Komponen-Komponen Keterampilan Bertanya
2.6 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Memberi Pertanyaan
Sebagai guru yang profesional sebaiknya guru tersebut harus memperhatikan pertanyaan yang dia akan berikan. Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan oleh guru yakni sebagai berikut:
1. Sebelum memberi pertanyaan hendaknya guru sudah mengetahui jawaban yang dimaksud, sehingga jawaban yang menyimpang dari siswa akan segera dapat diketahui dan diatasi.
2. Guru harus mengetahui pokok masalah yang ditanyakan dan memberi pertanyaan sesuai dengan pokok yang dibahas.
3. Hendaknya guru memberi pertanyaan dengansikap hangat dan antusias agar murid berpartisipasi dalam proses belajar mengajar, maka guru harus menunjukkan sikap yang baik diwaktu bertanya dan menerima jawaban dari siswa. Ada beberapa sikap yang perlu diperhatikan guru dalam bersikap diwaktu bertanya atau menerima jawaban.
a. Menunjukkan gaya, ekspresi wajah, posisi badan dan gerakan badan yang baik dan tepat diwaktu memberi pertanyaan dan menerima jawaban
b. Memberi penguatan bagi siswa yang menjawab dengan benar
c. Mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan cara yang simpatik.
d. Apabila guru tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan yang diajukan siswa hendaknya tidak langsung menjawab dengan berbelit-belit atau menjawab dengan sekedarnya.
e. Menerima jawaban siswa dengan menggunakan sebagai tolak uraian selanjutnya. Hal ini penting untuk mengaitkan bahan yang dibahas dengan materi yang sudah dimiliki siswa berdasarkan jawaban itu.
4. Hendaknya guru menghindari beberapa kebiasaan yang tidak perlu, yang bisa merugikan siswa dalam proses belajarnya.
2.7 Kelemahan dan Kelebihan dari Keterampilan Bertanya
Terdapat kelemahan dan kelebihan di dalam keterampilan bertanya yaitu:
1. Kelemahan, seperti: mudah menjurus kepada hal yang tidak dibahas.
Bila guru kurang waspada pedebatan beralih kepada sentiment pribadi.
Tidak semua anak mengerti dan bisa mengajukan pendapat.
2. Kelebihannya, seperti: mempererat hubungan keilmuan antara guru dan siswa.
Melatih anak-anak mengeluarkan pendapatnya secara merdeka, sehingga pelajaran akan lebih menarik.
Menghilangkan verbalisme, individualisme dan intelektaulisme.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
keterampilan bertanya adalah suatu proses yang dilakukan oleh guru kepada siswa ataupun dari siswa kepada guru untuk mengetahui suatu jawaban baik dalam bentuk pertanyaan, perintah, ataupun pernyataan yang berkaitan dengan lisan individu sehingga dapat mengetahui tingkat pemikiran ataupun pemahaman individu masing-masing.
Adapun fungsi dari keterampilan bertanya antara lain:
1. Mendorong siswa untuk berpikir
2. Meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar
3. Merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan
4. Mendiagnosis kelemahan siswa
5. Memusatkan perhatian siswa pada satu masalah
6. Membantu siswa mengungkapkan pendapat dengan bahasa yang baik
Selain itu adapula komponen yang harus kita ketahui di dalam keterampilan bertanya yaitu:
1. Keterampilan bertanya dasar , yakni pertanyaan pertama dan pembuka yang diajukan guru pada awal pertanyaan
2. Keterampilan bertanya lanjutan, yakni kelanjutan dari pertanyaan dasar yang mengutamakan usaha mengembangkan keterampilan berfikir, memperbesar partisipasi dan mendorong agar dapat berinisiatif sendiri
3.2 Saran
Sebagai seorang guru yang profesional kita harus memiliki kemampuan untuk bertanya dengan siswa dan dapat mengarahkan apabila siswa bertanya kepada kita sebagai seorang guru. ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru agar para siswa nyaman untuk bertanya, diantaranya:
• guru harus menunjukkan keantusiasan dan kehangatan pada saat memberi pertanyaan • guru sebaiknya memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir agar dapat memberikan jawaban yang tepat • guru harus bisa mengatur lalu lintas bertanya agar seluruh siswa dapat memahami jawaban yang akan disampaikan oleh temannya • guru sebaiknya menghindari pertanyaan ganda yang dapat membingungkan siswa
DAFTAR PUSTAKA
Diktat Dasar Proses Pembelajaran Matematika I Brown, George. Micro Teaching: A Programme of Teaching Skills. New York:
Metheuen Inc., 1984 Cole, G. Peter and Lorna K.S. Chan. Teaching Principles and Practice. New
York: Prentice Hall, 1990 Jacobsen, David, Paul Eggen and Donald Kauchak. Methods for Teaching: A
Skills Approach. Ohio: Merril Publishing Company, 1989 Wiryawan, Sri Anitah dan Noorhadi. Strategi Belajar Menagajar. Jakarta: UT,
1999 http://edukasi.kompasiana.com/2012/11/16/ketrampilan-bertanya-dalam-kelas-
509440.html http://www.docstoc.com/docs/75370112/Keterampilan-bertanya http://www.squidoo.com/keterampilan-dasar-mengajar http://gurukita.guru-indonesia.net/artikel_detail-30362.html http://www.slideshare.net/YandraHelira/8-keterampilan-dasar-mengajar-guru-
profesional
BAB I KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENGUATAN
1. 1.Keterampilan Memberikan Penguatan
Penguatan adalah suatu respons terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku tersebut.
Ada beberapa pendapat tentang pengertian keterampilan memberi penguatan diantaranya adalah :
1. JJ. Hasibuan mendefinisikan memberikan penguatan diartikan dengan tingkah laku guru dalam merespons secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali.
2. Moh Uzer Usman menerangkan arti keterampilan memberi penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi. Atau penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut”.
3. Made Pidarta menyebutkan bahwa keterampilan memberi penguatan adalah “Penguatan terhadap individu-individu sehingga dia konsisten dengan tingkah lakunya yang sudah baik serta meningkatkannya menjadi lebih baik”.
4. A. Mursal dan H.M. Taher menjelaskan bahwa keterampilan memberi penguatan adalah “Suatu alat pendidikan yang diberikan kepada murid sebagai imbalan terhadap prestasi belajar yang dicapai”.
