14 Mengamati skala sosial dan lingkungan yang berbeda, politik lingkungan
menjelaskan sekurangnya tiga penelitian area yang berbeda. Pertama, penelitian ke dalam sumber yang kontekstual perubahan lingkungan yang menguji
pengaruh lingkungan secara umum pada suatu negara, hubungan antar negara, dan kapitalisme global. Judul ini merefleksikan pengaruh yang tumbuh dari
kekuatan nasional dan transnasional atas lingkungan dari suatu dunia yang saling bertambah ketergantungan, baik secara politik dan ekonomi. Kedua, area
penelitian mencari tahu suatu lokasi dari aspek-aspek yang khusus mengenai perubahan lingkungan, yaitu dengan studi suatu konflik atas akses sumber-
sumber lingkungan. Ilmuwan memperoleh pandangan bagaimana kontekstual pelaku berpengaruh atas kondisi sosio-lingkungan yang khusus, hubungan, dan
menekankan perjuangan lokasi yang khusus atas lingkungan. Mengambil, baik sejarah maupun dinamika konflik, penelitian area ini menggambarkan bagaimana
para petani yang miskin dan marsyarakat lokal tanpa kekuasaan berperang melindungi fondasi lingkungan atas kehidupannya. Ketiga, penelitian area ini
menjelaskan jaringan politik dari perubahan lingkungan atas hubungan sosio- ekonomi dan politik.
16
1.5.3 Teori Ekonomi Politik
Kita tahu bahwa perekonomian tidak bisa hanya diserahkan pada produsen dan konsumen yang berinteraksi satu sama lain melalui mekanisme
pasar. Di sana sini diperlukan adanya campur tangan pemerintah. Campur tangan
16
Ibid. hlm 10
15 pemerintah diperlukan jika mekanisme pasar tidak bekerja dengan sempurna.
Selain itu, campur tangan pemerintah diperlukan untuk mengatasi eksternalitas dan untuk pengadaan barang-barang publik. Berbagai keputusan yang
menyangkut kebijakan publik dilaksanakan oleh pemerintah sesuai institusi ekonomi dan politik yang ada. Suatu kebijakan disebut kebijakan publik bukan
karena kebijakan itu sudah diundangkan, atau karena kebijakan tersebut dilaksanakan oleh publik, melainkan karena isi kebijakan itu sendiri yang
menyangkut bonum commune atau kesejahteraan umum.
17
Saat ini terdapat kecenderungan di mana dua kondisi yang kelihatannya berkontradiksi, namun sebenarnya berjalan beriringan. Di satu sisi, hampir semua
negara secara ekonomi terintegrasi dengan pasar global, namun di sisi lain kekuasaan politik di dalamnya makin terlokalisasi. Maksud dari kekuasaan yang
terlokalisasi ini adalah tersebarnya kekuasaan yang tidak hanya terdapat di pemerintahan pusat, namun juga di wilayah-wilayah dibawahnya, seperti
provinsi dan kabupatenkota. Hal itu terutama pada negara-negara pasca otoritarian seperti Indonesia. Bahwa globalisasi dan lokalisasi berjalan
berkelindan satu sama lain. Konsekuensinya, perubahan ekonomi, politik, dan sosial di tingkat lokal pada dasarnya juga dipengaruhi oleh perubahan ekonomi
politik di tingkat global.
18
17
Deliarnov. 2006. Ekonomi Politik. Jakarta: Erlangga. hlm 11
18
http:indoprogress.com201502lokalisasi-kekuasaan-di-indonesia-kegagalan-agenda-neoliberal-dan- transformasi-oligarki diakses pada 04-04-2015 pukul 20.00 WIB
16 Secara fundamental, politik adalah kontestasi untuk memperebutkan
kekuasaan dan sumber daya alam secara konkrit dan nyata antar kekuatan sosial dan kepentingan di lokus lokal, nasional ataupun internasional yang saling
terkait.
