2.2.3. Klasifikasi Bahan Pencemar Udara
Bahan pencemar udara atau polutan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu polutan primer dan polutan sekunder. Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan
langsung dari sumber tertentu, dan dapat berupa polutan gas dan partikel. Polutan gas terdiri dari senyawa karbon yaitu hidrokarbon teroksigensi, dan karbon oksida,
senyawa sulfur sulfur oksida, senyawa nitrogen yaitu nitrogen oksida dan amoniak, senyawa halogen fluor, klorin, hidrogen klorida, hidrokarbon terklorinasi. Partikel
yang di atmosfer mempunyai karakteristik yang spesifik, dapat berupa zat padat maupun suspensi aerosol cair di atmosfer. Bahan partikel tersebut dapat berasal dari
proses kondensasi, proses disperse misalnya proses menyemprot maupun proses erosi bahan tertentu. Asap smoke seringkali dipakai untuk menunjukkan campuran
bahan partikulat particulate matter, uap fumes, gas, dan kabut mist.
Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia di udara dan bentuk perubahannya sebagai hasil rekasi kimia, misalnya reaksi foto kimia.
Sebagai akibat semua reaksi tersebut, kadar pencemar primer berkurang dan kadar pencemar sekunder meningkat. Reaksi kimia lainnya terjadi lebih lambat, sehingga
perubahan sifat pencemar itu terjadi pada jarak yang lebih jauh dari sumbernya. Jadi belerang dioksida
berangsur-angsur teroksidasi lebih lanjut menjadi belerang trioksida
, yang memiliki afinitas yang kuat terhadap molekul air dan bergabung dengan molekul air tersebut membentuk tetes-tetes asam sulfat
. Tetes asam sulfat ini dapat bergabung dengan amoniak, yang sering terdapat di udara sebagai hasil
pembusukan tumbuhan, sehingga membentuk zarah ammonium sulfat. Polutan sekunder ini mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tidak stabil.
2
SO
3
SO
4 2
SO H
Proses kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: a.
konsentrasi relatif dari bahan reaktan b.
derajat fotoaktivasi c.
kondisi iklim
d. topografi lokal dan adanya embun.
2.2.4. Dampak Pencemaran Udara