Peran Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Inalum Divisi Plta Sigura-Gura Terhadap Pengembangan Sosio-Ekonomi Masyarakat Kecamatan Pintupohan Meranti, Kabupaten Toba Samosir

(1)

PERAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

PT. INALUM DIVISI PLTA SIGURA-GURA

TERHADAP PENGEMBANGAN SOSIO-EKONOMI

MASYARAKAT KECAMATAN PINTUPOHAN MERANTI,

KABUPATEN TOBA SAMOSIR

Siti Zaleha

Alumnus S2 PWD SPs USU

Abstract: This study aims at 1) describing CSR form and concept of PT. Inalum that have been implement to the community of Pintupohan Meranti Subregency. 2) analyzing the role of CSR in improving social-economic conditions of the community. 3) analyzing the correlation of CSR to developed local markets of the Pintupohan Meranti Subregency.

The metode of data analysis of this study include descriptive analysis, comparation of mean analysis and simple correlation analysis.

This studies results showed that CSR of PT. Inalum has no a planning document: CSR is being considered as cost to PT Inalum and still not being considered as social investment, poor social participation of the community make it concept of welfare did not work well for the community development.

Keywords: corporate social responsibility, sosio-economic community, and local economic development

PENDAHULUAN

Program CSR merupakan investasi bagi perusahaan demi pertumbuhan dan keberlanjutan (sustainability) perusahaan dan bukan lagi dilihat sebagai sarana biaya (cost

centre) melainkan sebagai sarana laba (profit

centre). Konsep ini menurut World Bank

(Fox, Wared and Howard 2002), merupakan komitmen sektor swasta untuk mendukung terciptanya pembangunan yang berkelanjutan

(sustainable development). Di lain sisi

masyarakat mempertanyakan apakah sektor swasta atau perusahaan yang berorientasi pada usaha memaksimalisasi keuntungan-keuntungan ekonomis memiliki komitmen moral untuk meredistribusi keuntungan-keuntungannya membangun masyarakat lokal. Memang sangat sulit dipahami bahwa lembaga kapitalistik melakukan kegiatan nirlaba sebagai manifestasi tanggung jawab moralnya pada masyarakat lokal yang hidupnya di sekitar perusahaan (Mulyadi, 2003).

Pengembangan program pada suatu perusahaan tidak bisa mengadopsi penerapan dari perusahaan lain yang dinilai lebih

sukses. Program yang diimplemantasikan dengan baik (well

implemented) di suatu perusahaan tidak akan

serta merta cocok untuk dipraktekkan di perusahaan lainnya. Jadi diperlukan modifikasi dan kreativitas seperlunya agar program tersebut sesuai (inline) dengan situasi kondisi yang dihadapi. Kegiatan kedermawanan perusahaan dari charity ke dalam kemasan philanthropy berkembang dengan penekanan dari fasilitasi dan dukungan pada sektor-sektor produktif kearah sektor sosial yang mengarah kepada pemberdayaan masyarakat seperti pengembangan kerjasama, memberikan keterampilan, pembukaan akses pasar, hubungan inti plasma dan lain sebagainya, hingga pada dasawarsa terakhir diwarnai dengan beragam pendekatan seperti pendekatan integral, pendekatan stakeholder, pendekatan sistem dan proses, maupun pendekatan masyarakat madani (civil society).

Konsep ini mencakup berbagai kegiatan dan tujuannya adalah untuk mengembangkan masyarakat yang sifatnya produktif dan melibatkan masyarakat di dalam dan di luar perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung, meski perusahaan hanya memberikan kontribusi sosial yang kecil kepada masyarakat tetapi diharapkan mampu mengembangkan dan


(2)

membangun masyarakat dari berbagai aspek/bidang.

Program yang diimplementasikan dan diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat dalam mencapai sosial-ekonomi yang lebih baik bila dibandingkan dengan sebelum adanya kegiatan pembangunan sehingga masyarakat di tempat tersebut diharapkan lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraannya yang lebih baik dengan tercapainya sasaran kapasitas masyarakat dan sasaran kesadaran. Sasaran kapasitas masyarakat harus dapat dicapai melalui upaya pemberdayaan (empowerment) agar anggota masyarakat dapat ikut dalam proses produksi atau institusi penunjang dalam proses produksi, kesetaraan (equity) dengan tidak membedakan status dan keahlian, keamanan (security), keberlanjutan

(sustainability) dan kerjasama (cooperation).

Semua berjalan ideal secara simultan dalam mengoptimalkan sumber daya yang tersedia.

PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) didirikan pada tahun 1976 yang merupakan perusahaan patungan antara pemerintah Indonesia dengan Nippon Asahan Aluminium Co. Ltd. Komposisi saham yang ada saat ini adalah 41,12% dimiliki oleh Nippon Asahan Aluminium dan 58,85% di miliki pemerintah Indonesia dan pada tahun 2013 saham PT. Inalum sepenuhnya sebesar 100% adalah menjadi milik pemerintah dan rakyat Indonesia. PT. Inalum memiliki sarana utama divisi PLTA Sigura-gura dan divisi peleburan aluminium, merupakan dua unit perusahaan industri energi strategis yang tumbuh dan berkembang sangat cepat menjadi perusahaan korporasi yang telah memberikan kontribusi bagi pendapatan nasional berupa annual fee, maupun bagi kalangan masyarakat yang terakomodasi oleh perusahaan yaitu bagi masyarakat Sumatera Utara, Kabupaten Toba Samosir dan Kecamatan Pintupohan Meranti khususnya.

Jumlah rumah tangga kriteria miskin dan sangat miskin di Kecamatan Pintupohan Meranti yaitu 461 KK dari 1750 KK (26,3% dari total jumlah rumah tangga), dan jika ditambah dengan jumlah rumah tangga hampir miskin akan bertambah menjadi 866 KK dari 1750 KK total jumlah rumah tangga (49,5 dari total jumlah rumah tangga seluruhnya), menurut Bappeda dan BPS Kabupaten Toba Samosir (2006). Tingginya jumlah rumah tangga miskin dan sangat

miskin di kecamatan ini merupakan sesuatu yang sangat kontradiktif bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi perusahaan raksasa (multinasional) dengan Penanaman Modal Asing (PMA) yang memiliki asset sangat besar serta menyangkut hajat hidup orang banyak (sektor energi dan listrik) yang menggunakan tekhnologi sangat tinggi dengan menggunakan sumber daya alam yang ada di wilayah Kecamatan Pintupohan Meranti tersebut.

Melihat peran program CSR PT. Inalum PLTA Sigura-gura yang telah diimplementasikan secara internal kepada karyawan dan secara eksternal kepada masyarakat lokal yang tinggal disekitar lokasi perusahaan dan telah diklasifikasikan pada beberapa bidang dan di antaranya adalah bidang pembangunan infrastruktur, sosial, ekonomi dan lingkungan yang diharapkan tepat sasaran dan berhasil guna secara efektif. Karena semua bidang ini akan saling mendukung dan menunjang keberhasilan program dan dapat mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui perluasan lapangan kerja (kesempatan berusaha) dan peningkatan pendapatan dan pendidikan sekaligus diharapkan berhasil menciptakan perkembangan pasar lokal yang dapat dijadikan sebagai salah satu wadah keberhasilan dan kemajuan sosial dan ekonomi di Kecamatan Pintu Pohan Meranti.

Adapun permasalahan pada tulisan ini adalah 1. Bagaimana format dan konsep CSR yang telah diimplementasikan oleh PT. Inalum (Divisi PLTA)?, 2. Bagaimana CSR berperan terhadap peningkatan kondisi sosial-ekonomi masyarakat Kecamatan Pintu Pohan Meranti? dan 3. Bagaimana korelasi CSR terhadap perkembangan pasar lokal di Kecamatan Pintupohan Meranti?

