Se k ola h Pa sca sa r j a n a Un iv e r sit a s Su m a t e r a Ut a r a

Ole h :

BAH RIAN EFFEN D I

0 5 7 0 0 3 0 1 0 / PW D

SEKOLAH PASCASARJAN A

UN I V ERSI TAS SUM ATERA UTARA


(3)

Ju du l Pe n e lit ia n : Upa y a Pe n in gk a t a n M a n fa a t Re n ca n a Ta t a Ru a n g D a la m M e k a n ism e Pe r e n ca n a a n Pr ogr a m Pe m ba n gu n a n di Kot a M e da n

N a m a M a h a sisw a : Ba h r ia n Effe n di N om or Pok ok : 0 5 7 0 0 3 0 1 0

Pr ogr a m St u di : Pe r e n ca n a a n Pe m ba n gu n a n W ila y a h D a n Pe r de sa a n ( PW D )

Meny et uj ui,

Pr of.Dr .I r .A.Rahim Mat ondang, MSI E K e t u a

lic.r er .r eg.Sir oj uzilam ,SE I r .Budi Der it a Sinulingga, M.Si

Anggot a Anggot a

Ket ua Pr ogr am St udi Dir ekt ur

Pr of.Bacht iar Hassan Mir aza Pr of.Dr .I r .T.Chair un Nisa B, MSc


(4)

UPAYA PENINGKATAN MANFAAT RENCANA TATA RUANG DALAM MEKANISME PERENCANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN DI

KOTA MEDAN

ABSTRAK

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap kesesuaian antara program pembangunan dengan rencana tata ruang, ternyata pemanfaatan rencana tata ruang untuk program pembangunan di kota Medan masih belum seperti yang diharapkan/direncanakan. Penyusunan program pembangunan yang dilaksanakan Pemerintah Kota Medan melalui musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) ternyata menggambarkan sangat rendahnya pemanfaatan rencana tata ruang Kota Medan. Ada indikasi bahwa dalam forum musrenbang yang dimulai dari Kelurahan kurang memperhatikan Rencana Tata Ruang Kota. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan upaya peningkatan pemanfaatan rencana tata ruang kota dalam mekanisme perencanaan program pembangunan di Kota Medan. Penggalian facktor penyebab kurang dimanfaatkannya rencana tata ruang untuk pemrograman pembangunan dilakukan dengan studi pustaka dan penelitian lapangan. Studi pustaka dilakukan untuk pencarian faktor-faktor umum, sedangkan wawancara terhadap pelaku forum musrenbang digunakan untuk mencari factor-faktor penyebab secara khusus di Kota Medan. Analisa dilakukan secara kualitatif.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa rencana tata ruang kota Medan masih kurang dimanfaatkan, adapun faktor-faktor yang ditemui di lapangan antara lain adalah kualitas dari rencana tata ruang itu sendiri (tidak sesuai dengan di lapangan, kurangnya sosialisasi rencana tata ruang, pendistribusian dokumen rencana tata ruang tidak sampai ke kelurahan dan kecamatan, rendahnya kualitas aparat, serta factor perubahan dan kecenderungan perkembangan, serta tidak transparan.

Upaya yang perlu dilakukan guna meningkatkan pemanfaatan rencana tata ruang di Kota Medan, adalah sebagai berikut :

* Menjadikan rencana tata ruang sebagai salah satu pedoman dalam mengajukan usulan program pembangunan dalam forum musyawarah perencanaan pembangunan (MUSRENBANG).

* Meningkatkan kualitas rencana tata ruang.

* Meningkatkan sosialisasi tentang rencana tata ruang. * Mendistribusikan rencana tata ruang secara merata. * Meningkatkan kemampuan aparat dan kelembagaan.

* Menyusun rencana tata ruang yang mampu mengantisipasi perubahan dan kecenderungan perkembangan.


(5)

EFFORT OF INTENSIFYING THE UTILIZATION OF LAND-USE PLANNING IN THE MECHANISM OF DEVELOPMENT

PROGRAM PLANNING IN THE CITY OF MEDAN

ABSTRACT

Based on the observation done on the conformity between depelopment program and land use planning, it is found out that the utilization of land use planning for development program carried out by the city government of Medan through a development planning meeting reveals the poor utilization of land-use planning of Medan. It is indicated that in the forum of development planning meeting commencing from the Kelurahan (rural village) level, town land use planning is not much paid attention.

This study is intended to formulate the effort of intensifying the utilization of town land-use planning in the mechanism of development program planning in the city of Medan. Library and field researchs were conducted to find out the causing factor of why land-use planning is not much used in programming the development. Library research was carried out to find the general factors and interviews were done to those participating in the forum of development planning meeting to find out the causing factors wich especially exist in Medan. The data obtained were qualitatively analyzed.

The result of this study reveals that town land-use planning is not intensely used in Medan because of the poor quality of the land-use planning itself (does not conform with what is done), land-use planning is not much socialized, the distribution of land-use planning document does not reach the sub-district (kecamatan) and rural village (kelurahan), poor quality of human resources, a factor change and tendency of development, and non-transparancy.

The effort needed to intensify the use of land-use planning in Medan are : * to make the land-use planning as one of the guidance in proposing a development

program in the forum of development planning meeting (MUSRENBANG) * to improve the quality of land-use planning

* to increase the socialization of land-use planning * to evenly distribute the land-use planning

* to improve the quality of human resourch avalaible

* to formulate a land-use planning that can actipate the change and tendency of development.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya jugalah tesis ini dapat terselesaikan. Substansi yang diangkat sebagai kasus penelitian ini adalah berkaitan dengan Upaya Peningkatan Manfaat Rencana

Tata Ruang dalam Mekanisme Perencanaan Program Pembangunan di Kota

Medan. Tema ini perlu dibahas mengingat sampai dengan saat ini, rencana tata ruang

hanya digunakan dalam kaitan dengan perijinan. Padahal rencana tata ruang ini dapat pula digunakan sebagai arahan bagi pemerintahan di Kelurahan dan Kecamatan dalam mengajukan usulan rencana pembangunan di wilayah masing-masing maupun bagi masyarakat, serta dapat dijadikan acuan dalam penyusunan usulan program, terutama jika menyangkut masalah lokasi rencana pembangunan.

Tesis ini merupakan sebuah karya yang mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu tidak lupa penyusun sampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE sebagai Ketua Program Studi

Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, SPS, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, SPS, Universitas Sumatera Utara.


(7)

3. Bapak Prof.DR.Ir. A. Rahim Matondang, MSIE sebagai Ketua Komisi Pembimbing, yang telah memberi saran, dukungan, pengetahuan dan bimbingan kepada penyusun hingga tesis ini selesai.

4. Bapak lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE sebagai dosen pembimbing yang telah memberi saran, dukungan, pengetahuan dan bimbingan kepada penyusun hingga tesis ini selesai.

5. Bapak Ir. Budi Derita Sinulingga, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah memberi saran, dukungan, pengetahuan dan bimbingan kepada penyusun hingga tesis ini selesai.

6. Bapak Drs. Rujiman, MA sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan-perbaikan pada tesis ini.

7. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan-perbaikan pada tesis ini.

8. Bapak/Ibu Dosen di Program Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, SPS, Universitas Sumatera Utara, yang namanya tidak bias disebutkan satu persatu, atas pengajaran dan bimbingan yang telah diberikan selama penyusun mengikuti perkuliahan.

9. Bapak/Ibu Staf Administrasi Sekolah Pasca Sarjana Program Perencanaan

Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, SPS, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi dukungan dan bantuan.


(8)

10.Bapak Camat Medan Belawan, Camat Medan Labuhan, Camat Medan Deli, Camat Medan Area, Camat Medan Kota, Camat Medan Tuntungan serta jajarannya yang telah membantu penulis dalam mendapatkan data-data di masing-masing wilayahnya.

11.Ibunda tercinta Hj. Siti Erlam Harahap dan Ayahanda Amilin Dalimunthe (Alm) yang telah memberi harapan, dorongan, semangat dan do’a selama ini.

12.Istriku Deny Siregar, SE yang selama ini dengan penuh kesabaran telah memberi dukungan dan semangat kepada penyusun.

13.Anak-anakku Nurul Safira Dalimunthe, Mayra Izzaty Erzamira Dalimunthe,

Syakira Amilia Andini Dalimunthe yang dengan penuh pengertian kepada penyusun.

14.Rekan-rekan Stambuk 2005 di Sekolah Pasca Sarjana Program Perencanaan

Wilayah dan Perdesaan Universitas Sumatera Utara.

Penyusun menyadari bahwa tesis yang dikerjakan sebatas kemampuan ini, masih jauh dari kesempurnaan, semoga tesis ini bermanfaat bagi yang memerlukan.

Medan, September 2007


(9)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : BAHRIAN EFFENDI

Tempat/Tanggal Lahir : Sigalangan,Tap.Sel, 10 September 1969

Alamat : Jl. Universitas No. 48 Medan

Pekerjaan : PNS

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Warga Negara : Indonesia

Nama Orang tua Laki-laki : Amilin Dalimunthe Nama Orang tua Perempuan : Hj. Siti Erlam Harahap

PENDIDIKAN FORMAL

SD Negeri No. 142509 Sigalangan : Lulus tahun 1982

SMP Negeri Sigalangan : Lulus tahun 1985

SMA Negeri XI Medan : Lulus tahun 1988

Universitas Darma Agung Medan : Lulus tahun 1994

PENGALAMAN KERJA

- 1998 s/d 2001 sebagai Pegawai Negeri Sipil bertugas di Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I : PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA... 9

2.1. Pemanfaatan Rencana Tata Ruang... 9

2.2. Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kota Medan, Sifat dan Fungsinya... 26

2.3. Rencana Detail (sub-sub wilayah)... 28

2.4. Mekanisme Perencanaan Program Pembangunan... 35

2.5. Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) ... 42

2.6. Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kecamatan ... 44

2.7. Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kota ... 45


(11)

2.8. Hasil Penelitian Terdahulu... 46

2.9. Kerangka Berfikir ... 47

BAB III : METODE PENELITIAN ... 50

3.1. Lokasi Penelitian... 51

3.2. Populasi dan Sampel ... 52

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 53

3.4. Defenisi Operasional... 56

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN... ... 60

4.1. Deskripsi Wilayah... 60

4.2. Gambaran Umum Responden ... 62

4.3. Hasil Penelitian ... 64

4.3.1. Analisis terhadap Keterlibatan Responden dalam Forum Musrenbang... 64

4.3.2. Analisis Pengetahuan/Pemahaman Responden tentang Rencana Tata Ruang Kota Medan ... 67

4.3.3. Analisis Pemanfaatan Rencana Tata Ruang Kota Medan dalam Pembangunan Wilayah ... 71

4.4. Pembahasan... 76

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN... 85

5.1. Kesimpulan ... 85

5.2. Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

Tabel 3.1 Daftar Populasi dan sampel Kecamatan Medan Belawan... 52

Tabel 3.2 Ciri-ciri Metode Kualitatif ... 55

Tabel 4.1. Komposisi Umur Responden ... 63

Tabel 4.2. Komposisi Pekerjaan Responden ... 64

Tabel 4.3. Persentase Responden yang Terlibat dalam Forum Musrenbang Tahun 2007 ... 66