5. Sudirman menerangkan bahwa keterampilan memberi penguatan adalah “Alat pendidikan refresif yang menyenangkan untuk membina tingkah laku yang dikehendaki dengan memberikan pujian, hadiah, tanda penghargaan, pemberian kesempatan untuk melakukan aktivitas yang disenangi oleh siswa”.
6. Toenlioe mengemukakan bahwa keterampilan memberi penguatan adalah “Pemberian respon terhadap suatu tingkah laku dengan maksud untuk mendorong berulang kembalinya tingkah laku yang direspon tersebut”.
Menurut Burhus Frederic Skinner tahun 1990 menyatakan bahwa ganjaran atau penguatan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar.
Skinner menyatakan bahwa penguatan terdiri atas penguatan positif dan negatif. Penguatan dapat dianggap sebagai stimulus positif, jika penguatan tersebut seiring dengan meningkatnya perilaku anak yang melakukan pengulanggan perilakunya itu, contohnya pujian. Sebaliknya jika respon siswa kurang atau tidak diharapkan sehingga tidak menunjang tujuan pembelajaran, harus segera diberi penguatan negatif agar respon tersebut tidak di ulangi lagi dan berubah menjadi respon yang sifatnya positif contohnya teguran, peringatan atau sanksi.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil suatu pengertian bahwa keterampilan memberi penguatan merupakan suatu alat pendidikan yang menyenangkan berupa pujian, hadiah dan tanda penghargaan yang bertujuan untuk memperkuat tingkah laku anak didik yang sudah baik, sukses dalam belajar serta berprestasi yang diberikan sebagai imbalan atas prestasinya.
Sehingga, prestasi atau tingkah laku yang baik itu dapat dipertahankan dan ditingkatkan serta akan berulang di masa yang akan datang.
Atau juga sebagai suatu keterampilan yang memberi penguatan berupa respon positif dari guru kepada anak didik yang telah melakukan suatu perbuatan baik. Pemberian penguatan ini dilakukan oleh guru dengan tujuan agar anak lebih giat berpartisiasi dalam interaksi belajar mengajar dan siswa agar mengulangi lagi perbuatan yang baik walaupun pemberian penguatan sangat mudah pelaksanaannya, namun kadang-kadang banyak diantara guru yang tidak melakukan pemberian penguatan kepada muridnya yang melakukan perbuatan baik.
Keterampilan memberikan penguatan merupakan kecakapan yang harus dikuasai guru dalam memberikan penghargaan kepada siswa agar terdorong mengulangi kembali sikap positif dalam pembelajaran sehingga mencapai perkembangan secara optimal. Penghargaan tersebut antara lain penguatan verbal berupa kata atau kalimat pujian dan penguatan non verbal berupa penguatan gestural, kontak, dengan mendekati, kegiatan yang menyenangkan, simbol/benda dan tak penuh.
1. 2. Manfaat penguatan
Keterampilan memberikan penguatan merupakan salah satu
keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai guru untuk membantu siswa memenuhi kebutuhannya dalam mencapai perkembangan yang optimal pada pembelajaran. Guru memiliki kelebihan serta kekurangan dalam menerapkan penguatan karena kemampuan setiap guru berbeda-beda.
Adapun Manfaat penguatan bagi siswa yaitu :
1) Untuk Meningkatnya Perhatian Dalam Belajar,
Contohnya : Ada seorang guru sedang menjelaskan didepan kelas akan tetapi si anak didik hanya sebagian saja yang memperhatikan maka dengan penguatan pemberian simbol misalnya ”siapa yang bisa menjawab pertanyaan dari ibu akan ibu beri hadiah berupa tambahan nilai di ulangan mid semester nanti.Hal ini akan meningkatkan perhatian si anak didik dalam belajar.
2) Membangkitkan dan memelihara perilaku, Dengan penguatan positf baik verbal maupun non verbal,si anak akan Membangkitkan dan memelihara perilaku positif.Contohnya :Ada seorang anak yang membantu temannya yang dalam kesulitan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru,dengan memberi sedikit pujian maka si anak didik tersebut akan memelihara prilaku positif nya membantu teman yang dalam kesusahan tersebut dan untuk teman yang lainnya akan membangkitkan prilaku positif itu.
3) Menumbuhkan rasa percaya diri, Contoh : Apabila seorang anak didik masih belum percaya dengan kemampuan dirinya sendiri dengan memberi support dan pujian atas pekerjaannya seperti : ”nak kamu pasti bisa!” atau ”semakin hari kamu semakin teliti nak harus diterukan nak.”maka kepercayaan diri si anak akan tumbuh.
4) Memelihara iklim belajar yang kondusif.
Apabila Guru bersikap monoton terhadap peserta didik maka si anak didik pun biasanya tidak mau peduli terhadap pelajarannya maka situasi pembelajaran pun berjalan tidak kondusif.Dengan adanya penguatan terhadap anak didik,si anak didik akan bersemangat untuk belajar.maka iklim belajar pun akan berlangsung kondusif dan akan menghasilkan hasil yang maksimal.
Agar penguatan bermakna bagi siswa maka harus diberikan dengan sungguh-sungguh, bervariasi dan menghindari penggunaan respon negatif. Penguatan harus jelas diberikan kepada sasaran serta diberikan segera setelah Agar penguatan bermakna bagi siswa maka harus diberikan dengan sungguh-sungguh, bervariasi dan menghindari penggunaan respon negatif. Penguatan harus jelas diberikan kepada sasaran serta diberikan segera setelah
1. 3. Komponen –komponen keterampilan Memberi Penguatan
Keterampilan memberi penguatan terdiri dari 3 komponen (Julaiha dan Wardani, 2007) yaitu:
A. Penguatan verbal Penguatan termudah yang dapat dilakukan dan digunakan dalam kegiatan pembelajaran oleh guru setelah siswa “dapat” melakukan sesuatu adalah penguatan verbal. Penguatan ini dapat diberikan dalam bentuk kata-kata atau kalimat pujian, penghargaan, pengakuan, dorongan, dan persetujuan.
Conto hkata-katanya antara lain: - bagus, luar biasa, baik, pintar, ya, benar, tepat sekali. Contoh kalimatnya: - Semakin lama pekerjaanmu makin bagus nak. - Cara kerja Amir perlu ditiru. - Belum pernah saya melihat pekerjaan serapi ini.