METODE

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di 5 (lima) desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Pintupohan Meranti, Kabupaten Toba Samosir, Propinsi Sumatera Utara yaitu Desa Ambarhalim, Desa Pintupohan, Desa Halado, Desa Pintupohan Dolok dan Desa Meranti Utara. Kelima desa ini dipilih karena merupakan wilayah jalur transmisi jaringan listrik pada Ring I Divisi PLTA.


(3)

2. Populasi dan Sampel

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh rumah tangga yang ada di kelima desa yaitu Desa Ambarhalim, Desa Pintupohan, Desa Halado, Desa Pintupohan Dolok dan Desa Meranti Utara Kecamatan Pintupohan Meranti.

Dari 84 Rumah Tangga (RT) sampel, didistribusikan ke lima desa tersebut. Jumlah sampel Rumah Tangga menurut desa (penerima manfaat CSR eksternal) diambil berdasarkan Proportional Random Sampling.

Pekerja langsung (karyawan tetap) juga akan dijadikan sebagai sampel penelitian. Pekerja ini mendapat manfaat CSR internal secara langsung melalui jabatan, penggajian, asuransi, pensiun, bantuan dan fasilitas umum.

Sampel yang dipilih dari populasi berdasarkan level/jabatan karyawan, karena populasi yang homogen dan karyawan tinggal di lokasi perumahan yang disediakan perusahaan dengan lingkungan yang homogen berdasarkan strata jabatan maka jumlah sampel rumah tangga menurut level/jabatan/kelompok (cluster) diambil berdasarkan Propotional Random Sampling, jumlah populasi dan sampel penelitian adalah 27 responden.

3. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis peran CSR

terhadap peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat maka yang dianalisis adalah varibel pendidikan dan pendapatan masyarakat. Untuk mengetahui apakah CSR

berperan atau tidak akan dilihat apakah adanya CSR dapat meningkatkan pendidikan dan pendapatan, maka digunakan uji beda rata-rata (compare means) sebelum Program CSR (tahun 2003) dan setelah adanya Program CSR (tahun 2007) dan analisis korelasi.

HASIL

1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir dan Kecamatan Pintupohan Meranti

Secara geografis Kabupaten Toba Samosir terletak di bagian tengah Propinsi Sumatera Utara pada garis koordinat 2003’- 2040’ Lintang Utara dan 98056’-99040’ Bujur Timur. Berada di jajaran pegunungan Bukit

Barisan, Kabupaten Toba Samosir memiliki karakter topografi dan kontur tanah yang beraneka ragam (datar, landai miring dan terjal) pada ketinggian 300 - 2.200 meter di atas permukaan laut.

Dengan luas wilayah 2.021,80 km, Kabupaten Toba Samosir diapit oleh lima Kabupaten, di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Simalungun, sebelah Timur dengan Kabupaten Labuhan Batu dan Asahan, sebelah selatan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Samosir.

2. Kondisi Sosial dan Budaya Masyarakat

Kecamatan Pintupohan Meranti terletak di lingkungan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan Komplek perumahan PT. Inalum Divisi PLTA beserta fasilitasnya. Luas wilayah kecamatan lebih kurang 45.000 ha yang tersebar di sepuluh desa, dengan jumlah penduduk dominan beragma Kristen Protestan. Tingkat pendidikan penduduk disana umumnya menamatkan Sekolah Tingkat Atas dan mata pencaharian penduduk umumnya bercocok tanam di lahan perkebunan dan persawahan. Hasil pertanian dari perkebunan adalah nilam yang menghasilkan minyak atsiri terbaik dari Sumatera Utara, karet, sawit dan coklat. Hasil pertanian di jual kepada tengkulak atau istilah batak adalah along-along.

3. Profil Perusahaan PT. Inalum Divisi PLTA di Kabupaten Toba Samosir

Setelah upaya memanfaatkan potensi sungai asahan yang mengalir dari Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara untuk menghasilkan tenaga listrik mengalami kegagalan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Pemerintah Republik Indonesia bertekad mewujudkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di sungai tersebut.

Selanjutnya, untuk penyertaan modal pada perusahaan yang akan didirikan di Jakarta kedua belas Perusahaan Penanam Modal tersebut bersama pemerintah Jepang membentuk sebuah perusahaan dengan nama Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd (NAA) yang berkedudukan di Tokyo pada tanggal 25 Nopember 1975.


(4)

Pada tanggal 6 Januari 1976, PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), sebuah perusahaan patungan antara pemerintah Indonesia dan Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd., didirikan di Jakarta. INALUM adalah perusahaan yang membangun dan mengoperasikan proyek Asahan, sesuai dengan Perjanjian Induk. Perbandingan saham antara Pemerintah Indonesia dan Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd. Pada waktu perusahaan didirikan adalah 10% dengan 90%. Pada bulan Oktober 1978 perbandingan tersebut berubah menjadi 25% dengan 75% dan sejak bulan Juni 1987 menjadi 41,13% dengan 58,87%.

PEMBAHASAN

1. Tingkat Pengetahuan (Awareness) Responden terhadap Keberadaan Program

Pembangunan bidang infrastruktur (jalan, jembatan, irigasi dan infrastruktur lainnya) masih banyak yang belum diketahui dan dipahami oleh masyarakat sekitar PT. Inalum, sebagian besar masyarakat yaitu 72,70% tidak mengetahui atau belum mengetahui keberadaan program-program dalam bidang pembangunan infrastruktur dan hanya 27,30% saja yang mengetahui adanya program pembangunan infrastruktur Program CSR di bidang pendidikan dan religious

(sosial) merupakan program yang paling banyak diketahui dan diminati oleh masyarakat dibanding bidang sosial lainnya. Dalam bidang pendidikan secara umum terjadi perimbangan antara masyarakat yang mengetahui adanya program pendidikan dengan yang tidak mengetahui dan memahami program di bidang pendidikan. Perbandingan tersebut sebesar 49% masyarakat yang mengetahui adanya program di bidang pendidikan berbanding 51% masyarakat yang tidak mengetahui adanya program di bidang pendidikan.

Dalam CSR bidang religius (sosial) yaitu bantuan dalam bidang agama (pendidikan dan penyuluhan) diketahui keberadaannya oleh 44% masyarakat dan selebihnya 56% lagi belum mengetahui, tetapi dalam pembangunan dan pemeliharaan sarana rumah ibadah diketahui oleh 71% masyarakat dan sisanya 29% masih belum mengetahui keberadaan program tersebut.

Tingkat pengetahuan respoden terhadap bantuan kesehatan dari PT. Inalum secara umum diketahui keberadaannya oleh sangat sedikit masyarakat 29,5% dan sisanya 70,5% dari masyarakat belum mengetahui keberadaan program CSR menunjukkan rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat terhadap CSR bidang kesehatan karena kurangnya soialisasi program bidang ini terhadap masyarakat padahal bidang ini sangat diminati oleh masyarakat.

Tingkat pengetahuan respoden terhadap bantuan kepemudaan dan olahraga dari PT. Inalum secara umum diketahui keberadaannya oleh sedikit masyarakat 28,7% dan sisanya 71,3%.

Tingkat pengetahuan responden terhadap keberadaan program CSR bidang pembangunan ekonomi diketahui oleh 35,5% masyarakat dan hanya diketahui oleh responden dari tiga desa yaitu Desa Pintu Pohan, Desa Ambarhalim dan Desa Halado dan selebihnya 64,5% masyarakat tidak mengetahui keberadaan program.

2. Tingkat Keterlibatan Responden terhadap Keberadaan Program

Keterlibatan masyarakat pada program CSR pembangunan bidang infrastruktur yang menyatakan terlibat adalah adalah 5,90% dan 94,10% menyatakan tidak terlibat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Untuk bidang sosial menyatakan terlibat dalam program adalah 12,40% dan sisanya 87,60% menyatakan tidak terlibat dan hanya menerima bantuan saja. Sedangkan untuk bidang ekonomi dari 35,50% yang terlibat dalam program tersebut hanya 64,50% yang menyatakan dilibatkan meski hanya pada pelaksanaannya saja dan bukan dilibatkan dari awal perencanaan.