Tabel 4.4. Alasan Ketidakhadiran Responden dalam Forum Musrenbang Kota Medan ... 67

Tabel 4.5. Pendapat/Alasan Responden tentang adanya Rencana Tata Ruang Kota Medan ... 68

Tabel 4.6. Pendapat/Alasan Responden tentang Maksud dan Tujuan Rencana Tata Ruang Kota Medan ... 69

Tabel 4.7. Alasan Responden berkaitan dengan Pengetahuan terhadap Maksud dan Tujuan Rencana Tata Ruang Kota Medan... 70

Tabel 4.8. Persentase Pemanfaatan Rencana Tata Ruang Kota Medan ... 72

Tabel 4.9. Alasan Responden berkaitan dengan Penggunaan RTR Kota Medan dalam Penyusunan Usulan Program Pembangunan... 76


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

Gambar 2.1. Contoh Rencana detail suatu wilayah ... .. 34 Gambar 2.2. Kerangka Berfikir... .. 47 Gambar 2.3. Aliran Proses Perencanaan Pembangunan Partisipatif Kota... 48


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lamp Judul 1. Questioner Penelitian

2. Peta Rencana Perluasan Kota Medan 3. Peta Konsep Pengembangan

4. Peta Sub Pusat Kota 5. Peta Kawasan Industri

6. Peta Pengembangan Eks Bandara Polonia

7. Peta Wilayah Metropolitan Medan Urban Development Project 8. Peta Flood Control Program

9. Peta Drainage Program 10. Peta Sewerage Program 11. Peta Solid Waste Program

12 . Peta Struktur Kota Medan Tahun 2005

13. Peta Pembagian Wilayah Pengembangan & Pembangunan

14. Peta Pembagian Wilayah Pengembangan & Pembangunan Tahun 2005 15. Peta Rencana dan Realisasi Sub Pusat Kota Kotamadya Medan

Tahun 1974 - 1993 16. Peta Hirarki Jalan

17. Peta Lokasi Perumahan Real Estate dan Perumnas 18. Peta Area Perbaikan Kampung/KIP (MUDP II) 19. Peta Penggunaan Tanah Eksisting


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1992 tentang penataan ruang mengatur tentang Perencanaan, Pemanfaatan dan Pengendalian Rencana Tata Ruang. Pasal 22 ayat 3 menyebutkan bahwa rencana tata ruang kabupaten/kota merupakan pedoman antara lain untuk :

a. Perumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.

b. Terwujudnya keterpaduan, keterikatan dan keseimbangan antar wilayah

kabupaten/kota.

c. Penetapan lokasi investasi yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun

masyarakat di wilayah kabupaten/kota.

d. Pelaksanaan pembangunan dalam memanfaatkan ruang bagi kegiatan

pembangunan.

Pasal 22 ayat 4 menyebutkan bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota menjadi dasar untuk penerbitan perjanjian lokasi pembangunan. Pasal 15 ayat 1 menyatakan bahwa pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan program pemanfaatan ruang (beserta pembiayaannya) yang didasarkan atas rencana tata ruang. Dalam Penjelasan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1992 ditegaskan bahwa penyelenggaraan pemanfaatan ruang tersebut berkaitan


(16)

dengan pemanfaatan ruang yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama. Memperhatikan peraturan tersebut, maka pelaksanaan pembangunan yang memanfaatkan ruang harus sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan, sehingga pemanfaatan ruang tidak akan bertentangan dengan rencana tata ruang.

Rencana tata ruang merupakan pedoman pelaksanaan pembangunan yang berisi kebijaksanaan strategis dan program-program pemanfaatan ruang dalam jangka waktu perencanaan (Sujarto, 1990). Oleh karena itu, rencana tata ruang harus bersifat realistis operasional yang berfungsi sebagai alat koordinasi bagi program-program pembangunan dari berbagai sumber pendanaan, sebagai wujud pemanfaatan ruang (Kartasasmita, 1996). Rencana tata ruang memiliki waktu perencanaan jangka panjang dan jangka menengah, sesuai dengan jenis rencananya. Pemerintah melaksanakan pembangunan. Untuk melaksanakan pembangunan terlebih dahulu menyusun rencana program pembangunan tahunan. Rencana program pembangunan tahunan disusun berpedoman pada rencana jangka menengah dan merupakan perspektif rencana jangka panjang. Rencana program pembangunan tersebut dijabarkan lagi ke dalam kegiatan pembangunan tahunan daerah sesuai dengan tahun anggaran (Tjokroamidjoyo, 1990). Jadi, pada hakekatnya pemanfaatan rencana tata ruang terwujud dalam rencana program pembangunan tahunan dalam bentuk program-program pembangunan. Program pembangunan tahunan disusun melalui suatu mekanisme perencanaan program pembangunan.


(17)

Namun kenyataannya di lapangan, rencana tata ruang ini kurang dimanfaatkan. Dalam musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) yang dilaksanakan oleh kelurahan dan kecamatan, sering terjadi penyusunan program rencana pembangunan hasil musrenbang tidak mengacu kepada rencana tata ruang. Alasan yang dikemukakan para pelaksana dan peserta musrenbang selalu bahwa mereka tidak memiliki dokumen rencana tata ruang, kalaupun mereka memilikinya belum tentu bisa mengaplikasikannya baik di lapangan maupun penjelasan kepada peserta musrenbang yang lain karena latar belakang aparatur di kelurahan dan kecamatan bisa dikatakan tidak pernah dari tamatan sarjana teknik. Selain itu sosialisasi dari instansi yang bertanggungjawab menyusun rencana tata ruang ini ke kelurahan dan kecamatan tidak pernah, mereka mendengar tentang dokumen rencana tata ruang ini hanya dari rapat-rapat yang dilaksanakan di pemerintah kota atau bahkan hanya dari isu-isu saja, kalau secara langsung diampaikan kepada aparatur kelurahan dan kecamatan hal ini belum pernah dilaksanakan ataupun serah terima dari pejabat sebelumnya.

Mekanisme perencanaan program pembangunan dilaksanakan dalam bentuk penyelenggaraan forum musrenbang daerah (Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/987/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Partisipatif). Forum musrenbang daerah diselenggarakan melalui urutan proses sebagai berikut :

Tahap 1 Forum Musyawarah Pembangunan Desa/Kelurahan (Forum Musrenbang


(18)

Tahap 2 Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kecamatan.

Tahap 3 Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kota.

Forum Musrenbang mempunyai kedudukan serta fungsi yang penting dan strategis dalam mengefektifkan, mengoptimalkan proses perencanaan pembangunan daerah, terutama dalam rangka meningkatkan konsistensi dan sinkronisasi kebijakan, pencapaian tujuan, sasaran, program dan kegiatan pembangunan daerah. Penyelenggaraan forum musrenbang ditujukan untuk menghasilkan kesepakatan dan komitmen di antara pelaku pembangunan atas isu strategis, kegiatan dan perkiraan anggaran pembangunan tahunan daerah, dimana pengambilan keputusannya dilakukan secara partisipatif dengan berpedoman pada dokumen perencanaan pembangunan daerah. Forum musrenbang kota menghasilkan usulan program pembangunan yang diperlukan guna menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja.

Forum Musrenbang kota menghasilkan usulan rencana program pembangunan. Untuk menyusun usulan program pembangunan, forum Musrenbang kota melakukan proses seleksi terhadap usulan program pembangunan dari tingkat kecamatan (forum musrenbang kecamatan) dan usulan program pembangunan dari dinas, badan, lembaga dan kantor di tingkat kota. Untuk menyusun usulan program pembangunan, forum musrenbang kecamatan melakukan proses seleksi terhadap usulan program pembangunan dari tingkat kelurahan (forum musrenbang kelurahan)


(19)

menyusun usulan program pembangunan, forum musrenbang kelurahan melakukan proses seleksi terhadap usulan rencana program pembangunan secara partisipatif, yaitu usulan dari masyarakat melalui peserta forum musrenbang kelurahan.

Program pembangunan yang membutuhkan ruang harus berpedoman pada rencana tata ruang (UU No.24 Tahun 1992), dengan kata lain dalam menyusun program pembangunan harus memanfaatkan rencana tata ruang. Pada saat ini rencana tata ruang belum terkait dengan sistem pelaksanaan pembangunan di daerah penelitian, sehingga kurang operasional dalam penerapannya, sebagai akibatnya rencana tata ruang kurang diperhatikan dalam forum musrenbang. Pandangan tersebut menjelaskan bahwa, rencana tata ruang kurang dijabarkan ke dalam rencana program pembangunan tahunan yang dibahas dalam forum koordinasi pembangunan, akibatnya ada program yang sesuai dengan rencana tata ruang dan ada program yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Sesuai atau tidaknya usulan program/proyek yang dibahas dalam forum dengan rencana tata ruang, ditentukan oleh kesesuaian lokasi program dengan rencana tata ruang (Oetomo, 1998).

Program yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang akan menimbulkan ketidak konsistenan dalam pemanfaatan ruang yang ada. Untuk mendalami hal tersebut, dipilih Kota Medan sebagai daerah studi. Pemerintah Kota Medan untuk melaksanakan pembangunan, terlebih dahulu menyusun rencana program pembangunan melalui mekanisme perencanaan program pembangunan. Kota Medan telah memiliki rencana tata ruang. Rencana tata ruang wilayah Kota Medan


(20)

ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 1995. Dalam Perda Kota Medan Nomor 4 Tahun 1995, Pasal 1 menyebutkan bahwa rencana umum tata ruang kota (RUTRK) pada prinsipnya diarahkan untuk memperoleh gambaran perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian serta fungsi ruang atau lahan Kotamadya Daerah Tingkat II Medan saat ini dan untuk masa mendatang, guna menentukan aspek strategis dan struktur kota yang berdaya guna, tepat guna serta mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan kota sehingga dapat terjaga kelangsungan dan kelestariannya.

Namun di kelurahan dan kecamatan ada indikasi bahwa Rencana Tata Ruang tidak dijadikan pedoman dalam pengajuan rencana program-program pembangunan baik oleh masyarakat maupun pengusaha.

Pemerintah Kota Medan melalui Badan Perencanaan Pembangunan Kota Medan pada Tahun 2005 melakukan evaluasi terhadap rencana tata ruang wilayah Kota Medan. Hasil evaluasi yang telah dilakukan untuk kesesuaian antara program pembangunan yang membutuhkan ruang (baik program pembangunan yang telah maupun yang sedang dilaksanakan) terhadap rencana tata ruang. Evaluasi dilakukan untuk mengukur materi struktur pemanfaatan ruang (jenis, lokasi, luasan), struktur utama tingkat pelayanan (pusat pelayanan), sistem utama transportasi dan sistem utama jaringan utilitas. Hasil evaluasi tersebut menyimpulkan bahwa pemanfaatan rencana tata ruang dalam program pembangunan di Kota Medan tetap masih rendah.


