4.1.3. Keadaan Alam
Luas Kota Lhokseumawe sebesar 18.106 ha dimanfaatkan untuk berbagai keperluan atau kebutuhan masyarakat. Penggunaan lahan terbesar adalah untuk
kebutuhan permukiman, yaitu 10.877 ha 60,07 , kemudian secara berturut-turut untuk persawahan 3.747 ha atau 20,69, budidaya perairan darat dan perkebunan
rakyat masing-masing 626 ha 3,46 dan 749 ha 4,14 serta seluas 587 ha 3,24 masih berupa hutan belukar yang belum dimanfaatkan.
Tabel 4.2. Profil Penggunaan Lahan Menurut Jenis dan Luas Kota Lhokseumawe Tahun 2009
No. Jenis Penggunaan
Luas Ha Persentase
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9. Permukiman
Industri Pabrik Persawahan
Pertanian Lahan Semusim Perairan darat
Perkebunan Rakyat Alang-alangsemak
Hutan Belukar Lain-lain
10.877 894
3.747 308
626 749
191 587
127 60,07
4,94 20,69
1,70 3,46
4,14 1,05
3,24 0,70
Jumlah 18.106
100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2009.
4.1.4. Aspek Demografi
Tahun 2009 penduduk Kota Lhokseumawe berjumlah tidak kurang dari 159.239 jiwa, terdiri dari 79.254 jiwa laki-laki dan 79.985 jiwa perempuan.
Dengan
Universitas Sumatera Utara
demikian, sex ratio penduduk Kota Lhokseumawe adalah 1,01 atau dalam setiap 100 jiwa penduduk laki-laki terdapat 101 jiwa penduduk perempuan.
Konsentrasi penduduk lebih banyak berada di Kecamatan Banda Sakti sebagai pusat Pemerintahan Kota Lhokseumawe dan sekaligus masih merupakan pusat
Pemerintahan Kabupaten Aceh Utara. Penduduk di kecamatan ini mencapai 71.749 jiwa dari total penduduk Lhokseumawe, disusul oleh Kecamatan Muara Dua,
penduduknya adalah 37.132 jiwa dan Kecamatan Muara Satu jumlah penduduk 31.489 jiwa, sementara penduduk yang paling sedikit adalah di Kecamatan Blang
Mangat, yaitu hanya 18.869 jiwa. Dibanding tahun 2009, penduduk Kota Lhokseumawe pada tahun 2004 masih
berjumlah 152.091 jiwa. Dilihat secara kecamatan, pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi selama kurun waktu 2004 terjadi di Kecamatan Blang Mangat.
Pertumbuhan penduduk di kecamatan ini mencapai 0,89. Di Kecamatan Banda Sakti pertumbuhan penduduk sebesar 0,70, sedangkan di Kecamatan Muara Dua
dan Muara Satu masing-masing pertumbuhan penduduk sebesar 0,75. Dan 0,76 tabel berikut menyajikan perkembangan penduduk di empat kecamatan yang ada
di Kota Lhokseumawe.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3. Keadaan dan Perkembangan Penduduk Kota Lhokseumawe, Tahun 2004-2009
No. Kecamatan
Penduduk Tahun Pertumbuhan
2004 2009
1 2
3 4
5
1. 2.
3. 4.
Blang Mangat Muara Dua
Muara Satu Banda Sakti
17.857 35.459
30.044 68.731
18.869 37.132
31.489 71.749
0,89 0,75
0,76 0,70
Jumlah 152.091
159.239 0,75
Sumber: BPS Kota Lhokseumawe, 2009.
Sumber: BPS Kota Lhokseumawe, 2009.
Komposisi penduduk menurut mata pencaharian merupakan jumlah penduduk yang bekerja usia 10 tahun ke atas menurut pekerjaan yang dijalaninya.
Berdasarkan Dinas Tanaga Kerja Pemerintah Kota Lhokseumawe pada tahun 2009 jenis lapangan kerja yang ditekuni penduduk ada beberapa macam sesuai
dengan tabel berikut ini.
Tabel 4.4. Proporsi Mata Pencaharian Penduduk Lhokseumawe Tahun 2009
No. Jenis Pekerjaan
Proporsi 1
2 3
1 PNS
8.91 2.33
2.67 2
TNIPOLRI 3
BUMN 4
PertambanganPenggalian 0.34
3.02 5
6 PengangkutanKomunikasi
Industri Pengolahan 2.00
18.98 7
DagangJualan 8
Pertanian 11.86
9 Nelayan
12.43 10
Bangunan 10.79
11 Lain-lain
26.67
Total 100.00
Universitas Sumatera Utara
Tabel di atas menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk Kota Lhokseumawe masih didominasi bidang perdagangan. Jika melihat dari jenis mata
pencaharian yang mendominasi tersebut maka dapat menyimpulkan bahwa keberadaan Kota Lhokseumawe yaitu didominasi oleh garis pantai Selat Malaka. Dan
selain minyak dan gas alam yang menjadi andalan pemerintah setempat, laut merupakan sumber daya alam yang paling tinggi dimiliki oleh masyarakat setempat.
Selain itu, pekerjaan informal masih menjadi acuan untuk menjadi mata pencaharian kerja. Terbukti dengan hasil tabulasi di atas yang menduduki peringkat teratas
persentase jumlah penduduk yang bekerja pada sektor informal. Dapat disimpulkan bahwasanya sumber daya masyarakat Kota Lhokseumawe masih rendah.
4.1.5. Aspek Sosial Budaya Agama