3. Peran Corporate Social Responsibility

(CSR) Internal terhadap Pendidikan dan Pendapatan Karyawan

Hasil analisis uji beda rata-rata

(compare mean) dengan t-test with Paired

Two Sample for Means (Data Berpasangan)

antara pendidikan karyawan sebelum Program CSR (tahun 2003) dan setelah program CSR (tahun 2007) dapat dilihat pada Tabel 1.


(5)

Tabel 1. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendidikan Karyawan

Pendidikan sebelum (tahun 2003) 9,67 Pendidikan setelah (tahun 2007) 10,91

t-test -5,80

Sig. 0,0000021*

Keterangan * : Nyata pada α = 0,05 Sumber: Analisis Data Primer

Dari hasil uji statistik diketahui bahwa t- hitung (-5,80) lebih besar dari pada t-tabel (-1,71), berarti Ho ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat pendidikan tahun 2003 dan tahun 2007. Berarti dengan adanya program CSR pendidikan meningkat. Dengan melihat nilai probabilitas, P-Value adalah 0,0000021 lebih kecil dari α=0,05 berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan ada perbedaan tingkat pendidikan karyawan tahun 2003 dengan tahun 2007.

Pada tahun 2003 tingkat pendidikan rata-rata sebesar 9,67 tahun dan tahun 2007 rata-rata pendidikan keluarga karyawan meningkat menjadi 10,91 tahun, maka rata-rata peningkatan pendidikan (lamanya bersekolah) keluarga karyawan adalah 2,56% per tahun.

Hasil analisis uji beda rata-rata

(compare mean) dengan t-test with Paired

Two Sample for Means (Data Berpasangan)

antara pendapatan nominal karyawan sebelum Program CSR (tahun 2003) dan setelah program CSR (tahun 2007) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Nominal Karyawan

Pendapatan sebelum (tahun 2003) 3.685.185 (rupiah) Pendapatan setelah (tahun 2007) 7.111.111 (rupiah)

t-test -8,60

Sig. 2,21 E-09*

Keterangan * : Nyata pada α = 0,05 Sumber: Analisis Data Primer

Dari hasil uji statistik diketahui bahwa t-hitung (-8,60) lebih besar dari pada t-tabel (-1,71), berarti Ho ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat pendapatan nominal tahun 2003 dan tahun 2007. Berarti dengan program CSR

pendapatan nominal karyawan meningkat. Dengan melihat nilai probabilitas, P-Value adalah 2,21E-09 lebih kecil dari α = 0,05 berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan ada

perbedaan tingkat pendapatan nominal karyawan tahun 2003 dengan tahun 2007.

Pada tahun 2003 tingkat pendapatan nominal rata-rata sebesar Rp. 3.685.185,- (tiga juta enam ratus delapan puluh lima ribu seratus delapan puluh lima rupiah) dan tahun 2007 rata-rata pendapatan keluarga karyawan pada meningkat menjadi Rp. 7.111.111,- (tujuh juta seratus sebelas ribu seratus sebelas rupiah) maka rata-rata peningkatan pendapatan keluarga karyawan adalah 18,59% per tahun.

Hasil analisis uji beda rata-rata

(compare mean) dengan t-test with Paired

Two Sample for Means (Data Berpasangan)

antara pendapatan riil karyawan sebelum Program CSR (tahun 2003) dan setelah program CSR (tahun 2007) dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Riil Karyawan

Pendapatan sebelum (tahun 2003) 3.685.185 (rupiah) Pendapatan setelah (tahun 2007) 4.804.267 (rupiah)

t-test -7,48

Sig. 3,05E-08*

Keterangan * : Nyata pada α = 0,05 Sumber: Analisis Data Primer

Dari hasil uji statistik diketahui bahwa t-hitung (-7,48) lebih besar dari pada t-tabel (-1,71), berarti Ho ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat pendapatan riil tahun 2003 dan tahun 2007. Berarti dengan program CSR pendapatan rill karyawan meningkat. Dengan melihat nilai

probabilitas, P-Value adalah 3,05E-08 lebih

kecil dari α = 0,05 berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan ada perbedaan tingkat pendapatan riil keluarga karyawan tahun 2003 dengan tahun 2007.

Pada tahun 2003 tingkat pendapatan rata-rata sebesar Rp. 3.685.185,- (tiga juta enam ratus delapan puluh lima ribu seratus delapan puluh lima rupiah) dan tahun 2007 rata-rata pendapatan riil keluarga karyawan

pada meningkat menjadi Rp. 4.804.267,- (empat juta delapan ratus

empat ribu dua ratus enam puluh tujuh rupiah) maka rata-rata peningkatan pendapatan keluarga karyawan adalah 6,07% per tahun.


(6)

4. Peran Corporate Social Responsibility

(CSR) Eksternal terhadap Pendidikan, Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja Masyarakat Lokal

Hasil analisis uji beda rata-rata

(compare mean) dengan t-test with Paired

Two Sample for Means (Data Berpasangan)

antara pendidikan masyarakat sebelum Program CSR (tahun 2003) dan setelah program CSR (tahun 2007) dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendidikan Masyarakat

Pendidikan sebelum (tahun 2003) 6,73 Pendidikan setelah (tahun 2007) 8,21

t-test -14,19

Sig. 3,25E-24

Keterangan * : Nyata pada α = 0,05 Sumber: Analisis Data Primer

Dari hasil uji statistik diketahui bahwa t-hitung (-14,19) lebih besar dari pada t-tabel (-1,66), berarti Ho ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat pendidikan tahun 2003 dan tahun 2007 setelah adanya program CSR. Berarti sesudah adanya program CSR pendidikan masyarakat meningkat. Dengan melihat nilai probabilitas, P-Value adalah 3,25E-24 kecil dari 0,05 berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan ada perbedaan tingkat pendidikan masyarakat tahun 2003 dengan tahun 2007.

Pada tahun 2003 tingkat pendidikan rata-rata sebesar 6,73 tahun dan tahun 2007 rata-rata pendidikan keluarga masyarakat meningkat menjadi 8,21 tahun, maka rata-rata peningkatan pendidikan (lamanya bersekolah) keluarga karyawan adalah 4,39% per tahun.

Hasil analisis uji beda rata-rata

(compare mean) dengan t-test with Paired

Two Sample for Means (Data Berpasangan)

antara pendapatan nominal masyarakat sebelum program CSR (tahun 2003) dan setelah program CSR (tahun 2007) dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Analisis Uji Beda Rata-rata Pendapatan Nominal Masyarakat

Pendapatan sebelum (tahun 2003) 757.583 (rupiah) Pendapatan setelah (tahun 2007) 1.266.738 (rupiah)

t-test -4,57

Sig. 0,000016*

Keterangan * : Nyata pada α = 0,05 Sumber: Analisis Data Primer

Dari hasil uji statistik diketahui bahwa t-hitung (-4,57) lebih besar dari pada t-tabel (-1,66), berarti Ho ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat pendapatan nominal masyarakat sebelum tahun 2003 dan tahun 2007 setelah adanya program CSR. Berarti dengan adanya program CSR pendapatan nominal masyarakat meningkat. Dengan melihat nilai probabilitas, P-Value adalah 0,000016 lebih kecil dari 0,05 berarti Ho. Hal ini menunjukkan ada perbedaan tingkat pendapatan nominal masyarakat tahun 2003 dengan tahun 2007.

Pada tahun 2003 rata-rata pendapatan nominal rumah tangga masyarakat adalah Rp. 757.583,-/bulan dan pada tahun 2007 rata-rata pendapatan nominal rumah tangga masyarakat meningkat menjadi Rp. 1.266.738,-/bulan, maka rata-rata peningkatan pendapatan nominal rumah tangga masyarakat adalah 13,44% per tahun.

Peningkatan pendapatan nominal masyarakat disebabkan telah terbukanya peluang kerja pada pengusaha lokal yang bermitra sebagai rekanan PT. Inalum yang mempekerjakan penduduk lokal sekitar sebagai karyawan/buruh, sehingga masyarakat petani bisa bekerja di luar musim tanam dan musim panen dan terbuka peluang usaha kecil (sangat sedikit) bagi masyarakat untuk keperluan karyawan-karyawan unit usaha mitra PT. Inalum.

