Pengertian Perjanjian Atau Kontrak

2.3. Pengertian Perjanjian Atau Kontrak

  Secara tradisional perjanjian atau kontrak dapat dipahami sebagai kesepakatan di antara dua atau lebih orang yang memuat sebuah janji atau janji-janji yang bertimbal balik yang dapat ditegakkan berdasarkan hukum, atau yang pelaksanaannya berdasarkan hukum sampai tingkat tertentu diakui sebagai kewajiban (diterjemahkan dari Laurence P. Simpson: “A contract is an agreement between two or more persons consisting of a promise or mutual promises which the law will enforce, or the performance of which the law in some way recognizes as a duty”). 118

  “Perjanjian juga dikatakan sebagai perbuatan hukum) dua pihak yang mengandung unsur janji yang diberikan oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain, dan masing-masing pihak itu terikat pada akibat-akibat hukum yang timbul dari janjijanji itu karena kehendaknya sendiri”. 119

  Kontrak sebagai suatu hubungan personal yang berkelanjutan, tidak banyak berbeda dari hubungan- hubungan personal lain, pada dasarnya diatur oleh seperangkat norma-norma. Norma-norma tersebut dapat memerintahkan, mewajibkan atau melarang perilaku- perilaku tertentu. Pelaksanaan perilaku tertentu seringkali digantungkan pada perilaku-perilaku atau kondisi-kondisi tertentu. Perilaku yang menyimpang dapat diancam suatu disinsentif (sanksi), dan perilaku yang baik dapat menerbitkan hak untuk memperoleh insentif. 120

  118 Simpson, Laurence P., 1965, Contracts, 2nd edition, West Publishi- ng Co., St. Paul Minnesotta, hlm. 1.

  J. Satrio, 1992, Hukum Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. l 7 – 9. 120 Fox, Charles M., 2008, Working with Contracts, Practising Law Ins- titute, New York, 2nd edition, hlm. 3.

  Namun demikian, berbeda dari transaksi-transaksi nonkontraktual pada umumnya, sebagian besar dari transaksi-transaksi dan perikatan karena perjanjian diatur secara tertulis di dalam kontrak-kontrak. Dengan perkataan lain, sebuah kontrak membentuk suatu entitas privat di antara para pihak pembuatnya di mana masing-masing pihak memiliki hak secara yuridis untuk menuntut pelaksanaan serta kepatuhan terhadap pembatasan-pembatasan yang telah disepakati oleh pihak yang lain secara sukarela. “Sebagai sebuah konsep hukum, paradigma kontrak berdasarkan

  teori

  klasikal menunjukkan

  beberapa

  karakteristik”. 121 , yang menurut pandangan Tim Penyusunan Rancangan Hukum Kotrak Indonesia, masih memiliki titik- titik relevansi dan konsistensi dengan perkembangan kontrak modern.

  Karakteristik tradisional konvensional tersebut meli-

  puti: (a) Kontrak umumnya dilandasi oleh pertukaran janji-janji

  (exchange of promises). Karakter ini pada dasarnya memberikan sifat bilateral pada sebuah kontrak, dalam arti bahwa kontrak terbentuk karena adanya janji-janji yang bertimbal-balik (mutual promises) di antara para pihak

  kemungkinan bahwa sebuah kontrak dilahirkan melalui tindakan unilateral salah satu pihak, namun pihak yang berkemampuan seperti ini hanya dapat melahirkan sebuah kontrak apabila terdapat suatu kondisi tertentu yang harus terpenuhi dahulu (conditions precedent).

  (b) Kontrak umumnya bersifat obligatoir (executory), dalam

  arti bahwa kontrak terbentuk dan hak serta kewajiban di

  121 Stone, Richard, The Modern Law of Contract, sama dengan di atas, note 1, hlm. 7.

  dalamnya terbit sebelum masing-masing pihak melaksanakan kewajibannya masing-masing;

  (c) Berdasarkan tradisi common law kontrak umumnya

  (simple contracts) melibatkan pertukaran (exchange) prestasi di antara para pihak, walaupun berdasarkan pemikiran civil law kontrak di mana hanya salah satu pihak yang membuat janji untuk memberikan prestasinya tetap dimungkinkan selama pihak yang lain memberikan persetujuannya.

  (d) Isi dari kewajiban-kewajiban kontraktual para pihak

  dapat ditentukan dengan menetapkan apa yang disepakati oleh para pihak, atau apa yang secara wajar akan disepakati oleh orang dalam situasi yang setara dengan para pihak pada saat kontrak dibuat;

  (e) Perselisihan di antara para pihak mengenai kontrak pada

  umumnya dapat ditentukan dengan menentukan apa yang dikehendaki oleh para pihak, baik secara tegas maupun secara tersirat (expressly atau impliedly) di dalam kontrak mereka;

  (f) Transaksi yang dituangkan ke dalam kontrak umumnya

  berdiri sendiri dan tidak merupakan bagian dari suatu relasi yang berkelanjutan;

  (g) Peran dari pengadilan lebih banyak bertindak sebagai

  “wasit” yang akan memberlakukan kesepakatan para pihak, dan tidak banyak berperan untuk menetapkan apakah transaksi para pihak adalah adil atau tidak adil.

  (h) Karakteristik di atas umumnya diletakkan di atas asumsi

  bahwa para pihak memiliki posisi tawar (bargaining position) yang sederajat.

  Tim Perancangan Hukum Kontrak Indonesia sama sekali tidak bermaksud untuk berpretensi bahwa karakteristik konvensional tradisional di atas dewasa ini sudah atau perlu ditinggalkan. Kontrak pada dasarnya masih dan akan tetap merupakan seperangkat janji-janji yang dibuat Tim Perancangan Hukum Kontrak Indonesia sama sekali tidak bermaksud untuk berpretensi bahwa karakteristik konvensional tradisional di atas dewasa ini sudah atau perlu ditinggalkan. Kontrak pada dasarnya masih dan akan tetap merupakan seperangkat janji-janji yang dibuat

  Tujuan-tujuan dari pembuatan kontrak pada dasarnya adalah mewujudkan kepastian (certainty) dan keadilan (fairness) bagi para pihak. Hukum kontrak memuat asas-asas dan aturan-aturan hukum yang bertujuan untuk seoptimal mungkin mewujudkan kepastian dan keadilan kontraktual itu bagi para pihak.