B. Penguatan Nonverbal Penguatan Nonverbal dinyatakan dengan bahasa tubuh (body language),yaitu dengan cara berikut ini :
1. Penguatan berupa mimik dan gerak badan, seperti senyuman, anggukan, acungan ibu jari, atau tepuk tangan, kadang-kadang dilaksanakan bersama- sama dengan penguatan verbal.
2. Penguatan dengan cara mendekati, yaitu mendekatnya guru kepada siswa untuk menyatakan perhatian dan kesenangannya terhadap tingkah laku, 2. Penguatan dengan cara mendekati, yaitu mendekatnya guru kepada siswa untuk menyatakan perhatian dan kesenangannya terhadap tingkah laku,
3. Penguatan dengan sentuhan, misalnya dengan menepuk-nepuk bahu atau pundak siswa, menjabat tangan siswa, mengangkat tangan siswa yang menang dalam pertandingan. Penggunaan jenis penguatan ini harus dipertimbangkan dengan seksama agar sesuai dengan umur, jenis kelamin, dan latar belakang kebudayaan setempat.
4. Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, misalnya : meminta siswa membantu temannya bila ia selesai mengerjakan pekerjaannya terlebih dahulu dengan tepat, siswa diminta untuk memimpin kegiatan.
5. Penguatan dengan Pemberian simbol dan benda, Penguatan jenis ini hendaknya diberikan secara berkala. Jangan terlalu sering dilakukan agar siswa tidak memandangnya sebagai satu target dari penampilannya. Simbol penguatan dapat berupa tanda ,komentar pada buku siswa, berbagai tanda dengan berbagai warna. Pemberian benda dapat berupa benda-benda kecil yang harganya tidak mahal tetapi menjadi bermakna bagi siswa yang menerimanya.
C. Penguatan tidak penuh. Jika siswa memberikan jawaban yang hanya sebagian saja benar, guru hendaknya tidak langsung memberikan respon menyalahkan siswa itu. Tindakan guru yang baik dengan keadaan seperti ini adalah memberikan penguatan tidak penuh.Penggunaan kedua bentuk penguatan itu dimaksudkan untuk mendorong siswa agar mau belajar lebih giat lagi dan lebih bermakna.
Penguatan yang diberikan guru terhadap siswa dalm proses belajar mengajar diberikan dengan berbagai tujuan tertentu diantaranya adalah :
• meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi dalam belajar, yaitu ada kalanya siswa mengalami sedikit penurunan perhatian terhadap
pelajaran yang bisa saja diakibatkan oleh waktu dalam proses belajar yang berakibat pada kebosanan. Dengan keterampilan ini maka kebosanan tersebut akan hilang dikarenakan meningkatnya perhatian yang diberikan siswa terhadap belajar. • mengontrol dan memotivasi perilaku yang negatif. • menumbuhkan rasa percaya diri siswa untuk mengatur diri sendiri dalam pengalaman belajar. • memelihara iklim kelas yang kondusif. • meningkatkan perhatian siswa dan membantu siswa belajar bila pemberian penguatan digunakan secara selektif. • memberi motivasi kepada siswa. dipakai untuk mengontrol atau mengubah tingkah laku siswa yang mengganggu. • mendorong siswa untuk berbuat baik dan meningkatkan cara belajar yang
produktif. • mengarahkan terhadap pengembangan berpikir yang divergen (berbeda) dan
pengambilan inisiatif yang bebas. • Dapat meningkatkan cara belajar siswa aktif. • Dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri.
1.4. Prinsip – prinsip memberikan penguatan
Dalam menggunakan prinsip – prinsip dalam memberikan penguatan, maka guru harus memperhatikan hal-hal seperti :
a. Hangat dan Antusias Dalam memberikan penguatan, guru hendaknya menampakkan kehangatan dan keantusiasan, menunjukkan sifat yang baik, menarik dan juga sungguh-sungguh sehingga siswa merasa senang dengan sikap guru diwaktu a. Hangat dan Antusias Dalam memberikan penguatan, guru hendaknya menampakkan kehangatan dan keantusiasan, menunjukkan sifat yang baik, menarik dan juga sungguh-sungguh sehingga siswa merasa senang dengan sikap guru diwaktu
Sikap dan gaya guru termasuk suara, mimik, dan gerakan badan, akan menunjukkan adanya kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan penguatan. Kehangatan dan keantusiasan guru akan menjadikan penguatan yang diberikannya lebih efektif. Sebaliknya, kadang-kadang siswa mendapat kesan bahwa guru tidak ikhlas memberikan penguatan karena tidak disertai kehangatan dan keantusiasan.
b. Bermakna Kebermaknaan dalam artian penguatan diberikan sesuai dengan respon dan tingkah laku sehingga menimbulkan keyakinan dalam diri siswa apakah ia pantas diberikan penguatan atau tidak.
Pemberian penguatan hendaknya disesuaikan dengan tingkat
pencapaian keberhasilan siswa dan mempunyai arti bagi siswa yang melakukan perbuatan itu sehingga penguatan dapat diterima siswa dengan senang hati.
Siswa perlu memahami hubungan antara tingkah laku dan penampilannya dengan penguatan yang diberikan kepadanya. Ia harus dapat mengerti dan yakin bahwa ia patut diberi penguatan itu karena sesuai dengan tingkah laku dan penampilannya. Dengan demikian peguatan itu bermakna baginya.
Bila guru mengatakan kepada siswa “karanganmu ini sangat baik”’ padahal siswa itu mengetahui dengan pasti bahwa ia terkenal di kelasnya sebagai siswa yang kuranh mampu dalam mengarang, maka pernataan guru itu dapat dianggapnya sebagai sesuatu yang tidak sungguh-sungguh, sehingga tidak mendorongnya mengembangkan dirinya.