Hasil analisis uji beda rata-rata

(compare mean) dengan t-Test with Paired

Two Sample for Means (Data Berpasangan)

antara pendapatan riil masyarakat sebelum Program CSR (tahun 2003) dan setelah program CSR (tahun 2007) dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Analisis Uji Beda Rata-rata Pendapatan Riil Masyarakat

Pendapatan sebelum (tahun 2003) 757.583 (rupiah) Pendapatan setelah (tahun 2007) 844.206 (rupiah)

t-test -1,27

Sig. 0,10

Keterangan * : Nyata pada α = 0,05 Sumber: Analisis Data Primer

Dari hasil uji statistik diketahui bahwa t-hitung 1,27) lebih kecil dari pada t-tabel (-1,66), berarti Ho diterima atau tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat


(7)

pendapatan riil sebelum tahun 2003 dan tahun 2007 setelah adanya program CSR. Berarti dengan adanya program CSR

pendapatan riil tidak meningkat. Dengan melihat nilai probabilitas, P-Value adalah 0,10 lebih besar dari 0,05 berarti Ho diterima. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan tingkat pendapatan riil masyarakat tahun 2003 dengan tahun 2007.

Pada tahun 2003 rata-rata pendapatan riil rumah tangga masyarakat adalah Rp. 757.583,-/bulan dan pada tahun 2007 rata-rata pendapatan riil rumah tangga masyarakat meningkat menjadi Rp. 844.206,-/bulan, maka rata-rata peningkatan pendapatan riil rumah tangga masyarakat adalah 4,60% per tahun.

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat pendapatan riil sebelum tahun 2003 dan tahun 2007 dan rendahnya rata-rata pendapatan riil masyarakat sebesar Rp. 844.206,-/bulan pada tahun 2007 menunjukkan masih lemahnya peningkatan ekonomi masyarakat.

5. Peran CSR Eksternal terhadap Pengembangan Ekonomi Lokal

Dalam bidang pengembangan ekonomi lokal, perusahaan memperkirakan telah menyerap sekitar 1500 (seribu lima ratus) orang tenaga kerja dalam operasional perusahaan, yang terbagi dalam 2 kategori: 1. Sekitar 1200 (seribu dua ratus) orang

bekerja sebagai tenaga kerja di unit usaha mitra perusahaan/kontraktor. 2. 271 (dua ratus tujuh puluh satu orang)

orang tenaga kerja langsung perusahaan. Dari 271 tenaga kerja langsung tersebut sebanyak 61 (enam puluh satu) orang atau sekitar 22,50% berasal dari Kabupaten Toba Samosir, 180 (seratus delapan puluh) orang atau 66,42% berasal dari luar Kabupaten Toba Samosir (dalam Propinsi Sumatera Utara) dan 30 (tiga puluh) orang berasal dari luar Propinsi Sumatera Utara.

Sebanyak 61 (enam puluh satu) orang atau sekitar 22,50% pekerja tetap/karyawan yang berasal dari Kabupaten Toba Samosir tersebut, 23 (dua puluh tiga) orang diantaranya atau sekitar 8,48% adalah masyarakat yang berasal dari Kecamatan Pintupohan Meranti.

Tenaga kerja lokal yang direkrut PT. Inalum dari masyarakat Kecamatan Pintupohan Meranti pada tahun 2003 sebanyak 10 (sepuluh) orang dan pada tahun 2007 akhir sudah berjumlah 23 (dua puluh tiga) orang tetapi semua penduduk lokal masih bekerja pada tingkat/level operator. Kualifikasi pendidikan yang masih di bawah standar menyebabkan terbatasnya tenaga kerja lokal yang dapat direkrut oleh PT. Inalum.

Pada tahun 2003 jumlah masyarakat lokal sekitar perusahaan dari Kecamatan Pintupohan Meranti yang dapat diserap 320 orang dan pada tahun 2007 tenaga kerja sebanyak 750 orang menjadi karyawan tetap dan tenaga lepas (free lance) yang direkrut dari sepuluh desa. Kekurangannya karyawan dari penduduk lokal diambil dari daerah lain atau kecamatan lain di Kabupaten Toba Samosir maupun dari masyarakat Kabupaten Asahan yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Pintupohan Meranti.

6. Korelasi Modal/Dana CSR terhadap Perkembangan Pasar Lokal

Sejak tahun 2001 alokasi dana anggaran sebesar Rp. 634 juta dan meningkat menjadi Rp. 1,482 milyar pada tahun 2002. Pada tahun 2003 dengan anggaran meningkat menjadi Rp.1,602 milyar dan tahun-tahun berikutnya terjadi penurunan jumlah anggaran di Sub Section Public Relation pada tahun fiskal. Kemudian pada tahun 2006 dan 2007 alokasi dana yang diajukan untuk program CSR meningkat mencapai Rp. 1,811 milyar. Tetapi aktivitas (jam buka) pasar di ibukota Kecamatan Pintupohan Meranti mengalami penurunan yang pada tahun 2001 rata-rata jam buka pasar adalah 3 jam menurun menjadi 2,5 jam pada tahun 2002 terus menurun menjadi 2,0 jam pada tahun 2003 hingga menjadi rata-rata buka pasar 1,0 jam pada tahun 2007.

Selama kurun waktu 7 tahun (2001-2007) rata-rata peningkatan modal atau dana untuk program CSR di Kecamatan P i n t u p o h a n M e r an t i s eb e s a r Rp. 136.879.000,-/tahun. Peningkatan jumlah dana CSR PT. Inalum Divisi PLTA tersebut tidak sejalan dengan aktivitas pasar di ibukota Kecamatan Pintupohan Meranti yang mengalami penurunan rata-rata 0,33 jam/tahun atau sekitar 18% per-tahun.


(8)

Hasil Analisis Korelasi antara Modal/Dana CSR dengan Aktivitas pasar dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Uji Statistik Korelasi antara Besarnya Modal CSR dengan Aktivitas Pasar

di Kecamatan Pintupohan Meranti

Uraian Rata-Rata Selama 7 Tahun

Modal/Dana CSR Rp. 1.451.654.142 Aktivitas Pasar 1,86 jam

Koef. Korelasi (r) -0,848 Sig. (1-tailed) 0,008* Ket. * : Nyata pada α = 0,05

Sumber: Analisis Data Primer

Hasil analisis uji statistik diketahui bahwa korelasi antara modal/dana CSR dan aktivitas pasar sebesar -0,848. Oleh karena α = 0,05 > Sig. (1-tailed): 0,008, maka korelasi antara kedua variabel tersebut signifikan. Terdapat perbedaan yang signifikan dengan nilai korelasi negatif menunjukkan aktivitas pasar cenderung turun seiring dengan kenaikan modal/dana CSR.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap peran CSR terhadap sosial dan ekonomi masyarakat Kecamatan Pintupohan Meranti, diambil beberapa kesimpulan:

1. Format dan Konsep CSR yang telah diimplementasikan PT. Inalum kepada masyarakat adalah:

a. PT. Inalum belum memiliki dokumen perencanaan dan strategi dalam pencapaian target dan masih dianggap sebagai biaya (cost) sehingga belum memiliki program yang mampu memandirikan dan memberdayakan masyarakat melalui program Pengembangan Masyarakat yang diluncurkan.

b. Tingkat pengetahuan dan

keterlibatan masyarakat terhadap keberadaan Program CSR PT. Inalum masih rendah menunjukkan PT. Inalum Divisi PLTA belum melakukan pendekatan dalam proses pembentukan tanggung jawab sosial melalui etika moral, keputusan bersama dan etika manfaat.

c. Proses pembentukan program CSR bidang pendidikan belum melibatkan

stakeholder utama (komite sekolah)

dan proses Pengembangan Ekonomi

Rakyat (CSR bidang ekonomi) masih bersifat karitas (charity) dan belum dapat menggalang partisipasi aktif masyarakat.