(21)

1.2. Perumusan Masalah

Masih rendahnya pemanfaatan rencana tata ruang dalam program pembangunan di Kota Medan menunjukkan perlu usaha untuk meningkatkan pemanfaatan rencana tata ruang. Usaha-usaha tersebut antara lain melalui perumusan usaha meningkatkan penggunaan rencana tata ruang dalam mekanisme perencanaan program pembangunan. Perumusan usaha dengan cara mengurangi bahkan menghilangkan faktor-faktor penyebab tidak digunakannya rencana tata ruang dalam proses penyusunan usulan program pembangunan. Oleh karena hal tersebut, studi ini akan merumuskan faktor penyebab tidak digunakannya rencana tata ruang pada proses pengusulan program pembangunan dalam forum koordinasi pembangunan. Berdasarkan temuan faktor-faktor tersebut, dilakukan perumusan usaha-usaha yang perlu dilakukan guna mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor penyebab tidak dipergunakannya rencana tata ruang dalam proses penyusunan rencana program pembangunan.

Dalam penelitian ini, persoalan rendahnya pemanfaatan rencana tata ruang maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah rencana tata ruang kota telah dimanfaatkan sebagai pedoman perencanaan pembangunan kota Medan ?

2. Faktor-faktor apakah yang menghambat pemanfaatan rencana tata ruang


(22)

1.3. Tujuan Penelitian

Bertolak dari permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk merumuskan upaya peningkatan pemanfaatan rencana tata ruang dalam mekanisme perencanaan program pembangunan di Kota Medan yang diurai dalam 2 (dua) tujuan, yaitu :

1. Untuk mengetahui sejauhmana pemanfaatan rencana tata ruang dalam mekanisme perencanaan program pembangunan

2. Perumusan faktor-faktor apa yang menghambat pemanfaatan rencana tata ruang dalam mekanisme perencanaan program pembangunan di Kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi perencana kota merupakan masukan sebagai bahan pertimbangan di dalam

mengembangkan konsep-konsep, atau teori-teori rencana kota pada umumnya, khususnya dalam menyusun indikasi program-program pelaksanaan rencana tata ruang

2. Bagi Pemerintah Kota Medan, terutama instansi yang berkepentingan dengan

rencana kota (seperti Dinas Tata Kota dan Bappeda), dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam usaha meningkatkan pemanfaatan rencana tata ruang dalam program pembangunan.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemanfaatan Rencana Tata Ruang

Pada dasarnya, penataan ruang bertujuan agar pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan, pengaturan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung dan budi daya dapat terlaksana, dan pemanfaatan ruang yang berkualitas dapat tercapai. Upaya penataan ruang un juga dilakukan untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan dalam kaitan dengan pertumbuhan ekonomi dan pemerataannya.

Penataan ruang secara umum memiliki pengertian sebagai suatu proses yang meliputi proses perencanaan, pelaksanaan atau pemanfaatan ruang, dan pengendalian pelaksanaan atau pemanfaatan ruang yang harus terkait satu sama lain. Jadi di dalam penataan ruang terkandung sebagai pengertian mengenai tata ruang yang komprehensif.

Tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik direncanakan maupun tidak (UU No.24 Tahun 1992, Pasal 1). Hal tersebut juga dikemukakan oleh Djoko Sujarto (2002) yang menyebutkan bahwa tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang yang merupakan wadah kehidupan.

Penataan ruang (UU No.24 Tahun 1992, Pasal 1) mencakup proses perencanaan tata ruang, proses pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang mana satu dengan lainnya saling berkait.


(24)

Langkah awal penataan ruang adalah penyusunan rencana tata ruang. Rencana tata ruang diperlukan untuk mewujudkan tata ruang yang memungkinkan semua kepentingan manusia dapat terpenuhi secara optimal. Oleh karena itu, rencana tata ruang merupakan bagian yang penting dalam proses pembangunan, bahkan persyaratan untuk dilaksanakannya pembangunan, baik bagi daerah-daerah yang sudah tinggi intensitas kegiatannya maupun bagi daerah-daerah yang baru mulai tumbuh dan berkembang (Kartasasmita, 1997).

Rencana tata ruang merupakan (Sujarto,1992):

1. Penjabaran rencana penataan ruang suatu wilayah secara integral dari suatu kebijaksanaan dan rencana pembangunan wilayah.

2. Rumusan tata ruang yang menyangkut arahan penetapan wilayah lindung,

wilayah budi daya dan pemanfaatan serta penggunaan lahan bagi suatu wilayah, jaringan prasarana serta penataan wilayah konservasi yang ditinjau dalam kaitan yang menyeluruh dan integral menyangkut pengaruhnya dengan bagian bawah bumi dan angkasa.

Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang. Tata ruang merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik direncanakan maupun tidak (Pasal 1 UU No. 24 Tahun 1992). Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota adalah rencana tata ruang wilayah administrasi kabupaten dengan tingkat ketelitian peta skala 1:100.000 sampai dengan 1:150.000 dengan jangka waktu perencanaan 10 tahun. Rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota merupakan


(25)

pemanfaatan ruang, rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang, rencana umum tata ruang dan pedoman pengendalian pemanfaatan ruang.

Tujuan perencanaan tata ruang wilayah kota adalah mewujudkan rencana tata ruang kota yang berkualitas, serasi dan optimal, sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan daerah serta sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan kemampuan daya dukung lingkungan. Fungsi rencana tata ruang wilayah kota adalah:

1. Sebagai penjabaran dari rencana tata ruang provinsi dan kebijakan regional tata ruang lainnya.

2. Sebagai matra ruang dari pembangunan daerah.

3. Sebagai dasar kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang di wilayah kota.

4. Sebagai alat untuk mewujudkan keseimbangan perkembangan antar wilayah kota dan antar kawasan serta keserasian antar sektor.

5. Sebagai alat untuk mengalokasikan investasi yang dilakukan pemerintah,

masyarakat dan swasta.

6. Sebagai pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang kawasan. 7. Sebagai dasar pengendalian pemanfaatan ruang

8. Sebagai dasar pemberian izin lokasi pembangunan skala besar.

Lebih jauh, rencana tata ruang kota dipergunakan sebagai acuan dalam penyusunan maupun pelaksanaan program pembangunan di wilayah kota yang bersangkutan:


(26)

1. Bagi departemen/instansi pusat dan pemerintah provinsi, digunakan dalam penyusunan program-program dan proyek-proyek pembangunan lima tahunan dan tahunan secara terkoordinasi dan terintegrasi.

2. Bagi pemerintah kota, digunakan dalam penyusunan program-program dan

proyek-proyek pembangunan lima tahunan dan tahunan di wilayah kota yang bersangkutan.

3. Bagi pemerintah kota dalam penetapan investasi yang dilaksanakan pemerintah, masyarakat dan swasta, digunakan sebagai acuan dalam perijinan pemanfaatan ruang serta pelaksanaan kegiatan pembangunan di wilayah kota.

Materi dalam rencana tata ruang kota memuat 4 (empat) bagian utama yaitu:

1. Tujuan pemanfaatan ruang wilayah kota, untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dan pertahanan kemanan, yang meliputi: a. Tujuan pemanfaatan ruang

b. Konsep pembangunan tata ruang kota c. Strategi pembangunan tata ruang kota

2. Rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah kota, yang meliputi:

a. Rencana struktur tata ruang, yang berfungsi memberi arahan kerangka

pengembangan wilayah, yaitu:

- Rencana sistem kegiatan pembangunan

- Rencana sistem permukiman perdesaan dan perkotaan - Rencana sistem prasarana wilayah


(27)

b. Rencana pola pemanfaatan ruang, yang ditujukan sebagai penyebaran kegiatan budidaya dan perlindungan.

3. Rencana umum tata ruang wilayah, meliputi:

a. Rencana pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budidaya.

b. Rencana pengelolaan kawasan perkotaan, perdesaan dan kawasan tertentu. c. Rencana pembangunan kawasan yang diprioritaskan.

d. Rencana pengaturan penguasaan dan pemanfaatan serta penggunaan ruang

wilayah.

4. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota

Pengendalian merupakan upaya-upaya pengawasan, pelaporan, evaluasi dan penertiban terhadap pengelolaan, penanganan dan intervensi sebagai implementasi dari strategi pengembangan tata ruang dan penatagunaan sumber daya alam, agar kegiatan pembangunan yang memanfaatkan ruang sesuai dengan perwujudan rencana tata ruang kota yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka rencana tata ruang merupakan suatu rencana yang mengikat semua pihak, yang berbentuk alokasi peruntukan ruang di suatu wilayah perencanaan. Rencana tata ruang dengan demikian merupakan keputusan publik yang mengatur alokasi ruang, dimana masyarakat, swasta dan pemerintah perlu mengacunya. Oleh karena itu, suatu rencana tata ruang akan dimanfaatkan untuk diwujudkan apabila dalam perencanaannya sesuai dan tidak bertentangan dengan kehendak seluruh pemanfaatnya serta karakteristik dan kondisi wilayah perencanaannya, sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam


(28)

pemanfaatan ruang bagi para pemanfaatnya. Dilengkapi dengan kesadaran pertimbangan pembiayaan dan waktu, maka dengan kata lain suatu rencana tata ruang harus disusun dalam suatu wawasan yang lengkap dan terpadu serta operasional, yang tentu saja tingkat operasionalnya disesuaikan dengan tingkat hirarki dan fungsi dari rencana tata ruang tersebut (Patta, 1995).

Selain itu, rencana tata ruang hendaknya (Kiprah, 2001:22):

1. Quickly yielding: rencana tata ruang mampu menganalisis pertumbuhan dan

perkembangan daerah, menghasilkan langkah-langkah serta tahapan-tahapan dan waktu pelaksanaan pembangunan untuk kurun waktu tertentu.

2. Political friendly. demokratisasi dan transparansi sudah menjadi kebutuhan dalam

seluruh rangkaian proses penyusunannya. Pengetahuan-pengetahuan rencana tata ruang mulai dari rembug desa hingga penetapan oleh DPRD sangat menentukan kewibawaan rencana tata ruang.

3. User friendly. Mudah dimengerti dan dipahami oleh segenap lapisan masyarakat.

Sosialisasi perlu dilakukan terus menerus, sehingga masyarakat mudah memahami rencana dan perkembangan yang terjadi.

4. Market friendly. Rencana tata ruang membuka peluang kepentingan dunia usaha

dan rencana penanaman investasi dengan memperhatikan rencana tata guna tanah yang sesuai dengan peruntukannya.