Penguatan ini tidak bermakna baginya. Sebaiknya terhadap siswa ini guru mengatakan “karanganmu hari ini sudah agak lebih baik daripada yang lalu”, jika memang ada kemajuan dalam karangannya. Dengan cara ini, penguatan yang diberikan itu wajar dan bermakna bagi siswa tersebut.
c. Hindari Penggunaan Penguatan Negatif. Walaupun pemberian kritik atau hukuman adalah efektif untuk dapat mengubah motivasi,penampilan dan tingkah laku siswa, namun pemberian itu memiliki akibat yang sangat kompleks, dan secara psikologis agak kontraversial,karena itu sebaiknya dihindari banyak akibat yang muncul yang tidak dikehendaki misalnya siswa menjadi frustasi,pemberani, hukuman dianggap sebagai kebanggaan,dan peristiwa akan terulang kembali.
d. Penggunaan Bervariasi. Pemberian penguatan seharusnya diberikan secara bervariasi baik
komponennya maupun caranya dan diberikan secara hangat dan antusias. Penggunaan cara dan jenis komponen yang sama misalnya guru selalu menggunakan kata-kata “bagus” akan mengurangi ngupemberiannya bervariasi, mula-mula keseluruhan anggota kelas,kemudian kelompok kecil, akhirnya keindividu, atau sebaliknya tidak berurutan.
Bila sebagai penguatan, maka nilainya akan berkurang. Kalau setiap kali guru akan memberikan penguatan, kata yang digunakan adalah “bagus”, maka lama kelamaan, kata “bagus” ini tidak lagi memdorong siswa meningkatkan penampilannya, demikian pula keadaaannya, jika terlalu sering digunakan gerakan yang semacam saja sebagai penguat umpamanya, mengacungkan ibu jari. Sebab itu perlu adanya variasi dalam cara penggunaan maupun dalam jenis penguatan.
e. Sasaran penguatan harus jelas.
Agar memberi pengaruh yang efektif, semua bentuk penguatan harus diberikan dengan memperhatikan siapa sasarannya dan bagaimana teknik pelaksanaannya. Di samping itu juga perlu diingat bahwa penguatan harus diberikan dengan hangat dan penuh semangat, harus bermakna bagi siswa, dan jangan menggunakan kata-kata yang tidak pada tempatnya.
BAB II Keterampilan Mengadakan Variasi
2. 1. Pengertian Variasi
Variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi dapat berwujud perubahan-perubahan atau perbedaan-perbedaan yang sengaja diciptakan/dibuat untuk memberi kesan yang unik. Misalnya dua model baju yang sama tetapi berbeda hiasannya akan menimbulkan kesan unik bagi masing-masing model tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari variasi memegang peranan yang sangat penting. Tanpa variasi hidup ini akan membosankan. Bayangkan saja kalau setiap hari kita harus makan makanan yang sama, misalnya hanya nasi putih dan ikan asin saja.
Variasi sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Siswa akan menjadi sangat bosan jika guru selalu mengajar dengan cara yang sama.Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidupnya. Sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan.Apabila guru tidak menggunakan variasi didalam mengajar maka ini akan membosankan siswa, dan menyebabkan siswa menjadi mengantuk dan akibatnya tujuan pembelajaran menjadi tidak tercapai.
Penerimaan informasi tentu saja tidak hanya dari segi banyaknya (jumlah) melainkan keragaman informasi yang diperoleh. Ketika anak mengamati gambar rumah dengan warna yang bermacam-macam berbagai bentuk atau model, ukuran, dan keragaman gambar rumah yang bervariasi, maka anak akan mendapatkan informasi tentang warna, bentuk, ukuran, dan variasi- variasi lain sesuai dengan yang ditunjukkan dari gambar rumah tersebut.
Variasi stimulus adalah dengan keragaman stimulus yang diberikan, sehingga memungkinkan siswa dapat merespon melalui alat indera yang dimilikinya. Melalui perbedaan stimulus yang bervariasi selain akan memperkaya informasi yang diperoleh siswa, juga akan menjadikan proses pembelajaran dapat berjalan secara dinamis dan tidak membosankan.
Didalam proses belajar mengajar, variasi ditunjukkan dengan adanya perubahan dalam gaya mengajar seorang guru, melihat media apa yang digunakan, dan perubahan dalam pola interaksi. Variasi ini lebih bersifat proses daripada produk.Kalau tujuan pembelajaran mencakup domain (ranah) dengan berbagai jenjang penguasaan maka disarankan untuk memakai berbagai jenis metode pada setiap penyajian apalagi kalau siswanya sangat bervariasi.
Beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian gaya mengajar, yaitu sebagai berikut :
o Menurut Uzer Usman, gaya mengajar adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar
o Menurut Abu Ahmadi, gaya belajar adalah tingkah laku sikap, dan perbuatan guru dalam melaksanakan proses pengajaran.
o Menurut Syahminan Zaini, gaya mengajar adalah gaya atau tindak-tanduk guru sebagai pernyataan kepribadiannya dalam menyampaikan bahan
pelajarannya kepada siswa. o Menurut Abdul Qadir Munsyi, gaya mengajar adalah gaya yang dilakukan
guru pada saat mengajar dimuka kelas. Hasibuan dan Moedjiono (1988:64) mendefinisikan keterampilan mengajar bervariasi sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa sehingga dalam proses belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan dan berperan aktif.
Adapun keterampilan memberi variasi yang dijelaskan dalam buku karangan Kunandar, yaitu usaha guru untuk menghilangkan kebosanan siswa dalam menerima pelajaran melalui variasi gaya mengajar, penggunaan media, pola interaksi kegiatan siswa, dan komunikasi nonverbal (suara, mimik, kontak mata, dan semangat).
Dari definisi pendapat para ahli tersebut tentang gaya mengajar dan dari pengertian variasi itu sendiri maka dapat ditarik kesimpulan bahwa variasi gaya mengajar adalah pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam konteks belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga siswa dalam situasi belajar murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.
2.2. Komponen-komponen dalam keterampilan mengadakan variasi
Komponen-komponen dalam keterampilan mengadakan variasi adalah sebagai berikut:
1. Variasi dalam cara dan gaya mengajar Hal-hal atau kegiatan yang berhubungan dengan variasi dalam cara dan gaya mengajar antara lain: • Variasi suara. Sebagian kegiatan yang berlangsung di kelas bersumber dari hal-hal yang disampaikan guru secara lisan, sehingga suara guru merupakan faktor yang sangat penting pada setiap proses pembelajaran di kelas. Guru harus pandai memvariasikan intonasi suaranya dari besar ke kecil, dari tinggi ke rendah, dari nada sedih ke gembira, memberi tekanan pada kalimat tertentu dan sebagainya. • Pemusatan perhatian. Pemusatan perhatian dapat dilakukan guru dengan cara mengucapkan kata-kata tertentu secara khusus diiringi isyarat/gerakan seperlunya.