2. CSR PT. Inalum memiliki peran dalam meningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat diantaranya:

a. Pendidikan rumah tangga

masyarakat lebih tinggi dari pada pendidikan rumah tangga karyawan dan pendapatan karyawan lebih tinggi dari pendapatan masyarakat (pendapatan nominal dan riil).

b. CSR PT. Inalum berperan dalam penyerapan tenaga kerja lokal langsung perusahaan PT. Inalum maupun sebagai tenaga kerja tidak langsung yaitu masyarakat yang bekerja di unit usaha mitra perusahaan/kontraktor.

3. Peran dan korelasi CSR terhadap perkembangan pasar lokal (tradisional) menunjukkan:

a. Tidak adanya kebijakan

pengembangan ekonomi lokal wilayah dalam program CSR menyebabkan aktivitas pasar lokal semakin mundur sehingga wilayah makin terisolasi dan tidak berkembang meskipun sarana dan prasarana (pembangunan bidang infrastruktur) telah dibangun.

b. Konsep pembangunan kesejahteraan masyarakat yang terintegrasi antar pemerintah, perusahaan PT. Inalum Divisi PLTA dan masyarakat belum ada sehingga upaya memfasilitasi dalam membuat kebijakan dan membangun kemitraan di antara ketiganya tidak tercipta.

SARAN

1. PT. Inalum harus membuat rencana dan startegi melalui proses pendekatan

stakeholders dan melibatkan masyarakat

dalam proses pembentukan tanggung jawab sosialnya, menganggap CSR

adalah sebuah Investasi Sosial (Social

Invesment) bagi perusahaan dan

membuat kebijakan yang cerdas dan strategis dalam pengembangan ekonomi masyarakat lokal yang bersifat produktif.


(9)

2. PT. Inalum harus mengembangkan program CSR bidang pendidikan masyarakat dengan dukungan para pemangku kepentingan (stakeholders) yang dapat membangun sumber daya setempat (lokal) dan mengacu kepada karakteristik spesifik yang dimiliki seperti: membangun Sekolah Menengah Kejuruan Elektro (Listrik) dan Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian.

3. Pemerintah harus mengoptimalisasi perannya memahami konteks CSR agar tercipta kesamaan pemahaman

(persepsi) dengan PT. Inalum, upaya

bersama membahas masalah dan kebutuhan masyarakat, menciptakan kerjasama dan komunikasi dua arah dalam memberdayakan masyarakat.

4. Kemitraan antara pemerintah, PT. Inalum dan masyarakat lokal dalam menjalankan proses pembentukan

program CSR-nya harus

mengkolaborasikan antara proses dari atas (top down) dan dari bawah (bottom up).

DAFTAR RUJUKAN

Anonimous, 2005. Corporate Stakeholder Partnership Toward Productive

Relations (Report Seminar). LEAD

INDONESIA bekerja sama dengan LAB-SOSIO FISIP UI, Jakarta.

_________, 2006. Company Profile. PT. Indonesia Asahan Aluminium.

Bappeda dan BPS Kabupaten Toba Samosir, 2007. Toba Samosir dalam Angka. Pemerintah Kabupaten Toba Samosir. Balige.

_________., 2007. Validasi Data Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Toba

Samosir Tahun 2007. Pemerintah

Kabupaten Toba Samosir. Balige. Budimanta, A, Prasetijo, A., Rudito, B.,2004.

Corporate Social Responsibility, Jawaban bagi Model Pembangunan

Indonesia Masa Kini. ICSD, Jakarta.

Blakely, E.J. 1989. Planning Local Economic Development: Theory dan

Practice. Sage Publication, Inc.

California.

Evans, H. dan Munir, R, 2005.

Pengembangan Ekonomi Lokal di Indonesia. Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam Abad 21. Konsep dan Pendekatan

Pembangunan Perkotaan di Indonesia.

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, URDI-YSS-Jakarta.

Ichsan, M.S. 2007. Implementasi Program Community Development di Pertamina

UPMS-IV Semarang. Tesis Program

MAP-UGM, Jogjakarta.

Josua, P, P. 2007. Pola Kemitraaan dalam Praktek Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada Program Community Development PT. Toba

Pulp Lestari, Tbk. Di Kabupaten Toba

Samosir, Tesis Program MAP-UGM, Jogjakarta.

Kasali, R., 2005. Management Public

Relation. Pustaka Utama Grafiti,

Jakarta.

Kottler, P. and Nancy, L. 2005. Corporate Social Responsibility: Doing The Most Good For Your Company and Your

Cause. Best Practices From Hewlett

Packard, Ben & Jerry’s, and Other Leading Companies. Jhon Wiley & Sons, Inc. United States of America. Miraza, B. H. 2005. Perencanaan dan

Pengembangan Wilayah. ISEI Bandung, Bandung.

Mulyadi. 2003. Pengelolaan Program Corporate Social Responsibility: Pendekatan, Keberpihakan dan

Keberlanjutan. Materi Seminar.

PSKK, Jogjakarta.

Munir, R. 2002. Perencanaan Ekonomi Lokal (Local Economic Development).

Specialist Perform Project, Jakarta. Saidi, Z, 2003. Membangun Corporate

Social Responsibility yang Aplikatif dan Berbasis Kebutuhan Masyarakat.

Materi Training.

Wibisono, Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social

Responsibility). Fascho Publishing.


(1)

Pada tanggal 6 Januari 1976, PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), sebuah perusahaan patungan antara pemerintah Indonesia dan Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd., didirikan di Jakarta. INALUM adalah perusahaan yang membangun dan mengoperasikan proyek Asahan, sesuai dengan Perjanjian Induk. Perbandingan saham antara Pemerintah Indonesia dan Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd. Pada waktu perusahaan didirikan adalah 10% dengan 90%. Pada bulan Oktober 1978 perbandingan tersebut berubah menjadi 25% dengan 75% dan sejak bulan Juni 1987 menjadi 41,13% dengan 58,87%.

PEMBAHASAN

1. Tingkat Pengetahuan (Awareness) Responden terhadap Keberadaan Program

Pembangunan bidang infrastruktur (jalan, jembatan, irigasi dan infrastruktur lainnya) masih banyak yang belum diketahui dan dipahami oleh masyarakat sekitar PT. Inalum, sebagian besar masyarakat yaitu 72,70% tidak mengetahui atau belum mengetahui keberadaan program-program dalam bidang pembangunan infrastruktur dan hanya 27,30% saja yang mengetahui adanya program pembangunan infrastruktur Program CSR di bidang pendidikan dan religious (sosial) merupakan program yang paling banyak diketahui dan diminati oleh masyarakat dibanding bidang sosial lainnya. Dalam bidang pendidikan secara umum terjadi perimbangan antara masyarakat yang mengetahui adanya program pendidikan dengan yang tidak mengetahui dan memahami program di bidang pendidikan. Perbandingan tersebut sebesar 49% masyarakat yang mengetahui adanya program di bidang pendidikan berbanding 51% masyarakat yang tidak mengetahui adanya program di bidang pendidikan.

Dalam CSR bidang religius (sosial) yaitu bantuan dalam bidang agama (pendidikan dan penyuluhan) diketahui keberadaannya oleh 44% masyarakat dan selebihnya 56% lagi belum mengetahui, tetapi dalam pembangunan dan pemeliharaan sarana rumah ibadah diketahui oleh 71% masyarakat dan sisanya 29% masih belum mengetahui keberadaan program tersebut.

Tingkat pengetahuan respoden terhadap bantuan kesehatan dari PT. Inalum secara umum diketahui keberadaannya oleh sangat sedikit masyarakat 29,5% dan sisanya 70,5% dari masyarakat belum mengetahui keberadaan program CSR menunjukkan rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat terhadap CSR bidang kesehatan karena kurangnya soialisasi program bidang ini terhadap masyarakat padahal bidang ini sangat diminati oleh masyarakat.