5. Legal friendly. Mempunyai kepastian hukum dan masyarakat dapat memperoleh


(29)

Lebih lanjut, suatu rencana tata ruang akan berhasil bila memenuhi kriteria/unsur-unsur:

1. Disusun berdasarkan orientasi pasar. Rencana tata ruang memiliki peluang bagi aktor atau stakeholders mengikuti dan mengisi tata ruang tersebut.

2. Mempunyai batasan-batasan yang jelas terutama menyangkut kewenangan

masing-masing aktor dan stakeholders agar mempunyai kepastian hukum yang jelas.

3. Disusun untuk mengurangi dampak psikologis yang berkembang di dalam

masyarakat dan mengakomodasikan berbagai kepentingan pelaku pembangunan, baik kelompok minoritas (misalnya pengembang, kontraktor) maupun mayoritas (masyarakat).

4. Mempunyai informasi yang jelas mengenai tahapan pelaksanaan pembangunan

dan kapan rencana tersebut dilaksanakan.

5. Memiliki konsep pembangunan fisik, sosial dan ekonomi yang pasti, masyarakat mengetahui alokasi pembangunan dan pengembangan, sehingga diperoleh informasi daerah/kawasan yang dapat dikembangkan dan dipertahankan.

6. Disusun untuk membangun kebersamaan, memperoleh kesepakatan dengan

menunjukkan pula kelemahan dan kelebihan rencana tata ruang serta dampak yang akan ditimbulkannya, baik positif maupun negatif.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa rencana tata ruang diharapkan mampu menjawab rencana pelaksanaan pembangunan. Diperlukan suatu alternatif planning, yaitu bahwa rencana tata ruang yang meliputi berbagai alternatif


(30)

rencana dengan berbagai kelemahan dan kelebihan masing-masing serta segala konsekuensinya. Alternatif tersebut merupakan pilihan-pilihan yang mempunyai resiko kegagalan pembangunan yang terkecil.

Kegiatan pembangunan dan gerakan masyarakat yang makin dinamis menimbulkan konflik penggunaan lahan yang makin rumit dan sukar diatasi sehingga membangkitkan berbagai masalah sosial dan budaya. Berbagai sektor pembangunan membangun di dalam ruang yang sama dan masing-masing melakukan pembangunan menurut peraturan perundangan sektornya. Kondisi ini semakin lama menimbulkan konflik antara berbagai kepentingan. Oleh karena itu, sejak tahun 1992 diberlakukan Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang yang dirancang untuk memadukan berbagai pengaturan ruang yang bersifat sektoral menjadi suatu kesatuan yang saling berkait dan memberi tempat bagi keperluan semua sektor dan semua orang serta memelihara fungsi lingkungan hidup. Undang-undang tersebut merumuskan kawasan budidaya dan kawasan lindung serta ketentuan-ketentuan perencanaan dan penggunaan ruang yang lebih maju tidak hanya dari aspek fisik ruang, tetapi juga aspek ekonomi, sosial, budaya, ekonomi serta pertahanan dan keamanan.

Pada dasarnya, penataan ruang bertujuan agar pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan, pengaturan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung dan budi daya dapat terlaksana, dan pemanfaatan ruang yang berkualitas dapat tercapai. Upaya penataan ruang juga dilakukan untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan dalam kaitan dengan pertumbuhan ekonomi dan pemerataannya.


(31)

Penataan ruang secara umum memiliki pengertian sebagai suatu proses yang meliputi proses perencanaan, pelaksanaan atau pemanfaatan ruang, dan pengendalian pelaksanaan atau pemanfaatan ruang yang harus terkait satu sama lain. Jadi di dalam penataan ruang terkandung sebagai pengertian mengenai tata ruang yang komprehensif.

Berdasarkan Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, kegiatan penataan ruang terdiri dari perencanaan ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Dengan demikian, penataan ruang pada dasarnya meliputi pengertian manajemen ruang. Menurut undang-undang tersebut, disebutkan pula bahwa rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang yang dilakukan melalui proses dan prosedur penyusunan serta penetapan rencana tata ruang berdasarkan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Atas dasar penjelasan tersebut maka rencana tata ruang disusun melalui proses perencanaan yang disertai kesadaran sepenuhnya akan aspek pemanfaatan ruang dalam opersionalisasinya dan aspek pengendalian dalam implementasi dan evaluasinya.

Dengan kesadaran ini maka produk perencanaan tata ruang sejak awal disusun berdasarkan suatu wawasan keahlian yang telah mempertimbangkan aspek operasionalisasinya, sesuai dengan tingkatan hirarkis dan fungsional dari rencana tata ruang yang ingin dihasilkan. Dampak logisnya adalah suatu rencana tata ruang, dari pemikiran, maksud dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya, sudah seyogianya adalah dokumen hukum yang siap diimplementasikan (Patta, 1995).


(32)

Penataan ruang harus menghasilkan rencana tata ruang yang mempunyai daya antisipasi tinggi terhadap perkembangan dan tidak kalah cepat dengan kebutuhan pembangunan, disamping itu harus bersifat realistis operasional dan benar-benar mampu berfungsi sebagai instrumen koordinasi bagi program-program pembangunan dari berbagai sumber pendanaan (Kartasasmita, 1996).

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Taylor (1982) bahwa perencanaan yang baik adalah rencana yang memiliki respon dan fleksibilitas yang tinggi terhadap adanya perubahan. Hal ini tentunya memerlukan pengelolaan dan sistem yang mampu untuk mendefinisikan dan melakukan pemutakhiran data sebagai umpan balik dalam perencanaan.

Kegiatan pembangunan dan gerakan masyarakat yang makin dinamis menimbulkan konflik penggunaan lahan yang makin rumit dan sukar diatasi sehingga membangkitkan berbagai masalah sosial dan budaya. Berbagai sektor pembangunan membangun di dalam ruang yang sama dan masing-masing melakukan pembangunan menurut peraturan perundangan sektornya. Kondisi ini semakin lama menimbulkan konflik antara berbagai kepentingan. Oleh karena itu, sejak tahun 1992 diberlakukan Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang yang dirancang untuk memadukan berbagai pengaturan ruang yang bersifat sektoral menjadi suatu kesatuan yang saling berkait dan memberi tempat bagi keperluan semua sektor dan semua orang serta memelihara fungsi lingkungan hidup. Undang-undang tersebut merumuskan kawasan budidaya dan kawasan lindung serta ketentuan-ketentuan


(33)

ruang, tetapi juga aspek ekonomi, sosial, budaya, ekonomi serta pertahanan dan keamanan.

Pada dasarnya, penataan ruang bertujuan agar pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan, pengaturan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung dan budi daya dapat terlaksana, dan pemanfaatan ruang yang berkualitas dapat tercapai. Upaya penataan ruang juga dilakukan untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan dalam kaitan dengan pertumbuhan ekonomi dan pemerataannya.

Penataan ruang secara umum memiliki pengertian sebagai suatu proses yang meliputi proses perencanaan, pelaksanaan atau pemanfaatan ruang, dan pengendalian pelaksanaan atau pemanfaatan ruang yang harus terkait satu sama lain. Jadi di dalam penataan ruang terkandung sebagai pengertian mengenai tata ruang yang komprehensif.

Berdasarkan Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, kegiatan penataan ruang terdiri dari perencanaan ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Dengan demikian, penataan ruang pada dasarnya meliputi pengertian manajemen ruang. Menurut undang-undang tersebut, disebutkan pula bahwa rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang yang dilakukan melalui proses dan prosedur penyusunan serta penetapan rencana tata ruang berdasarkan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Atas dasar penjelasan tersebut maka rencana tata ruang disusun melalui proses perencanaan yang disertai kesadaran sepenuhnya akan aspek pemanfaatan ruang dalam opersionalisasinya dan aspek pengendalian dalam implementasi dan evaluasinya.


(34)

Dengan kesadaran ini maka produk perencanaan tata ruang sejak awal disusun berdasarkan suatu wawasan keahlian yang telah mempertimbangkan aspek operasionalisasinya, sesuai dengan tingkatan hirarkis dan fungsional dari rencana tata ruang yang ingin dihasilkan. Dampak logisnya adalah suatu rencana tata ruang, dari pemikiran, maksud dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya, sudah seyogianya adalah dokumen hukum yang siap diimplementasikan (Patta, 1995).

Penataan ruang harus menghasilkan rencana tata ruang yang mempunyai daya antisipasi tinggi terhadap perkembangan dan tidak kalah cepat dengan kebutuhan pembangunan, disamping itu harus bersifat realistis operasional dan benar-benar mampu berfungsi sebagai instrumen koordinasi bagi program-program pembangunan dari berbagai sumber pendanaan (Kartasasmita, 1996).

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Taylor (1982) bahwa perencanaan yang baik adalah rencana yang memiliki respon dan fleksibilitas yang tinggi terhadap adanya perubahan. Hal ini tentunya memerlukan pengelolaan dan sistem yang mampu untuk mendefinisikan dan melakukan pemutakhiran data sebagai umpan balik dalam perencanaan.

Rencana tata ruang merupakan pedoman operasionalisasi dari pemanfaatan ruang. Pasal 22 ayat 3 Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 menyebutkan, bahwa rencana tata ruang akan berfungsi sebagai pedoman untuk :

1) Perumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten/ kota

2) Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar


(35)

Proses pemanfaatan ruang terdiri dari kegiatan dan rincian kegiatan sesuai dengan tingkatan pemerintah. Kegiatan dan rincian tersebut antara lain (Oetomo, 1996) :

1) Pengaturan kawasan lindung dan budidaya 2) Penetapan kebijaksanaan insentif dan disinsentif

3) Penyelarasan antara program pembangunan dan rencana tata ruang

Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 Pasal 15 menjelaskan bahwa :

1) Pemanfaatan tata ruang dilakukan melalui pelaksanaan program pemanfaatan

ruang beserta pembiayaannya yang didasarkan atas rencana tata ruang.

2) Pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diselenggarakan secara bertahap sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam rencana tata ruang.

Untuk memanfaatkan ruang dikembangkan perangkat insentif dan disinsentif. Perangkat insentif merupakan pengaturan yang bertujuan memberikan rangsangan terhadap kegiatan yang selaras dengan tujuan rencana tata ruang, perangkat disinsentif merupakan pengaturan yang bertujuan membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak selaras dengan tujuan rencana tata ruang (Oetomo, 1996).