• Kesenyapan. Perubahan dari ada suara yang terdengar ke kesenyapan yang dilakukan secara tiba-tiba akan mempengaruhi perhatian siswa. Cara
ini dapat dilakukan ketika guru sedang berbicara tetapi ada siswa yang asyik sendiri, tidak mendengarkan atau bahkan ada yang ngantuk. • Mengadakan kontak pandang. Memandang seluruh siswa dan kemudian memandang siswa tertentu dengan tujuan memberi perhatian khusus atau mengecek pemahamannya mencerminkan keakraban hubungan siswa-guru. Ketidakmampuan seorang guru menatap siswanya (mungkin karena malu/sebab lain) merupakan kekurangan guru dalam mengadakan variasi. • Gerakan badan dan mimik. Gerakan badan dan mimik yang dapat divariasikan diantaranya: ekspresi wajah, gerakan kepala, gerakan tangan, gerakan bahu, dan lain-lain. Komunikasi dengan gerakan badan dan mimik secara tepat akan lebih efektif dibanding dengan ucapan yang bertele-tele. • Perubahan dalam posisi guru. Selama mengajar, guru tidak seharusnya berada di satu posisi tertentu saja. Dan jika melakukan posisi berpindah- pindahpun harus terkesan wajar dan tidak dibuat-buat.
2. Variasi dalam pola interaksi dan kegiatan.
Pola interaksi ini dapat bervariasi dari yang paling didominasi guru sampai yang berpusat pada diri siswa. Berdasarkan pengorganisasian siswa, pola interaksi dibedakan menjadi pola interaksi klasikal, kelompok, dan perorangan.
Contoh pola interaksi dan kegiatan: • Kegiatan klasikal : mendengarkan informasi, demonstrasi suatu
percobaan, menyaksikan permainan drama. • Kegiatan kelompok kecil: diskusi, melakukan onservasi/percobaan, membuat laporan.
• Kegiatan berpasangan: berunding untuk menjawab pertanyaan yang diajukan secara klasikal, berlatih menggunakan peralatan tertentu.
• Kegiatan perorangan: membaca, mengerjakan tugas individu, observasi.
3. Variasi dalam penggunaan media dan bahan belajar. Materi yang sulit dan membosankan akan menjadi lebih menarik bagi siswa jika disajikan melalui media/alat bantu belajar. Variasi dalam penggunaan media dan bahan belajardapat dikelompokkan menjadi:
• Variasi alat/bahan yang dapat dilihat. Penggunaanalat/bahan yang dapat dilihat dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan bahan ajaran khusus untuk komunikasi.termasuk ke dalam golongan ini adalah penggunaan benda/objek sederhana, grafik, gambar, film, televisi dan sumber-sumber diperpustakaan dan sebagainya.
• variasi alat/bahan yang dapat didengar. alat/bahan yang dapat didengar yang dapat dipakai adalah pembicaraan kepada anak didik.Biasanya suara guru merupakan model komunikasi yang utama dalam pembelajaran. Variasi dapat dilakukan dengan merubah kualitas suara seperti keras-lemah, tinggi-rendah, cepat-lambat; atau variasi kegiatan mendengar suara guru dengan suara-suara lain seperti alat musik, radio dan sebagainya.
• variasi alat/bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi. Penggunaan alat/bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi sangat membantu menarik perhatian anak. Dengan penggunaan media yang bervariasi tersebut dapat meningkatkan semangat siswa untuk belajar dan tentunya dapat mengurangi tingkat kebosanan siswa pada saat penyampaian materi oleh guru. Maka dari itu penggunaan media dan bahan pengajaran harus lebih disiapkan oleh guru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
Hal ini dapat pula melibatkan anak didik dalam membentuk dan Hal ini dapat pula melibatkan anak didik dalam membentuk dan
2. 3. Prinsip - Prinsip penggunaan variasi Dalam menerapkan variasi pembelajaran bukan hanya beraneka
ragamnya jenis-jenis stimulus pembelajaran yang dikembangkan, melainkan ditentukan pula oleh faktor kualitasnya. Oleh karena itu agar penerapan variasi bisa mencapai sasaran pembelajaran secara efektif, maka beberapa prinsip berikut ini harus menjadi pertimbangan, yaitu :
a) Bertujuan Variasi stimulus yang dikembangkan dalam pembelajaran harus memiliki tujuan yang terarah dan jelas. Tujuan variasi harus sejalan dan diarahkan untuk menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu variasi stimulus juga harus memperhatikan kesesuaianya dengan sifat materi, karakteristik siswa berikut latar belakang sosial budayanya, dan faktor kemampuan guru untuk melaksanakannya.
b) Fleksibel Variasi stimulus yang dikembangkan harus bersifat luwes dan baku (tidak dinamis). Sehingga setiap jenis variasi yang diterapkan memungkinkan dapat diubah disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan tuntuttan yang terjadi secara spontan pada saat tejadinya pembelajaran tanpa harus mengganggu keutuhan prose pembelajaran yang sedang dilaksanakan.
c) Kelancaran dan berkesinambungan Setiap variasi yang dikembangkan dalam pembelajaran harus berjalan lancar. Perpindahan dari suatu bentuk stimulus kestimulus pembelajaran lainnya dalam rangka menerapkan stimulus pembelajaran yang bervariasi, semuanya c) Kelancaran dan berkesinambungan Setiap variasi yang dikembangkan dalam pembelajaran harus berjalan lancar. Perpindahan dari suatu bentuk stimulus kestimulus pembelajaran lainnya dalam rangka menerapkan stimulus pembelajaran yang bervariasi, semuanya
d) Kewajaran/tidak dibuat-buat Variasi stimulus dalam pembelajaran tidak dibuat-buat sehingga tidak terkesan seperti dipaksakan. Oleh karena itu setiap jenis atau bentuk stimulus yang dikembangkan sebaiknya berjalan secara wajar, alamiah dan terkait langsung dengan konteks pembelajaran yang sedang dibahas.
e) Pengelola yang matang Adakalanya jenis atau bentuk stimulus yang akan diterapkan dalam pembelajaran itu bersifat rumit dan kompleks, membutuhkan beberapa tenaga atau personil, penerapan variasi yang seperti itu tentu saja harus direncanakan dan dikelola secara lebih matang agar semuanya dapat berjalan dengan lancar dan efektif yang dapat mendukung proses pembelajar yang lebih bermakna.