Tingkat pengetahuan respoden terhadap bantuan kepemudaan dan olahraga dari PT. Inalum secara umum diketahui keberadaannya oleh sedikit masyarakat 28,7% dan sisanya 71,3%.

Tingkat pengetahuan responden terhadap keberadaan program CSR bidang pembangunan ekonomi diketahui oleh 35,5% masyarakat dan hanya diketahui oleh responden dari tiga desa yaitu Desa Pintu Pohan, Desa Ambarhalim dan Desa Halado dan selebihnya 64,5% masyarakat tidak mengetahui keberadaan program.

2. Tingkat Keterlibatan Responden terhadap Keberadaan Program

Keterlibatan masyarakat pada program CSR pembangunan bidang infrastruktur yang menyatakan terlibat adalah adalah 5,90% dan 94,10% menyatakan tidak terlibat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Untuk bidang sosial menyatakan terlibat dalam program adalah 12,40% dan sisanya 87,60% menyatakan tidak terlibat dan hanya menerima bantuan saja. Sedangkan untuk bidang ekonomi dari 35,50% yang terlibat dalam program tersebut hanya 64,50% yang menyatakan dilibatkan meski hanya pada pelaksanaannya saja dan bukan dilibatkan dari awal perencanaan.

3. Peran Corporate Social Responsibility (CSR) Internal terhadap Pendidikan dan Pendapatan Karyawan

Hasil analisis uji beda rata-rata (compare mean) dengan t-test with Paired

Two Sample for Means (Data Berpasangan)

antara pendidikan karyawan sebelum Program CSR (tahun 2003) dan setelah program CSR (tahun 2007) dapat dilihat pada Tabel 1.


(2)

Tabel 1. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendidikan Karyawan

Pendidikan sebelum (tahun 2003) 9,67 Pendidikan setelah (tahun 2007) 10,91

t-test -5,80

Sig. 0,0000021*

Keterangan * : Nyata pada α = 0,05 Sumber: Analisis Data Primer

Dari hasil uji statistik diketahui bahwa t- hitung (-5,80) lebih besar dari pada t-tabel (-1,71), berarti Ho ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat pendidikan tahun 2003 dan tahun 2007. Berarti dengan adanya program CSR pendidikan meningkat. Dengan melihat nilai probabilitas, P-Value adalah 0,0000021 lebih kecil dari α=0,05 berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan ada perbedaan tingkat pendidikan karyawan tahun 2003 dengan tahun 2007.

Pada tahun 2003 tingkat pendidikan rata-rata sebesar 9,67 tahun dan tahun 2007 rata-rata pendidikan keluarga karyawan meningkat menjadi 10,91 tahun, maka rata-rata peningkatan pendidikan (lamanya bersekolah) keluarga karyawan adalah 2,56% per tahun.

Hasil analisis uji beda rata-rata (compare mean) dengan t-test with Paired

Two Sample for Means (Data Berpasangan)

antara pendapatan nominal karyawan sebelum Program CSR (tahun 2003) dan setelah program CSR (tahun 2007) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Nominal Karyawan

Pendapatan sebelum (tahun 2003) 3.685.185 (rupiah) Pendapatan setelah (tahun 2007) 7.111.111 (rupiah)

t-test -8,60

Sig. 2,21 E-09*

Keterangan * : Nyata pada α = 0,05 Sumber: Analisis Data Primer

Dari hasil uji statistik diketahui bahwa t-hitung (-8,60) lebih besar dari pada t-tabel (-1,71), berarti Ho ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat pendapatan nominal tahun 2003 dan tahun 2007. Berarti dengan program CSR pendapatan nominal karyawan meningkat. Dengan melihat nilai probabilitas, P-Value adalah 2,21E-09 lebih kecil dari α = 0,05 berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan ada

perbedaan tingkat pendapatan nominal karyawan tahun 2003 dengan tahun 2007.

Pada tahun 2003 tingkat pendapatan nominal rata-rata sebesar Rp. 3.685.185,- (tiga juta enam ratus delapan puluh lima ribu seratus delapan puluh lima rupiah) dan tahun 2007 rata-rata pendapatan keluarga karyawan pada meningkat menjadi Rp. 7.111.111,- (tujuh juta seratus sebelas ribu seratus sebelas rupiah) maka rata-rata peningkatan pendapatan keluarga karyawan adalah 18,59% per tahun.

Hasil analisis uji beda rata-rata (compare mean) dengan t-test with Paired

Two Sample for Means (Data Berpasangan)

antara pendapatan riil karyawan sebelum Program CSR (tahun 2003) dan setelah program CSR (tahun 2007) dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Riil Karyawan

Pendapatan sebelum (tahun 2003) 3.685.185 (rupiah) Pendapatan setelah (tahun 2007) 4.804.267 (rupiah)

t-test -7,48

Sig. 3,05E-08*

Keterangan * : Nyata pada α = 0,05 Sumber: Analisis Data Primer

Dari hasil uji statistik diketahui bahwa t-hitung (-7,48) lebih besar dari pada t-tabel (-1,71), berarti Ho ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat pendapatan riil tahun 2003 dan tahun 2007. Berarti dengan program CSR pendapatan rill karyawan meningkat. Dengan melihat nilai probabilitas, P-Value adalah 3,05E-08 lebih kecil dari α = 0,05 berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan ada perbedaan tingkat pendapatan riil keluarga karyawan tahun 2003 dengan tahun 2007.

Pada tahun 2003 tingkat pendapatan rata-rata sebesar Rp. 3.685.185,- (tiga juta enam ratus delapan puluh lima ribu seratus delapan puluh lima rupiah) dan tahun 2007 rata-rata pendapatan riil keluarga karyawan

pada meningkat menjadi Rp. 4.804.267,- (empat juta delapan ratus

empat ribu dua ratus enam puluh tujuh rupiah) maka rata-rata peningkatan pendapatan keluarga karyawan adalah 6,07% per tahun.


(3)

4. Peran Corporate Social Responsibility (CSR) Eksternal terhadap Pendidikan, Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja Masyarakat Lokal

Hasil analisis uji beda rata-rata (compare mean) dengan t-test with Paired

Two Sample for Means (Data Berpasangan)

antara pendidikan masyarakat sebelum Program CSR (tahun 2003) dan setelah program CSR (tahun 2007) dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendidikan Masyarakat

Pendidikan sebelum (tahun 2003) 6,73 Pendidikan setelah (tahun 2007) 8,21

t-test -14,19

Sig. 3,25E-24

Keterangan * : Nyata pada α = 0,05 Sumber: Analisis Data Primer

Dari hasil uji statistik diketahui bahwa t-hitung (-14,19) lebih besar dari pada t-tabel (-1,66), berarti Ho ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat pendidikan tahun 2003 dan tahun 2007 setelah adanya program CSR. Berarti sesudah adanya program CSR pendidikan masyarakat meningkat. Dengan melihat nilai probabilitas, P-Value adalah 3,25E-24 kecil dari 0,05 berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan ada perbedaan tingkat pendidikan masyarakat tahun 2003 dengan tahun 2007.

Pada tahun 2003 tingkat pendidikan rata-rata sebesar 6,73 tahun dan tahun 2007 rata-rata pendidikan keluarga masyarakat meningkat menjadi 8,21 tahun, maka rata-rata peningkatan pendidikan (lamanya bersekolah) keluarga karyawan adalah 4,39% per tahun.

Hasil analisis uji beda rata-rata (compare mean) dengan t-test with Paired

Two Sample for Means (Data Berpasangan)

antara pendapatan nominal masyarakat sebelum program CSR (tahun 2003) dan setelah program CSR (tahun 2007) dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Analisis Uji Beda Rata-rata Pendapatan Nominal Masyarakat

Pendapatan sebelum (tahun 2003) 757.583 (rupiah) Pendapatan setelah (tahun 2007) 1.266.738 (rupiah)

t-test -4,57

Sig. 0,000016*

Keterangan * : Nyata pada α = 0,05

Dari hasil uji statistik diketahui bahwa t-hitung (-4,57) lebih besar dari pada t-tabel (-1,66), berarti Ho ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat pendapatan nominal masyarakat sebelum tahun 2003 dan tahun 2007 setelah adanya program CSR. Berarti dengan adanya program CSR pendapatan nominal masyarakat meningkat. Dengan melihat nilai probabilitas, P-Value adalah 0,000016 lebih kecil dari 0,05 berarti Ho. Hal ini menunjukkan ada perbedaan tingkat pendapatan nominal masyarakat tahun 2003 dengan tahun 2007.

