1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada perbaikan RI sebelum dan sesudah pengobatan pada pasien Hipertiroid selama tiga dan enam bulan?
2. Apakah ada korelasi perbaikan parameter RI dengan fungsi tiroid?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesa dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Terdapat perbaikan RI pada pasien Hipertiroid yang sudah mendapatkan pengobatan
selama tiga dan enam bulan. 2. Terdapat korelasi perbaikan parameter RI dengan fungsi tiroid
1.4 Tujuan Penelitian.
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbaikan RI pada Pasien Hipertiroid yang sebelum dan sesudah pengobatan selama tiga dan enam bulan
1.4.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui dengan pengobatan hipertiroid selama tiga dan enam bulan akan mendapatkan perbaikan RI
2. Untuk mengetahui hubungan antara parameter RI dengan fungsi tiroid
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian.
1. Dengan mengetahui perbaikan resistensi insulin pada pasien hipertiroid yang remisi dapat membantu klinisi mengelola pasien yang diketahui mengalami gangguan metabolisme
karbohidrat. 2. Hasil penelitian dapat menjadi dasar penelitian lebih lanjut mengenai kelainan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein pada penyakit hipertiroid 3. Dengan memprediksi lebih dini terjadiya RI pada pasien hipertiroid kita dapat mengelola
secara komprehensif sehingga komplikasi kardiovaskular dapat dicegah.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi , epidemiologi dan etiologi hipertiroid
Penyakit hipertiroidism merupakan bentuk tiroktoksikosis yang paling sering dijumpai dalam praktek sehari-hari. Dapat terjadi pada semua umur, sering ditemukan pada perempuan
dari pada laki-laki.
1
Tanda dan gejala penyakit hipertiroid yang paling mudah dikenali ialah adanya struma hipertrofi dan hiperplasia difus, tirotoksikosis hipersekresi kelenjar tiroid
hipertiroidisme dan sering disertai oftalmopati, dan disertai dermopati meskipun jarang. Patogenesis penyakit hipertiroid sampai sejauh ini belum diketahui secara pasti. Diduga
faktor genetik dan lingkungan ikut berperan dalam mekanisme tersebut.
2
4
Berdasarkan ciri-ciri penyakitnya, penyakit Graves’ dikelompokkan ke dalam penyakit autoimun, antara lain dengan
ditemukannya antibodi terhadap reseptor TSH Thyrotropin Stimulating Hormone - Receptor Antibody TSHR-Ab dengan kadar bervariasi. Pada penyakit Graves’, limfosit T mengalami
perangsangan terhadap antigen yang berada didalam kelenjar tiroid yang selanjutnya akan merangsang limfosit B untuk mensintesis antibodi terhadap antigen tersebut. Antibodi yang
disintesis akan bereaksi dengan reseptor TSH didalam membran sel tiroid sehingga akan merangsang pertumbuhan dan fungsi sel tiroid, dikenal dengan TSH-R antibodi. Adanya
antibodi didalam sirkulasi darah mempunyai korelasi yang erat dengan aktivitas dan kekambuhan penyakit. Mekanisme autoimunitas merupakan faktor penting dalam patogenesis
terjadinya hipertiroidisme, oftalmopati, dan dermopati pada penyakit Graves’. Sampai saat ini dikenal ada 3 autoantigen utama terhadap kelenjar tiroid yaitu tiroglobulin Tg,
thyroidal peroxidase TPO dan TSH reseptor TSH-R.
3,4,5
4
Disamping itu terdapat pula suatu protein dengan BM 64 kiloDalton pada permukaan membran sel tiroid dan sel-sel orbita yang
diduga berperan dalam proses terjadinya perubahan kandungan orbita dan kelenjar tiroid penderitapenyakitGraves’.
1,2
Sel-sel tiroid mempunyai kemampuan bereaksi dengan antigen diatas dan bila terangsang oleh
Universitas Sumatera Utara