2. 4. Manfaat Variasi Gaya Mengajar :
Manfaat keterampilan mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran yaitu sebagai berikut :
a. Menimbulkan dan meningkatkan perhatian.
b. Memberi kesempatan pada peserta didikuntuk mengembangkan rasa ingin tahu dan eksplorasi tentang hal-hal baru.
c. Memupuk tingkah laku yang positif bagi guru dan sekolah dengan berbagai cara pembelajaran yang lebih hidup.
d. Memberi kesempatan pada peserta didik memperoleh dan mengikuti kegiatan belajar dengan cara yang disenanginya.
e. Lebih meningkatkan keterlibatan peserta didik dengan kegiatan pembelajaran yang menarik dan terarah.
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. KESIMPULAN
Keterampilan memberikan penguatan merupakan kecakapan yang harus dikuasai guru dalam memberikan penghargaan kepada siswa agar terdorong mengulangi kembali sikap positif dalam pembelajaran sehingga mencapai perkembangan secara optimal. Penghargaan tersebut antara lain penguatan verbal berupa kata atau kalimat pujian dan penguatan non verbal berupa penguatan gestural, kontak, dengan mendekati, kegiatan yang menyenangkan, simbol/benda dan tak penuh.
Begitu halnya dengan Keterampilan mengadakan Variasi juga sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Siswa akan menjadi sangat bosan jika guru selalu mengajar dengan cara yang sama.Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidupnya. Sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan.Apabila guru tidak menggunakan variasi didalam mengajar maka ini akan membosankan siswa, dan menyebabkan siswa menjadi mengantuk dan akibatnya tujuan pembelajaran menjadi tidak tercapai.
Adapun tujuan dari pembelajaran ini antara lain adalah :
1. Meningkatkan perhatian siswa.
2. Membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa.
3. Memudahkan siswa belajar.
4. Menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa.
5. Memelihara iklim kelas yang kondusif.
6. Memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan rasa ingin tahu dan eksplorasi tentang hal-hal baru.
7. Memupuk tingkah laku yang positif bagi guru dan sekolah dengan berbagai cara pembelajaran yang lebih hidup.
8. Lebih meningkatkan keterlibatan peserta didik dengan kegiatan pembelajaran yang menarik dan terarah.
3.2. SARAN
Guru diharapkan dapat menerapkan keterampilan memberikan penguatan dan keterampilan mengadakan variasi ini dalam kegiatan pembelajaran agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, Goerge. 1991. Pengajaran Mikro : Program ketrampilan mengajar. Surabaya : Airlangga University Press.
Brown, George. 1984. Micro Teaching: A Programme of Teaching Skills. New York : Metheuen Inc.
Cole, G Peter and Lorna K.S. Chan. 1990. Teaching Principles and Practice. New York : Prentice Hall.
Hasibuan,JJ. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Jacobsen, David, Paul Eggen and Donald Kauchak. 1989. Methods for Teaching: A Skills Approach. Ohio : Merril Publishing Company.
Kunandar. 2007. Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan Sukses dalam Sertifikasi guru). Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Richard Kindsvatter, at.all. 1996.Dynamic of Effective Teaching. New York. Shvoong. 2012. Social Sciences Education : Keterampilan Memberi Penguatan
di Kelas. Jakarta. Usman,Moh.Uzer. 1992. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Wiryawan, Sri Anitah dan Noorhadi. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Ziddu. 2012. Keterampilan Mengadakan Variasi Pengajaran. Jakarta.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif diperlukan berbagai keterampilan yaitu keterampilan mengajar. Keterampilan mengajar atau membelajarkan merupakan kompetensi pedagogik yang cukup kompleks karena merupakan integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan merupakan “kecakapan untuk menyelesaikan tugas”, sedangkan mengajar adalah “melatih”. DeQueliy dan Gazali (Slameto, 2010:30) mendefinisikan mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Definisi yang modern di Negara-negara yang sudah maju bahwa “teaching is the guidance of learning” . Mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar. Alvin W.Howard (Slameto, 2010:32) berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations (penghargaan) dan knowledge.
Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksud dengan keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan/kecakapan guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan. Jadi, persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru adalah penilaian berupa Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksud dengan keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan/kecakapan guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan. Jadi, persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru adalah penilaian berupa
Adapun 10 Keterampilan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu:
1. Ketrampilan membuka pelajaran
2. Keteampilan memberi motivasi
3. Ketrampilan bertanya
4. Ketrampilan menerangkan
5. Ketrampilan mendayagunakan media
6. Ketrampilan menggunakan metode yang tepat
7. Ketrampilan mengadakan interaksi
8. Ketrampilan penampilan verbal dan non verbal
9. Ketrampilan penjajagan/assesment.
10. Ketrampilan menutup pelajaran. Maka dari itu dalam makalah ini kami akan membahas mengenai keterampilan guru membuka dan menutup pelajaran.
1.2 Tujuan
• Untuk mengetahui apa itu keterampilan membuka pelajaran • Untuk mengetahui apa saja hal yang dilakukan dalam membuka
pelajaran • Untuk mengetahui apa itu keterampilan menutup pelajaran • Untuk mengetahui apa saja hal yang dilakukan dalam menutup
pelajaran
1.3 Rumusan Masalah
• Apa yang dimaksud dengan keterampilan membuka pelajaran? • Apa yang dimaksud dengan keterampilan menutup pelajaran?
• Apa saja yang dilakukan saat membuka pelajaran dalam proses pembelajaran? • Bagaimana penerapan keterampilan membuka dan menutup pelajaran dalam kegiatan pembelajaran?
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Membuka pelajaran (set insuction) adalah usaha atau kegiatan yang di lakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan pra-kondisi bagi siswa agar mental maupun perhatiannnya terpusat pada apa yang akan dipelajarinya, sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar.
Membuka pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian peserta didik secara optimal. Agar mereka memusatkan diri sepenuhnya pada pelajaran yang akan disajikan. Untuk kepentingan tersebut guru dapat melakukan upaya-upaya sebagai berikut :
• Menghubungkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang akan disajikan • Menyampaikan tujuan yang akan dicapai dan garis besar materi yang akan dipelajari (dalam hal tertentu, tujuan bisa dirumuskan bersama peserta didik).
• Menyampaikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan tugas- tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
• Mendayagunakan media dan sumber belajar yang sesuai dengan materi yang disajikan. • Mengajukan pertanyaan, baik untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap pelajaran yang telah lalu maupun untuk menguji kemampuan awal berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari.
Menutup pelajaran (closure) adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses pembelajaran.
Menutup pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk mengetahui pencapaian tujuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari serta mengakhiri melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
• Menarik kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari (kesimpulan bisa dilakukan oleh guru, oleh peserta didik atas permintaan guru, atau oleh peserta didik bersama-sama guru).
• Mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengukur tingkat pencapiaan tujuan dan keefektifan dan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
• Menyampaikan bahan-bahan pedalaman yang harus dipelajari, dan tugas-tugas dikerjakan (baik tugas individual maupun tugas kelompok) sesuai dengan pokok bahasan yang telah dipelajari.
• Memberikan tes baik secara lisan, tulisan maupun perbuatan. Membuka dan menutup pelajaran merupakan dua kegiatan rutin yang
dilakukan oleh seorang guru. Agar kegiatan tersebut memberikan manfaat yang berarti terhadap pencapaian tujuan pembalajaran perlu dilakukan secara professional. Membuka dan menutup pelajaran yang dilakukan secara dilakukan oleh seorang guru. Agar kegiatan tersebut memberikan manfaat yang berarti terhadap pencapaian tujuan pembalajaran perlu dilakukan secara professional. Membuka dan menutup pelajaran yang dilakukan secara
• Membangkitkan motivasi belajar peserta didik • Peserta didik memiliki kejelasan mengenai tugas-tugas yang harus
dikerjakan, langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menyelasaikan tugas dan batas waktu mengumpulkan tugas.
• membantu siswa memahami hubungan berbagai materi yang disajikan • Peserta didik mengetahui tingkat keberhasilan atau tingkat pencapaian tujuan terhadap bahan yang dipelajari.
Aktivitas yang ditempuh guru dalam mengenalkan dan merangkum kembali pokok-pokok penting pelajaran hendaknya merupakan bagian yang utuh kaitan antara bagian satu dengan bagian yang lain atau dengan pengalaman siswa harus jelas.
2.2 Tujuan Membuka dan Menutup Pelajaran Tujuan Membuka Pelajaran • Menciptakan kondisi siap mental siswa untuk mengikuti pelajaran
• Membangkitkan perhatian siswa untuk mengikuti pelajaran • Memberikan gambaran batasan-batasan tugas atau kegiatan yang
harus dilakukan peserta didik • Memberikan gambaran pengalaman atau kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Tujuan Menutup Pelajaran • Memberi pemahaman yang utuh bagi peserta didik
• Memusatkan perhatian peserta didik pada akhir pelajaran • Mengetahui tingkat pencapaian hasil pelajaran yang diperoleh peseta
didik • Memberikan tindak lanjut yang diperlukan sesuai hasil membelajaran yang dicapai peserta didik • Merangkum semua persoalan yang baru dibahas
2.3 Komponen-komponen Membuka dan Menutup Pelajaran
Agar kegiatan membuka dan menutup pembelajaran dapat secara efektif dan barhasil perlu diperhatikan komponen-komponen yang terkait didalamnya yaitu :
2.3.1 Komponen-komponen Membuka Pelajaran
a. Menarik perhatian peserta didik Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk menarik perhaian peserta
didik terhadap pelajaran yang akan disajikannya. Antara lain dapat dilakukan melalui gaya mengajar guru, menggunakan pola interaksi belajar mengajar yang berpariasi.
Menarik perhatian dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut : • Memvariasikan gaya mengajar guru, misalnya dengan
memvariasikan suara dari rendah ke tinggi, dan mengubah posisi guru (misalnya berpindah tempat dari depan ketengah), atau dengan gerak dam mimik muka.
• Menggunakan alat-alat bentu mengajar yang dapat menarik perhatian siswa, misalnya menggunakan gambar-gambar yang menarik, metode yang relevan, atau diagram yang mengandung keinginan bertanya para siswa.
Contoh: Dalam mengajarkan program linier seorang guru bisa menggunakan beberapa gambar misalnya seperti gambar ini
Dengan adanya gambar ini, siswa akan bertanya. Untuk apa itu, sebagai pembukaan kita bisa menghubungkan gambar itu untuk menjelaskan materi yang akan di jelaskan melalui soal ini...
Misalnya , jika Rindi ingin membeli 2kg jeruk dan 1kg mangga seharga Rp 10.000;... dan jika membeli 1kg jeruk dan 3kg mangga seharga Rp 15.000;...ada yang tahu berapa harga 1kg mangga dan jeruk?
Melalui hal ini kita bisa menarik minat siswa untuk mempelajari materi program linier tersebut.
• Penggunaan pola interaksi bervariasi, pola interaksi bervariasi, misalnya pemberian tugas singkat yang harus dikerjakan secara individual akan dapat menarik perhatian para siswa.
b. Membangkitkan motivasi Paling sedikit terdapat 4 cara yang dapat dilakukan guru untuk
membangkitkan motivasi belajar peserta didik yaitu sebagai berikut :
1. Kehangatan dan semangat Guru hendaknya memiliki sikap yang ramah, penuh semangat dan hangat
dalam berinterksi dengan peserta didik. Sikap demikian akan membangkitkan dalam berinterksi dengan peserta didik. Sikap demikian akan membangkitkan
2. Membangkitkan rasa ingin tahu Untuk membangkitkan rasa ingin tahu dalam diri peserta didik, guru dapat
melakukan berbagai kegiatan, antara lain bercerita, yang menimbulkan rasa penasaran dan pertanyaan kemudian memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan berbagai pertanyaan berkaitan dengan apa yang telah diceritakan atau didemonstrasikan. kegiatan semacam ini akan efektif untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
Contoh : misalnya guru bercerita seperti ini.... Pernahkah kalian melihat kucing sedang melompat dari satu tempat ke
tempat yang lain? Misalkan kucing melompat dari satu batu ke batu yang lain . Dapatkah dikatakan kucing itu mengalami perpindahan? Tentu dapat, karena posisi kucing berubah.