Pada tahun 2003 rata-rata pendapatan nominal rumah tangga masyarakat adalah Rp. 757.583,-/bulan dan pada tahun 2007 rata-rata pendapatan nominal rumah tangga masyarakat meningkat menjadi Rp. 1.266.738,-/bulan, maka rata-rata peningkatan pendapatan nominal rumah tangga masyarakat adalah 13,44% per tahun.

Peningkatan pendapatan nominal masyarakat disebabkan telah terbukanya peluang kerja pada pengusaha lokal yang bermitra sebagai rekanan PT. Inalum yang mempekerjakan penduduk lokal sekitar sebagai karyawan/buruh, sehingga masyarakat petani bisa bekerja di luar musim tanam dan musim panen dan terbuka peluang usaha kecil (sangat sedikit) bagi masyarakat untuk keperluan karyawan-karyawan unit usaha mitra PT. Inalum.

Hasil analisis uji beda rata-rata (compare mean) dengan t-Test with Paired

Two Sample for Means (Data Berpasangan)

antara pendapatan riil masyarakat sebelum Program CSR (tahun 2003) dan setelah program CSR (tahun 2007) dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Analisis Uji Beda Rata-rata Pendapatan Riil Masyarakat

Pendapatan sebelum (tahun 2003) 757.583 (rupiah) Pendapatan setelah (tahun 2007) 844.206 (rupiah)

t-test -1,27

Sig. 0,10

Keterangan * : Nyata pada α = 0,05 Sumber: Analisis Data Primer

Dari hasil uji statistik diketahui bahwa t-hitung 1,27) lebih kecil dari pada t-tabel (-1,66), berarti Ho diterima atau tidak terdapat


(4)

pendapatan riil sebelum tahun 2003 dan tahun 2007 setelah adanya program CSR. Berarti dengan adanya program CSR pendapatan riil tidak meningkat. Dengan melihat nilai probabilitas, P-Value adalah 0,10 lebih besar dari 0,05 berarti Ho diterima. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan tingkat pendapatan riil masyarakat tahun 2003 dengan tahun 2007.

Pada tahun 2003 rata-rata pendapatan riil rumah tangga masyarakat adalah Rp. 757.583,-/bulan dan pada tahun 2007 rata-rata pendapatan riil rumah tangga masyarakat meningkat menjadi Rp. 844.206,-/bulan, maka rata-rata peningkatan pendapatan riil rumah tangga masyarakat adalah 4,60% per tahun.

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat pendapatan riil sebelum tahun 2003 dan tahun 2007 dan rendahnya rata-rata pendapatan riil masyarakat sebesar Rp. 844.206,-/bulan pada tahun 2007 menunjukkan masih lemahnya peningkatan ekonomi masyarakat.

5. Peran CSR Eksternal terhadap Pengembangan Ekonomi Lokal

Dalam bidang pengembangan ekonomi lokal, perusahaan memperkirakan telah menyerap sekitar 1500 (seribu lima ratus) orang tenaga kerja dalam operasional perusahaan, yang terbagi dalam 2 kategori: 1. Sekitar 1200 (seribu dua ratus) orang

bekerja sebagai tenaga kerja di unit usaha mitra perusahaan/kontraktor. 2. 271 (dua ratus tujuh puluh satu orang)

orang tenaga kerja langsung perusahaan. Dari 271 tenaga kerja langsung tersebut sebanyak 61 (enam puluh satu) orang atau sekitar 22,50% berasal dari Kabupaten Toba Samosir, 180 (seratus delapan puluh) orang atau 66,42% berasal dari luar Kabupaten Toba Samosir (dalam Propinsi Sumatera Utara) dan 30 (tiga puluh) orang berasal dari luar Propinsi Sumatera Utara.

Sebanyak 61 (enam puluh satu) orang atau sekitar 22,50% pekerja tetap/karyawan yang berasal dari Kabupaten Toba Samosir tersebut, 23 (dua puluh tiga) orang diantaranya atau sekitar 8,48% adalah masyarakat yang berasal dari Kecamatan Pintupohan Meranti.

Tenaga kerja lokal yang direkrut PT. Inalum dari masyarakat Kecamatan Pintupohan Meranti pada tahun 2003 sebanyak 10 (sepuluh) orang dan pada tahun 2007 akhir sudah berjumlah 23 (dua puluh tiga) orang tetapi semua penduduk lokal masih bekerja pada tingkat/level operator. Kualifikasi pendidikan yang masih di bawah standar menyebabkan terbatasnya tenaga kerja lokal yang dapat direkrut oleh PT. Inalum.

Pada tahun 2003 jumlah masyarakat lokal sekitar perusahaan dari Kecamatan Pintupohan Meranti yang dapat diserap 320 orang dan pada tahun 2007 tenaga kerja sebanyak 750 orang menjadi karyawan tetap dan tenaga lepas (free lance) yang direkrut dari sepuluh desa. Kekurangannya karyawan dari penduduk lokal diambil dari daerah lain atau kecamatan lain di Kabupaten Toba Samosir maupun dari masyarakat Kabupaten Asahan yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Pintupohan Meranti.

6. Korelasi Modal/Dana CSR terhadap Perkembangan Pasar Lokal

Sejak tahun 2001 alokasi dana anggaran sebesar Rp. 634 juta dan meningkat menjadi Rp. 1,482 milyar pada tahun 2002. Pada tahun 2003 dengan anggaran meningkat menjadi Rp.1,602 milyar dan tahun-tahun berikutnya terjadi penurunan jumlah anggaran di Sub Section Public Relation pada tahun fiskal. Kemudian pada tahun 2006 dan 2007 alokasi dana yang diajukan untuk program CSR meningkat mencapai Rp. 1,811 milyar. Tetapi aktivitas (jam buka) pasar di ibukota Kecamatan Pintupohan Meranti mengalami penurunan yang pada tahun 2001 rata-rata jam buka pasar adalah 3 jam menurun menjadi 2,5 jam pada tahun 2002 terus menurun menjadi 2,0 jam pada tahun 2003 hingga menjadi rata-rata buka pasar 1,0 jam pada tahun 2007.

Selama kurun waktu 7 tahun (2001-2007) rata-rata peningkatan modal atau dana untuk program CSR di Kecamatan P i n t u p o h a n M e r an t i s eb e s a r Rp. 136.879.000,-/tahun. Peningkatan jumlah dana CSR PT. Inalum Divisi PLTA tersebut tidak sejalan dengan aktivitas pasar di ibukota Kecamatan Pintupohan Meranti yang mengalami penurunan rata-rata 0,33 jam/tahun atau sekitar 18% per-tahun.