Unsur-unsur perencanaan pembangunan yang perlu diperhatikan antara lain : (Tjokroamidjojo, 1990)

1) Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar yang juga disebut sebagai tujuan, arah, sasaran dan prioritas pembangunan


(36)

2) Kerangka rencana makro yang dihubungkan dengan berbagai variabel pembangunan

3) Perkiraan sumber-sumber pembangunan

4) Program investasi dan administrasi pembangunan

Menurut Friedman (1987) perencanaan pembangunan harus memiliki, mengetahui dan memperhitungkan beberapa unsur pokok, yaitu :

1) Sasaran-sasaran dan prioritas untuk mewujudkannya. 2) Jangka waktu untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut 3) Masalah-masalah yang dihadapi

4) Modal atau sumber daya yang akan digunakan serta pengalokasiannya 5) Kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk melaksanakannya

6) Orang, organisasi atau badan pelaksana

Perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang, rencana jangka menengah dan rencana tahunan. Rencana tahunan merupakan bagian dan peralatan dalam pelaksanaan rencana jangka menengah dan jangka panjang. Pemerintah untuk melaksanakan pembangunan terlebih dahulu menyusun rencana pembangunan tahunan. Rencana jangka menengah dijabarkan ke dalam rencana tahunan dengan cara penyusunan kebijaksanaan dan program kegiatan yang lebih konkrit, sehingga perencanaan menjadi lebih bersifat operasional (Tjokroamidjojo, 1990). Agar suatu rencana dapat dilaksanakan, maka perencanaan harus memuat isi yang operatif dan diterjemahkan dalam program kegiatan spesifik, cara ini disebut sebagai perencanaan


(37)

operasional tahunan. Dalam hal ini perencanaan jangka menengah lebih merupakan pedoman pengarahan kegiatan dan perkembangan yang harus ditempuh, perlu disesuaikan setiap tahun pelaksanaan sesuai dengan perkembangan kemajuan dan perubahan-perubahan. Selain itu, perencanaan operasional tahunan memberikan kerangka koordinasi dalam pembangunan.

Untuk menyusun rencana operasional tahunan langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah (Tjokroamidjojo, 1990) :

1) Mengadakan tinjauan terhadap keadaan tahun yang lalu dalam pelaksanaan

pembangunan dan mengadakan perkiraan perkembangan untuk tahun yang akan datang.

2) Suatu perkiraan mengenai perkembangan untuk tahun mendatang merupakan

unsur penting dalam penyusunan rencana operasional tahunan

3) Melakukan penelitian sumber-sumber yang dibutuhkan dan tersedia bagi

pembangunan, khususnya sumber-sumber pembiayaan, sumber-sumber bahan vital

4) Merumuskan tujuan dan perkiraan hasil pelaksanaan pembangunan untuk tahun

yang bersangkutan dalam rangka realisasi rencana jangka menengah serta kebijaksanaan jangka pendek lainnya

5) Menyusun kerangka kebijaksanaan pembangunan yang konsisten guna


(38)

6) Menyusun rencana sektoral yang terdiri dari berbagai program pembangunan yang konsisten sesuai dengan kebijaksanaan untuk mencapai tujuan rencana tahunan, selaras dengan prioritas yang telah ditetapkan sebelumnya. Program ini kemudian dirinci kedalam berbagai proyek pembangunan dengan rencana pembiayaannya.

Rencana pembangunan tahunan baru akan bersifat operasional apabila anggarannya tersedia. Rencana tahunan daerah harus tercermin dalam anggaran belanja daerah, demikian pula rencana anggaran belanja harus mencerminkan program-program pembangunan dan tujuan pembangunan. Memperhatikan uraian tentang pemanfaatan ruang dan rencana pembangunan tahunan daerah di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam menyusun rencana pembangunan tahunan daerah harus berpedoman kepada rencana tata ruang.

Rencana operasional tahunan memuat program-program sektoral tertentu untuk mendukung pencapaian tujuan rencana. Program-program tersebut kemudian diperinci dalam proyek-proyek dan selanjutnya tiap proyek dikaitkan dengan rencana pembiayaan. Dalam studi ini penyusunan rencana pembiayaan tidak dibahas.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa di dalam menyusun rencana program pembangunan tahunan harus selaras dengan rencana tata ruang. Rencana pembangunan tahunan disusun melalui suatu mekanisme perencanaan program pembangunan dalam suatu forum koordinasi pembangunan.


(39)

keterpaduan dan sinergi program pembangunan bagi upaya pencapaian tujuan, sasaran, pemanfaatan sumber daya dan pemecahan konflik kepentingan (Kustiwan, 2002).

Usaha pembangunan menghendaki adanya kebijaksanaan dan program pembangunan. Perencanaan maupun pelaksanaan untuk mencapai kebijaksanaan maupun program pembangunan tersebut dilakukan oleh banyak instansi pemerintahan dan masyarakat. Berbagai pelaksanaan program dan pencapaian sasaran pembangunan merupakan kegiatan yang bersifat antar sektor dan antar lembaga. Kurangnya koordinasi sering merupakan hambatan dalam pelaksanaan berbagai jenis kegiatan dan program pembangunan. Koordinasi perlu dilakukan pada tingkat perencanaan program pembangunan. Pada tingkat perencanaan ini perlu diperhatikan pembagian tugas pelaksanaan yang akan dilakukan oleh berbagai lembaga atau badan pemerintah, dengan demikian badan atau lembaga pemerintah dapat mengetahui secara jelas wilayah tanggung jawabnya.

Untuk berkomunikasi dan berkoordinasi pelaksanaan berbagai program diperlukan forum koordinasi pelaksanaan pembangunan, karena (Kunarjo, 1992) :

1. Perlu ditentukan secara jelas siapa yang atau lembaga mana yang diserahi

mengkoordinasikan program

2. Perlu menyusun program pelaksanaan pembangunan secara baik

3. Dalam pelaksanaan program, dasar prinsip fungsionalisasi perlu dituangkan ke dalam rangkaian prosedur yang serasi, jelas dan ditaati oleh semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program tersebut


(40)

4. Perlu diciptakan hubungan kerja yang baik

5. Perlu diusahakan koordinasi dalam proses penyusunan rencana program dan

rencana pembiayaannya

Forum koordinasi untuk menyusun program pembangunan tahunan diselenggarakan melalui suatu mekanisme penyusunan program pembangunan dalam bentuk forum koordinasi pembangunan partisipatif.

2.2. Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kota Medan, Sifat dan

Fungsinya

Sifat rencana umum tata ruang kota Medan adalah dinamis dan berkelanjutan, sehingga suatu rencana tidak bersifat permanen tetapi fleksibel dan dinamis. Pasal 33 Permendagri Nomor 2 Tahun 1987 menyatakan bahwa kegiatan peninjauan kembali rencana kota tersebut lebih ditujukan untuk menjaga keseimbangan pelaksanan pembanmgunan antara satu tahap dengan tahap berikutnya secara terpadu baik antar sub sektor maupun untuk penyesuaian perubahan di bidang sosial ekonomi dan fisik.

Rencana umum tata ruang kota Medan berfungsi sebagai acuan informasi yang dapat dipakai sebagai basis dalam upaya penanganan pembangunan fisik di kawasan kota Medan dan memberikan arahan pembangunan fisik di kawasan pinggiran Kota Medan. Acuan informasi ini harus mudah dimengerti oleh masyarakat umum dan segala unsur yang terkait.


(41)

udara termasuk didalamnya tanah, air, udara dan benda lainnya serta daya, yang merupakan suatu keadaan kesatuan wilayah tempat manusia dan mahluk hidup lainnya melakukan kegiatan dan memelihara keberlangsungan hidupnya (Sujarto, 1992).

Menurut Wetzling (1978), tata ruang terkait dengan segala sesuatu yang berada di dalam ruang sebagai wadah penyelenggaraan kehidupan sehingga menunjukkan distribusi tindakan manusia dan kegiatannya untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tata ruang merupakan jabaran dari produk perencanaan fisik. Di sisi lain, Foley (1967) beranggapan bahwa kerangka konsepsi tata ruang meluas menyangkut wawasan yang disebutnya sebagai wawasan bukan ketataruangan di samping adanya wawasan ketataruangan. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa struktur fisik sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor non fisik seperti organisasi, pola sosial budaya dan nilai kehidupan komunitas (Wheaton, 1974 dan Porteous, 1977).

Tata ruang mengandung arti penataan segala sesuatu yang berada di dalam ruang sebagai wadah penyelenggaraan kehidupan. Tata ruang pada hakekatnya merupakan lingkungan fisik dimana terdapat hubungan organisatoris antara berbagai macam obyek dan manusia yang terpisah dalam ruang tertentu (Rapoport, 1980).

Jadi berfungsinya suatu tatanan ruang akan sangat ditentukan oleh komponen-komponen pembentuknya yang merupakan perwujudan tatanan aktivitas. Dengan kata lain, penataan ruang merupakan proses pengalokasian aktivitas atau kegiatan yang pada dasarnya merupakan penjabaran perkembangan ekonomi dan sosial.


(42)

2.3. Rencana Detail (sub-sub wilayah)

Pengertian perencanaan dikemukakan oleh beberapa ahli, yang saling

melengkapi satu dengan yang lainnya. Perencanaan dibutuhkan karena kebutuhan pembangunan lebih besar dari sumber-sumber yang tersedia (Friedmann, 1987). Melalui perencanaan ingin dirumuskan kegiatan pembangunan yang secara efisien dan efektif dapat memberikan hasil yang optimal dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia dan mengembangkan potensi yang ada. Friedmann (1987) menyatakan bahwa perencanaan merupakan kegiatan yang sistematis untuk memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia dalam rangka meminimalkan konflik.

Sama halnya dengan Friedman, Dusseldorp (1980) menyatakan bahwa secara harfiah perencanaan dapat diartikan sebagai proses kegiatan sebelum tindakan sesungguhnya dilakukan. Perencanaan tersebut dapat berupa satu kegiatan atau bagian dari satu kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh manusia. Dalam lingkup pengertian yang umum, perencanaan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dengan memperhatikan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada guna mencapai suatu tujuan secara efisien dan efektif (Sujarto, 1985). Tjokroamidjojo (1996) menyebutkan beberapa pengertian perencanaan, antara lain:

1. Perencanaan merupakan proses mempersiapkan secara sistematis

kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu.


(43)

3. Perencanaan pembangunan adalah suatu pengarahan penggunaan sumber-sumber pembangunan yang terbatas adanya untuk mencapai tujuan keadaan sosial ekonomi yang lebih baik secara lebih efisien dan efektif.

Sujarto (1990) menyebutkan terdapat unsur-unsur pokok yang terkandung dalam perencanaan, yaitu:

1. Unsur keinginan atau cita-cita; 2. Unsur tujuan dan motivasi;

3. Unsur sumber daya alam, manusia, modal dan informasi; 4. Unsur upaya hasil guna dan dayaguna;

5. Unsur ruang dan waktu.

Perencanaan merupakan kegiatan penyiapan strategi (serangkaian rumusan tindakan) untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Dengan perkataan lain perencanaan merupakan penentuan tujuan pokok (tujuan utama) beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan pada prinsipnya merupakan kegiatan yang berorientasi pada masa depan, atau dengan perkataan lain perencanaan merupakan seperangkat kegiatan yang dilakukan sebelum kegiatan tersebut terjadi (Greed, 1996).

