BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Corporate Social Responbility CSR
Sesuai dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74, menyatakan sebuah perusahaan tidak terlepas dari corporate social
responbility, atau disebut dengan konsep tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya. Lebih lanjut dijelaskan tanggung jawab perusahaan mencakup
empat jenjang yang merupakan kesatuan, yaitu: 1
Tanggung jawab ekonomis berarti perusahaan perlu menghasilkan laba sebagai fondasi untuk dapat berkembang dan mempertahankan eksistensinya;
2 Tanggung jawab hukum perusahaan yakni harus bertanggung jawab secara
hukum dengan mentaati ketentuan hukum yang berlaku; 3
Tanggung jawab etis perusahaan bertanggung jawab untuk mempraktekkan hal-hal yang baik dan benar sesuai dengan nilai-nilai, etika, dan norma-norma
kemasyarakatan; 4
Tanggung jawab filantropis berarti perusahaan harus memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat sejalan dengan operasi bisnisnya.
Menurut Trinidads Tobacco Bureau of Standards dalam Reza Rahman 2009: 10, Corporate Social Responsibility CSR adalah komitmen usaha untuk
bertindak secara etis, beroperasi secara legal, dan berkontribusi untuk peningkatan
Universitas Sumatera Utara
ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat yang lebih luas.
Sementara itu, Mark Goyder dalam Reza Rahman 2009: 11 membagi CSR menjadi dua:
1. Membentuk tindakan atas program yang diberikan terhadap komunitas dn nilai
yang menjadi acuan dari CSR. Pembagian ini merupakan tindakan terhadap luar korporat, atau kaitannya ddengan lingkungan di luar korporat seperti komunitas
dan lingkungan alam. Bagaimana sebuah korporat menerapkan dan atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan komunitas sekitarnya.
2. Mengarah ke tipe ideal yang berupa nilai dalam korporat yang dipakai untuk
menerapkan atau mewujudkan tindakan-tindakan yang sesuai dengan keadaan sosial terhadap komunitas sekitarnya. Interpretasi yang benar dari CSR adalah
ekspresi dari tujuan perusahaan dan nilai-nilai dalam seluruh hubungan yang dibangun. Nilai-nilai yang ada diartikan berbeda dengan norma yang ada dalam
perusahaan.
Jadi, bentuk program CSR memiliki dua orientasi. Pertama, internal yakni CSR yang berbentuk tindakan atas program yang diberikan terhadap komunitas.
Kedua, eksternal yakni CSR yang mengarah pada tipe ideal yang berupa nilai dalam korporat yang dipakai untuk menerapkan atau mewujudkan tindakan-tindakan yang
sesuai keadaan sosial terhadap komunitas sekitarnya. Menurut Reza Rahman 2009: 13 dalam prakteknya di lapangan, suatu
kegiaan disebut CSR ketika memiliki sejumlah unsur berikut: 1.
Continuity and sustainability atau berkesinambungan dan berkelanjutan merupakan unsur vital dari CSR. Suatu kegiatan amal yang berdasarkan trend
ataupun incidental, bukanlah CSR. CSR merupakan hal yang bercirikan pada long term perspective bukan instant, happening, ataupun booming. CSR adalah suatu
mekanisme kegiatan yang terencanakan, sistematis, dan dapat dievaluasi.
2. Community empowerment atau pemberdayaan komunitas. Membedakan CSR
dengan kegiatan yang bersifat charity ataupun philantrophy semata. Tindakan- tindakan kedermawanan meskipun membantu komunitas, tetapi tidak
menjadikannya mandiri. Salah satu indikasi dari suksesnya sebuah program CSR
Universitas Sumatera Utara
adalah adanya kemandirian yang lebih pada komunitas, dibandingkan dengan sebelum program CSR hadir.
3. Two Ways artinya program CSR bersifat dua arah. Korporat bukan lagi berperan
sebagai komunikator semata, tetapi juga harus mampu mendengarkan aspirasi dari komunitas. Ini dapat dilakukan dengan need assessment, yaitu sebuah survey
untuk mengetahui needs, desires, interest, dan wants dari komunitas.
Menurut Siagian dan Suryadi 2010: 71 tanggung jawab sosial harus memasuki ranah etika sekaligus hukum. Tanggung jawab sosial perusahaan sebagai
etika menjamin adanya kemauan perusahaan untuk melakukan aktivitas khusus demi kesejahteraan pekerja dan masyarakat, sedangkan sebagai hukum maka tanggung
jawab sosial perusahaan bersifat terbuka bagi pihak lain untuk diketahui. Oleh karena itu dimasukkannya tanggung jawab sosial perusahaan sebagai kewajiban hukum
semestinya melahirkan tanggung jawab bagi perusahaan untuk memberikan laporan tentang pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan. Jika tidak, maka
tanggung jawab sosial perusahaan hanya bersifat sukarela, bukan kewajiban.
2.2. Pembangunan Masyarakat Community Development