Perpindahan semacam ini di sebut vektor. Dengan bercerita siswa akan berusaha mencari tahu lagi mengenai pelajaran
vektor.
3. Mengemukakan ide yang bertentangan Ide yang bertentangan dapat dikemukakan guru sekolah dasar pada semua
tingkat kelas. Ide dan pertanyaan yang dikemukan perlu disesuaikan dengan tingkat kelas.
4. Memperhatikan minat belajar peserta didik Agar proses pembelajaran dapat membangkitkan motivasi belajar, maka
apa yang disajikan harus sesuai dengan minat peserta didik. Karena setiap apa yang disajikan harus sesuai dengan minat peserta didik. Karena setiap
c. Memberikan acuan
Abimayu dan Raka Joni (1982) mengemukakan bahwa memberi acuan adalah usaha mengemukakan spsifik dan singkat serangkaian alternatif yang memungkinkan peserta didik memperoleh gambaran yang jelas mengenai ha-hal yang akan dipelajari dan cara yang hendak ditempuh dalam mempelajari materi pembelajaran.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa untuk memberikan acuan dapat dilakukan dengan cara yaitu:
1. Memgemukan tujuan dan batas-batas tugas Untuk memulai pelajaran guru hendaknya mengemukan tujuan pelajaran
dan batas-batas tugas yang harus dikerjakan peserta didik agar mereka memperoleh gambaran mengenai ruang lingkup materi yang akan dipelajari dan tugas-tugas yang harus dikerjakan.
2. Menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan Pada awal pembelajaran atau pada saat-saat tertentu selama pembelajaran,
peserta didik akan terarah cara belajarnya atau dalam mengerjakan tugas-tugas, peserta didik akan terarah cara belajarnya atau dalam mengerjakan tugas-tugas,
Guru : tugas kalian adalah menentukan berapa peluang munculnya angka yang sama pada pelemparan dua buah dadu .langkah-langkahnya adalah:
Ø ambil dua buah dadu Ø kemudian panggil siswa untuk ikut membantu, ada yang melempar ada
yang mencatat, dan guru mengarahkan Ø Jika dadu telah di lempar, maka kan ada hasil dari pelemparan itu untuk
mengetahui peluangnya.
3. Meningkatkan masalah pokok yang akan dibahas Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan masalah
pokok yang akan dibahas. Misalnya guru meningkatkan peserta didik untuk menemukan hal-hal yang positif dan sifat-sifat mengenai sesuatu konsep, manusia, benda, gambar-gambar, dan sebagainya.
4. Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan sebelum menjelaskan materi pembelajaran akan mengarahkan peserta didik terhadap pelajaran yang akan dipelajari misalnya, sebelum dijelaskan bahwa untuk dapat mencari luar permukaan benda lengkung, guru dapat, mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk membantu peserta didik memahami bentuk-bentuk benda lengkung yang ada di sekitar.
d. Membuat kaitan Untuk membuat kaitan dalam membuka pelajaran, guru dapat
melakukannya dengan menghubungkan antara meteri yang akan disampaikan dengan materi yang telah dikuasai peserta didik. Disamping itu perlu dikaitkan dengan pengalaman, minat dan kebutuhan peserta didik. Cara yang dapat dilakukan guru antara lain :
1. Mengajukan pertanyaan apersepsi
2. Mengulas sepintas garis besar isi pelajaran yang telah lalu
3. Mengaitkan materi yang diajarkan dengan lingkungan pesrta didik
4. Menghubungkan bahan pelajaran yang sejenis dan berurutan, itik, ayam, burung, dapat dihubungkan satu sama lain untuk mengajarkan tentang unggas.
Jika guru mengerjakan materi baru perlu menghubungkan dengan hal yang telah dibuat ssiswa atau pengalaman atau minat dan kebutuhanya untuk mempermudah pemahaman hal-hal yang telah dikenal, pengalaman, minat dan kebutuhan inilah yang disebut dengan pengait.
2.3.2 Komponen-komponen Menutup Pelajaran
Menutup pelajaran dilakukan pada akhir setiap pelajaran. Sebagaimana hal nya dengan membuka pelajaran, menutup pelajaran, pun perlu dilakukan secara profesional, untuk mendapatkan hasil memuaskan dan menimbulkan kesan yang menyenangkan.untuk kepentingan tersebut kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk melakukan pelajaran antara lain:
a. Meninjau kembali Meninjau kembali pelajaran yang telah disampaikan dapat dilakukan
dengan cara
1. merangkum inti pelajaran merangkum atau menarik suatu kesimpulan yang mengacu pada tujuan
yang telah dirumuskan. Kegiatan ini dilakukan untuk memantapkan pokok- pokok materi yang telah disajikan. Kegiatan merangkum dan menarik kesimpulan dapat dilakukan oleh peserta didik dibawah bimbingan guru, oleh guru atau oleh peserta didik bersama guru.
2. Membuat Ringkasan Membuat ringkasan merupakan satu cara untuk memantapkan penguasaan
siswa terhadap inti pelajaran. Ringkasan dapat dimanfaatkan oleh siswa sebagai catatan ringkas yang dapat dipelajari kembali, baik oleh siswa yang memiliki buku sumber / buku paket maupun yang tidak memilikinya.
b. Mengevaluasi Evaluasi dilakukan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran yang telah
dikakukan untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai oleh peserta didik melalui pembelajaran hasil evaluasi dapat digunakan dikakukan untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai oleh peserta didik melalui pembelajaran hasil evaluasi dapat digunakan
Penilaian dapat dilakukan dengan cara yaitu:
1. Tanya jawab secara lisan yang dilakukan guru kepada siswa secara perorangan,atau kelompok.
2. Mendemonstrasikan keterampilan
3. Mengapukasikan ide baru
4. Menyatakan pendapat tentang masalah yang dibahas
5. Memberikan soal-soal tertulis yang dikerjakan oleh siswa secara tertulis pula.
c. Tindak lanjut
Tindak lanjut merupakan kegiatan yang harus dilakukan peserta didik setelah pembelajaran dilakukan.Kegiatan tindak lanjut perlu diberikan oleh guru agar terjadi pementapan pada diri peserta didik terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
BAB III KESIMPULAN