Menurut Diaz (1983) bahwa perencanaan perlu dilakukan oleh karena terbatasnya sumber daya (manusia, alam dan modal) yang dimiliki oleh manusia sedangkan kebutuhan yang harus dipenuhi tidak terbatas. Oleh karena itu perlu dilakukan perencanaan kegiatan yang akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan


(44)

dengan memperhatikan sumber daya yang tersedia dengan menentukan urutan prioritas kegiatan. Jika perencanaan dipandang sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan pembangunan dengan lebih baik, maka sangat kuat alasannya mengapa perencanaan itu sangat diperlukan (Tjokroamidjojo, 1996):

1. Dengan adanya perencanaan diharapkan terdapat suatu pengarahan kegiatan,

adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan pembangunan.

2. Dengan perencanaan maka dilakukan suatu perkiraan (forecasting) terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui. Perkiraan dilakukan mengenai potensi-potensi dan prospek-prospek perkembangan tetapi juga mengenai hambatan-hambatan dan resiko-resiko yang mungkin dihadapi. Perencanaan mengusahakan supaya ketidakpastian dapat dibatasi sedikit mungkin.

3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara terbaik.

4. Dengan perencanaan, dilakukan penyusunan skala prioritas.

5. Dengan adanya rencana maka akan ada suatu alat pengukur atau standar untuk mengadakan pengawasan dan evaluasi.

Perencanaan menurut Conyers (1994) didefinisikan sebagai suatu proses yang bersinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang. Berdasarkan definisi tersebut berarti ada 4 elemen dasar


(45)

1. Merencana berarti memilih. Perencanaan merupakan proses memilih diantara berbagai kegiatan yang diinginkan karena tidak semua yang diinginkan tersebut dapat dilakukan dan tercapai secara simultan.

2. Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya yang berarti bahwa

perencanaan mencakup proses pengambilan keputusan tentang bagaimana penggunaan sumber daya yang tersedia sebaik-baiknya.

3. Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan.

4. Perencanaan untuk masa depan, dalam arti bahwa tujuan-tujuan perencanaan

dirancang untuk dicapai pada masa yang akan datang dan oleh karena itu perencanaan berkaitan dengan masa depan.

Sedangkan menurut Kunarjo (2002) pada dasarnya secara umum perencanaan

didefinisikan sebagai suatu proses penyiapan seperangkat keputusan untuk dilaksanakan pada waktu yang akan datang yang diarahkan pada pencapaian sasaran tertentu. Dengan definisi tersebut maka perencanaan mempunyai unsur-unsur:

1. Berhubungan dengan hari depan,

2. Mendesain seperangkat kegiatan secara sistematis, 3. Dirancang untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Hirschman (1973) dikemukakan bahwa perencanaan merupakan bagian dari salah satu tipe pembangunan. Perencanaan dilaksanakan karena diyakini bahwa dengan melalui perencanaan yang dinyatakan secara mandiri sebagai bagian dari proses pembangunan, diharapkan pembangunan akan mencapai hasil yang lebih baik. Selanjutnya dikatakan bahwa dalam proses pembangunan, perencanaan


(46)

merupakan sarana campur tangan pemerintah dalam mengarahkan dan mengendalikan keadaan menuju perubahan sesuai dengan yang diharapkan dan bentuk sarananya adalah program dan proyek.

Berdasarkan beberapa pengertian dan unsur pokok perencanaan, dapat

disimpulkan bahwa pada dasarnya perencanaan mengandung beberapa hal pokok, antara lain:

1. Ancangan bertindak di masa yang akan datang sehingga merupakan cita-cita yang bertujuan, bersasaran dan berstrategi kebijaksanaan;

2. Untuk merealisasikan cita-cita dan tujuan diperlukan minimasi penggunaan

sumber-sumber dan maksimasi hasil;

3. Menggunakan matra waktu dan ruang.

Dengan memperhatikan apa yang telah diuraikan diatas, maka fungsi perencanaan dalam proses pembangunan adalah sangat diperlukan dan mempunyai fungsi yang strategis, karena tanpa adanya perencanaan yang baik yang pada hakekatnya adalah merupakan alat atau cara untuk mencapai tujuan pembangunan, maka kegiatan tidak akan dapat dilaksanakan dengan berdaya guna dan berhasil guna dan akibatnya akan terjadi pemborosan sumber daya.

Rencana sub wilayah juga memudahkan pengisian dan pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang bersifat umum, maka perlu dibuat tindak lanjut berupa rencana pelaksanaannya, dimana diharapkan rencana terakhir ini memiliki pengakuan hukum dengan tujuan kepentingan pengaturan tertib pembangunan terutama dalam


(47)

Pengelolaan fisik kota pada hakekatnya adalah merupakan pemanfaatan ruang-ruang perkotaan bagi maksud dan tujuan sosial ekonomi, dimana dengan motif di atas tercermin suatu keadaan persaingan antara berbagai kepentingan peruntukan penggunaan tanah. Peruntukan penggunaan tanah menyangkut pengertian adanya penglokasian kegiatan penduduk kota dalam usaha mencapai maksud-maksud sosial dan ekonomi. Persaingan yang kurang sehat dapat mengakibatkan kekacauan pada pola perkembangan daerah terbangun di dalam kota. Sehingga keadaan ini dapat menimbulkan keadaan lingkungan kehidupan yang kurang menyenangkan seperti kekacauan lalu lintas, pengotoran lingkungan, pengrusakan nilai-nilai visual, dan lain sebagainya.


(48)

Sumber : Tugas Mata Kuliah Rencana Tata Ruang

Gambar 2.1.Contoh Rencana Detail Suatu Wilayah

15 M-

8 M

-20 M - 8 8 M 12 M 8 M


(49)

-2.4. Mekanisme Perencanaan Program Pembangunan

Mekanisme perencanaan program pembangunan di daerah didasarkan pada Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.050/987/SJ, Tahun 2003 tentang Program Penyelenggaraan Forum Koordinasi Pembangunan Partisipatif.

Prosedur perencanaan pembangunan kota terdiri dari tiga tahap :

(1) Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kelurahan, (2) Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kecamatan, (3) Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kota.

Pembangunan pada dasarnya adalah usaha untuk memperbaiki suatu kondisi, bukan justru menghasilkan hal-hal yang merugikan, misalnya meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat yang terbelakang menjadi masyarakat yang maju, dari negara dengan tingkat ekonomi rendah menjadi tinggi, dari kondisi yang tidak aman menjadi aman, dan sebagainya. Oleh karena itu perlu dirumuskan terlebih dahulu visi, misi, dan tujuan pembangunan agar lebih fokus dan tidak salah sasaran.

Pada umumnya perencanaan pembangunan harus memiliki, mengetahui dan memperhitungkan beberapa unsur pokok, yaitu (Friedmann, 1987):

1. Tujuan akhir yang dikehendaki;

2. Sasaran-sasaran dan prioritas untuk mewujudkannya; 3. Jangka waktu untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut; 4. Masalah-masalah yang dihadapi;


(50)

6. Kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk melakukannya; 7. Orang, organisasi atau badan pelaksananya;

8. Mekanisme pemantauan dan evaluasi.

Dalam konteks yang sama, Tjokroamidjojo (1996) menyebutkan unsur-unsur perencanaan pembangunan, meliputi:

1. Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar yang juga disebut sebagai tujuan, arah, sasaran dan prioritas pembangunan;

2. Kerangka rencana makro yang dihubungkan dengan berbagai variabel

pembangunan;

3. Perkiraan sumber-sumber pembangunan;

4. Konsistensi uraian tentang kebijaksanaan; 5. Program investasi;

6. Administrasi pembangunan.

Menurut Conyers (1994), perencanaan pembangunan cenderung untuk dianggap bukan hanya sebagai kegiatan terbatas saja, tetapi sebagai bagian dari suatu proses pembangunan yang kompleks, melibatkan beberapa kegiatan berikut:

1. Identifikasi tujuan umum dan kenyataan yang ada.

2. Formulasi strategi pembangunan yang luas guna mengatasi kenyataan yang ada. 3. Penterjemahan strategi yang ada ke dalam bentuk rencana dan proyek.

4. Implementasi program dan proyek.

5. Pemantauan terhadap implementasi dan hambatan yang timbul untuk pencapaian tujuan serta kenyataan.


(51)

Perencanaan pembangunan dapat disusun berdasarkan empat kriteria yaitu jangka waktu, ruang lingkup, tingkat keluwesan dan arus informasi. Dilihat dari jangka waktu, perencanaan pembangunan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu (Kunarjo, 2002):

1. Perencanaan Jangka Panjang (sekitar 10 sampai dengan 25 tahun)

Dalam perencanaan jangka panjang ini sasarannya belum dapat disajikan secara kuantitatif, tetapi biasanya hanya dicerminkan dengan sasaran yang kualitatif yaitu berupa kebijakan yang akan ditempuh. Hal ini wajar mengingat dalam kurun waktu yang panjang, faktor-faktor eksternal sulit untuk diperhitungkan sehingga sasaran secara kuantitatif belum bisa disajikan.

2. Perencanaan Jangka Menengah

Perencanaan jangka menengah mempunyai kurun waktu 4 sampai dengan 6 tahun. Dalam perencanaan jangka menengah ini, walaupun sasarannya masih bersifat umum, tetapi secara kasar telah dapat dilihat arah sasaran sektor dan subsektornya.

Perencanaan jangka menengah biasanya dikaitkan dengan kebutuhan politis yang didasarkan karena jangka waktu yang disesuaikan dengan jabatan para penguasa pemerintahan. Biasanya jangka waktu lima tahunan adalah jangka waktu yang ideal mengingat jangka waktu tersebut cukup untuk memberi waktu bagi para penguasa untuk mengelola rencana program dan proyek pembangunan yang telah disusun.


(52)

3. Perencanaan Jangka Pendek

Perencanaan jangka pendek atau dapat juga disebut Perencanaan Operasional Tahunan ini biasanya mempunyai kurun waktu 1 tahun. Karena jangka waktunya yang pendek maka sasaran-sasarannya dapat disajikan secara lebih konkrit.

Dilihat dari sudut penyimpangan antara rencana dan sasaran yang akan dicapai, perencanaan jangka pendek mempunyai penyimpangan yang lebih kecil dibandingkan dengan perencanaan jangka menengah dan jangka panjang.

Walaupun tampaknya terpisah-pisah, tetapi antara perencanaan jangka

panjang, menengah dan pendek semuanya saling berkaitan. Perencanaan jangka pendek merupakan penjabaran dari perencanaan jangka menengah, dan selanjutnya perencanaan jangka menengah merupakan bagian dari perencanaan jangka panjang. Jadi sasaran-sasaran dalam perencanaan pembangunan jangka pendek tidak terlepas dari garis-garis kebijakan yang ditentukan dalam perencanaan jangka menengah maupun jangka panjang.