(5)

Hasil Analisis Korelasi antara Modal/Dana CSR dengan Aktivitas pasar dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Uji Statistik Korelasi antara Besarnya Modal CSR dengan Aktivitas Pasar

di Kecamatan Pintupohan Meranti Uraian Rata-Rata Selama 7 Tahun

Modal/Dana CSR Rp. 1.451.654.142 Aktivitas Pasar 1,86 jam

Koef. Korelasi (r) -0,848 Sig. (1-tailed) 0,008* Ket. * : Nyata pada α = 0,05

Sumber: Analisis Data Primer

Hasil analisis uji statistik diketahui bahwa korelasi antara modal/dana CSR dan aktivitas pasar sebesar -0,848. Oleh karena α = 0,05 > Sig. (1-tailed): 0,008, maka korelasi antara kedua variabel tersebut signifikan. Terdapat perbedaan yang signifikan dengan nilai korelasi negatif menunjukkan aktivitas pasar cenderung turun seiring dengan kenaikan modal/dana CSR.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap peran CSR terhadap sosial dan ekonomi masyarakat Kecamatan Pintupohan Meranti, diambil beberapa kesimpulan:

1. Format dan Konsep CSR yang telah diimplementasikan PT. Inalum kepada masyarakat adalah:

a. PT. Inalum belum memiliki dokumen perencanaan dan strategi dalam pencapaian target dan masih dianggap sebagai biaya (cost) sehingga belum memiliki program yang mampu memandirikan dan memberdayakan masyarakat melalui program Pengembangan Masyarakat yang diluncurkan.

b. Tingkat pengetahuan dan keterlibatan masyarakat terhadap keberadaan Program CSR PT. Inalum masih rendah menunjukkan PT. Inalum Divisi PLTA belum melakukan pendekatan dalam proses pembentukan tanggung jawab sosial melalui etika moral, keputusan bersama dan etika manfaat.

c. Proses pembentukan program CSR bidang pendidikan belum melibatkan stakeholder utama (komite sekolah)

Rakyat (CSR bidang ekonomi) masih bersifat karitas (charity) dan belum dapat menggalang partisipasi aktif masyarakat.

2. CSR PT. Inalum memiliki peran dalam meningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat diantaranya:

a. Pendidikan rumah tangga masyarakat lebih tinggi dari pada pendidikan rumah tangga karyawan dan pendapatan karyawan lebih tinggi dari pendapatan masyarakat (pendapatan nominal dan riil).

b. CSR PT. Inalum berperan dalam penyerapan tenaga kerja lokal langsung perusahaan PT. Inalum maupun sebagai tenaga kerja tidak langsung yaitu masyarakat yang bekerja di unit usaha mitra perusahaan/kontraktor.

3. Peran dan korelasi CSR terhadap perkembangan pasar lokal (tradisional) menunjukkan:

a. Tidak adanya kebijakan pengembangan ekonomi lokal wilayah dalam program CSR menyebabkan aktivitas pasar lokal semakin mundur sehingga wilayah makin terisolasi dan tidak berkembang meskipun sarana dan prasarana (pembangunan bidang infrastruktur) telah dibangun.

b. Konsep pembangunan kesejahteraan masyarakat yang terintegrasi antar pemerintah, perusahaan PT. Inalum Divisi PLTA dan masyarakat belum ada sehingga upaya memfasilitasi dalam membuat kebijakan dan membangun kemitraan di antara ketiganya tidak tercipta.

SARAN

1. PT. Inalum harus membuat rencana dan startegi melalui proses pendekatan stakeholders dan melibatkan masyarakat dalam proses pembentukan tanggung jawab sosialnya, menganggap CSR adalah sebuah Investasi Sosial (Social

Invesment) bagi perusahaan dan

membuat kebijakan yang cerdas dan strategis dalam pengembangan ekonomi masyarakat lokal yang bersifat produktif.


(6)

2. PT. Inalum harus mengembangkan program CSR bidang pendidikan masyarakat dengan dukungan para pemangku kepentingan (stakeholders) yang dapat membangun sumber daya setempat (lokal) dan mengacu kepada karakteristik spesifik yang dimiliki seperti: membangun Sekolah Menengah Kejuruan Elektro (Listrik) dan Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian.

3. Pemerintah harus mengoptimalisasi perannya memahami konteks CSR agar tercipta kesamaan pemahaman

(persepsi) dengan PT. Inalum, upaya

bersama membahas masalah dan kebutuhan masyarakat, menciptakan kerjasama dan komunikasi dua arah dalam memberdayakan masyarakat.

4. Kemitraan antara pemerintah, PT. Inalum dan masyarakat lokal dalam menjalankan proses pembentukan

program CSR-nya harus

mengkolaborasikan antara proses dari atas (top down) dan dari bawah (bottom up).

DAFTAR RUJUKAN

Anonimous, 2005. Corporate Stakeholder Partnership Toward Productive

Relations (Report Seminar). LEAD

INDONESIA bekerja sama dengan LAB-SOSIO FISIP UI, Jakarta.

_________, 2006. Company Profile. PT. Indonesia Asahan Aluminium.

Bappeda dan BPS Kabupaten Toba Samosir, 2007. Toba Samosir dalam Angka. Pemerintah Kabupaten Toba Samosir. Balige.

_________., 2007. Validasi Data Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Toba

Samosir Tahun 2007. Pemerintah

Kabupaten Toba Samosir. Balige. Budimanta, A, Prasetijo, A., Rudito, B.,2004.

Corporate Social Responsibility, Jawaban bagi Model Pembangunan Indonesia Masa Kini. ICSD, Jakarta. Blakely, E.J. 1989. Planning Local

Economic Development: Theory dan

Practice. Sage Publication, Inc.

California.

Evans, H. dan Munir, R, 2005. Pengembangan Ekonomi Lokal di Indonesia. Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam Abad 21. Konsep dan Pendekatan Pembangunan Perkotaan di Indonesia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, URDI-YSS-Jakarta.

Ichsan, M.S. 2007. Implementasi Program Community Development di Pertamina

UPMS-IV Semarang. Tesis Program

MAP-UGM, Jogjakarta.

Josua, P, P. 2007. Pola Kemitraaan dalam Praktek Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada Program Community Development PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Di Kabupaten Toba Samosir, Tesis Program MAP-UGM, Jogjakarta.

Kasali, R., 2005. Management Public

Relation. Pustaka Utama Grafiti,

Jakarta.

Kottler, P. and Nancy, L. 2005. Corporate Social Responsibility: Doing The Most Good For Your Company and Your

Cause. Best Practices From Hewlett

Packard, Ben & Jerry’s, and Other Leading Companies. Jhon Wiley & Sons, Inc. United States of America. Miraza, B. H. 2005. Perencanaan dan

Pengembangan Wilayah. ISEI Bandung, Bandung.

Mulyadi. 2003. Pengelolaan Program Corporate Social Responsibility: Pendekatan, Keberpihakan dan

Keberlanjutan. Materi Seminar.

PSKK, Jogjakarta.

Munir, R. 2002. Perencanaan Ekonomi Lokal (Local Economic Development). Specialist Perform Project, Jakarta. Saidi, Z, 2003. Membangun Corporate

Social Responsibility yang Aplikatif dan Berbasis Kebutuhan Masyarakat. Materi Training.

Wibisono, Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social

Responsibility). Fascho Publishing.


Dokumen yang terkait

Peranan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. ABB Libek Project Terhadap Pendapatan Masyarakat Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis.

1 28 91

Peranan Corporate Social Responbility Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Toba Samosir

8 76 101

Corporate Social Responsibility Dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional Pengaruh Implementasi Program Corporate Social Responsibility terhadap Citra Perusahaan PT. Toba Pulp Lestari,Tbk pada Masyarakat di Kecamatan Parmaksian Toba Samosir)

2 65 145

Pengaruh Penerapan Coorporate Social Responsibility (CSR) pada PT. Inalum Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kuala Tanjung Kec. Sei Suka. Kab. Batu Bara Sumatera Utara.

10 81 75

Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Arun NGL Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Muara Satu Kota Lhokseumawe

3 65 100

Program Corporate Social Responsibility dan Kesejahteraan Masyarakat (Studi Korelasional Peranan Program Corporate Social Responsibility Bidang Pemberdayaan Masyarakat PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat De

1 27 152

Dampak Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Toba Samosir (Studi Kasus: Kecamatan Porsea)

17 118 108

Dampak Program Corporate Social Responsibility PT. Telkom tbk Terhadap Akses Mata Pencaharian Masyarakat Peri - Urban Di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

0 41 151

Corporate Social Responsibility Yang Dilakukan PT. Pertamina Ep Field Pangkalan Susu Terhadap Masyarakat Sekitar

1 47 121

Peranan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Inalum Divisi PLTA, Siguragura Terhadap Pengembangan Sosioekonomi Masyarakat Kecamatan Pintupohan Meranti Kabupaten Tobas Samosir

1 51 174