19
Penganut neoinstitusionalisme melihat bahwa perubahan sosial akan lebih banyak dilakukan oleh elit yang berwawasan luas dan maju. Oleh karenanya,
perspektif ini dengan sengaja mengabaikan analisis yang menekankan pada kekuatan-kekuatan sosial dan dimensi sejarah. Aspek penting dari teori
modernisasi melihat bahwa negara netral dari segala kepentingan dan dari sanalah peran agen aktor untuk menjadi penting untuk pembangunan dan
modernisasi. Dalam hal ini, peran para teknokratik menjadi penting untuk mengerahkan jalan modernisasi ekonomi dan politik sehingga para penganut
institusionalisme ini percaya bahwa segala problem sosial dan politik bisa diselesaikan dengan pendekatan teknokratis.
Kekuasaan yang makin terlokalisasi menunjukkan bahwa arena kontestasi kekuasaan itu tidak hanya di tingkat nasional dan internasional, namun
juga ada di tingkat lokal. Adanya kekuasaan politik di tingkat lokal memberikan kewenangan pada pemerintahan lokal untuk terlibat dalam distribusi kekayaan
dan kekuasaan. Inilah dasar argumen ekonomi politik menurut Hadiz tentang kontestasi politik lokal.
20
19
Vedi R. Hadiz. 2010. Localising Power in Post-Authoritarian: A Southeast Asia Perspective. Stanfort: Stanfort University Press. hlm 2
20
Op. Cit.
17 Perubahan institusional via desentralisasi yang dikombinasikan dengan
demokrasi, gagal mengatasi relasi kekuasaan predatoris lama. Dalam kasus desentralisasi, hal itu membuat jaringan oligarki lama lebih terlokalkan, karena
itu kekuatannya bisa saja otonom dari pusat ataupun berelasi dengan elit di pusat. Oligarki ini mengangkangi perubahan institusi, bahkan mereka justru
memanfaatkannya untuk bertransformasi. Karakter mereka tetap sama, yaitu merampok sumber daya ekonomi politik publik melalui kekuasaan. Dalam
bahasa lain, elemen-elemen itu tetap hidup dengan bentuk jaringan patronase baru yang bersifat desentralistik, lebih cair, dan saling bersaing satu sama lain.
Kekuatan ini yang kemudian membajak agenda desentralisasi sehingga terbentuk problem-problem lain, seperti politik uang, tumbuhnya koersi preman dan KKN
semakin tumbuh subur.
21
Persoalan menonjol di Indonesia adalah besarnya grup-grup bisnis di dalam pasar yang bukan hasil persaingan atau melalui penentuan pemerintah
dalam bentuk penguasaan pasar. Sebenarnya “kerjasama” pemerintah dan swasta berlangsung dimana-mana dan juga di Indonesia di masa-masa 1950-an sampai
1960-an. Persoalannya kini adalah karena magnitude kegiatan yang jauh lebih besar, yang pada gilirannya dapat terjadi karena transformasi ekonomi yang
dihasilkan Orde Baru. Sementara itu berbeda dengan masa-masa 1950-an Politik Benteng dan 1960-an Aslam dan Karkam di masa Soeharto, serta
21
Ibid.
18 akhir 1970-an UP3DN maka pihak swasta yang menonjol bergerak sekarang
adalah dari kelompok nonpribumi.
22
1. Jalur pembayaran pajak, dan
Sementara grup bisnis terutama berfungsi sebagai “kapten-kapten” pertumbuhan maka hubungannya dengan soal kemiskinan dan keadilan lebih
berdimensi politis dan sosial ketimbang ekonomis. Maksudnya, bila kita tidak keluar dari jalur Pareto Optimum, maka grup bisnis dapat berperan melalui dua
jalur:
2. Jalur peningkatan kesejahteraan pegawai serta pemberian saham
kepada pegawai, yang di luar negeri disebut sebagai ESOP Employee Stock Ownership Program.
23
1.5.4 Studi Terdahulu