Selanjutnya Kunarjo (1992) menyebutkan bahwa dilihat dari prosedurnya maka perencanaan pembangunan terdiri dari 2 pendekatan, yaitu pendekatan perencanaan dari atas ke bawah (top-down planning) dan pendekatan perencanaan dari bawah ke atas (bottom-up planning). Yang disebut “atas” disini dapat berarti pemerintah pusat atau unit perencanaan nasional atau juga dapat berarti perencanaan makro. Sebaliknya yang disebut “bawah” dapat berarti pemerintah daerah atau departemen atau juga dalam tingkat mikro/proyek.


(53)

Di dalam perencanaan regional, pendekatan perencanaan dari atas ke bawah disebut “prosedur fungsional”. Menurut prosedur ini, rencana nasional atau sejenisnya menentukan fungsi-fungsi yang mungkin dijalankan oleh berbagai wilayah dalam proses pembangunan secara keseluruhan selama periode rencana dalam waktu yang akan datang. Menurut prosedur ini pula, rencana nasional merupakan kerangka dasar bagi kegiatan-kegiatan pembangunan nasional yang kegiatan-kegiatannya secara terperinci dirumuskan dalam rencana sektoral dan regional dan merupakan kerangka dasar bagi rencana-rencana, program dan proyek lokal atau daerah.

Sedangkan pendekatan perencanaan dari bawah ke atas disebut “prosedur berdasarkan sumber daya”, sebab rencana pembangunan didasarkan pada penilaian mengenai potensi wilayah (fisik, ekonomi dan sosial) agar dapat memanfaatkan sumber daya yang tersedia dan menjamin partisipasi penduduk setempat, dan merupakan rencana-rencana lokal yang dirumuskan secara mendasar baik oleh penduduk setempat atau oleh para pimpinan pemerintahan setempat (Dusseldorp, 1980).

Namun kedua pendekatan perencanaan ini memiliki kelemahan masing-masing. Pendekatan perencanaan dari atas ke bawah apabila tidak memperhatikan arus informasi yang didukung oleh perencanaan dari bawah ke atas, maka pendekatan itu hanya akan menghasilkan dokumen perencanaan teoritis atau hanya menghasilkan proyek-proyek yang tidak efisien karena proyek yang dilaksanakan berlebihan atau tidak dibutuhkan oleh rakyat setempat sehingga mengakibatkan pemborosan dana dan juga rakyat setempat merasa tidak berkepentingan untuk berperan serta.


(54)

Demikian pula pendekatan perencanaan dari bawah ke atas, apabila tidak selaras dengan perencanaan dari atas ke bawah, maka sebagian besar rencana lokal itu tidak dapat dilaksanakan dan ini akibatnya akan mengecewakan rakyat (Kunarjo, 1992). Dan selanjutnya menurut ESCAP (Economic and Social Commision for Asia

and Pacific) ada dua hal kelemahan sistem perencanaan dari bawah ke atas yaitu

sangat kurangnya tenaga-tenaga perencana yang cukup terlatih dan kurangnya data dan informasi yang cukup tentang daerah. Oleh karena itu, perencanaan di negara yang sedang berkembang selalu mempunyai kecenderungan “top-down bias” (ESCAP, 1979).

Oleh karena itu, dalam perencanaan pada tingkat wilayah kedua pendekatan di atas harus dilaksanakan secara terpadu yaitu dengan merumuskan perencanaan program dan proyek berdasarkan aspirasi masyarakat dan potensi wilayah berdasarkan pendekatan dari bawah ke atas yang diintegrasikan menjadi suatu kerangka dasar regional yang mendukung tujuan nasional yang telah dirumuskan berdasarkan pendekatan dari atas ke bawah, dengan mengatasi kelemahan masing-masing pendekatan perencanaan pembangunan diatas. Hal ini merupakan tugas para perencana regional untuk memadukan kedua pendekatan perencanaan pembangunan diatas dengan menyusun rencana pembangunan regional yang mempergunakan secara optimal potensi regional dan menyesuaikannya dengan kerangka dasar yang terdapat pada tingkat nasional (Dusseldorp, 1980).


(55)

1. Perencanaan harus didasari dengan tujuan pembangunan, 2. Perencanaan harus konsisten dan realistis,

3. Perencanaan harus dibarengi dengan pengawasan yang kontinu, 4. Perencanaan harus mencakup aspek fisik dan pembiayaan,

5. Para perencana harus memahami berbagai perilaku dan hubungan antar variabel ekonomi,

6. Perencanaan harus mempunyai koordinasi.

Dalam konteks perencanaan daerah, terdapat dua jenis perencanaan yaitu Pola Dasar Pembangunan yang merupakan produk rencana pembangunan daerah untuk jangka panjang, dan rencana tata ruang wilayah sebagai rencana spasial (ruang) jangka panjang yang merupakan matra (dimensi) spasial dari Pola Dasar Pembangunan. Penjabaran rencana dalam bentuk pembangunan jangka menengahnya dikenal dengan nama Program Pembangunan Daerah (Propeda). Dari propeda tersebut disusun rencana atau program tahunan daerah yang terdiri dari berbagai program/proyek pembangunan. Dalam penentuan proyek tersebut, dilakukan pula proses penganggarannya yang dikenal dengan istilah musrenbang. Berdasarkan hasil musrenbang tersebut kemudian akan dilakukan pembahasan untuk menghasilkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Todaro dalam Bryant dan White (1987) mengemukakan bahwa pembangunan adalah proses multidimensi yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap rakyat dan lembaga-lembaga nasional dan juga akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjangan dan pemberantasan kemiskinan absolut.


(56)

Secara ringkas, pembangunan dapat diartikan sebagai proses rekayasa untuk meningkatkan kualitas hidup dengan memanfaatkan berbagai sumber daya pendukungnya melalui perubahan tatanan lingkungan hidup serta kehidupan secara keseluruhan. Untuk mencapai tujuan-tujuan yang dicanangkan pembangunan tersebut maka dilaksanakan berbagai program yang terdiri dari berbagai proyek atau kegiatan.

2.5. Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG)

Tujuan forum musrenbang adalah menyepakati usulan kegiatan yang mampu memecahkan masalah masyarakat. Caranya ada tiga : (1) menghimpun usulan program pembangunan, (2) mengevaluasi kegiatan yang telah dikerjakan tahun sebelumnya, (3) mengidentifikasi masalah dan merumuskan usulan kegiatan yang berbasis masalah.

Keluaran Forum Musrenbang ada 3 (tiga) : (1) kesepakatan usulan kegiatan yang mampu dilaksanakan, (2) kesepakatan usulan kegiatan yang akan diteruskan pada forum musrenbang kecamatan, (3) memilih wakil sebagai peserta dalam diskusi forum musrenbang kota.

Penyelenggara forum Musrenbang adalah panitia yang berperan sebagai (1) fasilitator musyawarah, (2) mempersiapkan materi dan, (3) mengirimkan hasil musyawarah ke forum Musrenbang Kecamatan.

Proses penyelenggaraan forum Musrenbang terdiri dari 3 (tiga) tahap : (1) persiapan, (2) proses pelaksanaan dan (3) paska musyawarah. Persiapan terdiri dari :


(57)

1. Membentuk panitia pelaksana forum musrenbang

2. Panitia mengidentifikasi masalah dan menurunkan menjadi usulan kegiatan

melalui proses partisipatif.

3. Panitia mengumpulkan usulan kegiatan dan evaluasi kegiatan tahun sebelumnya.

4. Panitia mengundang peserta musyarawah pada hari dan tempat yang telah

ditentukan.

Proses pelaksanaan forum, terdiri dari :

1. Menyepakati tata tertib untuk peserta musyawarah dan kriteria membagi usulan kegiatan : (a) kelurahan mengerjakan sendiri dan (b) terus ke forum musrenbang kecamatan.

2. Memfasilitasi pengambilan keputusan tentang usulan yang masuk kategori (a) atau (b).

3. Memilih wakil kelurahan untuk menjadi peserta musrenbang kecamatan. Proses paska pelaksanaan, terdiri dari :

1. Utusan sebagai peserta forum koordinasi musrenbang kecamatan.

2. Lurah membuat surat pengantar untuk menghadiri forum koordinasi musrenbang kecamatan., dengan lampiran kesepakatan tentang usulan kegiatan dan usulan yang perlu peningkatan kualitas dari instansi teknis serta menetapkan usulan yang bisa dikerjakan sendiri dan mengumumkan kepada masyarakat.


(58)

2.6. Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kecamatan

Tujuan forum musrenbang kecamatan adalah memadukan dan mensinergikan hasil forum musrenbang kelurahan dalam satu wilayah kecamatan, dengan usulan dari instansi pemerintah kota. Caranya adalah (1) sinergikan hasil usulan forum musrenbang kelurahan dari semua kelurahan dalam kecamatan, dengan usulan instansi tingkat kota yang berlokasi pada kecamatan bersangkutan, (2) memilah usulan yang akan dibiayai APBD Kota dengan sumber biaya lainnya.

Keluaran forum Musrenbang Kecamatan adalah : (1) pemilahan usulan sumber biaya dan (2) kesepakatan rangking usulan kegiatan pembangunan dengan biaya APBD. Kemudian (3) wakil terpilih dari kecamatan sebagai peserta forum Rakorbang Kota.

Penyelenggara forum musrenbang kecamatan adalah Camat dengan bantuan panitia yang bertugas mempersiapkan, memfasilitasi dan menyelesaikan perumusan hasil forum musrenbang kecamatan.

Proses pelaksanaan forum Musrenbang Kecamatan terdiri dari 3 (tiga) tahap : (a) persiapan, (b) pelaksanaan dan (c) paska Musrenbang Kecamatan.

Persiapan forum Musrenbang Kecamatan terdiri dari :

1. Camat menetapkan panitia dan fasilitator pelaksana forum Musrenbang

Kecamatan.

2. Panitia mengoptimalkan usulan kelurahan melalui penyempurnaan dari instansi terkait


(59)

3. Panitia memadukan berbagai usulan kelurahan dengan usulan instansi pemerintah kota.

4. Panitia memilah usulan kegiatan berdasarkan (a) tiga bidang pembangunan

(renstra kota) dan (b) sumber biayanya yaitu APBD Kota dan sumber lainnya (APBD Propinsi, APBN dan Swasta).

5. Panitia mengundang peserta forum musrenbang mecamatan pada waktu dan

tempat yang ditentukan.

Pelaksanaan forum Musrenbang Kecamatan terdiri dari kegiatan : 1. Pembukaan dan menyepakati tata tertib forum musrenbang kecamatan.

2. Panitia memfasilitasi penyepakatan prioritas usulan kegiatan untuk dimajukan dalam forum Rakorbang kota. Prioritas ini dibuatkan indikator dan bobot sesuai kesepakatan peserta dan renstra kota.

3. Peserta memilih wakil kecamatan sebagai peserta dalam Rakorbang Kota.

Pasca forum musrenbang kecamatan, Camat mengirimkan surat pengantar hasil forum musrenbang kecamatan ke Bappeda dengan lampiran prioritas usulan kegiatan.

2.7. Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kota

Tujuan forum Musrenbang Kota adalah untuk menghasilkan kesepakatan dan komitmen stakeholder atas program dan kegiatan yang relevan dengan dan menjadi bahan untuk arah kebijakan umum kota untuk mendapat biaya pelaksanaan dari APBD, hasil ini diprioritasi, dengan ukuran yang disepakati.


(60)

Keluaran forum musrenbang kota adalah usulan kegiatan beserta sumber pembiayaannya.

Penyelenggara forum musrenbang kota adalah Walikota cq. Bappeda dengan bantuan panitia. Panitia bertugas menyiapkan, melaksanakan dan menyelesaikan rakorbang sampai tuntas. Ada tiga kategori kegiatan musrenbang : (a) persiapan, (b) pelaksanaan dan (c) paska koordinasi.

Pelaksanaan forum Musrenbang Kota mencakup kegiatan : 1. Pembukaan dan penyepakatan tata tertib acara

2. Pembagian kelompok menurut bidang

3. Memfasilitasi penyepakatan prioritas (peringkat) usulan kegiatan

2.8. Hasil Penelitian Terdahulu

Studi empiris mengenai upaya peningkatan manfaat rencana tata ruang ini oleh Munawaroh (2003) menunjukkan bahwa diperoleh beberapa kesimpulan bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ciamis sebagai salah satu pedoman kebijakan pembangunan yang memberikan arahan lokasi pembangunan belum dimanfaatkan sepenuhnya oleh instansi dan kecamatan yang berada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Ciamis. Hal ini dapat diketahui karena sebagian besar (84,6%) instansi ternyata tidak menggunakan rencana tata ruang tersebut dalam penyusunan usulan program walaupun jika dilihat dari program/proyek yang diusulkan telah ada yang sesuai dengan lokasi arahan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ciamis yaitu rata-rata per tahun sebesar 35,27% dari seluruh program/proyek yang


(61)

2.9. Kerangka Berfikir

Tata Ruang

Perencanaan

Tata Ruang

Pemanfaatan

Ruang

Pengendalian

Pemanfaatan

Ruang

Rencana Tata Ruang Sebagai

Pedoman Pembangunan

Faktor-faktor penghambat :

1. Kualitas Rencana Tata Ruang

2. Sosialisasi Rencana Tata Ruang

3. Akomodatif

• Rencana Tata

Ruang Wilayah

• Rencana

Detail Tata Ruang Kota

• Rencana

Teknik Ruang Kota

Program Pembangunan Kota


(62)

Gambar 2.3.

Aliran Proses Perencanaan Pembangunan Partisipatif Kota

Sumber : Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.050/987/SJ/2003

Keterangan : Usulan sifatnya bottom up Usulan sifatnya top – down Umpan balik usulan yang disetujui Identifikasi

Masalah & Dokumen Lain

Draft Usulan Kegiatan pembangunan

Musrenbang Kelurahan

Usulan Kelurahan

Usulan Kecamatan

Musrenbang Kecamatan

MUSRENBANG

Swasta APBD propinsi/pusat

Usulan Dinas, Kantor &

Badan


(63)

Dalam prosesnya perencanaan itu berasal dari bawah dengan mengidentifikasi wilayah, menerima masukan dari masyarakat, dan memperhatikan dokumen-dokumen yang menyangkut wilayah tersebut, kemudian kita susun dalam suatu draft yang akan kita ajukan dalam musyawarah perencanaan pembangunan di kelurahan. Out put dari musrenbang kelurahan merupakan bahan untuk pedoman sementara bagi masyarakat untuk merencanakan pembangunan baik itu untuk bangunan pribadi maupun bangunan milik umum, juga untuk mengetahui apa saja yang akan diusulkan nantinya dalam forum musrenbang kecamatan. Dalam musrenbang kecamatan, draft dari kelurahan yang ada di kecamatan tersebut dikumpulkan untuk diselaraskan, termasuk usulan pembangunan-pembangunan jalan setapak antar kelurahan yang bertetangga nantinya tidakbersilangan pada titik temu kedua jalan tersebut. Di kecamatan, semua draft usulan kelurahan dibahas, mana yang lanjutan (perlu usulan susulan), mana yang prioritas dan mana yang bisa ditunda. Dari hasil musrenbang kecamatan dapat diperoleh lagi draft usulan yang akan diajukan pada waktu musrenbang kota, pada musrenbang kota draft usulan pembangunan yang diterima tidak hanya dari kecamatan, tapi juga dari sekretariat pemerintah kota, kantor, dinas dan badan. Hasil musrenbang kota ini ada yang diselenggarakan langsung oleh pemerintah kota pelaksanaannya (melalui pihak swasta/tender) dan sebagai bahan acuan juga untuk masyarakat luas untuk merencanakan pembangunan daerah tersebut baik secara pribadi/swasta dan ada yang diteruskan ke propinsi untuk selanjutnya juga diteruskan ke pusat.


(1)

PERTANYAAN

A. Keterlibatan Responden dalam forum Musrenbang.

1. Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti forum Musrenbang Kelurahan ? Jika Pernah, berapa kali Bapak/Ibu mengikutinya ?

Jika Tidak, apa alasannya ?

______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________

2. Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti forum Musrenbang Kecamatan ? Jika Pernah, berapa kali Bapak/Ibu mengikutinya ?

Jika Tidak, apa alasannya ?

______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________

3. Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti forum Musrenbang Pemerintah Kota Medan ?

Jika Pernah, berapa kali Bapak/Ibu mengikutinya ? Jika Tidak, apa alasannya ?

______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________


(2)

B. Pengetahuan/Pemahaman Responden tentang Rencana Tata Ruang Kota Medan

4. Apakah Bapak mengetahui, bahwa di wilayah Bapak/Ibu telah ada Rencana Tata Ruangnya ?

Jika Ya, darimana Bapak/Ibu mengetahuinya ?

Jika Tidak, apa alasannya ? (kemudian lanjut ke pertanyaan terakhir). ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________

5. Apakah Bapak/Ibu pernah melihat dokumen Rencana Tata Ruang untuk wilayah Bapak/Ibu ?

Jika Ya, dimana Bapak/Ibu melihatnya ?

Jika Tidak, apa alasannya ? (kemudian lanjut ke pertanyaan terakhir). ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________

6. Apakah Bapak/Ibu pernah membaca dokumen Rencana Tata Ruang Kota Medan?

Jika Pernah, Apa pendapat Bapak/Ibu tentang Rencana Tata Ruang Kota Medan tersebut ?

Jika Tidak, apa alasannya ? (kemudian lanjut ke pertanyaan terakhir). ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________


(3)

7. Apakah Bapak/Ibu sudah mengetahui isi dari Rencana Tata Ruang Kota Medan ?

Jika Sudah, Bagaimana pendapat Bapak/Ibu isi dari Rencana Tata Ruang Kota Medan tersebut ?

Jika belum, apa alasannya ? (kemudian lanjut ke pertanyaan terakhir). ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________

8. Apakah Bapak/Ibu sudah mengetahui maksud dan tujuan dari Rencana Tata Ruang Kota Medan ?

Jika Sudah, Bagaimana pendapat Bapak/Ibu maksud dan tujuan dari Rencana Tata Ruang Kota Medan tersebut ?

Jika belum, apa alasannya ? (kemudian lanjut ke pertanyaan terakhir). ______________________________________________________________

______________________________________________________________ ______________________________________________________________

9. Apakah Bapak/Ibu memanfaatkan Rencana Tata Ruang Kota Medan dalam penetapan kebijakan pokok tentang pemanfaatan ruang di wilayah Bapak/Ibu ? (Mohon Bapak/Ibu jelaskan)

______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________


(4)

10. Apakah Bapak/Ibu memanfaatkan Rencana Tata Ruang Kota Medan dalam memprogram rencana pembangunan di wilayah Bapak/Ibu ? (Mohon Bapak/Ibu jelaskan).

______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________

11. Apakah Bapak/Ibu memanfaatkan Rencana Tata Ruang Kota Medan dalam memproses izin-izin di wilayah Bapak/Ibu ? (Mohon Bapak/Ibu jelaskan). ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________

12. Apakah Bapak/Ibu memanfaatkan Rencana Tata Ruang Kota Medan dalam pengusulan/permohonan pajak/retribusi di wilayah Bapak/Ibu ? (Mohon Bapak/Ibu jelaskan).

______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________

13. Apakah Bapak/Ibu memanfaatkan Rencana Tata Ruang Kota Medan sebagai pengendali pelaksanaan pembangunan di wilayah Bapak/Ibu ?

______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________


(5)

C. Rencana Tata Ruang Kota Medan dimanfaatkan dalam pemrograman pembangunan.

14. Pada waktu menyusun usulan program pembangunan, apakah Bapak/Ibu memanfaatkan Rencana Tata Ruang Kota Medan ?

Jika ya, bagaimana peran Rencana Tata Ruang Kota Medan dalam proses penyusunan usulan program pembangunan dari wilayah Bapak/Ibu ?

Jika Tidak, alasan apa yang menyebakan Bapak/Ibu tidak memanfaatkan Rencana Tata Ruang Kota Medan, apakah karena faktor :

a. Kualitas Dokumen Rencana Tata Ruang. b. Kualitas Aparat dan Kelembagaan.

c. Perubahan dan Kecenderungan (Trend) perkembangan. d. Perumusan Pemanfaatan Rencana Tata Ruang

e. Penyebarluasan/Sosialisasi Isi Dokumen Rencana Tata Ruang. (Mohon Bapak/Ibu jelaskan, apabila ada pendapat lain).

______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________

15. Apakah waktu proses penyusunan usulan program pembangunan dari wilayah Bapak/Ibu telah ada peraturan tentang pemanfaatan Rencana Tata Ruang Kota Medan ?

Jika Ya, Apa komentar Bapak/Ibu ?

Jika Belum, menurut Bapak/Ibu faktor apa yang perlu diperhatikan ? (selain factor pada nomor 14, kemudian lanjut dengan pertanyaan terakhir).

________________________________________________________________ ________________________________________________________________ ________________________________________________________________


(6)

16. Apakah dalam forum musrenbang yang Bapak/Ibu ikuti telah menggunakan Rencana Tata Ruang sebagai salah satu criteria dalam menseleksi usulan program pembangunan ?

Jika Sudah, Apa komentar Bapak/Ibu ?

Jika Belum, menurut Bapak/Ibu faktor apa yang perlu diperhatikan untuk mendukung bila ada peraturannya ?

________________________________________________________________ ________________________________________________________________ ________________________________________________________________

D. Saran dan Harapan tentang Upaya Peningkatan Manfaat Rencana Tata Ruang dalam Mekanisme Perencanaan Program Pembangunan.

17. Saran dan Harapan tentang Kualitas Rencana Tata Ruang.

________________________________________________________________ ________________________________________________________________ ________________________________________________________________

18. Saran dan Harapan tentang Sosialisasi Isi Dokumen Rencana Tata Ruang. ________________________________________________________________

________________________________________________________________ ________________________________________________________________

Medan, M e i 2 0 0 7